Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas keperawatan kesehatan jiwa II


semester ganjil 2019

“Retardasi Mental”

Dosen Pengampu :

Ns. Dewi Eka Putri, Skp, M.Kep, Sp. Kep J

Kelompok 4

1. Febi Sagitari (1611315001)


2. Ovitra Mulyawati (1711311031)
3. Wulandari Astagina (1711312001)
4. Yola Fitria (1711312029)
5. Isra Rizantiva (1711312033)
6. Shofiyyah Maghfuroh (1711313029)
7. Tika Nelsya Putri (1711313035)

Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Retardasi Mental”. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil
beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat dosen mata kuliah kesehatan Jiwa II
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Namun,
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam
makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 24 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3

2.1 Pengertian Retardasi Mental.....................................................................


2.2 Etiologi Retardasi Mental........................................................................
2.3 Manifestasi Klinis Retardasi Mental ………………………………………………
2.4 Klasifikasi Retadarsi Mental.................................................................. …………..
2.5 Karakteristik Retadarsi Mental........................................................... ………………
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Retadarsi Mental..................................................................
2.7 Penatalaksanaan Medis Retardasi Mental…………………………………………….
2.8 Penanganan Retardasi Mental……………………………………………………..

2.9 Asuhan Keperawatan pada anak Retardasi mental..................................... ………..

BAB III PENUTUP....................................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal.
Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,
kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai
anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa, sangat diperlukan
adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-
akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat
dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila
dibandingkan dengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi sosial, serta kreatifitasnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa teoritis anak dengan retardasi mental ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui teoritis anak dengan retardasi mental
2. Untuk mengeahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Retardasi Mental

Retardasi mental (RM) adalah fungsi intelektual di bawah angka 7, yang muncul
bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, serta kemampuan beradaptasi dengan kehidupan
sosial sesuai tingkat perkembangan dan budaya. Menurut Maslim (2004), RM adalah suatu
keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang terutama ditandai oleh
terjadinya kendala keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Retardasi mental juga didefenisikan yaitu fungsi intelektual dibawah rata- rata (IQ
dibawah 70) yang disertai dengan keterbatasan yang penting dalam area fungsi adaptif, seperti
keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, penunjukkan diri,
keterampilan akademis, pekerjaan, waktu senggang, dan kesehatan serta keamanan (King, 2000
dalam Videback, 2008).

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi
yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:
jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).

2.2 Etiologi Retardasi Mental

Retardasi mental terjadi karena adanya disfungsi otak. Ada beberapa factor yang menjadi
penyebab dari retardasi mental seperti yang ditulis oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992)
sebagai berikut:

1. Organik
a. Faktor prekonsepsi atau genetik : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neuro-cutaneos, dll.)
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogen dan
toxin, disfungsi pl asenta)
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum, Meningitis,
Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll
d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA
(Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam
2. Non organik
a. Penelantaran anak
b. Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
c. Sosial cultural.
d. Interaksi anak kurang.
3. Rudapaksa (trauma) atau sebab fisik lainnya
Rudapaksa sebelum lahir serta tauma lain, seperti pancaran sinar x, bahan kontrasepsi yang
digunakan, serta melakukan abortus juga dapat menyebabkan retaardasi mental.
4. Gangguan metabolism, pertumbuhan, dan gizi.
Gangguan gizi berat dan lama yang dialami anak sebelum umur 4 tahun sangat mempengaruhi
perkembangan otak ada anak serta dapat memicu terjadinya retardasi mental. Keadaan tersebut
dapat diperbaiki sampai umur anak ahun. Jika anak telah melebihi usia tersebut maka jika anak
diberikan makanan bergizi sekalipun, kemampuan intelegensi yang rendah pada anak sulit untuk
ditingkatkan.
5. Penyakit otak setelah kelahiran
Hal ini dappat disebabkan oleh tumor atau kanker dan beberapa reaksi sel- sel otak yang nyata ,
namun belum diketahui pasti penybabnya.
6. Penyebab lain :
Keturunan, pengaruh lingkungan, dan kelainan mental lain. Retardasi mental dapat juga
disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, Jakarta ).

2.3 Manifestasi Klinis Retardasi Mental


1. Gangguan kognitif.
2. Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama.
4. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal.
5. Kemungkinan lambatnya pertumbuha.
6. Kemungkinan tonus otot abnormal.
7. Kemungkinan ciri – ciri dismorfik.
8. Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar.

2.4 Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi didasarkan pada tingkat kecerdasan terdiri atas keterbelakangan ringan,
sedang, berat, dan sangat berat. Kemampuan kecerdasan anak RM kebanyakan diukur
dengan tes Stanford Binet dan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) (Somantri,
2007).
Menurut Somantri (2007), klasifikasi anak RM adalah sebagai berikut.
1. RM ringan
Menurut Binet dalam Somantri (2007), RM ringan disebut juga moron atau debil,
memiliki Intelligence Quotient (IQ) antara 52—68, sedangkan menurut WISC, IQ antara
55—69. Perkembangan motorik anak tunagrahita mengalami keterlambatan, Somantri (2007)
menyatakan bahwa, “Semakin rendah kemampuan intelektual seseorang anak, maka akan
semakin rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya”.
2. RM sedang
RM sedang disebut juga imbesil yang memiliki IQ 36—51 berdasarkan skala Binet,
sedangkan menurut WISC memiliki IQ 40—54. Anak ini bisa mencapai perkembangan
kemampuan mental (Mental Age—MA) sampai kurang lebih 7 tahun, dapat mengurus
dirinya sendiri, melindungi dirinya sendiri dari bahaya seperti kebakaran, berjalan di jalan
raya, dan berlindung dari hujan.
3. RM berat
RM berat atau disebut idiot, menurut Binet memiliki IQ antara 20—32 dan menurut
WISC antara 25—39.
4. RM sangat berat
Level RM ini memiliki IQ di bawah 19 menurut Binet dan IQ di bawah 24 menurut
WISC. Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat diukur kurang dari tiga tahun.
Anak yang mengalami hal ini memerlukan bantuan perawatan secara total dalam berpakaian,
mandi, dan makan, bahkan memerlukan perlindungan diri sepanjang hidupnya.

2.5 Karakteristik Retardasi Mental


Menurut Somantri (2007), beberapa karakteristik anak retardasi mental sebagai berikut.

1. Keterbatasan kecerdasan

Dengan adanya keterbatasan kemampuan berpikir, mereka mengalami kesulitan belajar.


Masalah yang sering dirasakan terkait proses belajar mengajar di antaranya kesulitan menangkap
pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir
abstrak yang terbatas, daya ingat lemah, dan lain sebagainya.

2. Keterbatasan sosial

Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri. Waktu
masih kanak-kanak, mereka harus dibantu terus-menerus, disuapi makanan, dipasangkan dan
ditanggali pakaian, disingkirkan dari bahaya, diawasi waktu bermain dengan anak lain, bahkan
ditunjuki terus apa yang harus dikerjakan. Mereka bermain dengan teman-teman yang lebih
muda, karena tidak dapat bersaing dengan teman sebayanya. Tanpa bimbingan dan pengawasan,
mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku yang terlarang terutama mencuri, merusak, dan
pelanggaran seksual.

3. Keterbatasan fungsi mental lainnya

Memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang belum
dikenalnya, keterbatasan penguasaan bahasa, kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,
membedakan antara baik dan buruk, serta membedakan yang benar dan salah.

Menurut Delphie (2005), karakteristik retardasi mental adalah sebagai berikut.

1. Pada umumnya, anak dengan gangguan perkembangan mempunyai pola perkembangan


perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan potensialnya.
2. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelainan perilaku maladaptif, yang
berkaitan dengan sifat agresif secara verbal atau fisik, perilaku yang suka menyakiti diri
sendiri, perilaku suka menghindarkan diri dari orang lain, suka menyendiri, suka
mengucapkan kata atau kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengert maknanya,
rasa takut yang tidak menentu sebab akibatnya, selalu ketakutan, serta sikap suka
bermusuhan.
3. Pribadi anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kecenderungan yang sangat
tinggi untuk melakukan tindakan yang salah.
4. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti terhambatnya perkembangan
gerak, tingkat pertumbuhan yang tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada
persepsi penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak dengan gangguan
perkembangan.
5. Sebagian dari anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelainan penyerta
serebral palsi, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu pada
otak saat dilahirkan ataupun saat awal kehidupan. Mereka yang tergolong memiliki
serebral palsi mempunyai hambatan pada intelektual, masalah berkaitan dengan gerak
dan postur tubuh, pernapasan mudah kedinginan, buta warna, kesulitan berbicara
disebabkan adanya kekejangan otot-otot mulut (artikulasi), serta kesulitan sewaktu
mengunyah dan menelan makanan yang keras seperti permen karet, popcorn, sering
kejang otot (seizure).
6. Secara keseluruhan, anak dengan gangguan perkembangan mempunyai kelemahan pada
segi berikut.
a. Keterampilan gerak.

b. Fisik yang kurang sehat.

c. Koordinasi gerak.

d. Kurangnya perasaan percaya terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya.

e. Keterampilan kasar dan halus motor yang kurang.

7. Dalam aspek keterampilan sosial, anak dengan gangguan perkembangan umumnya


tidak mempunyai kemampuan sosial, antara lain suka menghindar dari keramaian,
ketergantungan hidup pada keluarga, kurangnya kemampuan mengatasi marah, rasa
takut yang berlebihan, kelainan peran seksual, kurang mampu berkaitan dengan
kegiatan yang melibatkan kemampuan intelektual, dan mempunyai pola perilaku
seksual secara khusus.
8. Anak dengan gangguan perkembangan mempunyai keterlambatan pada berbagai tingkat
dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, serta masalah bahasa dapat memengaruhi
perkembangan kemandirian dan dapat menetap hingga pada usia dewasa.
Pada beberapa anak dengan gangguan perkembangan mempunyai keadaan lain yang
menyertai, seperti autisme, serebral palsi, gangguan perkembangan lain (nutrisi, sakit dan
penyakit, kecelakaan dan luka), epilepsi, dan disabilitas fisik dalam berbagai porsi.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Kromosomal Kariotipe
i. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
ii. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
iii. Terdapat beberapa kelainan kongenital
iv. Genetalia abnormal
b. EEG ( Elektro Ensefalogram)
i. Gejala kejang yang dicurigai
ii. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
i. Pembesaran kepala yang progresif
ii. Tuberous sklerosis
iii. Dicurigai kelainan otak yang luas
iv. Kejang lokal
v. Dicurigai adanya tumor intracranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
i. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
ii. Neonatal hepatosplenomegali
iii. Petechie pada periode neonatal
iv. Chorioretinitis
v. Mikroptalmia
vi. Kalsifikasi intrakranial
vii. Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat darah
g. Uji intelegensi standar (Stanford-Binet, Waschler, Bayley Scales Of Infant Development)
h. Uji perkembangan seperti Denver II
i. Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptif Behavior Scales, Woodcock-Johnson Of
Independent Bahavoir, School Edition Of The Adaptive Behavior Scales).

2.6 Penatalaksanaan Medis


1. Obat – obat psikotropika (Tioridazin, [mellaril]) untuk remaja yang berprilaku
membahayakan diri sendiri.
2. Psikostimulan untok remaja yang menunjukkan tanda- tanda gangguan konsentrasi atau
gangguan hiperaktif.
3. Anti depresan ((impramin [tofranil])
4. Karbamazepin (tegretol) dan propranolol (inderal)

2.7 Penanganan Retardasi Mental


a. Pencegahan Primer

Dengan dilakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan sosial


ekonomi, konseling genetik, dan tindakan kedokteran, misalnya perawatan prenatal, pertolongan
persalinan, pengurangan kehamilan pada wanita adolesen dan di atas usia 40 tahun, serta
pencegahan radang otak pada anak-anak.

b. Pencegahan Sekunder

Meliputi diagnosis dan pengobatan dini pada keadaan yang menyebabkan terjadinya
retardasi mental.

c.Pencegahan Tersier

Meliputi latihan dan pendidikan di sekolah luar biasa, obat-obatan neuroleptika, serta
obat yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan metabolisme otak.
2.8 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Lakukan pengkajian :

1. Lakukan pengkajian fisik.


2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dangangguan herediter dimana
retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama4.
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanyatrauma prenatal, perinatal,
pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme,konsumsi obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,ensefalitis, campak) atau suhu
tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,disfungsimetabolik, radiografi,
tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet,Wechsler Intellence, Scale,
American Assiciation of MentalRetardation Adaptif Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental.
14. Tidak responsive terhadap kontak.Kontak mata buruk selama menyusui.
15. Penurunan aktivitas spontan.
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat.
19. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin terganggu. Gangguan
pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autisme Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan
persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah : pemotongan tali pusat
terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500
gram)

 Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)

Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain, tertawa atau
cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak
mata, menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari
pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka, jarang memainkan permainan
khayalan, memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang
sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu.

 Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita autisme.

c. Psikososial

 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua


 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus

d. Neurologis

 Respons yang tidak sesuai dengan stimulus


 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar

e. Gastrointestinal

e. Penurunan nafsu makan


f. Penurunan berat badan

2.Diagnosa Keperawatan

a. Hambatan komunikasi verbal b/d kesulitan memahami komunikasi


b. Hambatan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
c. Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM
3. NANDA , NOC, NIC

NO NANDA NOC NIC


1 Hambatan 5. Komunikasi 9. Mendengar aktif
komunikasi Kriteria hasil: Aktivitas:
verbal b/d a. Dapat 1.4 Buat tujuan interksi.
kesulitan menggunakan 1.5 Tunjukan ketertarikan
memahami bahasa lisan (4) pada klien.
komunikasi . b. Dapat 1.6 Gunakan pertanyaan
menggunakan atau pernyataan yang
bahasa tertulis (3) mendorong klien
c. Dapat untuk
menggunakan foto mengekspreikan
dan gambar (4) perasaan, pikiran, dan
d. Dapat mengenali kekhawatiran.
pesan yang 1.7 Gunakan komunikasi
diterima (3) non verbal untuk
6. Komunikasi : memfasilitasi
mengekspresikan komunikasi.
Criteria hasil: 1.8 Sadari tempo suara,
a. Dapat volume, kecepatan
menggunakan maupuntekanan suara.
bahasa lisan atau 1.9 Identifikasi tema yang
fokal (4) dominan.
b. Kejelasan bicara 1.10 Berespon
(4) segera sehingga
7. Orientasi kognitif: menunjukkan
a. Dapat pemahaman terhadap
mengidentifikasi pesan yang diterima
diri sendiri (4) dari pasien.
b. Dapat 10. Peningkatan komunikasi:
mengidentifikasi kurang bicara
orang – orang yang a. Monitor kecepatan
signifikan (4) bicara, tekanan,
kuantitas, volume,
dan diksi.
b. Monitor proes
kognitif, anatomis,
dan fisiologis terkait
kemampuan
berbicara.
c. Kenali emosi dan
prilaku fisik pasien
sebagai bentuk
komunikasi mereka.
d. Sesuaikan gaya
komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan
klien.
e. Memodifikasi
lingkungan untuk bisa
meminimalkan
kebisingan yang
berlebihan dan
menurunkan distress
emosi.
f. Instruksikan pasien
untuk bicara pelan.
g. Kolaborasi bersama
keluarga dan
ahli/terapis bahasa
patologis untuk
mengembangkan
rencana agar bisa
berkomunikasi secara
efektif.
11. Fasilitasi pembelajaran
Aktivitas:
a. Mulai tindakan hanya
jika pasien memang
sudah siap untuk
memulai
pembelajaran.
b. Tentukan tujuan
pembelajaran yang
jelas dan mudah
dinilai.
c. Buat isi pendidikan
kesehatan sesuai
dengan kognitif,
psikomotor, dan
afektif pasien.
d. Berikan informasi
sesuai dengan tingkat
perkembangan pasien.
e. Ciptakan lingkungan
yang kondusif unttuk
belajar.
f. Sesuaikan informasi
dengan gaya hidup
dan rutinitas pasien
sehingga dapat
dipatuhi.
g. Gunakan bahasa yang
umum digunakan.
h. Janagn terlalu lama
dalam mmberikan
pendidikan kesehatan.
2 d. Hambatan Keterampilan interaksi 1. Peningkatan
interaksi sosial (1502) sosialisasi
sosial b/d Indikator : 20. Anjurkan peningkatan
kesulitan - Mengunakan keterlibatan dalam
bicara pembukaan hubungan yang sudah
/kesulitan (disclosure) secara mapan
adaptasi tempat (5) 21. Anjurkan kesabaran
sosial - Bekerjasama dalam pengembangan
dengan oranglain hubungan
(4) 22. Tingkatkan hubungan
- Menggunakan dengan orang-orang yang
prilaku asertif memiliki minat dan
secara tepat (4) tujuan yang sama
- Terlibat dengan 23. anjurkan pasien untuk
orang lain (4) mengubah lingkungan
seperti pergi keluar utuk
jalan-jalana atau ke
Memori
bioskop
Indikator :
24. anjurkan kegiatan sosial
- Mengingat
dan masyarakat.
informasi baru saja
25. Anjurkan partisipasi
terjadi secara
dalam kelompok dan/atau
akurat
kegiatan - kegaiatan
- Mengingat
reminiscence individu
informasi yang
26. Izinkan pengujian
terbaru secara
terhadap keterbatasan
akurat
interpersonal.
- Mengingat
27. Lakukan bermain peran
informasi yang
dalam rangka berlatih
sudah lama secara
meningkatkan
akurat
keterampilan dan teknik
komunikasi
Keterlibatan sosial 28. Berikan umpan balik
Indikator : positif saat pasien dapat
- Berinteraksi menjangkau orang lain.
dengan teman 29. Anjurkan perencanaan
dekat kelompok kecil untuk
- Berintaksi dengan kegiatan –kegiatan
tetangga khusus
- Berinteraksi
dengan anggota 2. modifikasi prilaku:
keluarga kecakapan sosial
 bantu pasien untuk
mengindentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
 identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
menjadi fokus latihan
 Peningkatan sosialisasi
 Anjurkan kesabaran
dalam pengembangan
hubungan
 Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan
tujuan yang sama
 anjurkan pasien untuk
mengubah lingkungan
seperti pergi keluar utuk
jalan-jalana atau ke
bioskop

3 Gangguan 1. Fungsi keluarga : - peningkatan koping :


proses 3 menerima A. aktivitas
keluarga b/d keanekaragama a. dukung hubungan
memiliki n di antara (pasien) dengan orang
anak RM anggota yang memiliki
kelurga ketertarikan dan tujuan
B. anggota keluarga yang sama.
bisa melakukan peran b. Dukung sikap (pasien)
yang di lakukan terkait dengan harapan
c. Anggota keluarga yang realistis sebagai
bisa saling upaya untuk mengatasi
mendukung perasaan
d. Anggota keluarga ketidakberdayaan
bisa membantu c. Dukung pasien untuk
satu sama lain mengevaluasi
e. Anggota keluarga perilakunya sendiri
bisa menghabiskan d. Intruksi pasien untuk
waktu sama lain menggunakan teknik
2. Norma lisasi relaksasi sesuai
keluarga dengan kebutuhan
a. Memenuhi kebutuhan e. Gunakan pendekatan
fisik anggota keluarga yang tenang dan
b. Memenuhu kebutuhan memberikan jaminan.
pisikososial anggota f. Berikan suasana
keluarga penerimaan.
c. Memenuhi kebutuhan g. Bantu pasien dalam
perkembangan dari mengembangkan
anggota keluarga penilaian terkait
d. Mempertahankan dengan kejadian
aktifitas dan rutinitas dengan lebih obyektif.
yang tepat h. Dukung kemampuan
e. Menyediakan aktivitas mengatasi stuasi
yang sesuai dengan secara berangsur –
usia dari kemampuan angsur.
anggota keluarga yang i. Dukung kemampuan
terkenak Nampak dalam menerima
3. Ketahanan keterbatasan orang
keluarga lain.
a. Beradaptasi - Pemiliharaan proses
dengan keluarga
kesulitan a. Tentukan
sebagai suatu gangguan khas
tantangan pada proses
b. Mengekspresik keluarga
an keyakinan b. Indentifikasi efek
dalam perubahan peran
mengatasi terhadap proses
kesulitan keluarga
c. Mendukung c. Diskusikan
anggota strategi untuk
keluarga menormalkan
d. memilihara kehidupan
anggota keluarga dan
keluarga seluruh anggota
e. melindugi keluarga
anggota d. Bantu anggota
keluarga keluarga
f. melaporkan menerapkan
pembelajaran strategi norma
dan lisasi terhadap
pertumbuhan situasi yang
mereka hadapi
e. Diskusikan
mekanisme
dukungan sosial
yang ada untuk
keluarga
f. Sediankan
mekanisme bagi
keluarga untuk
tetap tinggal
bersama pasien
dan
berkomunikasi
dengan anggota
keluarga yang lain
g. Identifikasi
kebutuhan akan
perawatan rumah
dan bagaimana
jika home care di
ikutkan dalam
gaya hidup
pasien.
h. Susun jadwal
untuk aktifitas
home care yang
meminimalkan
pada proses
keluarga
- Dukungan keluarga
a. Nilai reaksi emosi
keluarga terhadap
kondisi pasien
b. Pertimbangkan
beban psikologis
dari prognosis
terhadap keluarga
c. Dukung harapan
realistis
d. Dengarkan
kekawatiran ,
perasaan dan
pertanyaan dari
keluarga
e. fasilitasi
komunikasi akan
khawatiran atau
perasaan antara
pasien dan
keluarga atau
antar anggota
keluarga
f. tingkatkan
hubungan saling
percaya dengan
keluarga
g. jawab semua
pertanyaan dri
keluarga atau
bantu untuk
mendapatkan
jawaban
h. orientasi keluarga
terkait tatanan
pelayanan
kesehatan seperti
rumah sakit atau
klinik
i. bantu anggota
keluarga dalam
mengindentifikasi
dan memecahkan
konflik nilai nilai
keluarga
j. hargai dukungan
mekanisme
koping adaptif
yang di gunakan
keluarga

4. Implementasi

Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi keperawatan
perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain yang dipercaya

5.Evaluasi

Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan yang dibuat dan
menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien
teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang
ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retardasi mental (RM) adalah fungsi intelektual di bawah angka 7, yang muncul
bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, serta kemampuan beradaptasi dengan
kehidupan sosial sesuai tingkat perkembangan dan budaya. Menurut Maslim (2004), RM
adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang terutama
ditandai oleh terjadinya kendala keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, dan sosial. Etiologi dari retardasi mental adalahfaktor genetik , faktor
prenatal, faktor perinatal, faktor pascanatal, rudapaksa (trauma) dan/atau sebab fisik lain,
gangguan metabolisme, pertumbuhan, atau gizi. penyakit otak yang nyata (setelah
kelahiran).

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca dan juga penulis dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai retardasi mental. Penulis meminta saran dan
kritikan kerena makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, dan penulis mohon maaf
apabila ada yang salah.
Daftar Pustaka

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The


Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.” Terdapat pada:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.

Anda mungkin juga menyukai