Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR JAWABAN PENUGASAN

MATERI PEMBEKALAN : MANAJEMEN BENCANA ALAM, NON ALAM DAN


SOSIAL
PENDIDIKAN : KAL CALON DANDIM TA. 2023

PENINGKATAN PERAN SATUAN KOMANDO KEWILAYAHAN DALAM


MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH MENGANGGULANGI BENCANA ALAM

I. PENDAHULUAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,
non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana
sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Bencana mengakibatkan kerusakan fisik dan korban jiwa selain itu bencana juga
memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat. pada skala tertentu
2

Bencana dapat melumpuhkan perekonomian dengan menghancurkan infrastruktur,


mengganggu jaringan komunikasi, wabah penyakit, gagal panen dan lain sebagainya.
Peristiwa bencana yang membawa berupa kerusakan fisik dan korban jiwa secara
langsung dapat berakibat pada penurunan kinerja perekonomian wilayah. Dampak
peristiwa bencana alam terhadap perekonomian wilayah tidak hanya membawa
dampak negatif, tetapi justru dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang baru di
wilayah yang terdampak. Namun bencana diperkirakan akan mengganggu kegiatan
ekonomi dalam jangka pendek karena kerusakan langsung dan tidak langsung yang
ditimbulkannya.
Berkaitan dengan penanggulangan bencana alam tersebut, satuan Kodim di
satuan Kowil TNI AD memiliki tugas sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Langsung di bawah arahan Dandim, pada Kabupaten X yang wilayahnya menjadi
tanggungjawab Kodim tersebut termasuk daerah rawan untuk bencana alam, non alam,
dan bahkan bencana sosial yang berdampak kepada masalah ekonomi, sosial, budaya
serta kehidupan masyarakat di daerah teritorial tersebut. Untuk itu sebagai rumusan
permasalahan yang didapat dari tulisan ini adalah “Bagaimana Tindakan dan
langkah-langkah Dandim dalam tahap Mitigasi, Tanggap Darurat dan Rekontruksi
bencana jika terjadi di wilayah?”
Berdasarkan keterangan diatas, sangat penting adanya pemecahan masalah,
dalam hal ini melibatkan satuan Kodim yang dipimpin langsung Dandim, akan
melangsungkan kegiatan perbantuan kepada Pemda guna menanggulangi akibat
bencana alam di daerah terdampak agar dapat berjalan lebih cepat, komprehensif dan
terpadu, selanjutnya metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan
pendekatan studi kepustakaan serta pengalaman dalam bertugas di daerah yang
pernah terdampak bencana.

II. INTI PEMBAHASAN


Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,
hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana alam, baik yang
disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia dan kemungkinan
terjadinya bencana sangat sulit diperkirakan oleh masyarakat. Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, kondisi geografi Indonesia sangatlah variatif, terletak
3

diantara empat lempeng dan bergerak dalam arah dan kecepatan yang berbeda
dimana dalam suatu saat tertentu menimbulkan bencana alam. Keberadaan wilayah
Indonesia diatas lempengan tersebut, terkait pula dengan adanya lingkaran gunung
berapi yang aktif bergejolak pada setiap saat karena siklus alam, lingkarannya
mengelilingi kepulauan Indonesia. Dalam beberapa tahun ke belakang di wilayah
Indonesia banyak terjadi peristiwa bencana alam, yang diakibatkan oleh bencana
tsunami, gunung meletus, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, kebakaran
hutan dan hunian serta beberapa bencana alam lainnya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 tentang TNI
pasal 7(2) bahwa Tentara Nasional Indonesia di mana di dalamnya termasuk TNI AD
memiliki tugas pokok dalam Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain
Perang (OMSP). Salah satu tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang adalah
tugas membantu penanggulangan bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan. Sesuai tugas tersebut TNI telah menerbitkan pedoman penanggulangan
bencana alam berupa Perpang No 78/IX/2010 untuk dipedomani oleh seluruh satuan
TNI dalam tugas membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana alam
termasuk didalamnya Satuan Komando Kewilayahan (Kodim) yang merupakan satuan
terdepan di jajaran TNI AD yang langsung berinteraksi dengan masyarakat. Seringnya
terjadi bencana alam di daerah akan berdampak pada sistem pemerintahan dan
perekonomian di wilayah dan hal ini sangat berhubungan erat dengan pembinaan
teritorial yang dilakukan oleh satuan Komando kewilayahan.Oleh karena hal tersebut
diperlukan peran yang lebih optimal dari Satuan Komando Kewilayahan dalam tugas
membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana alam di daerah. Selain Perang
sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 pasal 7 (2), (b) yaitu
tugas bantuan kepada pemerintah dalam penanggulangan bencana yang terjadi di
darat melalui koordinasi dengan semua unsur terkait mulai dari tahap Pra-
Bencana,Tahap Saat Bencana (Tanggap Darurat) maupun pada tahap Pasca Bencana.
Data dan fakta terjadinya bencana alam di negara Republik Indonesia sesuai data
autentik dari Badan Nasional Penangggulangan Bencana secara umum hampir seluruh
wilayahnya merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat
tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun
4

kedaruratan komplek. Ada 10 jenis bencana yang dihadapi Bangsa Indonesia hingga
saat ini yakni:
1) Ancaman bencana alam gempa bumi.
2) Ancaman bencana alam tsunami.
3) Ancaman bencana alam gunung meletus.
4) Ancaman bencana alam tanah longsor.
5) Ancaman bencana alam banjir.
6) Ancaman bencana alam kekeringan.
7) Ancaman bencana alam kebakaran hutan dan lahan.
8) Ancaman bencana alam erosi.
9) Ancaman bencana alam gelombang ekstrim dan abrasi.
10) Ancaman bencana alam cuaca esktrim.
Keterlibatan TNI dalam mengatasi dampak bencana alam selama ini adalah
sebagai bentuk kepedulian untuk ikut serta mengurangi beban masyarakat yang
sedang mengalami musibah. Karena sesuai Undang-Undang yang berlaku, bahwa
penempatan peran TNI dalam penanganan bencana alam adalah pada posisi
membantu instansi lain sesuai permintaan. Namun kenyataannya kondisi di lapangan
yang terjadi justru sebaliknya, seolah-olah aparat TNI sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab sehingga dengan keterbatasan yang ada dituntut untuk terjun ke
lapangan membantu masyarakat yang terkena bencana. Dihadapkan dengan skala dan
intensitas bencana yang cukup tinggi, dirasakan tidak sebanding dengan kesiapan dan
kemampuan TNI baik dari segi organisasi, personel maupun materiil yang dimiliki TNI
saat ini.
Peranan TNI dalam penanganan bencana sangat penting, mengingat sistem
organisasi yang dimiliki TNI terstruktur dengan baik, namun masyarakat masih menilai
TNI lamban dalam bergerak. Sebenarnya yang terjadi adalah Kodim sebagai alat
negara dalam setiap melaksanakan tugasnya harus melalui prosedur yang berlaku. Hal
ini tentu saja berbeda dengan elemen masyarakat umum yang spontanitas dapat
langsung turun ke lapangan sesaat setelah bencana terjadi. TNI adalah salah satu
contoh penanganan secara formal, sedangkan Ormas, LSM, Parpol dan masyarakat
umum adalah contoh penanganan bencana secara spontan. Namun demikian, memang
dirasakan masih perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan kesiapan TNI dalam
5

penanggulangan bencana alam khususnya aspek organisasi, personel dan materiil


sehingga semakin mendekatkan diri dan menciptakan citra yang positif terhadap setiap
masyarakat Indonesia.
Dari data dan fakta tersebut di atas terlihat bahwa belum ada keterpaduan
tindakan dari segenap komponen bangsa dalam hal ini Pemerintah, Tentara Nasional
Indonesia, dan masyarakat luas dalam hal penanggulangan bencana alam belum ada
sinkronisasi antara Permendagri No.46/2008 dengan Perpang No 78/IX/2010 sehingga
sering terjadi miskoordinasi di lapangan antar unsur terkait mengakibatkan penanganan
pengungsi dan penyelamatan korban terlambat yang berdampak pada banyaknya
korban jiwa dan kerugian harta benda serta kerusakan infrastruktur daerah.
Sesuai dengan Permendagri No 46 tahun 2008 dan Perpang No. 78/IX/2010,
satuan komando kewilayahan dalam hal ini Kodim mempunyai tugas membantu
pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana alam di wilayah mulai dari tahap
Pra-Bencana,Tahap Saat Bencana (Tanggap Darurat) maupun pada tahap pasca
bencana. Dalam peningkatan peran satuan komando kewilayahan dalam
penanggulangan bencana alam di wilayah, kemampuan satuan komando kewilayahan
khususnya 5 (lima) kemampuan teritorial harus dimaksimalkan meliputi:
1. Kemampuan temu cepat dan lapor cepat;
2. Kemampuan manajemen teritorial;
3. Kemampuan penguasaan wilayah;
4. Kemampuan perlawanan rakyat;
5. Kemampuan Komunikasi Sosial.
Kemudian satuan komando kewilayahan dalam hal ini Kodim juga harus
memaksimalkan perannya dalam hal melakukan koordinasi dengan instansi terkait agar
didapat kesamaan tujuan dan tindakan dalam penanggulangan bencana alam di
daerah. Koordinasi yang dilakukan meliputi hal-hal yang berhubungan dalam kegiatan
penanggulangan bencana antara lain
1. Validitas organisasi BPBD dan Satgas PRCPB daerah;
2. Kesiapan anggaran penanggulangan bencana alam
3. Kesiapan sarana dan prasarana
4. Kesiapan prosedur tetap penanggulangan bencana alam
5. Pelaksanaan latihan dan uji siap penanggulangan bencana alam.
6

Peningkatan peran satuan komando kewilayahan dalam hal ini Kodim juga harus
dioptimalkan pada manajemen bencana mulai dari tahap Pra-Bencana, Tahap Saat
Bencana (Tanggap Darurat) maupun pada tahap pasca bencana karena kenyataan
yang sering terjadi saat ini bahwa Kodim cenderung bertindak reaktif bukan antisipatif.
Begitu pula peran Kodim dalam penanggulangan bencana harus bersifat
proaktif/antisipatif agar peristiwa bencana alam dapat di minimalisir dalam hal kerugian
personel dan materil maupun kerusakan infrastruktur.
Peningkatan peran Kodim dalam tahap Pra-Bencana antara lain :
1. Validasi data-data daerah/peta rawan bencana sesuai situasi dan kondisi
terakhir wilayah
2. Penyiapan rute evakuasi dan titik-titik pengungsian
3. Penyiapan sarana dan prasarana penanggulangan bencana berkoordinasi
dengan pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya
4. Mengkoordinasikan dengan pemerintah daerah tentang kebutuhan anggaran
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam
5. Melakukan koordinasi secara rutin dengan Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) setiap hari untuk mengetahui gejala-gejala alam
kerawanan terjadinya bencana alam
6. Mempelopori atau sebagai pengarah dalam setiap kegiatan mitigasi sebelum
terjadinya bencana
7. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk antisipasi terjadinya
bencana alam antara lain:
a. rute-rute evakuasi apabila terjadi bencana
b. titik-titik relokasi pengungsi
c. sistem peringatan dini/early warning.
Peningkatan peran satuan komando kewilayahan pada tahap tanggap darurat saat
terjadinya bencana antara lain :
1. Membantu pemerintah daerah dalam mengarahkan Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana agar segera bergerak ke lokasi terjadinya
bencana
2. Membantu Pemerintah Daerah dalam penentuan titik bekal dan titik distribusi
di wilayah saat terjadinya bencana
7

3. Membantu pemerintah daerah dalam gelar seluruh sistem komunikasi pada


saat terjadinya bencana
4. Membantu pemerintah daerah dalam menentukan titik bekal dan titik
distribusi
5. Menentukan kedudukan pos komando utama dan pos komando taktis
disekitar lokasi terjadinya bencana
6. Membantu pemerintah daerah dalam penyaluran bantuan logistik baik
makanan, baju, dan obat-obatan kepada korban bencana alam
7. Membantu pemerintah daerah dalam pendataan kerugian baik personel
maupun materil serta infrastruktur daerah sebagai data yang valid
8. Membantu pemerintah daerah dalam pelaksanaan evakuasi dan relokasi
pengungsi ke tempat atau tenda-tenda darurat yang telah disiapkan
9. Membantu pemerintah daerah melakukan pencarian korban bencana alam di
sekitar lokasi terjadinya bencana berkoordinasi dengan Badan Search And
Resque baik pusat maupun daerah
10. Mengerahkan seluruh potensi wilayah dan seluruh komponen masyarakat
untuk ambil bagian ikut membantu dalam kegiatan tanggap darurat saat
terjadinya bencana alam
11. Melakukan pengamanan terhadap kemungkinan-kemungkinan
penyalahgunaan wewenang dalam penyaluran bantuan bagi korban bencana
alam.
Peningkatan peran satuan komando kewilayahan pada tahap pasca bencana antara
lain:
1. Pada tahap rehabilitasi fisik
a. Membantu pemerintah daerah dalam kegiatan pemulihan sarana dan
prasarana pasca terjadinya bencana
b. Membantu pemerintah daerah dalam perbaikan dan penyiapan dapur
lapangan,wc umum,dan lain-lain
c. Membantu pemerintah daerah dalam penyiapan tenda-tenda darurat atau
tempat tinggal semi permanen yang bersifat sementara yang bisa
digunakan oleh pengungsi korban bencana alam
8

d. Membantu pemerintah daerah dalam kegiatan pengobatan dan perawatan


terhadap korban.
2. Pada tahap rehabilitasi non-fisik antara lain:
a. Membantu pemerintah daerah dalam memberikan penyuluhan dan
bimbingan psikologi sosial kepada masyarakat korban terjadinya bencana
alam
b. Membantu pemerintah daerah dalam memberikan informasi dan
penerangan kepada masyarakat dan pengungsi korban bencana alam
tentang situasi dan kondisi wilayah pasca terjadinya bencana
c. Membantu pemerintah daerah dalam melakukan kegiatan pengamanan
terhadap pengungsi antisipasi penyusupan/infiltrasi orang-orang atau
kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab yang akan memasukkan
doktrin-doktrin sesat terhadap pengungsi yang sebagian besar dalam
keadaan depresi.
3. Pada tahap rekonstruksi,satuan komando kewilayahan membantu pemerintah
daerah dalam penyusunan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang akan
dibangun atau diperbaiki.

III. PENUTUP
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan umum, bahwa kondisi
penanggulangan bencana alam saat ini masih memiliki banyak keterbatasan, namun
dengan adanya TNI bekerja sama dengan masyarakat dan unsur dari lembaga
terkait lainnya, maka masyarakat dapat menerima bantuan penanganan
penanggulangan bencana alam yang terjadi. Peran Aparat Kodim sangat penting
dalam membantu menangani bencana alam, karena sejauh ini pada
pelaksanaannya masih belum optimal disebabkan masih adanya permasalahan
terkait kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang tersedia.
Namun Kodim sebagai Satkowil TNI AD tetap berusaha berperan dalam
menanggulangi bencana alam dengan mengambil langkah memberdayakan potensi
satuan dan mengadakan kerjasama serta selalu berkoordinasi secara melekat
dengan Pemerintah daerah dan tokoh masyarakat sehingga peningkatan
9

kemampuan Kodim dalam berperan penanggulangan bencana dapat berjalan


dengan maksimal.
Dengan tarikan kesimpulan di atas, Kodim sebagai Satkowil TNI AD menyadari
bahwa perannya dalam operasi penanggulangan bencana mempunyai keterbatasan
di beberapa hal, oleh karena itu maka sebagai rekomendasi hal-hal yang menjadi
kebijakan dan domain komando atas yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kodim
adalah perlunya dukungan sarana dan prasarana penanggulangan bencana alam
dan perlunya disusun. Dengan demikian kami dapat menyarankan beberapa hal
sebagai berikut : 1) Dilakukan sinkronisasi antara Permendagri No 46/2008 dan
Perpang No. 78/IX/2010 agar didapatkan kejelasan tentang tugas TNI AD
khususnya Kodim dalam pengerahan Satuan Komando kewilayahan baik pada
tahap pra-bencana, tahap tanggap darurat, maupun pada tahap pasca bencana. 2)
Penanggulangan bencana alam dimasukkan dalam program latihan satuan
komando kewilayahan. 3) Dandim secara rutin mengkomunikasikan dengan
pemerintah daerah tentang kesiapan sarana, prasarana dan anggaran serta
mensosialisasikan dan mempelopori kegiatan antisipatif berupa latihan/uji siap
penanggulangan bencana alam berkoordinasi dengan BPBD dan unsur terkait
lainnya.

Cimahi, Februari 2023


Perwira Siswa

Anda mungkin juga menyukai