Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan Hipertensi

A. Definisi
Hipertensi menurut Sylvia A. Price dalam Nanda NIC-NOC ( 2015 )
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti syaraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin bersar resikonya.

B. Etiologi
1. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia
hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikan
insiden penyakit arteri dan kematian premature.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih
tinngi dari pada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada
wanita mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insien
pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang kulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih.
4. Pola Hidup
Faktor seperti halnya pedidikan, penghasilan dan factor pola hidup
pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat
pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress
agaknya berhungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi.
Obesitas juga dipandang sebagai factor resiko utama.Merokok
dipandang sebagai factor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit
arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah factor
utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan
hipertensi ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
C. Klasifikasi
1. Hipertensi Primer {Hipertensi Essensial}
Hipertensi Primary (Hipertensi Essensial) adalah suatu kondisi dimana
terjadinya tekanan darah sebagai akibat dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak
terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas, hal
merupakan pemicu awal ancaman penyakit darah tinggi. Begitu pula
seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stessor tinggi,
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk pula
orang yang kurang olahraga pun dapat mengalami tekanan darah
tinggi.
 Kapan merumuskan secara matematis, bahwasannya Tekanan
Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. Apa saja yang
menyebabkan curah jantung dan tahanan perifer meningkat, maka
tekanan darah juga meningkat.
a. Curah jantung meningkat disebabkan oleh dua hal :
I. Peningkatan Volume Darah (Pre Load), misalnya jika
asupan garam berlebih (garam menarik air masuk lagi
ke pembuluh darah,sehingga urine sedikit), gangguan
ekskresi urin (gangguan ginjal) dan stress emosional
(rangsangan simpatis)
II. Peningkatan kontraktilitas jantung(ventrikel kiri), yakni
karena stress(aktivasi simpatis)
b. Tahanan perifer meningkat disebabkan oleh 2 hal pula :
I. Kontriksi fungsional pembuluh darah , dapat
diakibatkan oleh stress, turunan secara genetic, dan
faktor endotel pembuluh darah sendiri.
II. Hipertropi struktural , misalnya pada obesitas
(hiperinsulinemia), bahan-bahan dari endotel, dan stress
emosional.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lannya seperti gagal jantung,ginjal,
atau kerusakan hormone tubuh.
 Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
I. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan
90mmHg
II. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik
141-149mmHg dan diastolic 91-94mmHg.
III. Tekanan darah tinggi ( hipertensi ) yaitu bila sistolik lebih
besar atau sama dengan 160mmHg dan diastolic lebih besar
atau sama dengan 95mmHg.

Menurut The Sevent Report of The Joint National Commite on Prevention


(JNCV) tekanan darah orang dewasa 18 tahun ke atas diklasifikasikan
sebagai berikut :

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Perbatasan 130-139 85-89

Stadium 1 (Ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (Sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (Berat) 180-209 110-119

Stadium 4 (Sangat berat) >210 >120

( Depkes RI, 2006 ).

 Krisis hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang

mendadak (sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau diastole ≥120mmHg ),

pada penderita hipertensi, yang membutuhkan penanggulangan

segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan

kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target

(otak,mata (retina), ginjal,jantung,dan pembuluh darah).


 Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat

naiknya tekanan. Dibagi menjadi dua :

I. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang

segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya

kerusakan organ target akut atau progresif target akut.

Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan

organ target yang progresif dan diperlukan tindakan

penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu

menit/jam.

II. Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang

bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusaka

organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang

berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan

darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan

tekanan darah harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24 –

48 jam. (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih

lambat)(dalam hitungan jam dalam hitungan jam sampai

hari)
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalisdan
keluar dari kolumna medulla spinalisganglia simpatis di thorak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak kebawah melalui syitem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut sarafpaska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan kontriksipembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembulih darah terhadap rangsang vasokonsstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jejas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf merangsang pembuluh darah


sebagai responsrangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat, yangpada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume tekanan intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gorontologis dimana terjadi perubaha structural dan


fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitasjaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam


mengakomudasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup). Mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan periffer (Smeltzer,2001)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan tekanan darah > 140 / 90 mmHg.
2. Pusing / migrain.
3. Penglihatan Kabur.
4. Mudah Marah.
5. Telingga berdenging / berdengung
6. Rasa berat di tengkuk.
7. Mudah lelah dan lemah.
8. Sukar tidur.
9. Sesak nafas.
10. Suhu tubuh rendah.
11. Muka pucat.
12. Mata berkunang – kunang ( Murwani, 2009 ).

G. Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpejan
akibat tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatnya kemungkinan terbentuknya
anurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba
seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2. Infark Miokard
Infark Miocard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut.Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,maka
kebutuha oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemi jantung yang menyebabkan infark.Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distrim hipoksia jantung,dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan Corwin (2000) dalam
Triyanto(2014).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler –kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerulus
darah akan mengalir ke unit –unit fungsional ginjal ,nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut mejadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus,protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya ke
jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki
dan jaringan lain yang sering disebut edema. Cairan di dalam pada
kelainan paru-paru menyababkan sesak napas,timbunan cairan di
tungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekan kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron –
neuron di sekitarnya kolap dan terjadikoma.
5. Gangguan pada penglihatan sampai kebutaan.
6. Ensefalopati (kerusakan otak).
7. kejang (Corwin, 2009).
H. Pentalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat diguakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan sportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
I. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi
5gr/hr
II. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghetikan merokok
e. Latihan fisik
I. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah.
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu :
 Isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain lain.
 Intensitas olah raga yang baik antara 60 – 80 % dari
kapasitas aerobic atau 72 – 87 % dari denyut nadi
maximal yang disebut zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit
berada dalam zona latihan.
 Frekwensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan
paling baik 5x perminggu.
f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
I. Tehnik Biofeedback
Subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal. Biofeedback adalah
suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukan pada
mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan
migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
II. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi keteganga atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
2. Terapi dengan obat

Pengobatan farmakologik pada setiap pernderita hipertensi

memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya

hipertensi,kelainan organ dan faktor resiko lainnya. Pengobatan

hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat

a. Penghambat syaraf simpatis

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf

simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah.

Contoh : Metildopa, Clonidin, Catapres, Reserpin

b. Beta Bloker

Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada

gilirannya dapat menurunkan tekanan darah.

Contoh : Propanolol, Atenolol, Bisoprolol.


c. Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot

pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor

golongan ini bekerja menghambat zat angiotensin II (zat yang

dapat menyebabkan meningkatkan tekanan darah.

e. Calsium antagonis

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung

dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas)

Contoh : Nifedipin (Adalat,codalat,farmalat), Diltiazem

(Herbeser,farmabes)

f. Antagonis Reseptor Angiotnsin II

Cara kerjanya adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptonya yang mengakibatkan ringannya

daya pompa jantung.

Contoh: Valsartan, davon

g. Diuretic

Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan mengeluarkan cairan

tubuh (melalui urine) sehingga volume cairan tubuh berkurang dan

mengakibatkan ringannya daya pompa jantung

Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin,2001, Adib,2009,

ustakim,2009)
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan(viscositas) dan dapat
menindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. Bood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglimi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab ) atau menjadi efek samping terapi
diuretic.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigiserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan diabetes mellitus.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertropi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: Apakah ada oedima paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi pada area
katub, pembesaran jantung
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. USG : Untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologis.

J. Kebutuhan Diet Hipertensi

1. Perbedaan Diet dengan Makanan Biasa

a. ,Konsumsi lemak dibatasi

b. Konsumsi Cholesterol dibatasi

c. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obesitas

2. Makanan yang tidak boleh di Konsumsi

a. Makanan yang banyak mengandung garam

b. Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam

dapur atau soda.

c. Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan

pindang, sarden ikan teri, telur asin.

d. Keju, margarine dan mentega.

3. Makanan yang banyak mengandung kolesterol

Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.

4. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

Lemak hewan     : sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju,

mentega.

Kelapa, minyak kelapa, margarine, alpokat.


5. Makanan yang banyak menimbulkan gas

Kool, sawi, lobak, dll.

6. Bagaimana Mengatur Diit

a. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,

margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau

minyak jagung dalam jumlah tertentu.

b. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling

banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai

pengganti.

c. Gunakan susu skim sebagai pengganti susu penuh.

d. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.

e. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.

f. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti

sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.

g. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

7. Jenis makanan nabati untuk hipertensi

Ada beberapa buah atau tumbuhan yang baik utuk dikonsumsi antara

lain yaitu :

a. Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal

dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah

mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak


diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga

menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap

pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu

bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu

menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka

yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah

belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.

b. Daun Seledri

Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri

sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air

saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian

diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar

gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi

kenaikan tekanan darah.

c. Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih

mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya

berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak

mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau

dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat

yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah

menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.


d. Buah Mengkudu/Pace

Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya

hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut

halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil

airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara

teratur

e. Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan

4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas,

saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore

hari.

f. Melon

g. Semangka

h. Mentimun

Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum


Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Meliputi nama,usia (kebanyakan terjadi pada usia muda),
jenis akelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku,bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sakit kepala berdenyut disertai rasa berat di tengkuk, pusing.
P(Prevetif) : penyebab sakit kepala nya ?
Q (Quality) : ada dimana sakitnya ?
R (Region) : lokasi sakitnya dimana ?
S (Skala) : skala sakitnya berapa ? (1-3 Ringan, 4-6 Sedang, 7-10
Berat)
T (Time) : waktu sakitnya kapan saja ?
3. Riwayat Penyakit sekarang
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang di maksud adalah sakit kepala, pendarahan di hidung,
pusing,wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi pada
penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahan tidak di
obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak nafas,
pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma.
4. Riwayat kesehatan dahulu / sebelumnya
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit
ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, pengunaan
alkohol dan pengguna obat kontrasepsi oral dan lain – lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
6. Riwayat Psikososial
7. Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta sebagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya
8. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Sistem pernafasan / Breathing)
Adanya dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja,
takipnea, penggunaan otot pernafasan, bunyi nafas tambahan
(krekels/mengi). Pemeriksaan pada sistem pernafasan sangat
mendukung untuk mengetahui masalah pada pasiendengan
gangguan kardiovaskuler
 Infeksi : untuk melihat seberapa berat gangguan sistem
kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah:
- Bentuk dada thoraks en beteau ( thoraks dada burung ).
- Bentuk dada thoraks emsisematous ( dada berbentuk
seperti tong ).
- Bentuk dada thoraks phfisis ( panjang dan gepeng ).
 Palpasi rongga dada Tujuannya :
- Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks.
- Menyatakan adanya tanda penyakit paru dan pemeriksaan
sebagai berikut :
Gerakkan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.
Untuk getaran suara : Getaran yang terasa oleh tangan
pemeriksaan yang diletakkan pada dada pasien
mengucapkan kata – kata.
 Perkusi
Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang
terakhir dan sebagian falang kedua jaritengah pada tempat
yang hendak di perkusi. Ketukan ujung jari tengah tangan
kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan gerakkan bersumbu
pada pergelangan tangan Posisi pasien duduk atau berdiri.
 Auskultasi
- Suara nafas normal :
Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada
trackea seperti meniup pipa besi. Suara nafas lebih keras
dan pendek saat inspirasi.
- Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronchi, yaitu di
sternum atas ( torakal ).
- Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara nafas saat
inspirasi dan ekspirasi sama.

b. B2 (Sistem kardiovaskuler / blood)


Kulit pucat, sianosis, diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan
tekanan darah, hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen obat), takirkadi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3
(CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel
kiri). Murmur stenosis valvurar. Desiran vascular terdengar diatas
karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (Distensi
Vena Jugularis).
c. B3 (Sistem persyarafan / Brain)
Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, penurunan kekuatan
genggam tangan atau refrek tendon dalam, keadaan umum, tingkat
kesadaran.
d. B4 (sistem perkemihan / Blendder)
Adanya infeksi pada gangguan ginjal, adanya riwayat gangguan
(susah bak, sering berkemih pada malam hari).
e. B5 (Sistem pencernaan / bowel)
Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan, nyeri pada abdomen /
massa (feokromositoma).
f. B6 (sistem muskoloskeletal / bone)
Kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin, perubahan warna kulit, gerak tangan empati, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b/d perubahan afterload (meningkat)
2. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologi (iskemia otak atau miokard)
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (fatique)
4. Gangguan pola tidur b/d peningkatan resitensi pembuluh darah otak
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d atherosclerosis
6. Risiko jatuh b/d gangguan penglihatan (diplopia)
C. Intervensi Keperawatan
No Dx Kep Tujuan dan KH Intervensi
1 Penurunan Tujuan : curah Perawatan jantung
curah jantung meningkat Observasi
jantung b/d Dalam 3 X 24 jam 1. Identifikasi tanda dan gejala primer
perubahan dengan KH : (dyspnea, kelelahan, edema,
afterload 1. Left ventricular ortopnea, paroxsimal nocturnal
stroke work index Dyspnea, peningkatan CVP)
(LVSWI) 2. Identifikasi tanda dan gejala
meningkat sekunder ( peningkatan BB,
2. Ejection fraction hepatomegaly, distensi vena
(EF) meningkat jugularis, palpitasi, ronchi, basah,
3. Kekuatan nadi oliguria, batuk, kulit pucat)
perifer meningkat 3. Monitor TD
4. Takikardia 4. Monitor intake dan output cairan
menurun 5. Monitor BB pada setiap hari
5. Gambaran ekg 6. Monitor saturasi oksigen
aritmia normal 7. Monitor keluhan nyeri dada
6. Lelah menurun (PQRST)
7. Dyspnea 8. Monitor EKG 12 Sadapan
menurun 9. Monitor aritmia
8. Ortopneu 10. Monitor nilai lab jantung (elektrolit,
menurun enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
9. Oliguria menurun 11. Periksa TD dan HR sebelum dan
10. Suara jantung s4 setelah aktivitas
menurun 12. Periksa TD dsan HR sebelum dan
11. TD membaik sesudah PO
12. Pengisian kapiler Terapeutik
membaik 1. Posisikan klien fowler/semifowler
13. Pucat/sianosis 2. Berikan diet jantung yang sesuai
menurun (batasi asupan kafein, natrium,
14. Edema menurun kolesterol, dan makanan tinggi
lemak)
3. Fasilitasi pasien dan keluarga
unytuk modifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi bila perlu
untuk menangani stress
5. Berikan terapi oksigen agar saturasi
oksigen > 94 %)

Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas sesuai dengan
toleransi
2. Anjurkan aktivitas fisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur BB harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan otput cairan
harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiplatelet
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antiangina
(nitrogliserin, beta blocker, chalsium
chanel blocker)
3. Kolaborasi pemberian morfin jika
perlu

2 Nyeri akut Tujuan : Tingkat Manajemen nyeri


b/d agen Nyeri Menurun Observasi
pencedera Dalam 3 X 24 Jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis Dengan KH : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(iskemia) 1. Kemampuan nyeri
menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat 3. Identifikasi respon nyeriu non
2. Keluhan nyeri verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Meringis menurun memperberat dan memperingan
4. Gelisah menurun nyeri
5. Kesulitan tidur 5. Monitor efek samping penggunaan
menurun analgetik
6. Diaphoresis Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
7. Anoreksia 2. Control lingkungan yang
menurun memperberat nyeri
8. Mual dan muntah 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun Edukasi
9. Frekuensi HR 1. Jelaskan penyebab periode nyeri dan
membaik pemicunya
10. Pola napas 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
membaik 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
11. TD membaik mandiri
12. Nafsu makan 4. Anjurkan menggunakan analgetik
membaik secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
3 Intoleransi Tujuan : toleransi Manajemen energy
aktivitas b/d aktivitas meningkat Observasi
kelemahan dalam 3 x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
(fatique) Dengan KH : yang mengalami kelelahan
1. Kemudahan 2. Monitor kelemahan nfisik dan
melakukan kelemahan
aktivitas sehari- 3. Monitor pola dan jam tidur
hari meningkat 4. Monitor krtidaknyamanan selama
2. Kecepatan dan melakukan aktivitas
jarak berjalan Terapeutik
meningkat 1. Ciptakan lingkungan nyaman dan
3. Kekuatan tubuh rendah stimulus
bagian atas dan 2. Lakukan latihan rentan gerak aktif
bawah meningkat atau pasif
4. Keluhan lelah 3. Berikan aktivitas distraksi yang
menurun menyenangkan
5. Dyspnea saat 4. Fasilitasi duduk di tempat tidur
beraktivitas dan Edukasi
setelah aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
menurun 2. Anjurkan melakukan aktivitas
6. Aritmia saat dan secara bertahap
setelah aktivitas 3. Ajarkan strategi koping untuk
menurun mengurangi kelelahan
7. Sianosis menurun Kolaborasi
8. Perasaan lemah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
menurun cara meningkatkan asupan makanan
9. Frekuensi HR,
Napas membaik
10. TD dan saturasi
oksigen membaik
11. EKG iskemia
menurun
4 Gangguan Tujuan : pola tidur Dukungan Tidur
pola tidur b/d meningkat Observasi
restrain fisik Dalam 3 x 24 jam 1. Identifikais pola aktivitas tidur
Dengan KH : 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Kemampuan 3. Identifikasi makanan dan minuman
beraktivitas yang mengganggu tidur (kopi, the,
menurun alcohol, makan mendekati waktu
2. Keluhan sulit tidr, minum banyak air sebelum
tidur menurun tidur)
3. Keluhan sering 4. Identifikasi obat tidur yang
terjaga menurun dikonsumsi
4. Keluhan tidak Terapeutik
puas tidur 1. Modifikasi lingkungan
mrnurun 2. Batasi waktu tidur siang jika perlu
5. Keluhan pola 3. Fasilitasi menghilangkan stress
tidur berubah sebelum tidur
menurun 4. Tetapkan jadwal rutin tidur
6. Keluhan istirahat 5. Lakukan prosedur untuk
tidak cukup meningkatkan kenyamanan
menurun 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
7. atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan menghindari makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
4. Jelaskan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap pola tidur
5. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap REM
6. Ajarkan relaksasi otot autogenic dan
teknik non farmakologis lainnya
5 Risiko Tujuan : perfusi Manajemen peningkatan TIK
perfusi serebral meningkat Observasi
serebral tidak Dalam 3 X 24 jam 1.
efektif b/d Dengan KH :
aterosclerosis 1. Tingkat kesadaran
meningkat
2. Kognitif
meningkat
3. Gelisah menurun
4. Kecemasan
menurun
5. Agitasi menurun
6. Demam menurun
7. Tekanan arteri
rata-rata membaik
8. TIK membaik
9. TD membaik
10. Reflex saraf
membaik
6 Risiko jatuh Tujuan : tingkat jatuh Pencegahan Jatuh
b/d gangguan menurun Observasi
penglihatan Dalam 3 X 24 jam 1. Identifikasi faktor risiko jatuh
(diplopia) Dengan KH : 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya
1. Jatuh dari tempat sekali setiap shift
tidur menurun 3. Identifikasi lingkungan yang
2. Jatuh saat berdiri meningkatkan risiko jatuh
menurun 4. Hitung risiko jatuh dengan
3. Jatuh saat duduk menggunakan skala (fall morse
menurun scale, humpty dumpty)
4. Jatuh saat berjalan Terapeutik
menurun 1. Orientasikan ruangan pada pasien
5. Jatuh saat dan keluarga
dipindahkan 2. Pastikan bed dan kursi roda selalu
menurun terkunci
6. Jatuh saat naik 3. Pasang handrall tempat tidur
tangga menurun 4. Atur tempat tidur mekanis pada
7. Jatuh saat di posisi terendah
kamar mandi 5. Tempatkan pasien berisiko tinggi
menurun jatuh dekat dengan pantauan
8. Jatuh saat perawat atau nurse station
membungkuk 6. Gunakan alat bantu berjalan
menurun 7. Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jaraj kedua
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel

Anda mungkin juga menyukai