Anda di halaman 1dari 6

Putas Penait len BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

Banad Kenailh DPR RI


Gd. Nuar tnas I Lt. 2
.lJ .dneJ Gato Suot rb
atr kaJ Putas - 072 1
904517 542 175
moc.liamg@takgnisofni KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS
Vol. X, No. 17/I/Puslit/September/2018

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP


KELOMPOK RENTAN DALAM MENGHADAPI
BENCANA ALAM DI LOMBOK
13
Mohammad Teja

Abstrak
Indonesia merupakan wilayah yang rentan terkena bencana alam. Salah
satu bencana terkini yang dialami Indonesia adalah bencana gempa bumi di
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagian besar korban adalah kelompok rentan.
Kelompok rentan adalah perempuan, termasuk remaja perempuan, perempuan
hamil, perempuan menyusui, penyandang disabilitas, serta anak. Kesiapsiagaan
masyarakat perlu dilihat sebagai upaya penting dalam meminimalisasi risiko
bencana terhadap kelompok rentan. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan
bagaimana mempersiapkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap kelompok
rentan dalam menghadapi bencana. Peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan
kapasitas masyarakat merupakan bagian dari kesiapsiagaan masyarakat. Budaya
masyarakat setempat atau kearifan lokal perlu dimanfaatkan untuk memperkuat
kesiapsiagaan masyarakat. DPR RI berperan penting dalam memberikan
kepastian hukum tentang bagaimana pemerintah bisa memberikan dukungan
peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pendahuluan sebanyak 73.843, dan jumlah


Indonesia merupakan wilayah pengungsi mencapai 431.416 orang
yang rentan terkena bencana alam (Kompas.com, 29 Agustus 2018).
karena kondisi geografisnya. Bencana Sebagian besar pengungsi adalah
alam terkini yang banyak menyita perempuan, termasuk ibu hamil
perhatian adalah bencana gempa yang jumlahnya tidak kurang dari
bumi di Lombok, Nusa Tenggara 4.000 orang. Dari jumlah tersebut, 136
Barat. Hingga tanggal 21 Agustus orang ibu telah melahirkan (harnas.
PUSLIT BKD 2018, bencana gempa Lombok telah co, 24 Agustus 2018).
menimbulkan korban sebanyak 515 Kelompok yang paling rentan
jiwa, korban luka sebanyak 7.145 dalam situasi darurat bencana
orang, jumlah rumah rusak yang adalah perempuan, terutama
sudah tidak layak lagi ditempati remaja perempuan, perempuan
hamil, perempuan menyusui, jiwa. Perinciannya sebagai berikut:
anak, penyandang disabilitas, dan di Kabupaten Lombok Utara,
lanjut usia. Pentingnya penanganan jumlah pengungsi laki-laki 74.300
korban bencana secara tepat dan jiwa dan perempuan 62.882 jiwa;
cepat memberikan peluang untuk Lombok Timur: laki-laki sebanyak
meminimalisasi jumlah korban 37.832 jiwa dan perempuan 40.536
akibat keterlambatan tindakan jiwa; Lombok Barat: laki-laki 59.734
penyelamatan masyarakat, terutama jiwa dan perempuan 59.084 jiwa;
pada kelompok rentan. Dalam hal serta di Mataram: laki-laki 7.634
ini, kesiapsiagaan masyarakat perlu jiwa dan perempuan 10.734 jiwa.
dilihat sebagai upaya penting. Tulisan Lebih lanjut, sedikitnya 4.000 ibu
ini akan menjelaskan bagaimana hamil menjadi korban dan masih
mempersiapkan kesiapsiagaan berada di posko pengungsian.
masyarakat terhadap kelompok Dari jumlah tersebut, 136 ibu telah
rentan dalam menghadapi bencana. melahirkan (harnas.co, 24 Agustus
2018). Data sementara dari BNPB per
14
Kelompok Rentan 14 Agustus 2018 menyebutkan, di
Pengertian kelompok rentan Lombok Utara terdapat 1.991 balita
tidak dirumuskan secara eksplisit berusia nol hingga lima tahun dan
dalam peraturan perundang- 2.641 anak-anak berusia 6 hingga
undangan, seperti tercantum dalam 11 tahun (Voaindonesia.com, 14
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Agustus 2018).
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Kelompok rentan membutuhkan
Asasi Manusia yang menyatakan perlakuan dan perlindungan khusus
bahwa setiap orang yang termasuk supaya bisa bertahan menghadapi
kelompok masyarakat yang rentan situasi pasca-bencana. Kondisi
berhak memperoleh perlakuan dan pengungsian yang penuh sesak
perlindungan lebih berkenaan dengan tanpa tenda dan fasilitas memadai,
kekhususannya. Dalam penjelasan ditambah rasa trauma dan cuaca
pasal tersebut disebutkan bahwa buruk, membuat korban terutama
yang dimaksud dengan kelompok perempuan dan anak-anak mulai
masyarakat yang rentan, antara terkena penyakit. Banyak anak-
lain adalah orang lanjut usia, anak- anak menderita panas demam,
anak, fakir miskin, wanita hamil, pernapasan, dan kedinginan
dan penyandang cacat. Sedangkan (Liputan6.com, 12 Agustus 2018).
menurut Human Rights Reference 3
disebutkan bahwa yang tergolong Kesiapsiagaan Masyarakat
ke dalam kelompok rentan adalah: Melindungi Kelompok Rentan
a. Refugees; b. Internally Displaced Kesiapsiagaan bencana penting
Persons (IDPs); c. National Minorities; d. dilihat sebagai upaya pengurangan
Migrant Workers; e. Indigenous Peoples; risiko bencana. Kesiapsiagaan
f. Children; dan g. Women. merupakan salah satu upaya yang
Pada kasus bencana alam, dilakukan untuk mengantisipasi
sebagian korban adalah kelompok kemungkinan terjadi bencana guna
rentan. Sebagai gambaran, pada menghindari adanya korban jiwa,
kasus bencana gempa di Lombok, kerugian harta benda, dan perubahan
sebagian besar pengungsi adalah tata kehidupan masyarakat di
perempuan dengan jumlah 173.236 kemudian hari (Sutton dan Tierney,
2006 dalam Febriana et. al, 2015). juga tidak tahu bagaimana cara
Menurut BNPB (2012 dalam Febriana menanggulanginya (Kompas.com,
et al, 2015), kesiapsiagaan adalah 7 Agustus 2018), terlebih memberi
serangkaian kegiatan yang dilakukan pertolongan pada kelompok rentan.
untuk mengantisipasi bencana melalui Permasalahan seperti ini tidak hanya
pengorganisasian serta melalui terjadi di Lombok saja, tetapi di
langkah yang tepat dan berdaya hampir semua kasus bencana alam di
guna. Sedangkan Kent (1994 dalam Indonesia.
Febriana et. al, 2015) mendefinisikan Beberapa penelitian menyebutkan
kesiapsiagaan menjadi lebih luas, bahwa banyaknya jumlah korban
yaitu meminimalisasi akibat-akibat bencana alam disebabkan para korban
yang merugikan dari suatu bahaya tidak mempunyai pengetahuan
melalui tindakan pencegahan yang tentang ancaman gempa dan tsunami
efektif, rehabilitasi, dan pemulihan (Febriana et. al, 2015). Untuk itu,
15 untuk memastikan pengaturan serta masyarakat perlu meningkatkan
pengiriman bantuan dan pertolongan kapasitas pengetahuannya mengenai
setelah terjadi bencana secara tepat bagaimana menghadapi situasi
waktu dan efektif. bencana bagi dirinya sendiri, keluarga,
Saat terjadi bencana, situasi tetangga, dan kelompok rentan
terasa tidak menentu, sementara yang ada dalam lingkungannya.
korban bencana memerlukan Pengetahuan kebencanaan perlu
tindakan penanganan yang cepat diberikan kepada masyarakat rawan
dan tepat. Pelibatan masyarakat bencana sedini dan serutin mungkin,
dalam kesiapsiagaan bencana penting baik melalui media sekolah, informal,
mengingat masyarakat merupakan maupun media sosial.
subjek dan objek sekaligus sasaran Kendati demikian, perlu
utama pengurangan risiko bencana. dipahami bahwa sekalipun masyarakat
Secara alamiah, masyarakat mampu telah memiliki pengetahuan untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. menghadapi bencana, tidak semuanya
Dalam kasus kebencanaan, siap menghadapi bencana dan
masyarakat yang terkena bencana menyesuaikan diri dalam keadaan
sebenarnya mempunyai coping pasca-bencana. Setelah bencana terjadi,
mechanism atau cara sendiri untuk beberapa individu akan mengalami
bertahan dalam suatu kondisi gejala seperti ketakutan dan kecemasan
tertentu (Singgih, 2017: 4-5). Salah yang berlebihan, menghindari hal-
satu strategi pertahanan adalah hal yang terkait bencana, teringat
kesadaran dan pengetahuan dalam kembali peristiwa bencana, sedih
menghadapi bencana. yang mendalam, mati rasa secara
Pada kasus gempa di emosi, dan gejala psikosomatis, yaitu
Lombok, Hening Parlan dari merasa sakit tetapi tidak ada indikasi
Lembaga Lingkungan Hidup medis yang kuat. Gejala inilah yang
dan Penanggulangan Bencana disebut sebagai trauma pasca-
mengungkapkan bahwa bencana (Tim Pusat Krisis Fakultas
kesiapsiagaan masyarakat terhadap Psikologi UI, 2006 dalam Rakhman
gempa masih kurang karena dan Kuswardan, 2012). Dalam
pengetahuan mereka mengenai kondisi seperti ini, masyarakat juga
ancaman gempa masih minim. Selain akan kesulitan memberi pertolongan
itu, apabila terjadi gempa, mereka kepada kelompok rentan.
Ketangguhan masyarakat dalam Kuswardan, 2012). Kebiasaan hidup
mengantisipasi, memproteksi diri, kolektif, merasakan kesenangan
dan beradaptasi dengan lingkungan bersama dalam satu kelompok
sekitarnya yang rawan bencana juga komunitas, dipadu dengan nilai-nilai
harus diikuti dengan daya lenting kearifan yang ada dalam masyarakat
masyarakat dalam menghadapi menghasilkan interaksi pemikiran
bencana (BNPB, dalam Rakhman dan dan perasaan yang menghasilkan
Kuswardan, 2012). Banyak penelitian kesepakatan untuk melakukan
menunjukkan bahwa pendekatan perubahan secara kolektif. Hal ini
yang sesuai dalam penanganan membangkitkan semangat untuk
bencana adalah pendekatan yang melanjutkan kehidupan di antara
berbasis budaya setempat atau korban bencana gempa (Rakhman
mengangkat kearifan lokal di wilayah dan Kuswardan, 2012), dan
tersebut, mengingat masyarakat kelompok rentan di dalamnya.
hidup dan berkembang dengan pola Tentunya perlu wadah 16
pikir budaya setempat (Kuswardani berhimpun personal terlatih
dalam Rakhman dan Kuswardan, penanggulangan bencana berbasis
2012). Penanganan trauma pasca- masyarakat seperti Tagana (Taruna
bencana di Indonesia yang cenderung Tanggap Bencana). Dalam hal
memiliki budaya kolektif adalah penanggulangan bencana juga sering
mendekatkan anak pada keluarga disebut dengan istilah TRC (Tim
dan komunitasnya. Penelitian pada Reaksi Cepat) untuk mendampingi
keluarga korban bencana gempa di masyarakat. Tagana merupakan
Bantul menemukan bahwa semakin bentuk keikutsertaan generasi muda
erat hubungan keluarga, maka tingkat dalam penanggulangan bencana
kebahagiaan anak semakin tinggi berbasis masyarakat dalam berbagai
(Diponegoro dalam Rakhman dan aspek. Julianto (wawancara, 16
Kuswardan, 2012). September 2018) mengatakan, saat ini
Selain mendekatkan anak pada sedang dirintis program Tagana go to
keluarga, kegiatan gotong-royong community yang kegiatannya adalah
merupakan bentuk kearifan lokal sosialisasi kebencanaan, praktik
lain yang bisa digunakan untuk penanganan pertama dalam situasi
menghadapi kondisi pasca-bencana. bencana, simulasi penyelamatan
Dalam istilah lokal, gotong-royong kebencanaan kepada semua elemen
atau bekerja sama menyelesaikan masyarakat, termasuk didalamnya
masalah fisik. Semua kegiatan kelompok rentan (lansia, anak,
gotong-royong dilakukan dari, perempuan, penyandang disabilitas,
oleh, dan untuk masyarakat atau dst). Sebagai contoh, Tagana Daerah
komunitas itu sendiri. Gotong- Istimewa Yogyakarta tahun 2018
royong merupakan energi positif di ini telah membentuk komunitas
antara korban bencana, termasuk Difagana (Difabel siap siaga bencana).
kelompok rentan. Kekuatan untuk Kegiatan lain yang telah
saling bantu dalam keadaan yang dilakukan Tagana DIY adalah Tagana
kurang menguntungkan saling go to school yang telah dimulai sejak
ditularkan melalui gotong-royong 2015, adalah untuk memberikan
untuk bersama-sama bangkit dari sosialisasi kepada siswa/i sekolah
masalah bencana alam (Nugraheni & tentang pengetahuan kebencanaan.
Yuniarti, 2012 dalam Rakhman dan Julianto mengatakan bahwa,
sosialisasi penting dilakukan sesuai rentan tentunya perlu dilakukan
dengan kearifan lokal di masing- melalui pemerintah dengan cara
masing wilayah di seluruh Indonesia. sosialisasi di wilayah rawan bencana
Mengajak masyarakat untuk dengan penguatan pengetahuan
mengidentifikasi segala kemampuan kebencanaan kepada masyarakat,
yang ada dalam kesiapan mereka salah satunya melalui sumber daya
menghadapi bencana. yang telah ada seperti organisasi
Langkah yang dilakukan yang bergerak dalam bidang
masyarakat perlu diorganisasi secara penanggulangan bencana alam
baik untuk menghadapi situasi dan bencana sosial yang berbasis
bencana yang akan dan mungkin masyarakat.
saja terjadi di lingkungannya.
Masyarakat diajak untuk sadar dan Referensi
menyiapkan diri jika bencana terjadi Fakta Terbaru Gempa Lombok,
17 dengan memanfaatkan pengetahuan 515 Korban Meninggal hingga
serta budaya kolektif yang ada Kerugian Rp 7,7 Triliun,
di dalamnya. Ini merupakan https://regional.kompas.com/
pondasi bagi masyarakat untuk read/2018/08/21/19041711/5-fakta-
mempercepat pemulihan. Harapan terbaru-gempa-lombok-515-korban-
terpentingnya adalah jumlah korban meninggal-hingga-kerugian-rp-77,
dapat terkurangi dan diantisipasi diakses 29 Agustus 2018.
sejak awal oleh mereka sendiri Febriana., Sugiyanto, Didik., Abubakar,
(Indahri, 2017: 120). Yusya. (2015). “Kesiapsiagaan
Masyarakat Desa Siaga Bencana
Penutup Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Kelompok rentan dalam Bumi di Kecamapat Meuraxx,
situasi darurat bencana memerlukan Kota Banda Aceh.” Jurmal Ilmu
perhatian dan perlakuan khusus. Kebencanaan Pascasarjana Universitas
Peningkatan kesadaran dan Syiah Kuala, Vol. 2, No.3, 41-49.
pengetahuan tentang bagaimana Indahri, Yulia. (2017). Penanggulangan
menghadapi bencana, termasuk Bencana dan Peran Masyarakat,
melindungi kelompok rentan dalam buku Telaah Konsep
perlu diupayakan dalam rangka Penanggulangan Bencana Indonesia.
memperkuat kesiapsiagaan Editor: Muhammad Ali Yusuf.
masyarakat. Begitupun halnya Jakarta: Pusat Penelitian Badan
dengan pemanfaatan budaya lokal Keahlian DPR RI dan Intelgensia
atau kearifan lokal. Intrans Publishing.
DPR RI berperan penting Julianto. (2018), Ketua Tagana Daerah
dalam memberikan kepastian Istimewa Yogyakarta (2015- April
hukum (legislasi) tentang bagaimana 2018), wawancara 16 September
pemerintah bisa memberikan 2018.
dukungan peningkatan kapasitas Penting, Mitigasi dan Tanggap Bencana
masyarakat supaya sadar dan sigap Nasional Secara Mumpuni,
menghadapi situasi bencana. Selain http://www.presidenri.go.id/
itu, DPR RI juga berperan dalam info-kementrian-lembaga/penting-
pengawasan kinerja pemerintah mitigasi-dan-tanggap-bencana-
dalam penanganan bencana. nasional-secara-mumpuni.html,
Dukungan DPR RI pada kelompok diakses 29 Agustus 2018.
Rakhman, Arie Noor., Kuswardani, Yustiningrum, Emilia. (2016). Bencana
Istiana. (2012). “Studi Kasus Alam, Kerentanan dan Kebijakan
Gempa Bumi Yogyakarta 2006: di Indonesia “Studi Kasus Gempa
Pemberdayaan Kearifan Lokal Padang dan Tsunami Mentawai.
Sebagai Modal Masyarakat Yogyakarta: Calpulis.
Tangguh Menghadapi Bencana.”
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Sains & Teknologi (SNSAT) Periode
III Yogyakarta, 3 November 2012.
Singgih, Ujianto Prayitno. (2017).
Penanggulangan Bencana dan
Kebersamaan: Perspektif Partisipasi
Masyarakat, dalam buku Telaah
Konsep Penanggulangan Bencana
Indonesia. Editor: Muhammad Ali 18
Yusuf. Jakarta: Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI dan
Intelgensia Intrans Publishing.

Mohammad Teja
teja@dpr.go.id
Mohammad Teja, S.Sos,. M.Si., menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Jayabaya
jurusan Hubungan Internasional pada tahun 2000 dan pendidikan Magister (S2)
Magister Sosiologi Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 2002. Saat ini menjabat
sebagai Peneliti Muda Sosiologi pada Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI.
Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui buku antara lain: “Pola
Konsumsi Masyarakat Indonesia sebagai Instrumen Pengendali dalam Pembangunan
Berkelanjutan” (2013), Peran CSR Dalam Upaya Meredam Konflik Sosial” (2015),
“Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan Miskin di Pesisir Pantai” (2015).

Info Singkat
© 209, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 208-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai