DENGAN KATARAK
Di susun oleh :
Elin Nur Indah Sari 2720170042
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Dalam makalah penulis membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK 2 DENGAN KATARAK. Karena itu penulis sangat membutuhkan
masukan-masukan agar makalah yang dibuat ini bisa menambah pengetahuan penulis
dan pembaca. Sesungguhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, mohon sekiranya
dimaafkan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Dan penulis juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca untuk menambah
pemahaman penulis dalam menulis makalah selanjutnya. Dan lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah di kemudian hari.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomer satu didunia karena
penyakitini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi
secara perlahan-lahan katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai
lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan dapat dicegah dan diobati.
Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan social ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease Evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada tahun 2020 jumlah penderita
penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi
tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi
mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia semakin
tingi pula risiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya di negara berkembang .
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi
negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5% menurut
Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya
angka kebutaan Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia
meningkat.”karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan”
Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula
penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
3
Hingga kini penyakit mata banyak di temui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0.2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang
keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini kareana
katarak banyak di derita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini
sering di remehkan kaum muda. Hal ini di perkuat berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Indonesia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia
mengalami kebutaan karena katarak dan rata-rata di derita berusia 40-55
tahun.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak
diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan
katarak terjadi karena proses degenerative atau semakin bertambahnya usia
seseorang. Bahkan, dari data statistic lebih dari 90% orang berusia 65 tahun
menderita katarak, sekitar 55% orang berusia 75- 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari katarak ?
2. Apa etiologi dari katarak ?
3. Bagiamana patofisiologi pada katarak ?
4. Bagaiamana manifestasi klinis pada katarak ?
5. Bagaiman cara pemeriksaan diagnostic katarak ?
6. Bagaimana penatalaksanaan katarak ?
7. Bagaimana pencegahan katarak ?
8. Bagaimana komplikasi katarak ?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi katarak
2. Untuk mengetahui etiologi dari katarak
3. Untuk mengetahui patofisiologi pada katarak
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada katarak
5. Untuk mengetahui cara pemeriksaan diagnostic katarak
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan katarak
7. Untuk mengetahui pencegahan katarak
8. Untuk mengetahui komplikasi katarak
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (SpringhouseCo).
Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan
densitas keburaman. Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai
batas klien tidak dapat menerima perubahan dan merugikan atau
mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak biasanya
mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara
independen. perkecualian, katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak
congenital biasanya stasioner.
Tindakan operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih 95%
klien (SpringhouseCo). Tanpa pembedahan, katarak yang terjadi dapat
menyebabkan kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis
menurut perkembangan (katarak congenital) dan menurut proses degenerative
(katarak primer dan katarak komplikata).
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir.
Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkanoleh ibu yang
menderita rubella, DM, toksoplamosis, hipoparatiroidism, galaktosmia.
Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma,keratokonus, ektopia leentis,
megalokornea, hetekronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk
arteri hialoidea yang persisten ,katarak Polaris anterior,posterior, katarak
6
aksialis,katrak zonularis,katarak stelata,katarak totalis dan katarak
kongenita membranasea.
2. Katarak Primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak juvenilis
(umur <20 tahun), katarak senilis (umur >50 tahun). Katarak primer
dibagi menjadi lima stadium :
a. Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu,
dengan koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat
pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
b. Stadium Imatur
Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama
terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa.
Shadow test posotif. Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang
menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi
berubah dan mata menjadi miopa. Keadaan ini disebut intumesensi.
Cembungnya lensa akan mendorong iris kedepan, menyebabkan
sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan
komplikasi glaucoma.
c. Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan
berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya
sehingga semua sinar yang masuk pipil dipantulkan kembali.
Shadow tes negative. Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
d. Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus
lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang
sebagai setengah lingkaran dibgian bawah dengan warna berbeda
dari yang diatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan
kapsul lensa yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks
7
dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat
nucleus lensa.Keadaan ini disebut katarak morgani.
e. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari
penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah :
1) Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio
retina yang sudah lama, uveitis, myopia maligna.
2) Penyakit siskemik, DM, hipoparatiroid, sindromdown,
dermatritis atopic.
3) Trauma , trauma tumpul, pukulan , benda asing didalam mata
terpajan panasa yang berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan
sinar matahari, toksik kimia.
B. Etiologi
Penyebab katarak meliputi:
1. Degeneratif (ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis
dikarenakan proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena
proses penuaan dan kemungkinan besar menjadi menurun penglihatanya.
2. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma
tembus pada mata yang disebabkan oleh benda tajam/tumpul, radiasi
(terpapar oleh sinar –X atau benda-benda radioaktif).
3. Penyakit mata lain, seperti uveitis.
4. Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak
diabetika dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan
8
retina sehingga mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh
darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan kerusakan pada
retina.
5. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi
virus prenatal) dan katarak developmental terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan sebagai akibat dari defek kongenital. Kedua bentuk ini
mungkin disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional, atau proses
peradangan.
C. Patofisiologi
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan air,peningkatan
kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak
larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan
mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih tua. Saat serat lensa
yang baru diproduksi dikorteks,serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat
lensa yang padat lama-lama menyebabkan hinlangnya transparansi lensa yang
tidak terasanyeri dan sering bilateral. Selain itu berbagai penyebab katarak
diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan
metabolisme ini , menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada
didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan
dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini
sinar yang masuk memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau
huram. Kondisi ini memburamkan bayangan semu yang sampai pada
retina.Akibat otak mengiterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada
katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah
kuning , bahkan menjadi coklat atau hitam dank klien mengalami kesulitan
dalam membedakan warna.
9
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari
2. Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative
3. Gejala umum gangguan katarak meliputi:
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
4. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
3. Gejala lainya adalah :
10
a. Sering berganti kaca mata
b. Penglihatan sering pada salah satu mata
c. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan
tekanan di dalam mata (glukoma) yang bisa menimbulkan rasa nyeri
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa,
akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf
atau penglihatan ke retina atau jalan optik
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa
tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO)
(normal 12-25 mm Hg)
Pengukuran gonioskopi: membantu membedakan sudut terbuka atau
sudut tertutup glaukoma
4. Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila
TIO normal atau hanya meningkat ringan
5. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atropi lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme.
Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED): menunjukan anemia sistemik/
infeksi.EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan arterosklerosis, PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol diabetes.
11
F. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup,
atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan
glaukoma.
Ada dua macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)
Adalah pengangkatan korteks dan nukeus ,kapsul posterior ditinggalkan
untuk mencegah kolaps vitreus, untuk melindungi retina dari sinar
ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intraokuler
2. Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE)
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
G. Pencegahan
Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan, dan sebagai
pendidik dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan
pendidikan dalam hal asuhan mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit
mata. Perawat dapat mencegah membantu orang belajar bagaimana mencegah
kontaminasi silang atau penyebaran penyakit infeksi kepada orang lain
melalui praktek higiene yang baik. Perawat dapat mendorong pasien
melakukan pemeriksaan berkala dan dapat merekomendasikan cara mencegah
cedera mata.
12
Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada
usia pasien, faktor resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang
mengalami gejala orkuler harus segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka
yang tidak mengalami gejala tetapi yang berisiko mengalami penyakit mata
orkuler harus menjalani pemeriksaan mata berkala. Pasien yang
menggunakan obat yang dapat mempengaruhi mata, seperti kortekosteroid,
hidrokksikloroquin sulfat, tioridasin HCI, atau amiodarone, harus diperiksa
secara teratur. Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada usia
35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.
H. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan
mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi: nistagmus dan strabismus dan bila
katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan uveitis.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. Identitas
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 60 tahun
3. Alamat : Jl Tarumajaya, Bekasi
4. Jcnis kelamin : Perempuan
5. Suku : Jawa
6. Agama : Islam
7. Status perkawinan : Menikah
8. Tanggal pengkajian : 15 Desember 2020
14
D. Riwayat Kesehatan Keluarga :
E. Pengkajian Persistem
1. Keadaan umum
Klien tampak sakit sedang, klien sering memagangi bagian mata.
Kesadaran compos mentis,
2. Integument
Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis
3. System hemopoetik
Tidak ada kelainan
4. Kepala
5. Bentuk kepala Ny. S bulat, rambut ikal dan berwarna putih dan tampak
bersih
6. Mata
Mengalami perubahan penglihatan, dan Ny. S tidak memakai kacamata
7. Leher
Tidak dijumpai pembesaran kelenjar tiroid, nyeri tidak ada
8. Payudara
Simetris, payudara sudah tidak kencang lagi
9. System Pernapasan
Napas sepontan, RR18 x/menit
10. System kardiovaskuler
TD : 130/80 mmHg, bunyi jantung regular
15
11. System gastrointestinal
Klien suka mual jika terlambat makan
12. System perkemihan
BAK 8-10 x sehari, urine berwarna kuning jernih dan tidak nyeri saat
Berkemih
13. 13.System reproduksi
Klien sudah tidak mengalami haid (Menopause)
14. System musculoskletal
Kedua kaki dan tangan Ny. S tampak sejajar dan sama besar dan panjang.
Kemampuan mengubah posisi baik, pergerakan tangan dan kaki baik,
Kekuatan otot baik
5 5
5 5
a. System Persarafan
Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang
b. System Endokrin
Klien riwayat DM terkontrol
16
3) Apakah klien was-was atau khawatir? Ya
(bisa lebih atau sama dengan satu jawaba “Ya” masalah emosional
posistif )
3. Spiritual
Klien rutin mengerjakan sholat 5 waktu dan sering mengikuti kegian
majelis taklim
4. Konsep diri
Klien merasa sudah tua, namun klien mampu menerima perubahan fisik
dan tetap memiliki keyakinan diri dan harga diri sehingga klien positif
menerima dirinya sendiri
17
H. Pengkajian Status Fungsional Klien
1. KATZ indeks:
a. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan
pakaian-pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan mandi
18
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2 x sehari
7. Jalan di permukaan datar 0 5 Klien dapat berjalan
tanpa bantuan
8. Naik turun tangga 5 10 Klien saat menaiki
tangga harus dibantu
9. Mengenakan pakaian 5 10 Klien mampu
mengenakan pakaian
sendiri
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1 x sehari
Konsistensi :
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi:8- 10x
sehari
Warna : kuning
jernin
12. Olah raga / latihan 5 10 Senam 1 minggu
sekali
13. Rekreasi / pemanfaatan waktu luang 5 10
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
1. Berpindah Mandiri 3
Tidak mampu 0
19
dibantu 2 orang 1
tidak mampu 0
kadang kontinen 1
inkontinen 0
kadang kontinen 1
inkontinen/kateter 0
7. Mandi Mandiri 1
8. Berpakaian Mandiri 2
sebagian dibantu 1
9. Makan Mandiri 2
sebagian dibantu 1
tidak mampu 0
20
SKOR TOTAL 18
Kriteria :
a. Mandiri : 20
b. Ketergantungan ringan : 12 – 19
c. Ketergantungan sedang : 9 – 11
d. Ketergantungan berat :5–8
e. Total :0–4
21
8. Siapa Presiden Indonesia sebelumnya? √
Interprestasi :
(√) Tanggal : 15
22
(√) Kota Bekasi
() Wisma / kamar
(√) kusri
(√) Meja
(√) Kertas
(√) 93
(√) 86
(√) 79
() 72
() 65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulagi ketiga
obyek pada No. (registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing- masing
obyek
23
minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah : “
ambil kertas di tangan kanan anda,
lipat dua dan taruh di lantai “
24
b. Kruk/tongkat/walker 15
c. Berpegangan pada benda sekitar 30
(kursi,handel pintu dll)
4. Terapi intra vena/ apakah lansia terpasang Tidak 0 0
infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0
a. Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
b. Lemah/ tidak bertenaga 10
c. Gangguan/ cacat/ pincang/ diseret 20
6. Status mental : 0
a. Lansia menyadari kondisi dirinya 0
sendiri/ normal
b. Lansia mengalami penurunan/ 15
keterbatasan kognitif
Total Skor 15
Kategori :
Tidak berisiko 0-24
Risiko rendah 25-50
Risiko tinggi ≥ 51
Total skor : 15, Tidak berisiko
Skor Skor
25
tangan () 3 Mampu berdiri selama
Skor Skor
(√) 4 Mampu duduk dengan aman selama (√) 4 Duduk dengan aman
dua menit dengan menggunakan minimal
tangan
() 3 Mampu duduk selama dua menit
dibawah pengawasan () 3 Duduk menggunakan
bantuan
() 2 Mampu duduk selama 30 detik
() 2 Menggunakan bantuan
() 1 Mampu duduk selama 10 detik bagian belakangkaki untuk turun
() 0 Tidak mampu duduk tanpa batuan () 1 Duduk mandiri tapi tidak
selama 10 detik mampu mengontrol pada saat
dari berdiri ke duduk
26
instruksi: Buatlah kursi bersebelahan,
mata tertutup
minta klien untuk berpindah ke kursi
Instruksi: tutup mata anda
yang memiliki penyangga tangan
dan berdiri selam 10 detik
kemudian ke arah kursi yang tidak
memeiliki penyangga tangan
Skor Skor
Skor Skor
27
() 2 Mampu merapatkan kaki tetapi tidak () 2 Mencapai 2 cm (2 inchi)
9. Mengambil objek dari lantai dari posisi 10. Melihat kebelakang melewati
berdiri bahu kanan dan kiri ketika
Instruksi: ambilah sepatu/sandal di berdiri
depan kaki anda Instruksi: tengoklah
kebelakang melewati bahu
kiri, lakukan kembali ke arah
kanan
Skor Skor
28
arah berlawanan
bantuan
Instruksi: tempatkan secara
bergantian setiap kaki pada
sebuah pijakan. Lanjutkan
sampai setiap kaki
menyentuh pijakan selama 4
kali
Skor Skor
() 0 Membutuhkan bantuan
untuk mencegah jatuh/tidak
mampu melakukan
13. Berdiri tanpa bantuan denga satu kaki 14. Berdiri dengan satu kaki
didepan kaki lainnya Instrukasi: berdirilah dengan
Instruksi: tempatkan langsung satu kaki satu kaki semampu anada
didepan kaki lainnya, jika merasa tidak tanpa berpegangan
bisa, cobalah melangkah sejauh yang
anda bisa
Skor Skor
29
() 3 Mampu menjauhkan kaki dan dan menahan 5-10 detik
menahan selama 30 detik
() 2 Mampu mengangkat kaki
() 2 Mampu membuat langkah kecil dan dan menahan > 3 detik
Total Skor : 48
30
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa/ kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 1 0 1
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah dari pada keluar 1 0 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan 1 0 0
anda
11. Anda menemukan bahdwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik/ bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Skor 3
Interpetasi : 3, Depresi ringan
M. Analisa Data
31
penglihatan kabur / dengan katarak
buram (D.0085)
- Klien mengatakan
sulit melihat dengan
jelas
- Klien mengatakan jika
melihat cahaya akan
terasa silau dan sering
merasakan nyeri mata
Do :
- Lensa tidak transparan
atau bening
- Sensitive saat melihat
cahaya
- Terlihat pada saat di
tes membaca huruf
dalam jarak 6 meter
dengan menutup satu
mata, klien tidak
dapat membacanya
dengan jelas
- Penglihatan klien
kabur/ keruh, ada
kelainan pada mata
klien
Ds : Deficit pengetahuan Deficit pengetahuan
- Klien mengatakan berhubungan dengan
ketika bangun pagi ketidaktahuan
penglihatan kabur / menemukan informasi
buram dengan gangguan
32
- Klien mengatakan penglihatan
sulit melihat dengan (D.0111)
jelas
- Klien tidak
mengetahui penyakit
yang di alaminya
Do :
- Lensa tidak transparan
atau bening
- Sensitive saat melihat
cahaya
- Terlihat pada saat di
tes membaca huruf
dalam jarak 6 meter
dengan menutup satu
mata, klien tidak
dapat membacanya
dengan jelas
N. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: kelainan penglihatan berhubungan dengan
katarak (D.0085)
2. Deficit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
informasi dengan gangguan penglihatan (D.0111)
33
O. Rencana Keperawatan
P. Implementasi Keperawatan
34
Tanggal Diagnosis Implementasi Respon TTD
keperawatan
16 Gangguan - Identifikasi - Klien
Desembe persepsi sensori: kemampuan memperhatikan
r kelainan menerima informasi saat di berikan
2020 penglihatan - Berikan pendidikan pendidikan
berhubungan kesehatan kesehatan
dengan katarak - Anjurkan tidak - Klien kooperatif
(D.0085) menyentuh mata yang
menyebabkan
kemerahan, eksudat
dan ulserasi
- Gunakan kaca mata
Q. Catatan Keperawatan
35
A: masalah terasai sebagian
P: intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomer satu didunia karena
penyakitini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi
secara perlahan-lahan katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai
lima tahun menyerang lensa mata.
36
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (SpringhouseCo).
Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan
densitas keburaman. Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai
batas klien tidak dapat menerima perubahan dan merugikan atau
mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak biasanya
mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara
independen. perkecualian, katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak
congenital biasanya stasioner.
B. Saran
Diharapkan dengan penulisan makalah ini, mahasiswa mampu
memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus intoksikasi makanan secara komprehensif, sehingga bisa meningkatkan
kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
37
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press,
Surabaya.
38