misalnya
lupus
eritematosus
sistemik,
menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan
berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal
untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis
metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia.
Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon
paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan
pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium
usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang
hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi
trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai
proses biokimia
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1448).
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan
LFG (ml/mn/1.73m2)
1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
90
2
Kerusakan ginjal dengan LFG atau ringan
60-89
3
Kerusakan ginjal dengan LFG atau sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal dengan LFG atau berat
15-29
5
Gagal ginjal
< 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
E. GEJALA KLINIS
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia
pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah
sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction
rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. PEMERIKSAAN FISIK
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
H. TERAPI
a. Konsumsi cairan, protein, dan fosfat:
Penatalaksanaan hiponatremia
Koreksi natrium dengan cairan isotonik, bila hiponatremia berat dengan
-
cal/hari.
b. Obat-obatan : diuretik untuk peningkatan diuretik dan juga pemberian Epogen
(Eritropoetin manusia rekombinan). Terapi
I. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2) Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
6)
7)
8)
9)
Pengkajian primer :
a. Airway
Subjektif
Objektif
: pada oedema paru, terdapat batuk disertai sputum merah muda encer.
b. Breathing
Subjektif
Objektif
c. Cirkulation
Subjektif
Objektif
: kadar oksigen dalam darah menurun, dan ureum dalam darah meningkat.
Pengkajian sekunder:
a. Breathing
Subjektif : pasien mengatakan terkadang ada rasa sesak
Objektif : RR meningkat, terdapat pernafasan cuping hidung, oksihemoglobin menurun.
b. Blood
Subjektif :mengatakan gatal - gatal
Objektif : terdapat oedema, kadar urea dalam darah meningkat.
c. Brain
Subjektif : Pasien mengatakan merasa pusing dan lemah, cemas, letih dan lesu, gelisah,
gangguan tidur
Objektif : tampak cemas, lemah, letih dan lesu, gelisah, gangguan tidur
d. Bladder
Subjektif : pasien mengatakan kencing sedikit / tidak
Objektif : oligiri sampai anuria,terkadang warna urine pekat.
e. Bowel
Subjektif : pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah
Objektif : nafsu makan menurun, ada mual dan muntah.
f. Bone
Subjektif : klien mengeluh ada kelemahan
B. DIAGNOSA
1) Gangguan pertukaran gas b.d oedema paru d.d sesak nafas.
2) Gangguan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b.d retensi Na dan air d.d oedema
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia dan pengeluaran cairan dan
elektrolit berlebih ditandai dengan gatal-gatal dan turgor kulit menurun.
4) Gangguan pola eliminasi urine b.d retensi Na berlebih d.d sedikit kencing
5) Gangguan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam lambung d.d mual
dan muntah.
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia dan penurunan suplai oksigen ke otak
d.d syncope.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa (Dx)
Tujuan
Intervensi
1.
Gangguan
Setelah diberikan
NIC
Management
b.d
Rasional
Respiratory
Auskultasi bunyi o
nafas
Mengetahui adanya
kelainan bunyi nafas
Mengetahui
aktivitas kerja janting
dan paru
NOC :
Respiratory Status
Vital Sign Status
Berikan
posisi
Melaporkan sesak
Melapangkan
oksigen masuk ke paru-
berkurang
-
Lakukan
tirah
paru
100mmHg, pCO2
22-26 mEq/L, pH
Kolaborasi
ventilator dapat
pemberian oksigen
7,35-7,45)dan TTV
membantu melancarkan
Dengan Tirah
Memenuhi
kebutuhan oksigen.
2.
Gangguan
Setelah diberikan
volume cairan
tindakan keperawatan
lebih dari
selama ...x..jam
kebutuhan
diharapkan volume
o Timbang BB harian
tubuh b.d
o Pantau
retensi Na dan
hasil :
o Pantau
cairan/24 jam
keluaran cairan
o Balance tubuh
tekanan darah
absorbsi Na berlebih
o Monitor
darah
vol. Cairan
Ekskresi cairan
terganggu
normal
~ intake dan output
seimbang
3.
Gangguan
Setelah diberikan
integritas kulit
tindakan keperawatan
terhadap
berhubungan
selama..x..jam
warna,turgor
dengan uremia
diharapkan intergritas
vaskular
dan
pengeluaran
Inspeksi
Kaji
kekeringan
perubahan
dan
terhadap o Perubahan mungkin
kulit,
disebabkan oleh
cairan dan
Pruritis, Excoriations
penurunan aktivitas
elektrolit
berkurang dan
dan
berlebih
menunjukkan perilaku
keluhan
ditandai dengan
pasien
gatal-gatal dan
cidera kulit.
turgor kulit
gatal
pada
pengumpulan kalsius
dan phospat pada lapiran
cutaneus.
menurun
infeksi.Selidiki
Monitor Lipatan
kulit dan area yang
oedema.
Lakukan perawat
kulit secara benar.
Anjurkan lien
ketidaknyamanan.
daerah pruritrus
o Awasi pemasukan
o Memberikan informasi
dan pengeluaran
urine
komplikasi
berlebih
sedikit kencing
laborotorium,
dan elektrolit
(elektrolit,
mengindikasikan infeksi
BUN,kreatinin)
ginjal
o Kolaborasi dalam
o Mengatasi permasalahan
pemberian obat
sesuai indikasi
mengatasi permasalahan
dialisis.
eliminasi.
5.
Gangguan
nurtisi
Setelah
kurang tindakan
Mual,
tubuh
anorexia.
peningkatan
asam
mempertahankan
muntah
dan
meningkat kehilangan
status
kebutuhan nutrisi
makanan
dan
muntah.
perubahan
berat
BB
laboratorium : Serum
tidak
mengalami
penurunan,
albumin,
protein,
Lemak,
makanan
sesuai
diet
yang
dianjurkan
dan
modifikasi
sesuai
o Meningkatkan kebuthan
Nutrisi klien sesuai diet.
kesukaan Klien.
o Bantu atau anjurkan
pasien
melakukan
Intoleransi
Setelah
aktifitas
tindakan
berhubungan
selama
makan.
diberikan NIC : Activity therapy
keperawatan o Tingkatkan
..x
...jam
aktifitas
diri
suplai
ke
dalam
otak
syncope.
d.d hasil :
NOC: Self Care ADL
kemandirian
o Menghilangkan rasa
perawatan
yang
dapat
memulihkan keadaan
keletihan terjadi
pasien
o Anjurkan
berkurangnya
alternatif
kelemahan,dapat
istirahat
memperburuk kondisi
pasien.
beristirahat
secara o Kaji
cukup,mampu
faktor
yang
menimbulkan
melakuakan
kembali
keletihan