Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS KMB MINGGU KE-3

GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Oleh :

LOLA LOUVITA

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA BARAT

2021
Chronic Kidney Disease (CKD)
A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2011). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia
(Smeltzer, 2014)
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal
ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan
internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan sisa
metabolic (toksik uremik) berakibat gijal tidak dapat memenuhi kebutuhan daln pemulihan
fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit (Smeltzer & Bare, 2014)
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan gagal ginjal kronis merupakan suatu kondisi
kesehatan di mana terlihat adanya penurunan bertahap dari fungsi ginjal.

B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai
berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
C. Patofisiologi

Pathogenesis dari RLS sampai saat ini masih belum diketahui. Kebanyakan hipotesa

berpusat pada dopamine dan besi. Beberapa bukti lainnya juga menghubungkan

dengan system opiod, mekanisme spinal cord, hormone seks, steroid, neuropati perifer,

atau kelainan vaskular.

a. Defisiensi Zat Besi

Ada bukti yang menyatakan peranan besi dalam RLS, kebanyakan karena terdapatnya

defisit besi pada kasus RLS sekunder (contohnya end stage renal disease, kehamilan,

anemia defisiensi besi dan ADHD) (Fulda S, 2010).

Konsentrasi besi dalam darah mengikuti cicardian rhytm, konsentrasi besi dalam

darah akan mejadi lebih rendah 50-60% pada malam hari dibandingkan pada siang

hari. Kadar besi yang berubah pada malam hari ini berhubungan dengan munculnya

atau memburuknya gejala RLS pada waktu malam. Saat kadar besi dalam darah

mencapai kadar terendah, disinilah terjadi gejala RLS yang paling maksimal.

Penelitian yang menggunakan pengukuran cairan serebrospinal, MRI dan materi

otopsi untuk menentukan status besi pada orang dengan RLS menyimpulkan adanya

kekurangan zat besi pada otak pasien dengan RLS. Lebih menariknya lagi, besi

adalah kofaktor dari tyrosine hydroxylase, yang merupakan enzim yang digunakan

untuk sintesis dopamine dan defisiensi dari besi dapat menyebabkan gangguan dari

produksi dopamine (Fulda S, 2010).

b. Defisiensi Dopamin

Respon positif dari pengobatan dengan menggunakan dopamine dosis rendah dan

memburuknya gejala dengan dopamine release blocker (metoclopramide dan

pimozise) menegaskan adanya peran penting dopamine dalam patofisiologi dari RLS.

Akan tetapi peranan dopamine ini juga diragukan karena pada pemeriksaan functional
neuroimaging of nigrostriatal dopaminergic dysfunction pada pasien dengan RLS

idiopatik ditemukan bahwa secara keseluruhan pasien dengan RLS tidak memiliki

defisiensi dopamine. Fakta ini juga didukung dengan hasil pemeriksaan patologi yang

menyatakan bahwa tidak ditemukan sel dopaminergik yang hilang pada bagian

tersebut (Fulda S, 2010).

Sistem dari dopamine merupakan cicardian expression. Kadar dari dopamine akan

meningkat pada pagi hari dan mencapai kadar terendah pada tengah malam. Ini

menjelaskan mengapa gejala dari RLS muncul atau lebih memburuk pada malam hari

dan respon neuroendokrin orang dengan RLS terhadap pemberian levodopa lebih

bermakna jika diberikan pada malam hari dibandingkan pagi hari (Fulda S, 2010).
Penyebab

Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang

progresiv dan irreversibel dari berbagai penyebab. Sebab- sebab gagal ginjal kronik

yang sering ditemukan dapat dibagi menjadi enam, yaitu:

1. Infeksi/penyakit peradangan: Pielonefritis Kronik dan Glomerulonefritis

2. Penyakit vascular/hipertensi: Nefroskerosis Benigna/Maligna dan Stenosis Arteri

Renalis

3. Gangguan jaringan penyambung : Lupus Eritenatosus Sistemik, Poliarteritis

Nodusa dan Skerosis Sistemik Progresif

4. Penyakit metabolik : Diabetes Mellitus, Gout, Hiperparatiroidisme dan

Amiloidosis

5. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgetik dan Nefropati tumbal

6. Nefropati obstruktif:

a. Saluran kemih bagian atas (kalkuli, neoplasma dan fibrosis retriberitonial)

b. Saluran kemih bagian bawah (hipertropi prostas, striktur uretra anomaly

congenital pada leher kandung kemih dan uretra)

D. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
H. Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi: Untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal

2. Foto polos abdomen: Menilai bentuk dan besar ginjal serta adakah batu/obstruksi

lain

3. Pielografi Intra Vena: Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi

penurunan faal ginjal pada usia lanjut, DM dan nefropati asam urat

4. USG: Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenhim ginjal, anatomi sistem

pelviokalises dan ureter proksimal, kepadatan parenhim ginjal, anatomi sistem

pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta prostat

5. Renogram: Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler,

parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.

6. Biopsi Ginjal

Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu

untuk mengetahui etiologinya.

7. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal:

a. Laju endap darah

b. Urine

- Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau

urine tidak ada (anuria).

- Warna: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan

oleh pus/nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat,

sedimen

kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah,

miglobin, dan porfirin.

- Berat Jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010


menunjukkan kerusakan ginjal berat). Osmolalitas : Kurang

dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,

amrasiourine / ureum sering 1:1.

c. Ureum dan Kreatinin

Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10

mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

d. Hiponatremia

e. Hiperkalemia

f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia

h. Gula darah tinggi


PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dialisis Pada Diabetes Melitus.


http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-
melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai
Prinsip Ilmu Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html
diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC. 1999
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing
Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.
2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010

38
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006

39
TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Identitas Klien

Nama : Tn.M

Usia : 70 Th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMP

Alamat : sugai tanang

Penanggung jawab

Nama : Ny.R

Usia : 50 Th

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu ruamah tangga

Hub dengan klien :istri

3.1.2. ALASAN MASUK

Pasien baru masuk rujukan dari rumah sakit tentara Bukittinggi melalui

IGD pada tanggal 21-06-2016 jam 20.41 wib dengan keluhan:

40
Klien mengatakan badan terasa letih sejak 2 hari yang lalu, Klien

mengatakan kepala sakit sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan mual-

mual (+) dan muntah (-/+) sejak 2 hari yang lalu, Klien mengatakan napas

sesak, demam(+), TD:140/90 mmHg, P: 26x/menit, S :37,5 oC, N:

90x/menit.

3.1.3. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan badan terasa lemas dan letih, Klien mengatakan

pusing, Klien mengatakan nafas sesak, Klien terpasang oksigen 3L,Klien

mengatakan mual-mual, Klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien

tampak tidak menghabiskan porsi makanan nya (½) porsi, Pada

ekstremitas atas dan bawah klien tampak ada edema,turgor kulit jelek,

Klien mengatakan belum ada mandi selama di rawat di Rumah Sakit,

Klien tampak gelisah dan tidak nyaman, Klien mengatakan badan terasa

berat. TD: 120/80 N: 85x/menit P: 26x/menit S: 36,8oC.

B. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatakan klien baru pertama kali di rawat dirumah sakit

dengan penyakit saat ini (gagal ginjal kronik), Keluarga mengatakan

klien ada riwayat hipertensi, keluarga mengatakan sudah lama

mengonsumsi obat dari dokter untuk mengatasi penyakit hipertensi yang

diderita. Keluarga mengatakan klien sering mengonsumsi minuman

bersoda.

41
3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK

Tanda – tanda vital :

 Suhu : 36,o8 C Normal 36oC-37oC

 TD : 120/80 mmHg Normal 120/80 – 140/90 mmHg

 Pernafasan :26 x/menit Normal 12 – 20 x/menit

 Nadi : 85 X/menit Normal 70 – 90 x/menit

TB/BB : 162cm /65 Kg

Tingkat kesadaran : Compos mentis

GCS : 15( E4 M6 V5 )

Keadaan umum : Lemah

Pemeriksaan Head to toe

1) Kepala

I : Bentuk kepala klien lonjong, klien tampak beruban, rambut klien

tampak bersih,pada kulit kepala tidak ada ketombe, tidak ada lesi.

P : Tidak ada teraba massa pada kepala,dan tidak ada nyeri tekan

2) Mata

I : Mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak icterik, konjungtiva anemis,

pupil bereaksi terhadap cahaya, mata berfungsi dengan baik

P : Tidak ada taraba pembengkakan pada mata

42
3) Telinga

I : Telinga kiri dan kanan tampak simetris, telinga tampak kurang bersih,

ada serumen pada telinga, telinga berfungsi dengan baik.

P : Tidak ada nyeri tekan pada telinga

4) Hidung

I : Hidung tampak simetris,,tidak ada secret, penciuman baik, Kulit pada

hidung tampak berminyak dan kurang bersih, tampak terpasang O2 3L

nasal kanul.

5) Mulut dan gigi.

I : Bibir tamapak simetris atas dan bawah, mukosa bibir kering, gigi

tampak rapi, terdapat caries pada gigi, tidak ada perdarahan pada

mulut,mulut berbau.

6) Leher

I : Leher klien tampak simetris, leher klien tampak tidak bersih, Tidak ada

terdapat pembengkakan pada kelenjer tiroid dan getah bening.

P :Tidak ada teraba masa pada leher,dan tidak ada nyeri tekan.

7) Thorak

- Paru – paru

I : Pergerakan dada normal, dada tampak simetris kiri dan kanan,

kulit tampak berminyak, frekuensi 26x/i, pernapasan kusmul.

P : Tidak ada pembengkakan pada thorax dan tidak ada nyeri tekan,

tractil fremitus teraba sama kiri dan kanan.

P : Terdapat bunyi redup (dulnes) di thorak bagian kiri saat

dilakukan perkusi (normal), resonan pada seluruh lapang paru.

43
A : Bunyi nafas normal (Vesikuler) pada daerah paru-paru.

- Jantung

I : Ictus cordis terlihat pada ICS MIC V sinistra

P : Saat di palpasi ictus cordis teraba, irama reguler frekuensi 85x/i.

P : Saat di perkusi bunyi dalness antara ruas iga 2-5 bagian kiri

A : Bunyi jantung S1, S2 (lup dup)

8) Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, kulit tampak bersih, bentuk rounded,

tidak tampak tanda pasca operasi.

A : Suara bising usus 10x/menit,

P : Terdapat bunyi timpani pada saat di perkusi pada dinding

abdomen, pada costa vertebra terdengar celulkess

P : Tidak terdapat nyeri tekan abdomen, tidak ada lesi, palpasi pada

daerah costa vertebra terasa nyeri, ginjal kiri dan kanan teraba.

9) Genetalia

Pada genetalia pasien tidak terpasang kateter, ginetalia klien lengkap. Urin

klien tampak sedikit (450cc/24jam), warna urin kuning pekat, keluhan

nyeri (+).

10) Integumen

Turgor kulit lapisan epidermis tampak jelek,kulit klien tampak kering dan

kotor,warna kulit klien tampak sawo matang,tidak ada lesi pada kulit.

11) Ekstremitas

Atas

44
Ekstremitas lengkap kiri dan kanan,pada ekstremitas atas terdapat

edema,tidak ada terdapat lesi,pada ekstremitas atas sebelah kiri terpasang

infus RL 20tts/i.

Bawah

Ekstremitas lengkap kiri dan kanan,tidak ada fraktur atau kelemahan pada

ekstremitas bagian bawah, derajat kekuatan otot 5, ekstremitas bagian

bawah tampak oedema

Kekuatan otot.

3333 3333

2222 2222

Skala 0 Skala 3

artinya otot tak mampu bergerak dapat menggerakkan otot dengan


tahanan minimal

Skala 4
Skala 1
Dapat bergerak dan dapat
Terdapat sedikit kontraksi otot melawan hambatan yang ringan.
Skala 2 Skala 5

dapat mengerakkan otot atau Bebas bergerak dan dapat


bagian yang lemah sesuai melawan tahanan
perintah

12) Punggung

Punggung tampak simetris kiri dan kanan,warna kulit sawo matang,

punggung klien tampank oedema.

3.1.5. DATA BIOLOGIS

45
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT

1. Makanan dan minuman / nutrisi

Makan

1. Menu Nasi + ikan,sayur Ikan,sayur


2. Porsi
1 piring ½ porsi
3. Makanan kesukaan
4. Pantangan Ikan bakar Tidak ada

Tidak ada Diet rendah garam


dan rendah purin
Minum

1. Jumlah
2. Minuman kesukaan 3-4 gelas/hari
2 6-7 gelas/hari
3. Pantangan
Tidak ada
kopi
Tidak ada
Tidak ada
Eliminasi

BAB
1. Frekuensi
2. Warna
3. Bau
Tidak menentu
4. Konsistensi 1 x / hari
5. Kesulitan Coklat
Kuning
BAK Khas
Khas
3 1. Frekunsi Padat
. 2. Warna Lembek
3. Bau Tidak ada
Tidak ada
4. Konsistensi
5. Kesulitan

Istirahat dan tidur 2-3x/hari


4. 5-6 x / hari
1. Waktu tidur Kuning muda
Putih jernih
2. Lama tidur
khas
3.Hal yang mempermudah Tidur Khas
4. Kesulitan tidur Cair
Cair

46
Tidak ada Tidak ada

Personal hygiene

1. Mandi Malam hari Siang + malam hari

6-7 jam 5 jam

Tidak ada Tidak ada

2. Cuci rambut Tidak ada Ada(karena sesak


3. Gosok gigi
dan keributan)

4. Potong kuku

2 x / hari Belum ada mandi


selama dirawat
dirumah sakit

Tidak ada
2 x / minggu 2x selama dirawat
2 x / hari Dirumah sakit.

1 x / minggu.
1 x / minggu

3.1.6.RIWAYAT ALERGI

Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap

makanan, minuman, maupun obat-obatan.

47
3.1.7.DATA PSYKOLOGIS

keadaan emosi klien tampak tidak stabil (gelisah), Klien mengatakan pasrah

dengan penyakitnya, klien berharap agar penyakitnya cepat sembuh namun

keluarga klien sangat mengkhawatirkan keadaan klien dan selalu berdoa

untuk kesembuhan klien.

3.1.8.DATA SOSIAL EKONOMI

Pola komunikasi klien tidak jelas, tidak dapat berkomunikasi baik dengan

keluarga, perawat dan linggkungan nya. Klien mengatakan bekerja sebagai

pedagang di bukittinggi dengan penghasilan ± 150000 per bulan,klien

termasuk keluarga menengah ke atas.

3.1.9.DATA SPIRITUAL

Klien beragama islam, saat dirumah klien selalu menjalankan ibadahnya,

namun saat dirawat klien tidak ada menjalankan ibadah sholatnya karena

terbatas oleh kondisinya sekarang, namun saat dirawat klien hanya berdoa

untuk kesembuhanya.

3.1.10.DATA PENUNJANG

Tanggal 21-06-2016

Pemeriksaan Jumlah Satuan Normal


Hemoglobin 5,6 g/dl P: 13-16
W: 12-14
Leokosit 13.600 mg/dl 5.000 - 10.000
Trombosit 360.000 mg/dl 100000 – 150000

48
Hemotokrit 17.1 Vol % 40 – 80

Pemeriksaan Jumlah Satuan Normal


UREA 158,5 mg/dl 15.0 - 43.2
Creat 1,7 mg/dl 0.8 - 1.3

Tanggal 22-06-2016

Pemeriksaan Jumlah Satuan Normal


Hemoglobin 5,6 g/dl P: 13-16
W: 12-14
Leokosit 13.600 mg/dl 5.000 - 10.000
Trombosit 360.000 mg/dl 100000 – 150000
Hemaktokrit 16,1 Vol % 40 – 80

Hasil rontgen pada tanggal 22 juni 2015

 Tulang intak (lenggkap)

 Sinus diagfarma baik

 Fulmo/paru normal

 Corak bronkofaskuler baik

Pasien transfusi darah 4 kolf ,Saat dilakukan pengkajian darah baru masuk 1

kolf

3.1.11.DATA PENGOBATAN

a) Oral :

Sulkrafat syrup 3x1 sendok makan / 5cc

b) Injeksi

49
Ceftriaxone 2x1gr

Rannitidine 2x1 ampul

Kalnex 3x 500gr

Vit K 3x1 ampul

DATA FOKUS

DS :

 Klien mengatakan badan terasa letih

 Klien mengatakan pusing

 Klien mengatakan nafas nya sesak

 Klien mengatakan urine nya sedikit keluar

 Klien mengatakan tangan dan kaki nya tampak benggkak

 Klien mengatakan mual-mual

 Klien mengatakan nafsu makan berkurang

 Klien mengatakan belum ada mandi selama dirawat di rumah sakit

 Klien mengatakan kulitnya gatal –gatal

DO :

 Klien tampak lemas

 Klien tampak sesak

 Pernafasan klien 26 x/menit

 Klien terpasang oksigen 3L/i

 Urin klien keluar sedikit (450cc/24 jam)

50
 Warna urine klien tampak kuning muda

 Pada ekstermitas atas dan bawah klien tampak ada edema

 Klien sering mual-mual

 Konjungtiva klien anemis

 Klien tampak tidak menghabiskan porsi makanan nya (1/2 porsi )

 Kulit klien tampak kering

 Klien tampak cemas

 Integumen kotor

 Kulit pada hidung tampak berminyak dan telinga tampak kurang bersih

 Klien tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas

 BB: 50 Kg

 TB: 163 Cm

 Tanda tanda vital :

TD: 120/80mmHg N:85x/menit

P : 26x/menit S:36,8oC

 Hb 5.6 g/dl

 Leokosit :13.600

 Glomerular filtration Rate (GFR) : 59

 Trombosit:36.000

 Ureum :158,5mg/dl

 Creatinin:1,7mg/dl

 Pasien transfusi 4 kolf , Saat dilakukan pengkajian darah baru masuk 1

kolf, golongan darah pasien O

51
ANALISA DATA

N
DATA MASALAH ETIOLOGI
O
1. Ds : Edema abdomen

 Klien mengatakan nafas sesak Gangguan pola nafas Penekanan pada

 Keluarga klien mengatakan paru paru

klien pakai oksigen .


Penurunan
 Klien mengatakan badan
ekspansi
terasa letih.
/pengembangan pada
Do :
paru
 Nafas klien tampak sesak
 Klien terpasang oksigen 3 L Fungsi paru

o TD : 120/80 mmHg inadekuat


o P : 26x /I
Dispnea
 Konjungtiva anemis
 Wajah klien tampak pucat

 HB:5,6 q/dl

 Ureum :158,5mm/dl

 Kreatinin:1,7mm/dl
2. Ds :

Ketiadak Volume cairan tidak


 Keluarga mengatakan urin
seimbangan volume seimbang oleh
klien sedikit
cairan karena retensi Na
 Klien mengatakan badanya
dan H20.

52
terasa letih

 Keluarga mengatakan tangan

dan kaki klien benggkak.

Do :

 Urine klien tampak sedikit

(450cc/24jam)

 Warna urine tampak klien

kuning muda

 Klien tampak lemas

 Ekstremitas atas dan bawah

klien tamapak edema.

 Hb :5,6 q/dl

 Ureum:158,5mm/dl

 Kreatinin:1,7mm/dl
3. Ds : Penurunan GFR

 Klien mengatakan nafsu Perubahan nutrisi


Seresi urin menurun
makan berkurang kurang dari
Peningkatan kadar
 Keluarga mengatakan klien kebutuhan tubuh
BUN kreatin,ureum
tidak menghabiskan
dan amonia
makananya

 Klien mengatakan badanya


Azoteminia
terasa letih
Rangsangan nervus

53
 Klien mengatakan mual-mual vagus

Do :
Hipotalamus
 Klien tampak lemas

 Konjungtiva anemis Mual muntah

 Klien tampak mual-mual

 Klen tampak kurang nafsu nutrisi

makan inadekuat

 BB=50 Kg

 Klien tampak hanya

menghabiskan ½ makanannya
4. Ds :

 Keluarga mengatakan geliisah Kurangnya Kelemahan fisik

atau tidak nyaman. perawatan diri

 Keluarga kilen mengatakan

klien selama di RS klien tidak

pernah mandi

 Klien mengatakan badan

terasa berat.

Do :

 Klien tampak gelisah

 Integumen kotor

 Telinga klien tampak kurang

54
bersih

 Kulit pada hidung tampak

berkeringat dan kurang bersih

 Selama dirawat di RS klien

tidak ada mandi dan hanya di

lap saja

 Klien tampak susah bergerak

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Daftar Prioritas Diagnose Keperawatan

1) Gangguan pertukaran gas

2) Kelebihan volume cairan

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4) Defisit perawatan diri

55
3.3. INTERVENSI ( RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN )

NIC
Diagnosa Keperawatan NOC
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC
keperawatan selama 3x24 jam status
respirasi klien membaik dengan Airway Management
Kriteria Hasil
- Mendemonstrasikan batuk efektif - Buka jalan nafas guanakan
dan suara nafas yang bersih, teknik head til chin lift
tidak ada sianosis dan dyspneu atau jaw thrust bila perlu
(mampu mengeluarkan sputum, - Posisikan pasien untuk
mampu bernafas dengan mudah, memaksimalkan ventilasi
tidak ada (pursed lips) - Identifikasi pasien
- Menunjukkan jalan nafas yang perlunya pemasangan alat
paten (klien tidak merasa jalan nafas buatan
tercekik, irama nafas, frekuensi - Pasang mayo bila perlu
pernafasan dalam rentang - Lakukan fisioterapi dada
normal, tidak ada suara nafas jika perlu
abnormal - Keluarkan sekret dengan
- Tanda Tanda vital dalam rentang batuk atau suction
normal (tekanan darah, nadi, - Auskultasi suara nafas,
pernafasan) catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada
mayo
- Berikan bronkodilator bila
perlu
- Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab

56
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

Kelebihan volume cairan NOC :


Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC
keperawatan selama 3x24 jam - Pertahankan catatan intake
Kelebihan volume cairan dan output yang akurat
teratasi Pasang urin kateter jika
Kriteria Hasil diperlukan
- Terbebasdari edema, efusi, - Monitor hasil lab yang
Anaskara sesuai dengan retensi
- Bunyi nafasbersih, tidak ada cairan (BUN , Hmt
dyspneu/ortopneu ,osmolalitas urin )
- Terbebas dari distensi vena - Monitor vital sign
jugularis, - Monitor indikasi retensi
- Memeliharatekanan vena kelebihancairan (cracles,
sentral, CVP edema, distensi vena
leher, asites)
- tekanan kapiler paru, - Kaji lokasi dan luas edema
output jantung dan
- Monitor masukan makanan
- vital sign DBN / cairan
- Terbebas dari kelelahan, - Monitor status nutrisi
kecemasan atau bingung - Berikan diuretik sesuai
interuksi
- Kolaborasi pemberian obat:
- Monitor berat badan
- Monitor elektrolit
- Monitor tanda dan gejala
dari Odema

57
Perubahan nutrisi kurang dari NOC : NIC
kebutuhan tubuh
- Nutritional status Nutrition management
- Kaji status nutrisi pasien
Kriteria hasil : - Jaga kebersihan mulut,
anjurkan untuk selalu
- Intake nutrisi tercukupi. melalukan oral hygiene.
Asupan makanan dan cairan - Delegatif pemberian nutrisi
tercukupi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien : diet
pasien CKD .
- Berikan informasi yang
tepat terhadap pasien
tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai.
- Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan
tinggi zat besi seperti
sayuran hijau

4 Defisit perawatan diri NOC : NIC :


Setelah dilakukan tindakan asuhan Infection Control (Kontrol
keperawatan selama 3x24jam infeksi)

58
- kebutuhan mandiri klien - Bersihkan lingkungan
terpenuhi - setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik
Kriteria Hasil : - isolasi
- Batasi pengunjung bila
- Klien terbebas dari bau badan
- perlu
- Menyatakan kenyamanan
- Instruksikan pada
- terhadap
- pengunjung untuk
- kemampuan untuk melakukan
- Mencuci
ADLs
- tangan saat berkunjung dan
- Dapat melakukan ADLS dengan
- setelah berkunjung
bantuan
- meninggalkan pasien
- Gunakan sabun
- antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap
- sebelum dan sesudah
- tindakan kperawtan
- Gunakan baju, sarung
- tangan sebagai alat
- pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
- pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
- intermiten untuk
- menurunkan infeksi

59
- kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila
perlu

60
3.4. IMPLEMENTASI

NO NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1 1. Gangg 1) Mengauskultasi bunyi nafas catat ada S :


uan nya crakles.
pertuk 2) Mengauskultasi bunyi jantung dan - Klien mengatakan sesak
aran paru. - Klien mengatakan kepala pusing
gas 3) Mengajarkan pasien batuk efektif dan
nafas dalam. O:
4) Mengatur posisi klien senyaman - Klien tampak sesak
mungkin.(Posisi semi fowle - Klien terpasang oksigen 3L
5) Membatasi pasien untuk beraktifitas.
- Bunyi jantung S1, S2 (lup dup)
- Bunyi napas vesikuler
- P :26x/menit
- N:85x/menit

A: Perubahan pola nafas


P : Intervensi dilanjutkan

S:
2 2. Ketida 1) Mengkaji status cairan dengan - Klien mengatakan badannya terasa
k menimbang bb perhari, kaji letih.
seimba masukan dan haluaran. - Keluarga klien mengatakan tangan dan
ngan 2) membatasi masukan cairan. kaki klien masih benggkak.
volum 3) menjelaskan kepada keluarga
e tentang pembatasan cairan O:
cairan 4) menganjurkan keluarga untuk
mencatat penggunaan cairan - klien tampak lemas
- Urine klien tampak sedikit ( 450

61
terutama pemasukan dan cc/24jam).
pengeluaran. - BB 50 kg
5) Mengatur gizi tentang diit yang - Terpasang infuse RL 20tts/menit
akan diberikan.
6) Memberikan obat deuretik, Vit K, A : gangguan cairan dan elektrolit
Ranitidin
P : Intervensi dilanjutkan

3 S:

3. Peruba 1) mengkaji status nutrisi,perubahan - Klien mengatakan tidak nafsu makan


han berat badan. - Keluarga klien mengatakan klien
Nutrisi 2) mengawasi konsumsi makanan atau tidak menghabiskan makananya
Kuran cairan.
g dari 3) O:
memberikan makanan sedikit tapi
Kebutu sering. - -klien tampak lemas
han 4) meningkatkan kunjungan oleh orang
Tubuh. - Klien tampak mual-mual.
terdekat selama makan. - Klien dianjurkan makan sedikit tapi
5) memberikan perawatan oral hygine.
sering
6) Memberikan diit rendah protein dan
- Klien tampak hanya menghabiskan ½
tinggi karbohidrat.
porsi makanannya.
A:

- Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
P : Intervensi dilanjutkan.

62
4 S:

- Klien mengatakan belum bisa ke


4. Defisit kamaar mandi.
Perawa 1) mengobservasi personal hygiene - Klien mengatakan belum mandi
tan klien. ataupun membersihkan tubuh.
Diri 2) mengkaji personal hygiene klien.
O:
3) Memandikan klien dengan air hangat.
4) Menganjurkan keluarga untuk - Klien tampak nyaman
melakukan personal hygiene - Klien tampak bersih
- Integumen bersih

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan no 1-4

63

Anda mungkin juga menyukai