PENDAHULUAN
TERBATAS
TERBATAS
2
terjadi di wilayah tanggung jawabnya, salah satunya agar bencana alam banjir tersebut
tidak mengganggu jalannya roda pemerintahan dan dapat berjalan dengan lancar, baik
pada perdagangan maupun pemerintahan. Kenyataan yang ada, bahwa penanggulangan
bencana alam di wilayah belum optimal sehingga berdampak pada kehidupan masyarakat
sekitar, hal ini merupakan gambaran yang dapat kita jadikan evaluasi, bagaimana dalam
penanggulangan bencana alam oleh karenannya sangat penting peran Kowil dalam
menanggulangi bencana tersebut terutama bencana alam banjir yang terjadi di wilayah.
Kondisi ideal yang diharapkan yakni dari berbagai perkembangan terakhir menuntut
keterlibatan secara langsung Komando Kewilayahan untuk menghadapi berbagai bencana
2 alam yang terjadi diwilayahnya. Memang hal ini merupakan wilayah operasi militer selain
perang (OMSP) yang dilakukan dengan prinsip tidak mengurangi kemampuan untuk
menjalankan tugas pokoknya. Pembinaan Teritorial selalu berada di depan dalam
pelaksanaan menghadapi bencana alam walaupun sesungguhnya upaya pembinaan
teritorial adalah sebagai tenaga bantuan. Keterlibatan Komando kewilayahan dalam
mengatasi dampak bencana alam selama ini adalah sebagai bentuk keterpanggilan dan
kepedulian untuk ikut serta mengurangi beban masyarakat yang sedang mengalami
musibah. Upaya penanggulangan berbagai peristiwa bencana alam tertuang pada UU
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Pasal 7 ayat (2) b point 12 mengamanatkan bahwa
TNI: “membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian
bantuan kemanusiaan”.
Dari penjelasan di atas maka pentingnya menuliskan essay ini adalah agar Satuan
kewilayahan dapat gambaran bagaimana implementasi satuan kewilayahan dalam
penanggulangan bencana alam banjir sesuai dengan peran satuan masing-masing yang
diharapkan oleh Komando atas sehingga ketika terjadi bencana di wilayah tidak
mengganggu jalannya roda pemerintahan dan ekonomi dan dapat berjalan dengan lancar
dan baik. Sebagai acuan penulis dalam penulisan essay ini menggunakan metode
TERBATAS
TERBATAS
3
Dari pembahasan permasalahan diatas, maka diharapkan akan diperoleh nilai guna,
agar pembaca dapat mengetahui bagaimana Implementasi satuan kewilayahan dalam
penanggulangan bencana banjir di wilayah sehingga dapat diatasi secara optimal, dan
sebagai sumbang pikiran bagi komando atas dalam menyelesaikan permasalahan
bencana yang terjadi di wilayah. Sedangkan maksud dan tujuan dalam penulisan ini
sebagai bahan masukan dan sebagai sumbang saran pemikiran bagi komando atas untuk
menentukan kebijakan selanjutnya. Adapun ruang lingkup Pendahuluan, Pembahasan,
dan Penutup.
PEMBAHASAN
Mendasari data fakta dari BNPB bahwa perlunya dilakukan upaya mitigasi dalam
pencegahan bencana khususnya banjir. Belajar dari tahun lalu terjadi bencana di berbagai
wilayah Indonesia akibat dari pencegahan yang tidak efektif. Sehingga mengakibatkan
kerugian Negara mencapai 221 triliun. Dalam penanganan bencana khususnya banjir
belum efektif karena masih minimnya SDM serta penegakan hukum yang belum maksimal.
Untuk mengatasi hal ini dilakukan dengan membentuk Kelompok masyarakat Desa yang
mampu melaksanakan upaya pencegahan banjir secara terintegrasi, terkoordinir, terpadu
dan terarah dan terukur dibawah KODAL TNI-POLRI (Incident Commander) yang didukung
TERBATAS
TERBATAS
4
penuh oleh Gubernur, Bupati/Walikota, BPBD dan Pemerintah Pusat. Senada dengan hal
tersebut maka belum terintegrasinya organisasi penanggulangan bencana antara BPBD,
Polri dan TNI AD dan masyarakat di kewilayahan dalam penanggulangan bencana
khususnya banjir menjadi faktor utama yang dapat menghambat dalam penanganan
bencana khususnya banjir di wilayah secara optimal.
TERBATAS
TERBATAS
5
Dalam penanggulangan bencana alam oleh TNI, peran yang dapat dilakukan oleh
TNI AD yang selanjutnya merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Satkowil
yakni ikut serta baik dalam tahap mitigasi, proses tanggap darurat, dan proses pemulihan
pasca bencana, dengan penjelasan sebagai berikut: Pertama, Peran TNI dalam tahap
mitigasi bencana dilakukan dengan mempersiapkan infrastruktur serta mempersiapkan
sumberdaya manusia agar meminimalisir akibat dari adanya bencana. Mitigasi bencana
didefinisikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah bencana atau
mengurangi dampak bencana. Mitigasi bencana merupakan upaya penanganan sebelum
terjadi bencana yang dapat dilakukan meliputi: menata daerah aliran sungai; membangun
sistem pemantauan dan peringatan banjir; tidak membangun bangunan di bantaran
sungai; tidak membuang sampah di sungai; mengeruk dasar sungai; dan melakukan
penghijauan di hulu sungai. Adapun upaya saat dan setelah banjir yang dapat dilakukan
meliputi : mematikan listrik; mengungsi ke kawasan aman; tidak berjalan di dekat saluran
air; menghubungi instansi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana;
mempersiapkan air bersih untuk menghindari diare; mewaspadai binatang berbisa dan
peyebar penyakit; dan mewaspadai banjir susulan. Kedua, Peran TNI pada fase tanggap
darurat bencana, TNI tidak lepas untuk turut ikut serta dalam penanggulangan bencana.
Meski upaya-upaya mitigasi telah dilakukan, ketika terjadi bencana masih saja di lapangan
sering terjadi permasalahan dalam proses tanggap daruratnya. Tidak dipungkiri, dalam
fase tanggap darurat bencana baik itu TNI AD, TNI AU ataupun TNI AL memainkan
peranan yang cukup penting. Hal-hal pokok yang dilakukan pada saat tanggap darurat
bencana adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, kerugian, dan sumber daya, dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang
ditimbulkan. Dampaknya meliputi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan
sarana dan prasarana, dan gangguan pelayanan umum; 2. Penentuan status keadaan
darurat bencana oleh pemerintah setempat. Selain itu pemerintah juga berkoordinasi
dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan
TERBATAS
TERBATAS
6
Bencana Daerah (BPBD). Ini akan menjadi acuan untuk pengerahan sumber daya
manusia, peralatan dan logistik, perizinan, dan hal-hal terkait; 3. Penyelamatan dan
evakuasi masyarakat terkena bencana Penyelamatan ini meliputi pencarian dan
penyelamatan korban serta evakuasi korban; 4. Pemenuhan kebutuhan dasar yaitu air
bersih, pangan, sandang, posko penampungan, dan pelayanan kesehatan; 5.
Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil, orang tua, dan
penyandang disabilitas; dan 6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital; dan
Ketiga, Selanjutnya Peran TNI pada fase pasca bencana atau rekontruksi, tidak lepas dari
peran TNI. Dalam proses penanggulangan bencana kegiatan rekonstruksi pasca bencana
menjadi salah satu tanggung jawab yang cukup berat bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk memulihkan kondisi fisik maupun kondisi psikis dari
masyarakat yang terkena musibah akibat bencana alam. Oleh sebab itu pembangunannya
harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari berbagai
ahli dan sektor terkait antara lain : 1. Pembangunan kembali sarana dan prasarana; 2.
Pembangunan kembali sarana social masyarakat; 3. Pembangkitan kembali kehidupan
sosial budaya masyarakat; 4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; 5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; 6. Peningkatan kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya; 7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan 8. Peningkatan
pelayanan utama dalam masyarakat.
PENUTUP
TERBATAS
TERBATAS
7
ataupun TNI AL memainkan peranan yang cukup penting. Hal ini ditunjukkan dengan
peran-peran yang dilakukan oleh TNI dalam fase tanggap darurat, khususnya dalam fase
tanggap darurat. TNI memiliki peranan untuk membantu pencarian korban bencana
dengan tetap berkoordinasi dengan instansi dan badan terkait; dan Tiga, Selanjutnya
Peran TNI pada fase pasca bencana, tidak lepas dari peran TNI. Dalam proses
penanggulangan bencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana menjadi
salah satu tanggung jawab yang cukup berat bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini tidak
teerlepas dari upaya-upaya untuk memulihkan kondisi fisik maupun kondisi psikis dari
masyarakat yang terkena musibah akibat bencana alam. Oleh sebab itu, proses pemulihan
baik fisik maupun kondisi psikologis, serta rehabilitasi-rekonstruksi menjadi sangat penting
dalam fase tanggap darurat bencana.
Diakhir tulisan ini bahwa dalam optimalisasi peran Komando Distrik Militer untuk
membantu pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana alam maka penulis
menyarankan; Pertama, Dansatkowil menjalin komunikasi secara rutin dan efektif dengan
BPBD dalam rangka penentuan kawasan rawan dan upaya pengendaliannya; Kedua,
Dansatkowil membuat MoU dengan BPBD, instansi pemerintah (Pemda) dan swasta
terkait dengan pelaksanaan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan seluruh komponen di
wilayah; dan Ketiga, Penanganan bencana yang dilakukan oleh Satkowil di wilayah perlu
dilengkapi dengan aturan regulasi yang jelas tentang pembatasan tentang aspek tugas,
waktu dan kekuatan yang digunakan.
Hulisda Melala
Letnan Kolonel Inf NRP 11040042861182
TERBATAS