Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN KECEMASAN (ANSIETAS)”

KELOMPOK 2

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:

1. Arisah
2. Cantika Putri Dewanti
3. Eka Puspa Marlena
4. M. Putra Wibowo
5. Pelangi Rismadanti
6. Reyang Beni Handayani
7. Santi Pratiwi
8. Siti Nor Aisyah
9. Titik Handayani Santosa
10. Vernanda Riftiani
11. Zunita Noor Soviana

Kelas 2A
SI ILMU KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i
Stikes Muhammadiyah Kudus maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN
KECEMASAN (ANSIETAS)”

Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-
rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin.

Kudus, 5 April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... . 2

DAFTAR ISI............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Ansietas..................................................................................... 5
1.2 Pengkajian Ansietas.................................................................................... 6
1.3 Diagnosa Ansietas....................................................................................... 13

1.4 Intervensi Ansietas...................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 19

3.2 Saran........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan
salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan perubahan yang
terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang
tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi
kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung
oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.

Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental emosional
(depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas 15 tahun sedangkan
sekitar 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan
ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai atau
berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial – ekonomi rendah (Videbeck. 2008)

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien ansietas?

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa padaklien ansietas

4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau
rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu). Stuart (2012) menyatakan bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar-
samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi,dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak menentu dapat
mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan datang dan membuat individu untuk
siap mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena adanya
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons. Sumber perasaan tidak santai
tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan
sebagai suatu perasaan takut akan terjadina sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan
merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk
menghadapi ancaman. Adanya, tuntutan,persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan
dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologis
yaitu ansietas atau kecemasan.

I. Tingkat Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan dengan ketenangan dalam hidup sehari-hari
sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.

b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal
penting dan mensampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Ansietas Berat

5
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya kecenderungan
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.

d. Tingkat Panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu
melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik,
menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional.

II. Rentang Respons Tingkat Ansietas


Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Panik Berat

1.2 Pengkajian
1. Batasan Karakteristik
a) Perilaku (Behavioral)
1) Menurunnya produktivitas
2) Gerak-gerik yang asing
3) Gelisah
4) Pandangan sekilas (glancingg about)
5) Hipervigilensi
6) Insomnia
7) Rendahnya kontak mata
8) Keresahan
9) Perilaku mengamati
10) Cemas pada perubahan peristiwa hidup
b) Afektif (Affective)
1) Perasaan menderita
2) Aprehensif
3) Perasaan kesusahan

6
4) Ketakutan
5) Merasa tidak cukup
6) Tidak berdaya
7) Meningkatnya
8) Iribilitas
9) Kegugupan
10) Terlalu gembira
11) Bingung
12) Perasaan menyesal
13) Ketidakpastian
14) Ansietas
c) Psikologi (Physiological)
1) Tekanan wajah (facial tension)
2) Tremor tangan
3) Meningkatnya produksi keringat
4) Meningkatnya tekanan
5) Gemetar (trembling)
6) Kegoyahan (shakiness)
7) Suara gemetar
d) Simpatetik (Sympathetic)
1) Alterasi pad pola respiratori
2) Anoreksia
3) Refleks cepat
4) Eksitasi kardiovaskuler
5) Diare
6) Mulut kering
7) Muka menjadi merah (facial flushing)
8) Palpitasi jantung
9) Meningkatnya tekanan darah
10) Meningkatkan detak jantung
11) Meningkatnya kecepatan respiratory

7
12) Pelebaran pupil
13) Vasokonstriksi superfisial
14) Kegugupan
15) Merasa lemah
e) Parasimpatetik (Parasympathetic)
1) Sakit abdominal
2) Alterasi pada pola tidur
3) Menurunnya kecepatan jantung
4) Menurunnya tekanan darah
5) Diare
6) Pusing
7) Kelelahan
8) Mual
9) Sensasi geli yang ekstrim
10) Sering berkemih
f) Kognitif (Cognitive)
1) Alterasi perhatian
2) Alterasi konsentrasi
3) Kesdaran akan gejala psikologis
4) Bingung
5) Memblokir pikiran (blocking thoughts)
6) Menurunnya kemampuan perseptual
7) Hilangnya kemampuan untuk belajar
8) Hilangnya kemampuan untuk memacahkan masalah
9) Perasaan takut
10) Pelupa
11) Preokupasi
12) Ruminasi
13) Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
2. Faktor Predisposisi

8
Stuart dan Laraia (2005) menyatakan faktor penyebab terjadinya ansietas. Adapun teori yang
dapat menjelaskan ansietas, antara lain:

1) Faktor biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengadung reseptor khususnya yang dapat
meningkatkan neuregulator inhibisa (GABA) yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berkaitan dengan ansietas (Struat,2013). Reseptor benzodiazepine yang
terdapat di otak, dapat membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan
penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan
endofrin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

2) Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikoanalitik pandangan interpersonal,dan
pandangan perilaku.

 Pandangan psikonalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian (id
seseorang dan superego). Id mewakili dorongan insting dan implusprimitif, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikandari oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

 Pandangan interpersonal
Ansietas timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembagan trauma, seperti perpisahan dan
kehilngan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

 Pandangan perilaku
Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai
dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan, sering
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

9
3) Sosial Budaya
Ansietas dapat ditemukan dengan mudah dalam keluarga. Ada ketumpang tindihan
antara gangguan ansietas dan gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi dan
latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
4) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut:

 Ancaman integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan


datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
 Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
5) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah:

 cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersingugung.
 Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
 Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang.
 Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan.
 Gangguan konsensstrasi dan daya ingat.
 Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar sesak napas, mengalami
gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
6) Sumber Koping
Koping dapat dilakukan dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan oleh individu untuk mengatasi ansietas.

7) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu:

 Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan

10
pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan sumber stres.
kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
 Mekanisme pertahanan ego dapat membantu mengatasi ansietas ringan da
sedang, tetapi berlangsung secara tidak sadar, serta melibatkan penipuan diri,
distorsi, realitas dan bersifat maladaptif. Menurut Nurhalimah (2016),
mekanisme pertahanan ego yang digunakan adalah:
 Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara
tegas menonjolkan kelebihan yang dimilikinya.

 Penyangkalan
Klien mengatakan ketidaksetujuan terhadap,realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.

 Pemindahan
Pemindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditujukan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam
terhadap dirinya.

 Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya.

 Identifikasi
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan selera orang tersebut.

 Intelektualisasi
Klien menggunakan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.

 Introjeksi
Klien mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu
oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).

11
 Fiksasi
Klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu(emosi
atau tingkah laku atau pikiran), sehingga perkembangan selanjutnya
terhalang.

 Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau implus pada diri sendiri kepada orang lain,
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat di
toleransi.
 Rasionalisasi
Klien memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya berdasarkan
pada alasannya yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan
harga diri.
 Reaksi Formasi
Klien bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-kelnginan atau perasaan yang sebenarnya.

 Regresi
Klien kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang
primitif).

 Represi
Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan pertahanan ego yang primer
dan cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.

 Acting out
Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.

 Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia.

 Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan, tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari.

12
 Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian
dari tindakan, perilaku atau komunikasi sebelumnya yang merupakan
mekanisme pertahanan primitif.
1.3 Diagnosa Keperawatan
Melalui data yang dapat dilihat dari gejala dan tanda yang muncul, maka diagnosis berupa:
ansietas. Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis ansietas:

Gangguan Sensori Menarik diri Gangguan Proses


persepsi: halusinasi Pikir: waham

Ansietas

Koping individu Harga diri rendah


tidak efektif

1.4 Perencanaan (Intervensi)

Diagnosa Perencanaan (Intervensi)


Keperawatan
Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Ansietas Tum: Pasien menunjukkan Bina hubungan saling Kepercayaan dari


Klien akan tanda dapat membina percaya dengan prinsip pasien
mengurangi hubungan saling percaya komunikasi terapeutik yaitu: merupakan hal
ansietasnya dari dengan perawat, yaitu:  Sapa klien dengan yang akan

13
tingkat ringan hingga  Ekpresi wajah ramah baik verbal memudahkan
panik. bersahabat. ataupun non verbal. perawat dalam
TUK 1:  melakukan
 Pasien Perkenalkan diri
Pasien dapat membina pendekatan
menunjukkan rasa dengan sopan.
hubungan saling keperawatan atau
senang.  Tanyakan nama
percaya. intervensi
 Pasien bersedia lengkap dan nama
selanjutnya
berjabat tangan. panggilan yang kepada pasien.
 Pasien bersedia disukai klien.
menyebutkan nama.  Jelaskan tujuan
 Ada kontak mata. pertemuan.
 Pasien berasedia  Tunjukkan sikap
duduk empati dan menerima
berdampingan klien apa adanya.
dengan perawat.  Beri perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien.
 Pasien bersedia
mengutarakan maslah
yang dihadapinya.
Tuk 2: Kriteria Evaluasi: Dalam rangka mengurangi Pasien dapat
Pasien dapat Pasien mampu ansietas (anxiety reduction), mengungkapkan
mengenali ansietas mengidentifikasi dan maka perlu dilakukan penyebab
mengungkapkan gejala intervensi berupa: ansietasnya,
ansietas.  Bantu pasien untuk sehingga perawat

mengidentifikasi dan dapat

menguraikan menentukan
tingkat ansietas
perasaannya.
pasien dan
 Hubungan perilaku
menentukan
dan perasaannya.
intervensi
 Validasi kesimpulan selanjutnya.
dan asumsi terhada

14
pasien. Mengobservasi

 Gunakan pertanyaan tanda verbal dan

terbuka untuk non verbal dari


ansietas pasien
mengalihkan dari
dapat mengetahui
topik yang
tingkat ansietas
mengancam ke hal
yang pasien
yang berkaitan dengan
alami.
konflik.
 Gunakan konsultasi
untuk membantu
pasien
mengungkapkan
perasaannya.
 Mendengarkan
penyebab ansietas
pasien dengan penuh
perhatian.
 Observasi tanda verbal
dan non verbal dari
ansietas pasien.
Tuk 3: Kriteria Evaluasi: Dalam rangaka mengurangi Dukungan
Pasien dapat Tingkat ansietas pasien level ansietas, berikut ini keluarga dapat
mengurangi tingkat berkurang. merupakan intervensi yag memperkuat
ansietasnya. dapat dilakukan dalam mekanisme
kaitannya dengan teknik koping pasien
menenangkan (calming sehingga tingkat
techinique): ansietasnya
 Menganjurkan berkurang.

keluarga untuk tetap Pengurangan atau

mendampingi pasien. penghilangan


rangsang
 Mengurangi atau
penyebab

15
menghilangkan ansietas dapat
rangsangan yang meningkatkan

menyebabkan ansietas ketenangan pada


pasien dan
pada pasien
mengurangi
tingkat
ansietasnya.
Tuk 4: Kriteria Evaluasi:  Gali cara pasien Peningkatan
Pasien dapat Tingkat ansietas pasien mengurangi ansietas pengetahuan
menggunakan berkurang. dimasa lalu. tentang penyakit
mekanisme koping yang dialami
 Tunjukkan akibat mal
yang adaptif. pasien dapat
adaptif dan destruktif
membangun
dari respons koping
mekanisme
yang digunakan. koping pasien
 Dorong pasien untuk terhadap ansietas
menggunakan respons yang dialaminya.
koping adaptif yang
dimilikinya.
 Bantu pasien untuk
menyusun kembali
tujuan hidup,
memodifikasi tujuan,
menggunakan ansietas
sedang.
 Latih pasien dengan
menggunakan ansietas
sedang.
 Beri aktifitas fisik
untuk menyalurkan
energinya.
 Libatkan pihak yang

16
berkepentingan,
seperti keluarga,
sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam
membantu pasien
menggunakan koping
adaptif yang baru.
Tuk 5: Kriteria Evaluasi: Ajarkan pasien teknik Teknik relaksasi
Pasien mampu Tingkat ansietas pasien relaksasi untuk yang diberikan
memperagakan dan berkurang dan pasien meningkatkan kendali dan pada pasien dapat
menggunakan teknik dapat mengendalikan rasa percaya diri: mengurangi
relaksasi untuk gangguan ansietas atau  Pengalihan situasi ansietas.
mengatasi ansietas. ansietasnya.  Latihan relaksasi:
 Tarik nafas dalam
 Mengerutkan dan
mengendorkan
otot-otot
 Hipnotis diri
sendiri (latihan 5
jari)
Tuk 6: Kreteria Evaluasi:  Diskusikan maslah Keluarga sebagai
Meningkatkan Keluarga mengetahui yang dirasakan support system
pengetahuan dan masalah ansietas anggota keluarga dalam (sistem
kesiapan keluarga keluarganya serta pendukung) akan
merawat pasien.
dalam merawat pasien mengetahui cara sangat
 Diskusikan tentang
dengan gangguan perawatan dan berpengaruh
ansietas, proses
ansietas. penanganan anggota dalam
terjadinya
kelurga dengan gangguan mempercepat
ansietas. ansietas,serta tanda proses
dan gejala. penyembuhan
 Diskusikan tentang pasien.
penyebab dan akibat

17
dari ansietas.
 Diskusikan cara
merawat pasien
dengan ansietas
dengan cara
mengajarkan teknik
relaksasi berupa:
 Mengalihkan
situasi.
 Latihan relaksasi
dengan nafas
dalam,
megerutkan, dan
mengendorkan
otot.
 Meghipnotis diri
sediri (latihan 5
jari)
 Diskusikan dengan
keluarga tentang
perilaku pasien yang
perlu dirujuk dan
bagaimana cara
merujuk pasien.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas
sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.

Tingkatan Ansietas :

a. Ansietas Ringan

b. Ansietas Sedang

c. Ansietas Berat

3.2 Saran

Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan tersebut dapat berupa :

 Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan


 Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan
 Gaya hidup yang sehat :
o Makan makan yang bergizi dan seimbang.
o Tidur yang cukup.
o Cukup olahraga.
o Tidak merokok.
o Tidak meminum-minuman keras.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai