A. Definisi
Menurut Mailani, F., & Andriani, R. F. (2017) Penyakit gagal ginjal kronik adalah kerusakan
ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, ditandai
adanya protein dalam urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3
bulan.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversible. Gangguan fungsi
ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer dan Bare, 2015).
B. Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2012) penyebab dari gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: pielonefritis kronik atau refluks nefropati
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna, Stenosis
sistemik progresif
4. Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, polyarteritis nodosa, sclerosis
sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolic: diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
7. Nefropati toksik: penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
8. Nefropati obstruktik: tractus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma, fibrosis,
retroperitineal). Tractus urinarius bawah (hipertropi prostrate, striktur uretra, anomaly
congenital leher vesika urinaria dan uretra).
C. Patofisiologi
Fungsi renal menurun produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis (Brunner & Suddarth, 2002).
Gangguan Klirens Renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi
darahh yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal (Brunner & Suddarth, 2002).
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya
glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan menngkat. Selain itu,
kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator
yang paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid (Brunner & Suddarth, 2002).
Retensi cairan dan natrium, ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap-akhir; respons ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering
menahan natrium dan cairan, meningkatkan risiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam; mencetuskan risiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik (Brunner &
Suddarth, 2002).
Asidosis dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolik seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan
sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyekresi amonia (NH3-)
dan mengabsorpsi natrium bikarbornat (HCO3-), Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik
lain juga terjadi (Brunner & Suddarth, 2002).
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoetin, suatu substansi normal
yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan,
angina dan napas sesak (Brunner & Suddarth, 2002).
Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat merupakan gangguan metabolisme. Abnormalitas
utama yang lain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar
serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik; jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun demikian,
pada gagal ginjal, tubuh tidak berespons secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon, dan akibatnya, kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang
dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D (1,25-dihidrokolekalsiferol) yang secara
normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal (Brunner &
Suddarth, 2002).
E. Manifestasi Klinis
Menurut P2PTM Kemenkes RI (2019) tanda dan gejala gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut.
1. Tekanan darah tinggi
2. Perubahan frekuensi dan jumlah buang air kecil dalam sehari
3. Adanya darah dalam urin
4. Lemah serta sulit tidur
5. Kehilangan nafsu makan
6. Sakit kepala
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak dapat berkonsentrasi
9. Gatal
10. Sesak
11. Mual & muntah
12. Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, serta pada kelopak mata waktu pagi
hari.
Pada penderita gagal ginjal kronik setiap sistem tubuh sudah dipengaruhi oleh kondisi
ureum, sehingga penderita akan menunjukan bermacam-macam tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang
mendasar. Manifestasi yang terjadi pada gagal ginjal kronik antara lain yaitu pada sistem
kardiovaskuler, gastrointestinal, neurologis, integumen, pulmoner, muskuloskletal dan psikologis,
yaitu sebagai berikut.
1. Kardiovaskuler
Hipertensi, diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktifitas sistem renin
angiotension aldosteron, gagal jantung kongestif, edema pulmoner akibat dari carian yang
berlebihan
2. Gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah, perdarahan GI, ulserase, perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
3. Neurologis
Perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
4. Integumen
Pruritis atau penumpukan urea pada lapisan kulit, perubahan warna kulit seperti keabu-
abuan, kulit kering dan berisik, kuku tipis dan rapuh.
5. Pulmoner
Adanya sputum kental dan liat, pernafasan dangkal, kusmaul sampai terjadinya edema
pulmonal.
6. Muskuloskletal
Dapat tejadi fraktur karena kekurangan kalsium dan pengeroposan tulang akibat
terganggunya hormon dihidroksi kolekalsiferon, kram otot, dan kehilangan kekuatan otot.
7. Psikologis
Penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada harga dirirendah (HDR), ansietas pada
penyakit dan merasa ingin mati.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tiyasto, E. (2017) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi
(Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan
elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan
Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen
tulang, foto polos abdomen.
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien CKD/GGK menurut (Nurarif dan Kusuma,
2015) yaitu:
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan
serta natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah,
pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d berkurangnya suplai oksigen ke jaringan
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d koagulopati (uremia)
6. Risiko cidera b.d profil darah yang abnormal (uremia)
7. Risiko ketidakefektifan perusi jaringan ginjal b.d hipoksia
8. Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
9. Risiko infeksi b.d tindakan invasiv berulang
10. Risiko kerusakan integritas kulit b.d perubahan status cairan.
H. Rencana Keperawatan
I. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Kemenkes RI.2019. Apa saja Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronis (PGK)?.Tersedia
[online]: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/ hipertensi-penyakit-jantungdan-
pembuluh- darah/apa-saja-tanda-dan-gejalape nyakit-ginjal-kronis-pgk
Mailani, F., & Andriani, R. F. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Endurance, 2(3),
416-423.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer,S.C, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Smeltzer, S.C, & Bare
Tiyasto, E. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Dengan Masalah
Keperawatan Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah
Jombang (Doctoral Dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).