Disusun Oleh :
LOLA LOUVITA
PROFESI NERS
JAKARTA BARAT
2021
Chronic Kidney Disease (CKD)
A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2011). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia
(Smeltzer, 2014)
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal
ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan
internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan sisa
metabolic (toksik uremik) berakibat gijal tidak dapat memenuhi kebutuhan daln pemulihan
fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit (Smeltzer & Bare, 2014)
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan gagal ginjal kronis merupakan suatu kondisi
kesehatan di mana terlihat adanya penurunan bertahap dari fungsi ginjal.
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai
berikut :
Pathogenesis dari RLS sampai saat ini masih belum diketahui. Kebanyakan hipotesa
berpusat pada dopamine dan besi. Beberapa bukti lainnya juga menghubungkan
dengan system opiod, mekanisme spinal cord, hormone seks, steroid, neuropati perifer,
Ada bukti yang menyatakan peranan besi dalam RLS, kebanyakan karena terdapatnya
defisit besi pada kasus RLS sekunder (contohnya end stage renal disease, kehamilan,
Konsentrasi besi dalam darah mengikuti cicardian rhytm, konsentrasi besi dalam
darah akan mejadi lebih rendah 50-60% pada malam hari dibandingkan pada siang
hari. Kadar besi yang berubah pada malam hari ini berhubungan dengan munculnya
atau memburuknya gejala RLS pada waktu malam. Saat kadar besi dalam darah
mencapai kadar terendah, disinilah terjadi gejala RLS yang paling maksimal.
otopsi untuk menentukan status besi pada orang dengan RLS menyimpulkan adanya
kekurangan zat besi pada otak pasien dengan RLS. Lebih menariknya lagi, besi
adalah kofaktor dari tyrosine hydroxylase, yang merupakan enzim yang digunakan
untuk sintesis dopamine dan defisiensi dari besi dapat menyebabkan gangguan dari
b. Defisiensi Dopamin
Respon positif dari pengobatan dengan menggunakan dopamine dosis rendah dan
pimozise) menegaskan adanya peran penting dopamine dalam patofisiologi dari RLS.
Akan tetapi peranan dopamine ini juga diragukan karena pada pemeriksaan functional
neuroimaging of nigrostriatal dopaminergic dysfunction pada pasien dengan RLS
idiopatik ditemukan bahwa secara keseluruhan pasien dengan RLS tidak memiliki
defisiensi dopamine. Fakta ini juga didukung dengan hasil pemeriksaan patologi yang
menyatakan bahwa tidak ditemukan sel dopaminergik yang hilang pada bagian
Sistem dari dopamine merupakan cicardian expression. Kadar dari dopamine akan
meningkat pada pagi hari dan mencapai kadar terendah pada tengah malam. Ini
menjelaskan mengapa gejala dari RLS muncul atau lebih memburuk pada malam hari
dan respon neuroendokrin orang dengan RLS terhadap pemberian levodopa lebih
bermakna jika diberikan pada malam hari dibandingkan pagi hari (Fulda S, 2010).
Penyebab
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresiv dan irreversibel dari berbagai penyebab. Sebab- sebab gagal ginjal kronik
Renalis
Amiloidosis
6. Nefropati obstruktif:
D. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
H. Pemeriksaan penunjang
2. Foto polos abdomen: Menilai bentuk dan besar ginjal serta adakah batu/obstruksi
lain
3. Pielografi Intra Vena: Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, DM dan nefropati asam urat
4. USG: Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenhim ginjal, anatomi sistem
5. Renogram: Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler,
6. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
b. Urine
sedimen
d. Hiponatremia
e. Hiperkalemia
38
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
39
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Tn.M
Usia : 70 Th
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Penanggung jawab
Nama : Ny.R
Usia : 50 Th
Agama : Islam
Pasien baru masuk rujukan dari rumah sakit tentara Bukittinggi melalui
40
Klien mengatakan badan terasa letih sejak 2 hari yang lalu, Klien
mengatakan kepala sakit sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan mual-
mual (+) dan muntah (-/+) sejak 2 hari yang lalu, Klien mengatakan napas
90x/menit.
ekstremitas atas dan bawah klien tampak ada edema,turgor kulit jelek,
Klien tampak gelisah dan tidak nyaman, Klien mengatakan badan terasa
bersoda.
41
3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK
GCS : 15( E4 M6 V5 )
1) Kepala
tampak bersih,pada kulit kepala tidak ada ketombe, tidak ada lesi.
P : Tidak ada teraba massa pada kepala,dan tidak ada nyeri tekan
2) Mata
I : Mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak icterik, konjungtiva anemis,
42
3) Telinga
I : Telinga kiri dan kanan tampak simetris, telinga tampak kurang bersih,
4) Hidung
nasal kanul.
I : Bibir tamapak simetris atas dan bawah, mukosa bibir kering, gigi
tampak rapi, terdapat caries pada gigi, tidak ada perdarahan pada
mulut,mulut berbau.
6) Leher
I : Leher klien tampak simetris, leher klien tampak tidak bersih, Tidak ada
P :Tidak ada teraba masa pada leher,dan tidak ada nyeri tekan.
7) Thorak
- Paru – paru
P : Tidak ada pembengkakan pada thorax dan tidak ada nyeri tekan,
43
A : Bunyi nafas normal (Vesikuler) pada daerah paru-paru.
- Jantung
P : Saat di perkusi bunyi dalness antara ruas iga 2-5 bagian kiri
8) Abdomen
P : Tidak terdapat nyeri tekan abdomen, tidak ada lesi, palpasi pada
daerah costa vertebra terasa nyeri, ginjal kiri dan kanan teraba.
9) Genetalia
Pada genetalia pasien tidak terpasang kateter, ginetalia klien lengkap. Urin
nyeri (+).
10) Integumen
Turgor kulit lapisan epidermis tampak jelek,kulit klien tampak kering dan
kotor,warna kulit klien tampak sawo matang,tidak ada lesi pada kulit.
11) Ekstremitas
Atas
44
Ekstremitas lengkap kiri dan kanan,pada ekstremitas atas terdapat
infus RL 20tts/i.
Bawah
Ekstremitas lengkap kiri dan kanan,tidak ada fraktur atau kelemahan pada
Kekuatan otot.
3333 3333
2222 2222
Skala 0 Skala 3
Skala 4
Skala 1
Dapat bergerak dan dapat
Terdapat sedikit kontraksi otot melawan hambatan yang ringan.
Skala 2 Skala 5
12) Punggung
45
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT
Makan
1. Jumlah
2. Minuman kesukaan 3-4 gelas/hari
2 6-7 gelas/hari
3. Pantangan
Tidak ada
kopi
Tidak ada
Tidak ada
Eliminasi
BAB
1. Frekuensi
2. Warna
3. Bau
Tidak menentu
4. Konsistensi 1 x / hari
5. Kesulitan Coklat
Kuning
BAK Khas
Khas
3 1. Frekunsi Padat
. 2. Warna Lembek
3. Bau Tidak ada
Tidak ada
4. Konsistensi
5. Kesulitan
46
Tidak ada Tidak ada
Personal hygiene
4. Potong kuku
Tidak ada
2 x / minggu 2x selama dirawat
2 x / hari Dirumah sakit.
1 x / minggu.
1 x / minggu
3.1.6.RIWAYAT ALERGI
47
3.1.7.DATA PSYKOLOGIS
keadaan emosi klien tampak tidak stabil (gelisah), Klien mengatakan pasrah
Pola komunikasi klien tidak jelas, tidak dapat berkomunikasi baik dengan
3.1.9.DATA SPIRITUAL
namun saat dirawat klien tidak ada menjalankan ibadah sholatnya karena
terbatas oleh kondisinya sekarang, namun saat dirawat klien hanya berdoa
untuk kesembuhanya.
3.1.10.DATA PENUNJANG
Tanggal 21-06-2016
48
Hemotokrit 17.1 Vol % 40 – 80
Tanggal 22-06-2016
Fulmo/paru normal
Pasien transfusi darah 4 kolf ,Saat dilakukan pengkajian darah baru masuk 1
kolf
3.1.11.DATA PENGOBATAN
a) Oral :
b) Injeksi
49
Ceftriaxone 2x1gr
Kalnex 3x 500gr
DATA FOKUS
DS :
DO :
50
Warna urine klien tampak kuning muda
Integumen kotor
Kulit pada hidung tampak berminyak dan telinga tampak kurang bersih
BB: 50 Kg
TB: 163 Cm
P : 26x/menit S:36,8oC
Hb 5.6 g/dl
Leokosit :13.600
Trombosit:36.000
Ureum :158,5mg/dl
Creatinin:1,7mg/dl
51
ANALISA DATA
N
DATA MASALAH ETIOLOGI
O
1. Ds : Edema abdomen
HB:5,6 q/dl
Ureum :158,5mm/dl
Kreatinin:1,7mm/dl
2. Ds :
52
terasa letih
Do :
(450cc/24jam)
kuning muda
Hb :5,6 q/dl
Ureum:158,5mm/dl
Kreatinin:1,7mm/dl
3. Ds : Penurunan GFR
53
Klien mengatakan mual-mual vagus
Do :
Hipotalamus
Klien tampak lemas
makan inadekuat
BB=50 Kg
menghabiskan ½ makanannya
4. Ds :
pernah mandi
terasa berat.
Do :
Integumen kotor
54
bersih
lap saja
55
3.3. INTERVENSI ( RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN )
NIC
Diagnosa Keperawatan NOC
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC
keperawatan selama 3x24 jam status
respirasi klien membaik dengan Airway Management
Kriteria Hasil
- Mendemonstrasikan batuk efektif - Buka jalan nafas guanakan
dan suara nafas yang bersih, teknik head til chin lift
tidak ada sianosis dan dyspneu atau jaw thrust bila perlu
(mampu mengeluarkan sputum, - Posisikan pasien untuk
mampu bernafas dengan mudah, memaksimalkan ventilasi
tidak ada (pursed lips) - Identifikasi pasien
- Menunjukkan jalan nafas yang perlunya pemasangan alat
paten (klien tidak merasa jalan nafas buatan
tercekik, irama nafas, frekuensi - Pasang mayo bila perlu
pernafasan dalam rentang - Lakukan fisioterapi dada
normal, tidak ada suara nafas jika perlu
abnormal - Keluarkan sekret dengan
- Tanda Tanda vital dalam rentang batuk atau suction
normal (tekanan darah, nadi, - Auskultasi suara nafas,
pernafasan) catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada
mayo
- Berikan bronkodilator bila
perlu
- Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
56
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
57
Perubahan nutrisi kurang dari NOC : NIC
kebutuhan tubuh
- Nutritional status Nutrition management
- Kaji status nutrisi pasien
Kriteria hasil : - Jaga kebersihan mulut,
anjurkan untuk selalu
- Intake nutrisi tercukupi. melalukan oral hygiene.
Asupan makanan dan cairan - Delegatif pemberian nutrisi
tercukupi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien : diet
pasien CKD .
- Berikan informasi yang
tepat terhadap pasien
tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai.
- Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan
tinggi zat besi seperti
sayuran hijau
58
- kebutuhan mandiri klien - Bersihkan lingkungan
terpenuhi - setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik
Kriteria Hasil : - isolasi
- Batasi pengunjung bila
- Klien terbebas dari bau badan
- perlu
- Menyatakan kenyamanan
- Instruksikan pada
- terhadap
- pengunjung untuk
- kemampuan untuk melakukan
- Mencuci
ADLs
- tangan saat berkunjung dan
- Dapat melakukan ADLS dengan
- setelah berkunjung
bantuan
- meninggalkan pasien
- Gunakan sabun
- antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap
- sebelum dan sesudah
- tindakan kperawtan
- Gunakan baju, sarung
- tangan sebagai alat
- pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
- pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
- intermiten untuk
- menurunkan infeksi
59
- kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila
perlu
60
3.4. IMPLEMENTASI
S:
2 2. Ketida 1) Mengkaji status cairan dengan - Klien mengatakan badannya terasa
k menimbang bb perhari, kaji letih.
seimba masukan dan haluaran. - Keluarga klien mengatakan tangan dan
ngan 2) membatasi masukan cairan. kaki klien masih benggkak.
volum 3) menjelaskan kepada keluarga
e tentang pembatasan cairan O:
cairan 4) menganjurkan keluarga untuk
mencatat penggunaan cairan - klien tampak lemas
- Urine klien tampak sedikit ( 450
61
terutama pemasukan dan cc/24jam).
pengeluaran. - BB 50 kg
5) Mengatur gizi tentang diit yang - Terpasang infuse RL 20tts/menit
akan diberikan.
6) Memberikan obat deuretik, Vit K, A : gangguan cairan dan elektrolit
Ranitidin
P : Intervensi dilanjutkan
3 S:
62
4 S:
63