Anda di halaman 1dari 8

PUSAT PENDIDIKAN TERITORIAL

SATUAN PEMBEKALAN

LEMBAR JAWABAN

MATERI PEMBEKALAN : MANAJEMEN BENCANA ALAM,NON ALAM


DAN SOSIAL
PENDIDIKAN : KAL CALON DANDIM TA 2023
HARI/TANGGAL : AGUSTUS 2023
WAKTU : SESUAI JADWAL
SIFAT : PENUGASAN PERORANGAN
PEMATERI : LETKOL INF NOVIANDRI S.Sos

PERAN KODIM UNTUK MEMBANTU PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI


WLLAYAH GUNA MEMINIMALISIR ANCAMAN BENCANA ALAM DI WILAYAH

Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan


rawan bencana, baik bencana alam, keselamatan transportasi maupun bencana
kelaparan. Posisi geografi dan geologi Indonesia yang terletak di cincin gunung api
pertemuan sejumlah lapisan kerak bumi serta beriklim tropis, sangat rawan terhadap
bencana alam berupa gempa vulkanik dan tektonik, banjir dan tanah longsor. Dengan
mempertimbangkan kerawanan yang ditimbulkan dari akibat bencana alam yang sangat
berbahaya terhadap keamanan dan keselamatan bangsa dan negara, maka bencana
alam dimasukan dalam ancaman yang actual yaitu ancaman berdimensi keselamatan
umum. ”Bencana yang dapat terjadi di Indonesia, merupakan ancaman bagi keselamatan
umum, bisa terjadi murni bencana alam,bencana karena ulah manusia dan bencana
karena faktor alam yang dipicu oleh ulah manusia”. 1 Kondisi tersebut sangat berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan
tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan
di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan
peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang
tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat
fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat

1
Strategi Pertahanan Negara, Departemen Pertahanan RI, h. 45
mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya
adalah faktor keragaman demografi di Indonesia.
Dihadapkan pada kerawana tersebut, sebagai Dandim X yang wilayah
tanggungjawab merupakan Daerah rawan terhadap Bencana Alam,Non Alam dan
Bencana Sosial yang berdampak kepada masalah ekonomi, sosial,budaya serta
kehidupan masyarakat. Agar pembahasan lebih tersietmatis, terdapat beberapa persoalan
yang muncul antara lain : 1) Tindakan dan langkah-langkah apa yang diambil dalam tahap
Mitigasi?; 2) Tindakan dan langkah-langkah apa yang diambil dalam tahap Tanggap
Darurat ?; dan 3) Tindakan dan langkah-langkah apa yang diambil dalam tahap
Rekontruksi bencana jika terjadi di wilayah tanggung jawab. Berdasarkan persoalan
tersebut, identfikasi permasalahan yang muncul adalah “ Bagaimana peran Kodim
untuk membantu penanggulangan bencana alam di wllayah guna meminimalisir
ancaman bencana alam di wilayah?”
Penulisan essay ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang Peran
Kodim untuk membantu penanggulangan bencana alam di wllayah guna meminimalisir
ancaman bencana alam di wilayah . Adapun tujuannya adalah sebagai bahan masukan
dan pertimbangan bagi Pimpinan KODIM X AD dan para pengambil kebijakan untuk
Peran Kodim untuk membantu penanggulangan bencana alam di wllayah guna
meminimalisir ancaman bencana alam di wilayah, melalui strategi dan tahapan yang
sitematis dan kerjasama dengan semua instansi yang terlibat.
Penulisan essai ini menggunakan metode deskriptif analisis didukung oleh data
dan fakta sekunder dilapangan mengenai Peran Kodim untuk membantu penanggulangan
bencana alam di wllayah guna meminimalisir ancaman bencana alam di wilayah. Ruang
lingkup pembahasan dalam tulisan ini, dibatasi pada Peran Kodim untuk membantu
penanggulangan bencana alam di wllayah guna meminimalisir ancaman bencana alam di
wilayah .

Pembahasan
KODIM X disiapkan untuk melaksanakan operasi militer dalam peperangan. Untuk
operasi militer selain perang (OMSP), OMSP merupakan salahsatu tugas pokok KODIM
X sesuai dengan pasal 7 Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia yang salahsatunya pelaksanaan tugas operasi bantuan
penanggulangan bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. 2
Salahsatunya adalah penanggulangan bencana alam, KODIM X hanya dimungkinkan
memanfaatkan idle capacity yang dimiliki. Membina dan mengerahkan KODIM X untuk

2
Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
tugas seperti ini belum didukung anggaran. Baik bantuan untuk para korban maupun
kebutuhan operasional KODIM X itu sendiri.
Tugas dilaksanakan dahulu baru kemudian anggarannya diajukan secara
berjenjang melalui Kementrian Pertahanan RI, untuk selanjutnya menunggu proses
persetujuan DPR RI. Padahal, penanganan bencana alam memerlukan kecepatan dalam
menggerakkan manusia, sarana prasarana dan peralatan yang kesemuanya berkaitan
dengan anggaran. Apalagi, bagi Indonesia sebagai archipelagic state yang memiliki
wilayah terluas di dunia serta rawan terhadap bencana alam dan kecelakaan lain, maka
faktor kecepatan menjadi sangat penting.
Ketika terjadi bencana, diperlukan upaya penuh dedikasi dari berbagai
lembagayang paling utama adalah Takanan Tentara Nasional Indonesia (KODIM X). Inti
dari misi KODIM X terletak pada komitmen mereka untuk menjaga negara, bahkan ketika
dihadapkan pada bencana alam. Mandat mereka melampaui operasi militer
konvensional, dan juga mencakup manajemen bencana.
Definisi bencana dalam buku Disaster Management – A Disaster Manager’s
Handbook adalah suatu kejadian, alam atau buatan manusia, tiba-tiba atau progesive,
yang menimbulkan dampak yang dasyat (hebat) sehingga komunitas (masyarakat) yang
terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-tindakan luar biasa.3
Pengelolaan bencana didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan
(aplikatif) yang mencari, dengan observasi sistematis dan analisis bencana untuk
meningkatkan tindakan-tindakan(measures) terkait dengan preventif (pencegahan),
mitigasi (pengurangan), persiapan, respon darurat dan pemulihan. 4 Teori manajemen
bencana yang ditulis oleh Nick Carter dalam bukunya yang berjudul Disaster Management
: A Disaster Manager’s Handbook, terdiri dari enam tahapan dalam manajemen bencana.
(siklus manajemen bencana).
Dari konsep yang dikemukakan oleh Nick Carter, 3 tahapan awal digolongkan ke
dalam kategori Pra-Bencana karena sifatnya yang dilakukan sebelum terjadi bencana.
Tiga tahapan awal tersebut adalah Pencegahan (Prevention), Peringanan (Mitigation) dan
Kesiapsiagaan (Preparrednes). Tindakan dan tahapan yang bisa diambil oleh Dandim
X dalam tahap Pencegahan dan Peringatan Dini yaitu memprediksi bencana secara
akurat memungkinkan KODIM X mengevakuasi warga dan menyelamatkan nyawa. Tugas
ini merupakan tantangan, mengingat sifat bencana alam yang tidak dapat diprediksi.

3
Carter W. Nick., Manajemen Penanggulangan Bencana, Perpustakaan Nasional Data CIP (Manila,Philipina
: 1991 ).
4
Carter W. Nick, loc. cit.
Namun demikian, teknologi mutakhir KODIM X dan personel berpengalaman dapat
memperkirakan potensi bencana, dan mengambil tindakan yang tepat sebelumnya.
Pencegahan (Prevention), pencegahan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
Dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana: 1) Kesiapsiagaan/kesiapan
(preparedness); 2) Peringatan dini (early warning). Peringatan dini adalah upaya untuk
memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi; 3)
Mitigasi (Mitigation). Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana.
Kodim X dalam menangani penanggulangan Bencana alam dapat bersinergi
dengan unsur Pemda termasuk Ormas. KODIM X telah melaksanakan latihan bersama
dengan Pemda tentang ”Kabupaten/Kota Siaga Bencana”. Latihan ini memberikan
gambaran secara nyata mengenai kondisi wilayah, sehingga mampu memberikan
informasi daerah rawan bencana. Dalam tugas perbantuan penanggulangan bencana ada
beberapa kendala yaitu KODIM X tidak mempunyai sarana dan prasarana
Penanggulangan bencana, dihadapkan kendala tersebut, seyogyanya Ko. Atas
memberikan dukungan sarana dan prasarana Penanggulangan bencana.
Dalam kegiatan mitigasi Kodim X mengadakan sosialisasi dan pelatihan
penanggulangan bencana kepada masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan ini KODIM
X mengalami kendala tidak tersedianya alat berat dan sarana pendukung, dihadapkan
dengan daerah yang luas. Untuk mengatasi kendala tersebut, langkah yang disarankan
adalah untuk melaksanakan kegiatan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut.
Dalam kegiatan Kesiapan (Preparedness), KODIM X membuat posko bencana,
organisasi terkoordinasi dan melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat.
Koordinasi dilakukan dengan aparat terkait dalam menyiapkan posko dan pengadaan
sarana pendukung. KODIM X dengan Pemda selanjutnya menyiapkan lokasi evakuasi
dan pengungsian.
Kerjasama antara KODIM X dengan Pemda dalam tahap Peringatan dini (Early
Warning) adalah melakukan kegiatan penghijauan dan pelatihan menyampaikan kepada
masyarakat melalui media station radio dan alat komunikasi dari aparat pemerintah desa.
Contoh peringatan dini menyiapkan lokasi evakuasi dan pengungsian, segera
memberitahukan kepada masyarakat bahwa status G. Tangkuban Perahu saat ini status
siaga, masyarakat segera mengungsi. Kendala yang dihadapi oleh KODIM X dihadapkan
pada lokasi antar kampung di wilayah selatan berbukit dan berjauhan. Dihadapkan
dengan kendala tersebut perlu dipenuhi sarana dan prasarana dilengkapi kendaraan dan
Alkom.

Dampak Bencana (Disaster Impact) dan Tanggapan (Response), dapat


diklasifikasikan ke dalam kategori Tanggap Darurat karena sifatnya yang dilakukan pada
saat terjadi bencana. Tahapan dan tindakan Danidm X dalam tahap Pasca bencana,
respons yang cepat dan cepat sangat diperlukan. KODIM X dengan cepat mengerahkan
sumber dayanya untuk operasi penyelamatan, sehingga menyelamatkan banyak nyawa.
Strategi yang dilakukan KODIM X dalam situasi seperti itu dapat mengunakan helikopter
untuk survei dan penyelamatan udara, mengerahkan tim medis, serta menjaga hukum
dan ketertiban adalah beberapa tugas penting yang mereka lakukan.
Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. Dalam tahapan ini,
tindakan yang dapat dilakuan Dandim adalah membantu : 1) Pencarian dan
penyelamatan: KODIM X memiliki personel yang dilatih khusus untuk melakukan
pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) dalam situasi bencana alam.
Mereka menggunakan keahlian dan peralatan khusus untuk mencari dan menyelamatkan
korban, baik yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan maupun terisolasi di
daerah terpencil; 2) Evakuasi: KODIM X juga terlibat dalam proses evakuasi korban
bencana alam, baik dengan menggunakan helikopter, perahu karet, atau kendaraan darat
lainnya.
Personel KODIM X membantu dalam memindahkan korban dari daerah yang
terdampak ke tempat yang lebih aman seperti tempat pengungsian; 3) Distribusi bantuan:
KODIM X berperan dalam mendistribusikan bantuan pangan, air bersih, obat-obatan, dan
kebutuhan lainnya kepada korban bencana alam. Mereka menggunakan kemampuan
logistik yang dimiliki untuk memastikan bantuan mencapai korban dengan cepat dan
efisien; dan 4) Pembangunan sementara: KODIM X juga membantu dalam membangun
fasilitas sementara seperti tenda pengungsian, dapur umum, dan fasilitas kesehatan
sementara. Hal ini bertujuan untuk memberikan tempat tinggal sementara dan akses
pelayanan dasar kepada korban yang kehilangan rumah dan fasilitas mereka.
KODIM X sebagai Koter berkoordinasi dengan Pemda tentang sarana prasarana
yang dibutuhkan dalam penanganan pengungsi dan Bencal terealisasi dengan baik.
Koordinasi antara KODIM X dengan Pemda berjalan dengan baik, dalam menolong
maupun pada saat evakuasi. Kerjasama antara KODIM X dengan Pemda baik dengan
dinas sosial , dinas kesehatan maupun dinas-dinas lain yang terkait dalam rangka
membangun tempat pengungsian serta membuat dapur umum. Kendala yang dihadapi
oleh KODIM X adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kejadian bencana
alam. Upaya yang disarankan adalah KODIM X harus membuat agenda latihan
penanggulangan bencana dalam rangka mengurangi korban maupun kesiapsiagaan.
Upaya yang dilakukan oleh KODIM X dan Pemda dalam memenuhi kebutuhan
dasar korban dipengungsian yaitu melalui penggalangan dan menampung bantuan yang
bersumber dari kedinasan maupun donatur, pemerintah pusat dan masyarakat yang tidak
terkena bencana. Kendala yang dihadapi oleh KODIM X adalah infrastruktur dan wilayah
yang sulit dijangkau, sehingga mengakibatkan pendistribusian terhambat, sulit air bersih
dan masih banyak warga yang mementingkan diri sendiri. Dihadapkan kendala tersebut
upaya yang dilakukan adalah menyarankan kepada Pemda agar mendukung sarana dan
prasarana untuk mendukung kelancarana pada saat bencana alam.

Kemudian tahapan terakhir milik Nick Carter adalah tahap Pemulihan (Recovery)
dan Pembangunan (Development), dapat diklasifikasikan ke dalam kategori Pasca-
Bencana. Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali prasana dan sarana pada keadaan semula, dengan persiapan
upaya-upaya pengurangan resiko sehingga dapat mengurangi kejadian bencana dimasa
mendatang. Rehabilitasi adalah upaya/langkah yang diambil setelah kejadian bencana
untuk membantu masyarakat memperbaiki/ memfungsikan rumah, fasilitas umum dan
fasilitas sosial serta menghidupkan kembali roda perekonomian.
Tindakan dan tahapan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dandim X. Setelah fase
darurat awal selesai, tugas berat rehabilitasi dan rekonstruksi pun dimulai. KODIM X
memainkan peran penting dalam memulihkan infrastruktur dan membantu warga kembali
ke kehidupan normal dengan cepat.
KODIM X (Tentara Nasional Indonesia) memiliki peran yang penting dalam
penanggulangan bencana alam di Indonesia. Berikut adalah beberapa peran KODIM X
dalam penanggulangan bencana alam. Penting untuk dicatat bahwa dalam
penanggulangan bencana alam, KODIM X bekerja sama dengan berbagai instansi
pemerintah seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD), Basarnas,
Kementerian Sosial, dan pemerintah daerah untuk memastikan penanggulangan bencana
alam dilakukan secara terkoordinasi dan efektif.
KODIM X ikut terlibat dalam relokasi penduduk yang berada di daerah rawan
bencana ke tempat yang lebih aman. Selain itu, mereka juga terlibat dalam upaya
rehabilitasi daerah yang terdampak bencana, seperti membangun kembali infrastruktur
yang hancur dan memulihkan kehidupan masyarakat setelah bencana.
Dalam kegiatan Pemulihan (recovery) Kodim X melakukan karya bakti serbuan
teritorial dalam rangka kegiatan mitigasi, melaksanakan sosialisasi untuk rehabilitasi
mental bagi warga yang terkena benca alam. Kendala yang dihadapi pada saat
melaksanakan pemulihan yaitu masyarakat masih kurang sadar dan belm mengerti apa
yang dilakukan pada saat mengakses barang untuk pemenuhan kebutuhan dasar serta
susahnya mencatat masyarakat untuk melacak masyarakat yang terpisah. Dihadapkan
kondisi tersebut, disarankan kepada Pemda agar dapat memberikan sosialisasi kepada
masyarakat tentang kegiatan mitigasi bencana.
Dalam kegiatan Rehabilitasi (Rehabilition) KODIM X dengan Pemda mendata
kerusakan dan kerugian akibat Bencal, melaporkan jumlah warga yang mengungsi, dan
merealisasikan bantuan kepada seluruh korban bencana alam. Kendala yang dihadapi
meliputi pendistribusian bantuan belum maksimal karena sarana pendukung masih
kurang (kendaraan). Dihadapkan dengan kondisi tersebut, disarankan kepada Pemda
agar menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga pada saat
pendistribusian bantuan tetap lancar.
Melakukan perbaikan fasilitas umum, kembalikan masyarakat ketempat dan
kendalikan perkeonomian masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini yakni
anggaran dan dukngan serta status BPBD yang masih bentuk Dinsos, hal ini mempersulit
koordinasi ke tingkat BPBD Provinsi dan BPBD. Oleh karena itu, disarankan kepada Ko.
Atas untu mendukung angggaran, pernambahan personel dan perubahan status Dinas
menjadi BPBD.

Penutup

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan ketahanan dalam


menghadapi bencana alam dicapai melalui upaya terpadu dari personel yang berdedikasi
seperti KODIM X. Tugas KODIM X dalam penanganan bencana alam tidak hanya
menunjukkan kemahiran dan keahlian mereka namun juga menggarisbawahi peran
penting yang mereka mainkan dalam melindungi bangsanya.Sebagai penutup, ingatlah
ungkapan ini: “Dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak”. Demikian
pula penanganan dan penanggulangan bencana alam merupakan tanggung jawab
bersama. Kita harus menjunjung tinggi tugas kita sebagai warga negara dan mendukung
organisasi seperti KODIM X dalam misinya.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, terdapat saran yang diajukan ke Komando Atas
antara lain : “Untuk mensinkronkan dan mensinergikan penanggulangan bencana alam di
daerah, disarankan agar dilaksanakan revisi Mou/kerjasama antara Satuan TNI,
Pemerintah Wilayah dan masyarakat; dan Perlu dibuat jalur evakuasi sesuai tipologi
daerah dan tipologi bencana, dipenuhinya sarana dan prasarana, dibuat alarm early
warning dan protap kebencanaan yang dirumuskan oleh BPBD berserta unsur instansi
terkait lainnya termasuk di dalamnya TNI beserta jajarannya”.
Demikian essai ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua

Anda mungkin juga menyukai