Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN HIPERTENSI PADA Tn. D DI


RUANG UNIT HEMODIALISA RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun Oleh :
Nelisa Luthfiani
(202102040003)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN-PEKALONGAN
2022
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
keadaan kerusakan ginjal dimana ginjal mengalami kehilangan fungsi yang
progresif dan irreversibel (Pranowo et al, 2016). Menurut Muttaqin (2011)
menyatakan gagal ginjal kronik merupakan kegagalan untuk
mempertahankan meabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik) di dalam darah. Gagal ginjal
kronik yaitu kelainan struktur dan fungsi ginjal selama >3 bulan yang
mengakibatkan gangguan kesehatan (KDIGO, 2013 dalam Arianti,
Rahmawati, A, Marfianti, E, 2020).
Gangguan kerusakan ginjal dapat terlihat dari penanda diantaranya
albuminuria >30mg/24 jam, terdapat abnormalitas sedimen urin (hematuria,
red cell casts, dll), gangguan elektrolit dan tubular (asidosis tubulus ginjal,
diabetes insipidus nefrogenik, pengeluaran kalium dan magnesium ginjal,
sindrom Fanconi, proteinuria non albumin, cystinuria), kelainan ginjal yang
terlihat berdasarkan histologi maupun pencitraan, riwayat transplantasi
ginjal, serta adanya penurunan GFR <60 mL/min/1.73m2 (KDIGO, 2013).

2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie (2013) :
a) Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat

menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang

paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar,

dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia

fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan

sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang

disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan

oleh penebalan, hilangnya elastistisitas sistem, perubahan darah ginjal


mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.

Selain itu, peningkatan natrium dan peningkatan sistem RAA dapat

menyebabkan gagal ginjal kronik pada pasien hipertensi.

b) Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis

c) Infeksi : Pielonefritis kronis

d) Gangguan metabolik : seperti Diabetes Melitus, gout,

hiperparatiroidisme dan amiloidosis.

e) Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau

logam berat.

f) Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan

kontstriksi uretra.

g) Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan

asidosis tubulus ginjal.

3. Manifestasi klinik
Menurut Muhammad (2012), manifestasi klinik gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1) Gangguan pada system gastrointestinal
a) Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan
gangguan
metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik
akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal
gaunidin, serta sembabnya mukosa .
b) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air
liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas
berbau amonia.
c) Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui .
2) Gangguan sistem hematologi dan kulit
a) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
b) Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia
c) Gatal-gatal akibat toksis uremik
d) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah)
e) Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang).
3) Sistem saraf dan otot
a) Restless leg syndrome
Klien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan.
b) Burning feet syndrome
Klien merasa semutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak
kaki.
c) Ensefalopati metabolic
Klien tampak lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi,
tremor, mioklonus, kejang.
d) Miopati
Klien tampak mengalami kelemahan dan hipotrofi otot-otot
terutama otot-otot ekstremitas proximal.
4) Sistem kardiovaskular
a) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam
b) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini,
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
c) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan
elektrolit, dan klasifikasi metastatic
d) Edema akibat penimbunan cairan
5) Sistem endokrin
a) Gangguan metabolisme glukosa retensi insulin dan gangguan
sekresi insulin
4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gagal ginjal kronik tergantung dari penyakit
yang mendasari. Awal kejadian keseimbangan cairan dan sisa-sisa
metabolisme masih tergantung dengan ginjal yang sakit, hingga fungsi
ginjal menurun kurang dari 25 %. Mulai muncul tanda gejala GGK kecil
dikarenakan nefron-nefron yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang
rusak. Akibat dari neufron yang rusak laju filtrasi, reabsorbsi dan sekresi,
ginjal mengalami peningkatan serta hipertrofi. Seirirng dengan
bertambahnya nefron yang mati, maka nefron yang sehat mendapatkan
beban yang semakin berat. Seiring dengan semakin parahya penyusutan dari
nefron, maka terjadinya pembentukan jaringan parut dan penurunan aliran
darah ke ginjal.
Salah satu penyebab gagal ginjal kronik ialah penyakit hipertensi.
Hal tersebut terjadi karena peningkatan resistensi peredaran darah ke ginjal
dan penurunan fungsi kapiler glomerulus yang dapat menyebabkan
terjadinya ischemia pada ginjal yang merangsang peningkatan pengeluaran
renin (pro renin menjadi renin) pada glomerular sel. Renin ini akan
menyebabkan meningkatnya angiotensin I dan angiotensin II yang
mempunyai efek vasokontriksi dan pengeluaran aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium dan air, meningkatnya inflamasi,
meningkatnya oksidatif stres yang menurunkan kadar nitrit oxide, dan
meningkatnya fibrosis (Kadir, 2016).

5. Pathways
Terlampir

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c. Pemeriksaan USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proximal, kandung
kemih dan prostat.
d. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.

7. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Penanganan terapi konservatif bertujuan menghambat perkembanga
GGK, menstabilkan keadaan pasien, dan mengobati faktor-faktor
reversible (Haryanti & Khairun 2015). Adapun terapi konservatif antara
lain:
1) Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
2) Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
3) Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual
tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal
disease).
b. Pengendalian gula darah
Dapat dilakukan dengan olahraga, diet dan obat anti diabetes. Pada
pasien ini diberikan diet DM 1700 kal/hari. Pemberian insulin diberikan
untuk mengendalikan kadar gula darah pasien. Pemberian anti diabetik
oral tidak diberikan karena pasien telah mengalami komplikasi berupa
gangguan ginjal. Akibat dari gangguan fungsi ginjal apabila obat oral
diberikan tidak dapat dieksresikan, sehingga mengalami penumpikan
akibatnya terjadi hipoglikemia.
c. Diet
Diet protein 0,6 /Kg/BB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom
uremik dan memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam
dimaksudkan untuk mengurangi retensi natrium yang dapat
mengakibatkan hipertensi dan edema. Diet rendah kalium dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya hiperkalemia yang dapat menimbulkan
aritmia jantung yang fatal.
d. Diuretik
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan
air. Pemberian diuretik pada pasien ini dimaksdukan untuk mengurangi
gejala sesak napas akibat edema paru. Diuretik yang diberikan furosemid
40 mg 1 tab/hari. Selain itu diuretik juga digunakan untuk menurunkan
tekanan darah. Target tekanan darah yang dianjurkan adalah kurang dari
130/80.
e. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolic
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum
kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis
metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium
bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau
serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi
darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan
utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain
adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang
harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan
simtomatik.
4) Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
5) Kelainan neuromuscular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis
reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
6) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
7) Kelainan sistem kardiovaskular
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular
yang diderita.

f. Terapi pengganti ginjal


Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal
1) Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah
gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak
boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan
memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu
indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam
indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik,
bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic
Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif,
yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah,
dan astenia berat.
2) Dialisis peritoneal (DP)
3) Transplantasi ginjal

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
1) Pasien mengeluh lemas, sesak nafas, gatal seluruh tubuh
2) Mual, muntah, perdarahan GI.
3) Edema, gagal jantung, edema paru
4) Tekanan darah tinggi
5) Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual,
muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar
serum yang meningkat.

b. Aktifitas
Gejala  : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaiseGangguan tidur
(insomnia / gelisah atau somnolen),
Tanda  : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

c. Sirkulasi
Gejala  : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri
dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, telapak , tangan. Nadi lemah, hipotensi
ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir.Pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.Kecenderungan perdarahan

d. Integritas Ego
Gejala  : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan
sebagainya.Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan  kepribadian.

e. Eliminasi
Gejala  : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal
tahap lanjut)
Tanda  :`Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat,oliguria.

f. Makanan / cairan
Gejala  : Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi).
Tanda : Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan amonia)

g. Neurosensori
Gejala  : Sakit kepala, penglihatan kabur, Kram otot / kejang, syndrome
“kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
Tanda  : Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor.Kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang.
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala  : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
Tanda  : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah

i. Pernapasan
Gejala  : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman, Batuk
dengan sputum encer (edema paru)

j. Keamanan
Gejala  : Kulit gatal, ada / berulangnya infeksi
Tanda  : Pruritis, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara
aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal, ptekie, area ekimosis pada
kulit

k. Interaksi sosial
Gejala  : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2018-2020) Diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien GGK adalah:
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan, nyeri,
obesitas, posisi tubuh menghambat ekspansi paru dan sindrom
hiperventilasi
b. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan cairan dan kelebihan asupan natrium
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor
biologi, faktor ekonomi, gangguan psikososial, ketidakmampuan makan,
ketidakmampuan mencerna makan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
d. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
e. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
f.Kerusakan integitras kulit b/d gejala penyakit (pruritus/gatal)
g. Gangguan pola tidur b/d proses penyakit

3. Intervensi dan rasional


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan pola 1. Pola nafas kembali - Observasi - Mengetahui
nafas b/d ansietas, normal/stabil pernafasan pernafasan klien
hiperventilasi, 2. Jalan nafas paten - Posisikan klien - Memaksimalkan
keletihan, nyeri, 3. RR rentan normal semi fowler oksigen masuk
obesitas, posisi tubuh (16-20x/menit) - Kolaborasikan - Membantu
menghambat ekspansi 4. Klien merasa dengan dokter pernafasan klien
paru dan sindrom nyaman pemberian
hiperventilasi Oksigen

2. Kelebihan volume 1. Terbebas dari - Monitor intake - Mengetahui


cairan b/d gangguan edema, efusi, dan output balance cairan
mekanisme regulasi, anaskar - Kaji lokasi dan klien
kelebihan asupan 2. Terbebas dari luas edema - Mengetahui
cairan dan kelebihan distensi vena - Anjurkan klien lokasi edema
asupan natrium jugularis membatasi - Agar klien tidak
3. Memelihara cairan kelebihan cairan
tekanan vena - Kolaborasi - Membantu
sentral, tekanan pemberian obat mengurangi
kapiler paru, diuretik peimbunan
output jantung dan cairan
vital sign DBN
4. Bunyi nafas bersih,
tidak ada
dyspneu/ortopneu
3 Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi - Monitor Berat - Mengetahui
nutrisi : kurang dari adekuat Badan perkembangan
kebutuhan tubuh b/d 2. ketidak mampuan - Anjurkan diet BB klien
faktor biologi, faktor makan, ketidak untuk gagal - Untuk
ekonomi, gangguan mampuan ginjal kronik memberika
psikososial, mencerna - Anjurkan nutrisi yang
ketidakmampuan makan,ketidak pembatasan sesuai dengan
makan, mampuan cairan kebutuhan klien
ketidakmampuan mengabsorbsi - Kolaborasi - Sesuai dengan
mencerna makan, nutrient. dengan ahli balance
ketidakmampuan 3. Berat badan ideal gizi cairan/agar tidak
mengabsorbsi nutrien Kriteria Hasil : terjadi asites/
a. Albumin serum edema
b. Pre albumin - Untuk
serum mengetahui diet
c. Hematokrit yang sesuai
d. Hemoglobin dengan kondisi
e. Total iron klien
binding capacity
f. Jumlah limfosit
4 Intoleransi aktivitas 4. - Kaji adanya - Mengetahui
b.d. penurunan 1. Berpartisipasi faktor yang penyebab
produksi energi dalam aktivitas menyebabkan kelelahan
metabolic, anemia, fisik tanpa disertai kelelahan - Mengetahui
retensi produk sampah peningkatan - Monitor nutrisi nutrisi klien
dan prosedur dialisa tekanan darah, nadi dan sumber - Membantu klien
dan RR energi yang mengetahui
2. Mampu melakukan adekuat kemampuan
aktivitas sehari - Bantu klien aktivitas klien
hari (ADLs) secara untuk - Membantu klien
mandiri mengidentifika dalam
3. Keseimbangan si aktivitas perencanaan
aktivitas dan yang mampu kegiatan
istirahat dilakukan
- Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan
progran terapi
yang tepat.
4 Kerusakan integitras 1. Integritas kulit - Monitor kulit - Mengetahui
kulit b/d gejala yang baik bisa akan adanya kondisi kulit
penyakit dipertahankan kemerahan - Menjaga
(pruritus/gatal) (sensasi, elastisitas, - Jaga kebersihan kulit
temperatur, hidrasi, kebersihan - Mengurangi
pigmentasi) kulit agar tetap gatal
2. Tidak ada luka/lesi bersih dan - Mengurangi
pada kulit kering rasa gatal
3. Perfusi jaringan - Anjurkan
baik pasien untuk
mengganti
pakaian
minimal 1x
sehari
- Kolaborasikan
pemberian
obat gatal
5 Gangguan pola tidur 1. Jumlah jam tidur - Determinasi - Mengetahui
b/d proses penyakit dalam batasnormal efek-efek efek medikasi
2. Pola tidur,kualitas medikasi terhadap pola
dalam batas terhadap pola tidur
normal tidur - Agar klien
3. Perasaan fresh - Jelaskan mengetahui
sesudah pentingnya pentingnya tidur
tidur/istirahat tidur yang yang cukup
4. Mampu adekuat - Membantu
mengidentifikasi - Fasilitasi untuk kenyaman untuk
hal-hal yang mempertahank klien dalam
meningkatkan tidur an aktivitas proses tidur
sebelum tidur - Membantu klien
(membaca) unuk tidur
- Ciptakan - Membantu klien
lingkungan dapat tidur
yang nyaman
- Kolaburasi
pemberian
obat tidur

4. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan


yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan
pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu. Dari intervensi pola nafas tidak efektif diharapkan pasien tidak
merasakan adanya sesak nafas, pola nafas teratur. Pada kelebihan volume
cairan, pasien diharapkan mempunyai keseimbangan cairan dalam tubuh.
Ketidakseimbangan nutrisi, pada pasien diharapkan nutrisi dalam tubuh stabil
dan tidak kekurangan, selain itu pasien diharapkan dapat menjalani aktivitas
dengan baik setelah melakukan hemodialisa.

DAFTAR PUSTAKA
Andra, S. W.,& Yessie, M. P. (2013). KMB I Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Arianti, Rahmawati, A, Marfianti, E. (2020). Karakteristik faktor risiko pasien


Chronic kidney disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di RS X
Madiun, Biomedika, Volume 12 No 1, Februari.

Muhammad, As’adi. (2012). Serba Serbi Gagal Ginjal. Yogyakarta : Diva Press.

Muttaqin, A, Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta : Selemba Medika

Nurarif & Kusuma, (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Dan NANDA NIC-NOC Jilid 2.Mediaction.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri). 2014. 7th Report Of Indonesian


Renal Registry. Available at:
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL
%20REGISTRY%202014.pdf

Pathways

Anda mungkin juga menyukai