Anda di halaman 1dari 7

TERBATAS

OPTIMALISASI PERAN KOMANDO DISTRIK MILITER UNTUK MEMBANTU


PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

PENDAHULUAN

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,


hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana alam, baik yang
disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia dan kemungkinan
terjadinya bencana sangat sulit diperkirakan oleh masyarakat. Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, kondisi geografi Indonesia sangat variatif, terletak diantara empat
lempeng yaitu Eurasia, Indo-Australia, Samudera Pasifik dan Filipina. Keempat lempeng
tersebut bergerak dalam arah dan kecepatan yang berbeda dan dalam suatu saat tertentu
menimbulkan bencana alam. Keberadaan wilayah Indonesia diatas lempengan tersebut,
terkait pula dengan adanya lingkaran gunung berapi yang aktif bergejolak pada setiap saat
karena siklus alam, lingkarannya mengelilingi kepulauan Indonesia mulai dari utara wilayah
Sumatra, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai ke arah timur dan utara di daerah
Sulut, Maluku dan Papua. Dalam beberapa tahun belakangan ini di wilayah Indonesia
banyak terjadi peristiwa-peristiwa bencana alam, yang diakibatkan oleh bencana tsunami,
gunung meletus, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, kebakaran hutan dan
hunian serta beberapa bencana alam lainnya. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 34
Tahun 2004 tentang TNI Pasal 8 TNI AD bertugas antara lain melaksanakan tugas TNI
Matra Darat dibidang pertahanan, menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan
Negara lain, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan perkembangan kekuatan
Matra Darat serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan darat. Didalam
melaksanakan tugasnya TNI AD melaksanakan tugas Operasi Militer Perang (OMP) dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Pada tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP)
salah satu tugasnya adalah melaksanakan penanggulangan bencana alam.Komando
Kewilayahan yang merupakan bagian integral TNI AD bertugas dan bertanggung jawab
menyelenggarakan pembinaan teritorial untuk menyiapkan potensi wilayah secara dini,
menjadi kekuatan yang dapat mencegah kemungkinan ancaman yang timbul. Di dalam
Perkasad No. 96/XI/2009 tanggal 30 Nopember 2009 tentang pedoman penanggulangan
bencana alam di Darat yakni TNI dalam hal ini TNI AD mempunyai tugas memberi bantuan
kepada pemerintah dalam penanggulangan bencana yang terjadi di Darat. Disamping itu
Kowil harus memiliki kemampuan dan peka terhadap kemungkinan bencana yang mungkin

TERBATAS
TERBATAS
2

terjadi di wilayah tanggung jawabnya, salah satunya agar bencana alam banjir tersebut
tidak mengganggu jalannya roda pemerintahan dan dapat berjalan dengan lancar, baik
pada perdagangan maupun pemerintahan. Kenyataan yang ada, bahwa penanggulangan
bencana alam di wilayah belum optimal sehingga berdampak pada kehidupan masyarakat
sekitar, hal ini merupakan gambaran yang dapat kita jadikan evaluasi, bagaimana dalam
penanggulangan bencana alam oleh karenannya sangat penting peran Kowil dalam
menanggulangi bencana tersebut terutama bencana alam banjir yang terjadi di wilayah.
Kondisi ideal yang diharapkan yakni dari berbagai perkembangan terakhir menuntut
keterlibatan secara langsung Komando Kewilayahan untuk menghadapi berbagai bencana
2 alam yang terjadi diwilayahnya. Memang hal ini merupakan wilayah operasi militer selain
perang (OMSP) yang dilakukan dengan prinsip tidak mengurangi kemampuan untuk
menjalankan tugas pokoknya. Pembinaan Teritorial selalu berada di depan dalam
pelaksanaan menghadapi bencana alam walaupun sesungguhnya upaya pembinaan
teritorial adalah sebagai tenaga bantuan. Keterlibatan Komando kewilayahan dalam
mengatasi dampak bencana alam selama ini adalah sebagai bentuk keterpanggilan dan
kepedulian untuk ikut serta mengurangi beban masyarakat yang sedang mengalami
musibah. Upaya penanggulangan berbagai peristiwa bencana alam tertuang pada UU
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Pasal 7 ayat (2) b point 12 mengamanatkan bahwa
TNI: “membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian
bantuan kemanusiaan”.

Dengan melihat permasalahan diatas maka dapat diidentifikasikan permasalahan


sebagai berikut; Bagaimana tindakan dan langkah-langkah dalam tahap mitigasi, tanggap
darurat dan rekontruksi penanggulangan bencana alam?. Dengan melihat permasalahan
diatas, mendasari dari latar belakang sehingga dapat diambil rumusan masalah yaitu
“Bagaimana optimalisasi peran Komando Distrik Militer untuk membantu pemerintah
daerah dalam penanggulangan bencana alam “.

Dari penjelasan di atas maka pentingnya menuliskan essay ini adalah agar Satuan
kewilayahan dapat gambaran bagaimana implementasi satuan kewilayahan dalam
penanggulangan bencana alam banjir sesuai dengan peran satuan masing-masing yang
diharapkan oleh Komando atas sehingga ketika terjadi bencana di wilayah tidak
mengganggu jalannya roda pemerintahan dan ekonomi dan dapat berjalan dengan lancar
dan baik. Sebagai acuan penulis dalam penulisan essay ini menggunakan metode

TERBATAS
TERBATAS
3

Deskriptif analis berdasarkan pengamatan di lapangan dan pendekatan secara empiris


serta studi kepustakaan.

Dari pembahasan permasalahan diatas, maka diharapkan akan diperoleh nilai guna,
agar pembaca dapat mengetahui bagaimana Implementasi satuan kewilayahan dalam
penanggulangan bencana banjir di wilayah sehingga dapat diatasi secara optimal, dan
sebagai sumbang pikiran bagi komando atas dalam menyelesaikan permasalahan
bencana yang terjadi di wilayah. Sedangkan maksud dan tujuan dalam penulisan ini
sebagai bahan masukan dan sebagai sumbang saran pemikiran bagi komando atas untuk
menentukan kebijakan selanjutnya. Adapun ruang lingkup Pendahuluan, Pembahasan,
dan Penutup.

PEMBAHASAN

Penyelenggaraan Binter dilaksanakan untuk mewujudkan kemanunggalan TNI -


Rakyat melalui kegiatan yang bercorak lintas sektoral dan melibatkan seluruh komponen
bangsa dengan mengedepankan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kesiapan
satuan. Salah satu sasaran bidang fisik dari Binter yaitu membantu program pemerintah
dalam mengatasi kemungkinan bencana alam. Guna mewujudkan hal tersebut, Satkowil
merupakan salah satu komponen bangsa selain bertugas melaksanakan Operasi Militer
untuk Perang (OMP), juga melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), sesuai
UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan
tugas Operasi kemanusiaan dan membantu dalam penanganan bencana alam. Dalam
konteks penanganan bencana alam, komando kewilayahan yang memiliki tugas untuk
memberikan bantuan terhadap pemerintah dalam menghadapi bencana alam dituntut
untuk dapat menyiapkan kekuatan satuan dijajarannya supaya siap sewaktu-waktu
dikerahkan melaksanakan tugas bantuan penanganan bencana alam di daerah.

Mendasari data fakta dari BNPB bahwa perlunya dilakukan upaya mitigasi dalam
pencegahan bencana khususnya banjir. Belajar dari tahun lalu terjadi bencana di berbagai
wilayah Indonesia akibat dari pencegahan yang tidak efektif. Sehingga mengakibatkan
kerugian Negara mencapai 221 triliun. Dalam penanganan bencana khususnya banjir
belum efektif karena masih minimnya SDM serta penegakan hukum yang belum maksimal.
Untuk mengatasi hal ini dilakukan dengan membentuk Kelompok masyarakat Desa yang
mampu melaksanakan upaya pencegahan banjir secara terintegrasi, terkoordinir, terpadu
dan terarah dan terukur dibawah KODAL TNI-POLRI (Incident Commander) yang didukung
TERBATAS
TERBATAS
4

penuh oleh Gubernur, Bupati/Walikota, BPBD dan Pemerintah Pusat. Senada dengan hal
tersebut maka belum terintegrasinya organisasi penanggulangan bencana antara BPBD,
Polri dan TNI AD dan masyarakat di kewilayahan dalam penanggulangan bencana
khususnya banjir menjadi faktor utama yang dapat menghambat dalam penanganan
bencana khususnya banjir di wilayah secara optimal.

Keinginan dan harapan penulis adalah untuk mengoptimalkan penanggulangan


bencana banjir sebagai berikut : Pertama, ketika bencana terjadi maka pada kesempatan
pertama antara Institusi saling koordinasi dan komunikasi dalam penanganannya sehingga
setiap permasalahan besar di daerah dapat diselesaikan secara optimal; Kedua, dari
atasan atau pimpinan pada setiap instansi dalam penanggulangan bencana yang terjadi di
daerah dilaksanakan secara terpadu dan bersama; dan Ketiga, adanya keterpaduan pada
setiap instansi dalam menyiapkan siaga tanggap bencana di wilayah sehingga tercipta
kerjasama yang baik dan dapat hasil yang optimal.

Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan


bencana. Berpijak pada UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. TNI atau
Tentara Nasional Indonesia adalah bagian dari rakyat yang dipersiapkan secara khusus
guna melaksanakan tugas negara serta bangsa dan bertugas dalam memelihara
pertahanan dan keamanan nasional (Chalim & Farhan, 2015). Peran dan kedudukan TNI
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. Dalam Undang-undang Nomor
34 tahun 2004 dijelaskan TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang
menjalankan tugasnya sesuai dengan kebijakan dan keputusan politik negara. Fungsinya
TNI adalah sebagai penangkal untuk setiap bentuk ancaman militer dan ancaman
bersenjata baik dari luar maupun dari dalam negeri yang mengancam kedaulatan,
keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa. Kemudian juga berfungsi sebagai penindak
terhadap setiap bentuk ancaman dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang
terganggu akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan fungsi TNI sebagai alat
pertahanan negara, TNI merupakan komponen utama sistem pertahanan negara. Tugas
pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.

TERBATAS
TERBATAS
5

Beberapa kendala dan kelemahan yang dihadapi dalam penanggulangan bencana


alam secara optimal yaitu satu dalam setiap pelaksanaan penanggulangan bencana tidak
adanya anggaran mulai dari tahap prabencana dan pasca bencana. Belum terprogramnya
kegiatan penanggulangan mulai dari pra bencana sampai ke pasca bencana oleh
pemerintahan. Kondisi faktual yang ada yakni belum tercovernya BPBD sebagai
koordinator bencana dikarenakan kurangnya personel dan kemampuan yang dimiliki
sehingga tanggung jawab selalu beralih kepada TNI.

Dalam penanggulangan bencana alam oleh TNI, peran yang dapat dilakukan oleh
TNI AD yang selanjutnya merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Satkowil
yakni ikut serta baik dalam tahap mitigasi, proses tanggap darurat, dan proses pemulihan
pasca bencana, dengan penjelasan sebagai berikut: Pertama, Peran TNI dalam tahap
mitigasi bencana dilakukan dengan mempersiapkan infrastruktur serta mempersiapkan
sumberdaya manusia agar meminimalisir akibat dari adanya bencana. Mitigasi bencana
didefinisikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah bencana atau
mengurangi dampak bencana. Mitigasi bencana merupakan upaya penanganan sebelum
terjadi bencana yang dapat dilakukan meliputi: menata daerah aliran sungai; membangun
sistem pemantauan dan peringatan banjir; tidak membangun bangunan di bantaran
sungai; tidak membuang sampah di sungai; mengeruk dasar sungai; dan melakukan
penghijauan di hulu sungai. Adapun upaya saat dan setelah banjir yang dapat dilakukan
meliputi : mematikan listrik; mengungsi ke kawasan aman; tidak berjalan di dekat saluran
air; menghubungi instansi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana;
mempersiapkan air bersih untuk menghindari diare; mewaspadai binatang berbisa dan
peyebar penyakit; dan mewaspadai banjir susulan. Kedua, Peran TNI pada fase tanggap
darurat bencana, TNI tidak lepas untuk turut ikut serta dalam penanggulangan bencana.
Meski upaya-upaya mitigasi telah dilakukan, ketika terjadi bencana masih saja di lapangan
sering terjadi permasalahan dalam proses tanggap daruratnya. Tidak dipungkiri, dalam
fase tanggap darurat bencana baik itu TNI AD, TNI AU ataupun TNI AL memainkan
peranan yang cukup penting. Hal-hal pokok yang dilakukan pada saat tanggap darurat
bencana adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, kerugian, dan sumber daya, dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang
ditimbulkan. Dampaknya meliputi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan
sarana dan prasarana, dan gangguan pelayanan umum; 2. Penentuan status keadaan
darurat bencana oleh pemerintah setempat. Selain itu pemerintah juga berkoordinasi
dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan
TERBATAS
TERBATAS
6

Bencana Daerah (BPBD). Ini akan menjadi acuan untuk pengerahan sumber daya
manusia, peralatan dan logistik, perizinan, dan hal-hal terkait; 3. Penyelamatan dan
evakuasi masyarakat terkena bencana Penyelamatan ini meliputi pencarian dan
penyelamatan korban serta evakuasi korban; 4. Pemenuhan kebutuhan dasar yaitu air
bersih, pangan, sandang, posko penampungan, dan pelayanan kesehatan; 5.
Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil, orang tua, dan
penyandang disabilitas; dan 6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital; dan
Ketiga, Selanjutnya Peran TNI pada fase pasca bencana atau rekontruksi, tidak lepas dari
peran TNI. Dalam proses penanggulangan bencana kegiatan rekonstruksi pasca bencana
menjadi salah satu tanggung jawab yang cukup berat bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk memulihkan kondisi fisik maupun kondisi psikis dari
masyarakat yang terkena musibah akibat bencana alam. Oleh sebab itu pembangunannya
harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari berbagai
ahli dan sektor terkait antara lain : 1. Pembangunan kembali sarana dan prasarana; 2.
Pembangunan kembali sarana social masyarakat; 3. Pembangkitan kembali kehidupan
sosial budaya masyarakat; 4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; 5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; 6. Peningkatan kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya; 7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan 8. Peningkatan
pelayanan utama dalam masyarakat.

PENUTUP

Penulis dapat menyimpulkan permasalahan yang harus dipecahkan, yaitu; peran


yang dapat dilakukan oleh TNI AD yakni ikut serta baik dalam tahap mitigasi, proses
tanggap darurat, dan proses pemulihan pasca bencana, dengan penjelasan sebagai
berikut: Satu, Peran TNI dalam tahap mitigasi bencana dilakukan dengan mempersiapkan
infrastruktur serta mempersiapkan sumberdaya manusia agar meminimalisir akibat dari
adanya bencana. Mitigasi bencana didefinisikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan
untuk mencegah bencana atau mengurangi dampak bencana. Mitigasi bencana
merupakan upaya penanganan sebelum terjadi bencana (Subiyantoro, 2010); Dua, Peran
TNI pada fase tanggap darurat bencana, TNI tidak lepas untuk turut ikut serta dalam
penanggulangan bencana. Meski upaya-upaya mitigasi telah dilakukan, ketika terjadi
bencana masih saja di lapangan sering terjadi permasalahan dalam proses tanggap
daruratnya. Tidak dipungkiri, dalam fase tanggap darurat bencana baik itu TNI AD, TNI AU

TERBATAS
TERBATAS
7

ataupun TNI AL memainkan peranan yang cukup penting. Hal ini ditunjukkan dengan
peran-peran yang dilakukan oleh TNI dalam fase tanggap darurat, khususnya dalam fase
tanggap darurat. TNI memiliki peranan untuk membantu pencarian korban bencana
dengan tetap berkoordinasi dengan instansi dan badan terkait; dan Tiga, Selanjutnya
Peran TNI pada fase pasca bencana, tidak lepas dari peran TNI. Dalam proses
penanggulangan bencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana menjadi
salah satu tanggung jawab yang cukup berat bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini tidak
teerlepas dari upaya-upaya untuk memulihkan kondisi fisik maupun kondisi psikis dari
masyarakat yang terkena musibah akibat bencana alam. Oleh sebab itu, proses pemulihan
baik fisik maupun kondisi psikologis, serta rehabilitasi-rekonstruksi menjadi sangat penting
dalam fase tanggap darurat bencana.

Diakhir tulisan ini bahwa dalam optimalisasi peran Komando Distrik Militer untuk
membantu pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana alam maka penulis
menyarankan; Pertama, Dansatkowil menjalin komunikasi secara rutin dan efektif dengan
BPBD dalam rangka penentuan kawasan rawan dan upaya pengendaliannya; Kedua,
Dansatkowil membuat MoU dengan BPBD, instansi pemerintah (Pemda) dan swasta
terkait dengan pelaksanaan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan seluruh komponen di
wilayah; dan Ketiga, Penanganan bencana yang dilakukan oleh Satkowil di wilayah perlu
dilengkapi dengan aturan regulasi yang jelas tentang pembatasan tentang aspek tugas,
waktu dan kekuatan yang digunakan.

Demikianlah tulisan tentang bagaimana optimalisasi peran Komando Distrik Militer


untuk membantu pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana alam. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan masukan bagi pimpinan
dalam menyiapkan dan memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan kualitas
prajurit TNI AD.

Bandung Barat, Februari 2023


Penulis,

Hulisda Melala
Letnan Kolonel Inf NRP 11040042861182

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai