Anda di halaman 1dari 51

KONFIDENSIAL

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II


Keputusan Komandan
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
Seskoad Nomor Kep/
/ XII / 2019
Tanggal Desember 2019

STRATEGI MILITER DALAM OPERASI


BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan


dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Untuk menjamin tercapainya tujuan nasional tersebut diperlukan
upaya-upaya, antara lain upaya pertahanan dan keamanan negara yang
merupakan tanggung jawab dari seluruh bangsa Indonesia. Negara
Kesatuan Republik Indonesia memiliki karakteristik khusus, yaitu terdiri
dari rangkaian kepulauan nusantara dengan wilayah perairan, daratan
dan udara terbentang sangat luas, sehingga memerlukan postur
pertahanan negara yang efektif dan berdaya tangkal tinggi. Pertahanan
negara yang efektif dan berdaya tangkal tinggi harus ditopang oleh
strategi militer yang tepat dan kontekstual agar mampu memaksimalkan
pendayagunaan segenap sumber daya nasional dalam memelihara
kelangsungan hidup serta keutuhan bangsa dan negara.

b. Sebagai komponen utama pertahanan negara, TNI senantiasa


berpedoman pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Strategi militer merupakan salah satu bentuk ketentuan yang dijadikan
pedoman TNI dalam melaksanakan tugas pokok dan perannya sebagai
alat pertahanan negara, dalam rangka pembinaan dan penggunaan
kekuatan TNI. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

KONFIDENSIAL
2

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI tahun 1945,


serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Berdasarkan pada tugas pokok dan dihadapkan kepada ancaman yang
akan timbul, sebagai alat pertahanan negara TNI berfungsi sebagai
penangkal dan penindak setiap bentuk ancaman serta pemulih
keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

c. Agar dapat menjamin tetap tegaknya kedaulatan negara serta


keutuhan wilayah NKRI, maka dalam penyelenggaraan pertahanan
negara perlu dibangun daya tangkal bangsa disertai penyusunan
strategi militer yang kuat, profesional dan efektif, sehingga mampu
melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer
Selain Perang (OMSP).

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Departemen ini menjelaskan dan


memberikan gambaran tentang materi Strategi Militer Dalam Operasi
yang dibagi dalam beberapa sub pokok bahasan

b. Tujuan. Sebagai bahan untuk dijadikan pedoman bagi


dosen dan perwira siswa dalam rangka mengikuti pendidikan di lembaga
seskoad.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Pokok bahasan dalam pelajaran ini
membahas tentang Strategi Militer Dalam Operasi, disusun dengan tata urut
sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Landasan Pemikiran.
c. Perkembangan Lingkungan Strategis.
d. Hakikat Ancaman.
e. Konsep Umum Strategi Militer.
f. Evaluasi Akhir
g. Penutup
4. Pengertian

a. Strategi. Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua


sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam
perang dan damai; ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.

b. Militer. Militer adalah kekuatan angkatan perang dari suatu


negara yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. Strategi militer. Strategi militer adalah susunan perencanaan


untuk melancarkan sebuah peperangan, yang di dalamnya termasuk
penyusunan bala tentara, pelancaran operasi militer, dan siasat
penipuan musuh untuk meraih kemenangan suatu faksi demi
kepentingan politik.

d. Operasi Militer. Operasi Militer adalah wujud dari pengerahan


dan penggunaan yang meliputi kegiatan terencana yang dilaksanakan
oleh satuan militer dengan sasaran, waktu, tempat dan dukungan
logistik yang telah ditetapkan sebelumnya melalui perencanaan terinci.

e. Operasi Militer untuk Perang (OMP). Operasi Militer untuk


Perang (OMP) adalah segala bentuk pengerahan dan penggunaan
kekuatan TNI, untuk melawan kekuatan militer negara lain yang
melakukan agresi terhadap Indonesia, dan/atau dalam konflik bersenjata
dengan suatu negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya
pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional.

f. Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Operasi Militer Selain


Perang adalah pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk
melaksanakan operasi militer yang bukan dalam rangka perang dengan
negara lain, tetapi untuk melaksanakan tugas-tugas nontempur, seperti
tugas-tugas kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana dan untuk
kepentingan nasional lainnya, mengatasi pemberontakan bersenjata,
gerakan separatis bersenjata, tugas mengatasi kejahatan lintas negara
dan tugas perdamaian.
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

5. Umum. Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta pada


kemerdekaan dan kedaulatannya. Perang adalah tindakan yang tidak
berperikemanusiaan karena tidak sesuai dengan martabat manusia.
Penyelesaian pertikaian atau pertentangan yang mungkin timbul antara
Indonesia dan negara lain akan selalu diusahakan melalui cara-cara damai,
perang adalah jalan terakhir dan hanya dilakukan bila semua usaha
penyelesaian secara damai telah ditempuh dan ternyata tidak membawa hasil.
Dalam melaksanakan tugas, termasuk menentukan strategi militer dalam
operasi, TNI sebagai kekuatan utama pertahanan negara senantiasa
berpedoman kepada paradigma nasional yang mengandung nilai-nilai yang
telah disepakati oleh seluruh bangsa berupa landasan idiil Pancasila, landasan
konstitusional UUD NKRI tahun 1945, landasan visional wawasan nusantara,
landasan konsepsional, landasan historis dan landasan doktrinal.

6. Landasan Idiil. Pancasila adalah dasar negara dan ideologi negara.


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional.
Sebagai ideologi negara, Pancasila merupakan falsafah dan pandangan hidup
bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai moral, etika dan cita-cita luhur
serta tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia. Pengejawantahan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berupa nilai-nilai
keselarasan, keseimbangan dan keserasian, persatuan dan kesatuan,
kekeluargaan dan kebersamaan yang senantiasa menjadi landasan filosofis
bagi TNI dalam berfikir, bersikap dan bertindak dalam rangka penyelenggaraan
pertahanan negara.

7. Landasan Konstitusional. Sebagai hukum dasar tertulis, Undang-


Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. Pada
Pembukaan UUD 1945 tertuang pokok-pokok pikiran tentang penyelenggaraan
pertahanan negara yang dijiwai oleh Pancasila, yang
hakikatnya bangsa Indonesia cinta damai namun lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatan serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Pasal 30 UUD 1945 mengamanatkan bahwa TNI merupakan
kekuatan utama dalam sistem pertahanan negara yang bersifat semesta dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung.

8. Landasan Visional. Wawasan Nusantara merupakan cara


pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sebagai satu
kesatuan yang utuh. Wawasan Nusantara sebagai landasan visional dijiwai
oleh nila-nilai yang terkandung dalam substansi pembukaan UUD 1945. Dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama di
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional/daerah, Wawasan Nusantara
berfungsi sebagai penggerak dan pendorong serta rambu-rambu sebagai arah
dan pedoman segala kebijakan dan keputusan oleh para penyelenggara di
tingkat pusat dan daerah, maupun pedoman sikap perilaku setiap warga
masyarakat/rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

9. Landasan Konsepsional. Ketahanan nasional sebagai landasan


konsepsional merupakan aspirasi atau cita-cita nasional yang dilandasi
falsafah hidup bangsa Indonesia. Ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang
datangnya dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas, identitas kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mencapai tujuan nasional. Ketahanan nasional sebagai
landasan konsepsional merupakan aspirasi atau cita-cita nasional yang
dilandasi falsafah hidup bangsa Indonesia. Makin tinggi kekuatan dan
kemampuan suatu bangsa, maka akan semakin mantap dan dinamis
ketahanan nasionalnya, sehingga bangsa tersebut memiliki posisi tawar yang
tinggi dalam pergaulan internasional.
10. Landasan Historis. Perjuangan bangsa Indonesia dalam
merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sarat dengan nilai-nilai
heroik, patriotik dan nasionalisme yang membentuk identitas bangsa
Indonesia. Identitas tersebut teraktualisasi dalam kehidupan bangsa Indonesia
sehari-hari dalam wujud persaudaraan, gotong-royong, keuletan, ketangguhan,
percaya akan kekuatan sendiri, tidak kenal menyerah, keyakinan meraih
kemenangan, serta rela berkorban demi kebenaran dan keadilan. Perjuangan
mewujudkan negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat adalah perjuangan
panjang yang pantang menyerah. Sejak zaman kerajaan Sriwijaya, kerajaan
Majapahit sampai dengan saat ini, nilai-nilai kesatuan dan persatuan,
kebangsaan, patriotisme serta heroik telah tertanam dan berkembang menjadi
jati diri. Jati diri tersebut menjadi instrumen pemersatu bangsa Indonesia dalam
upaya merebut kemerdekaan. Perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti
hingga mencapai kemerdekaan. Sejarah mencatat bahwa setelah merebut
kemerdekaannya, Indonesia menghadapi ancaman dan rongrongan yang
dahsyat dari bangsa lain atau dari pihak-pihak yang ingin memisahkan diri dari
NKRI. Namun berkat rahmat serta tuntunan Tuhan Yang Maha Esa, bangsa
Indonesia mampu melampaui setiap ancaman dan tantangan itu sehingga
NKRI tetap dapat berdiri tegak. Keberhasilan Indonesia mempertahankan
kemerdekaan dan keutuhan NKRI disebabkan oleh kesamaan tekad bangsa
Indonesia untuk tetap bersatu dalam wadah NKRI dengan berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945.

11. Landasan Doktrinal. Dalam mengembangkan Strategi Militer,


Doktrin Pertahanan Negara dan Doktrin TNI Tridek menempati posisi yang
sangat fundamental. Posisi Doktrin tersebut menuntun pengembangan strategi
militer dalam merumuskan tiga substansi dasar strategi militer, yang meliputi
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai (ends), sumber daya yang digunakan
(means) dan cara mencapai tujuan (ways). Doktrin Pertahanan Negara dan
Doktrin TNI Tridek yang berisi ajaran serta prinsip-prinsip fundamental digali
dari pengalaman perjuangan bangsa Indonesia serta dalam mengelola
perkembangan lingkungan strategis baik global maupun regional. Ajaran dan
prinsip fundamental yang tertuang dalam kedua doktrin tersebut menuntun TNI
dalam mengembangkan strategi militer sebagai pedoman dalam mengemban
tugas-tugas pertahanan negara.

12. Evaluasi.

a. Dalam melaksanakan tugas, termasuk menentukan strategi


militer dalam operasi, TNI sebagai kekuatan utama pertahanan negara
senantiasa berpedoman kepada paradigma nasional yang mengandung
nilai-nilai yang telah disepakati oleh seluruh bangsa salah satunya
berupa landasan Idiil Pancasila. Jelaskan mengapa Pancasila dijadikan
sebagai landasan dalam menentukan strategi militer dalam operasi?

b. Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan


dan mengisi kemerdekaan sarat dengan nilai-nilai heroik, patriotik dan
nasionalisme yang membentuk identitas bangsa Indonesia. Demikian
juga dalam menentukan strategi militer dalam operasi senantiasa
berpedoman kepada landasan Historis. Jelaskan landasan historis
strategi militer dalam operasi!

c. Dalam mengembangkan Strategi Militer, Doktrin Pertahanan


Negara dan Doktrin TNI Tridek menempati posisi yang sangat
fundamental. Jelaskan mengapa Doktrin Pertahanan Negara dan
Doktrin TNI Tridek menempati posisi yang sangat fundamental?
BAB III
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

13. Umum. Salah satu faktor utama dalam penyelenggaraan strategi


militer yaitu tentang kondisi lingkungan strategis, baik global, regional maupun
nasional. Esensi dari analisis terhadap perkembangan lingkungan strategis
adalah menentukan prediksi ancaman terhadap negara yang menjadi dasar
dalam pemilihan strategi militer. Proses analisis strategis dalam merumuskan
ancaman dilaksanakan secara terus menerus terhadap data, fakta, dan
kecenderungan situasi pada skala global, regional, dan nasional.
Perkembangan lingkungan strategis secara umum menunjukkan gejala yang
semakin eskalatif dan kompleks diberbagai belahan dunia. Hal ini menunjukkan
cerminan kelanjutan dari persoalan sebelumnya yang diakibatkan oleh
berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Dengan potensi Asia Pasifik
sebagai sebuah economic power-house (pusat kekuatan ekonomi dunia), maka
dapat memicu munculnya tantangan keamanan, baik tradisional maupun non-
tradisional. Berbagai isu-isu strategis yang berkembang di kawasan menjadi
perhatian dunia karena intensitasnya semakin dinamis. Oleh karena itu,
pemahaman tentang dinamika lingkungan strategis merupakan faktor penting
dalam merumuskan strategi militer.

14. Lingkungan Strategis Global.

a. Konflik Intra dan Antar negara. Konflik intra dan antar negara
masih terjadi di beberapa kawasan dunia. Di kawasan Afrika, Timur
Tengah, Eropa Timur dan Eropa Barat masih terjadi konflik internal,
bahkan sampai perang saudara yang menyebabkan terjadinya
pengungsian penduduk. Pemicu konflik umumnya akibat pertarungan
politik dan kekuasaan, ketidakpuasan dan ketidakadilan, persaingan
akses ke sumber daya, penindasan, korupsi dan masalah absennya
demokrasi. Beberapa pemicu konflik ini dapat bertransformasi ke
kawasan Asia Pasifik. Konflik intra negara cenderung bereskalasi dan
bertransformasi secara signifikan. Konflik yang terjadi di beberapa
kawasan di Afrika Utara, Afrika Tengah, Israel-Palestina, Irak, Suriah,
Afganistan, Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Timur dan Eropa masih
terjadi, bahkan cenderung meningkat dan dapat berubah menjadi
perang saudara yang sulit untuk dicarikan solusi damai. Demikian juga
konflik antar negara, masih berpotensi terjadi di wilayah Asia Timur yang
penyelesaiannya membutuhkan pendekatan-pendekatan baru dan tidak
menggunakan pendekatan kekerasan yang dapat mengancam stabilitas
keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Pasifik.

b. Kecenderungan Konflik Kontemporer. Pola konflik bersenjata


saat ini mengalami perubahan yang signifikan sehingga mempengaruhi
kecenderungan bentuk konflik kontemporer di dunia. Hal ini disebabkan
adanya perkembangan teknologi militer, keinginan untuk mengurangi
jatuhnya korban, biaya perang yang tinggi dan semakin ketatnya
penerapan kaidah-kaidah hukum dan konvensi internasional. Pola
untuk menguasai ruang tidak lagi dilakukan secara frontal, melainkan
dilakukan dengan cara-cara nonlinier, tidak langsung, dan bersifat proxy
war. Tren menguasai suatu negara dengan menggunakan ‘senjata’
asimetris yang dibangun secara sistematis, seperti konflik Suriah dan
perang di Ukraina semakin meningkat. Penciptaan kondisi lewat
propaganda dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan ruang siber seperti media sosial. Permasalahan serius
terkait konflik kontemporer adalah meningkatnya konflik internal, yaitu
konflik yang dapat memicu gerakan separatis karena kepentingan politik
dan wilayah, termasuk konflik sosial yang terjadi di beberapa negara
dengan dilatarbelakangi dinamika sosial, budaya, primordialisme, suku,
ras, dan agama. Pola devide et impera atau memecahbelah komponen-
komponen bangsa dalam negeri merupakan cara yang efektif untuk
menghancurkan suatu negara. seperti yang terjadi pada fenomena Arab
Spring, kekacauan politik dan keamanan di Mesir, serta perang saudara di
Irak, Afghanistan, Libya, dan Suriah membuktikan adanya pola konflik
tersebut.
c. Isu Senjata Pemusnah Massal. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam bidang kimia, biologi, radiologi,
nuklir, dan bahan peledak (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear,
and Explosives/CBRNE) yang bersamaan dengan kemajuan alat
transportasi dan komunikasi informasi telah meningkatkan penguasaan,
penggunaan, dan penyebaran CBRNE hakikatnya dapat digunakan
untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Namun, bahan-bahan
berbahaya tersebut berpotensi mengancam keamanan dan keselamatan
umat manusia, apabila dikuasai oleh kelompok yang tidak bertanggung
jawab. Kerawanan ini dipertegas bahwa masih terdapat beberapa
negara yang memproduksi bahan-bahan berbahaya tersebut secara
tidak transparan. Hal ini berimplikasi terhadap negara-negara lain untuk
menghadapi ancaman penggunaan senjata CBRNE. Dalam era
keterbukaan saat ini, perdagangan, pelintasan, dan penyebaran bahan-
bahan berbahaya secara ilegal menyebabkan kerawanan terhadap
keamanan. Kondisi ini bila tidak ditangani dan dikontrol secara optimal
berpotensi mengancam pertahanan negara.

d. Terorisme. Terorisme merupakan isu sentral keamanan global


yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi melalui jejaring
sosial untuk memperkuat jaringan globalnya guna mendapatkan
persenjataan, dukungan finansial maupun tempat-tempat berlindung.
Terorisme global seperti gerakan radikal Islamic State in Iraq and Syria
(ISIS) merupakan bukti nyata terorisme telah menjadi satu kekuatan
untuk melancarkan aksi kekerasan dengan mengatasnamakan paham
radikal untuk menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma
yang diyakini. Selain itu, terdapat juga kelompok radikal lainnya yang
berkembang karena berafiliasi atau terinspirasi oleh ideologi Al-Qaeda
termasuk Home-Grown Terrorist dan Returning Fighters.

e. Spionase. Spionase merupakan aktivitas pengumpulan


informasi dan data yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara
lain dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan dokumen strategis
melalui berbagai cara dan metode. Dewasa ini lingkungan strategis
berkembang sangat dinamis, penuh ketidakpastian dan kompleks,
sehingga sangat sulit bagi suatu negara untuk mengetahui potensi dan
hakikat ancaman serta tantangan terhadap kepentingan nasionalnya.
Oleh karena itu, setiap negara akan berusaha mendapatkan informasi
dan dokumen strategis melalui berbagai kegiatan spionase.

f. Kejahatan Lintas Negara. Kejahatan lintas negara saat ini


dipandang sebagai salah satu ancaman terhadap keamanan global. Di
kawasan Asia Tenggara, kejahatan ini merupakan ancaman serius dan
menjadikan kerawanan bagi stabilitas keamanan. Sesuai dengan
program implementasi rencana aksi ASEAN dalam memerangi
kejahatan lintas negara (Programme to Implement the ASEAN Plan of
Action to Combat Transnational Crime) yang menyatakan bahwa di
kawasan ini terdapat beberapa jenis kejahatan lintas negara seperti:
perdagangan gelap narkoba, perdagangan manusia, perompakan laut,
penyelundupan senjata, pencucian uang, terorisme, kejahatan
perbankan internasional dan kejahatan siber. Di samping itu kejahatan
lintas negara yang menjadi ancaman bersama dan serius diantaranya
adalah kejahatan Narkoba yang dapat berkaitan dengan sumber
pendanaan bagi kelompok terorisme dan separatisme. Perkembangan
kejahatan lintas negara ini tumbuh secara masif dari dalam suatu
wilayah dan kelompok-kelompok beraliran keras maupun kriminal yang
terorganisasi. Mengingat fenomena kejahatan ini berdampak besar
terhadap stabilitas keamanan dan berpotensi mengganggu serta
mengancam pembangunan nasional, maka Indonesia senantiasa
konsisten dalam upaya penegakan hukum dan melindungi warga negara
dari mata rantai kejahatan lintas negara.

g. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kemajuan


Iptek memengaruhi bentuk dan pola perang di masa yang akan datang.
Walaupun pola dan bentuk perang asimetris masih terjadi di beberapa
wilayah, akan tetapi teknologi persenjataan perang konvensional tetap
berkembang dengan pesat. Perang di masa yang akan datang semakin
mempertimbangkan pengurangan dampak kerusakan dan korban di
kalangan sipil, dengan menerapkan teknologi senjata akurasi tinggi dan
penerapan teknologi robot pada berbagai sistem persenjataan guna
mengurangi penggunaan dan pengerahan personel maupun peralatan
perang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga
menciptakan peperangan berbasis jaringan yang mengandalkan
keunggulan informasi, sekaligus mampu melaksanakan perang di ranah
digital ataupun ruang siber. Dampak yang ditimbulkan dapat
menjadikan situasi keamanan dunia yang mengkhawatirkan,
diantaranya kejahatan siber yang tidak mengenal batas, termasuk
pemanfaatan rekayasa genetika bioteknologi, dan teknologi nano yang
sulit dideteksi. Di samping itu rekayasa teknologi juga berkembang di
dunia penerbangan, pembuatan senjata nuklir maupun wahana peluncur
roket, peluru kendali maupun wahana terbang tanpa awak serta
teknologi satelit juga dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan
negara. Dari aspek pertahanan, ruang siber telah menjadi domain
kelima yang dapat dijadikan sebagai medan peperangan, selain medan
perang darat, laut, udara dan ruang angkasa. Penggunaan sistem,
peralatan, dan platform berbasis internet cenderung semakin meluas
yang berpotensi menjadi kerawanan.

h. Perubahan Iklim. Perubahan iklim global berpengaruh pada


lingkungan kehidupan manusia. Perubahan ini telah memperlihatkan
kecenderungan naiknya temperatur permukaan bumi, perubahan suhu
air laut, perubahan ekosistem, naiknya permukaan air laut, perubahan
musim yang tidak menentu, meningkatnya curah hujan, kekeringan,
serta badai dan topan. Kecenderungan tersebut berdampak secara
langsung maupun tidak langsung pada kebutuhan dasar umat manusia,
terutama pangan, air, kesehatan dan energi. Perubahan iklim secara
tidak langsung akan berpengaruh pada masalah keamanan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup manusia akan menyebabkan
terganggunya ketahanan dan kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan yang dapat mengarah kepada kerawanan. Hal ini juga
berpengaruh terhadap dinamika politik, perekonomian, krisis air dan
pangan, munculnya berbagai penyakit pandemik, migrasi penduduk dan
berbagai konflik.

i. Bencana Alam. Indonesia merupakan wilayah pertemuan tiga


lempeng bumi yang bergerak aktif, yaitu lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta dilalui oleh jalur
pegunungan aktif dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Hal ini menyebabkan Indonesia termasuk bagian dari lintasan Ring of
Fire atau cincin api Pasifik dunia, yang merupakan jalur pegunungan
aktif, sehingga di Indonesia rentan terhadap gempa tektonik maupun
vulkanik. Potensi bencana alam berdampak luas terhadap kehidupan
masyarakat yang terdiri atas tsunami, gempa bumi, banjir, angin puting
beliung, kekeringan, tanah longsor, erupsi gunung berapi, serta
kebakaran hutan dan lahan gambut yang berakibat bencana kabut asap.
Kejadian bencana alam sering terjadi pada beberapa negara,
merupakan tantangan dan risiko yang akan terus dihadapi dan perlu
diantisipasi oleh setiap negara.

j. Keamanan Pangan, Air, dan Energi. Ketersediaan pangan


dunia yang semakin berkurang, berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan pangan dalam negeri. Kelangkaan ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk dunia, meningkatnya kualitas hidup
manusia, dan berkembangnya industri yang memanfaatkan lahan
produktif, sehingga ketersediaan lahan yang semakin sempit, serta
berkembangnya industri yang mengurangi lahan produktif. Diperkirakan
penduduk dunia pada tahun 2050 mencapai 10 miliar, sehingga
memerlukan tambahan pangan yang cukup besar. Ke depan, diprediksi
akan terjadi kelangkaan pangan yang disebabkan oleh beberapa hal
seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan
bakar fosil dan perubahan iklim. Berkurangnya lahan pertanian sebagai
akibat pertumbuhan dan kebutuhan penduduk yang pesat serta
berkurangnya sumber daya manusia pengelola pertanian, merupakan
faktor penting penyebab berkurangnya ketahanan pangan.
Ketergantungan pangan antar negara diprediksi masih dapat
berkembang seiring bertambahnya jumlah penduduk. Krisis air bersih
menjadi fenomena yang disebabkan penanganan lingkungan dan aset
alam yang tidak terkendali. Pengelolaan sumber-sumber air bersih yang
tidak terkendali menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan
ketersediaan sumber air bersih. Kebutuhan energi mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penduduk, laju
perkembangan industri, serta semakin tingginya arus lalu lintas barang
dan jasa, menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan energi. Dengan
semakin berkurangnya sumber-sumber energi dan belum efektifnya
upaya diversifikasi sumber energi, diperkirakan minyak dan gas bumi
menjadi sumber daya strategis yang semakin diperebutkan. Krisis
pangan, air dan energi berpotensi menjadi pemicu terjadinya konflik. Isu
sumber daya strategis tersebut bisa menjadi sumber konflik baru dan
mendorong terjadinya benturan kepentingan terutama jika gagal dalam
pengelolaannya.

k. Epidemi. Dunia masih menghadapi epidemi beberapa penyakit


infeksi yang berbahaya pada manusia. Badan Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO) terus memberikan peringatan kepada dunia
bahwa penyakit infeksi berbahaya bagi umat manusia belum
sepenuhnya dapat diatasi bahkan penyebarannya cenderung semakin
luas. Hampir setiap tahun ditemukan satu hingga tiga varian penyakit
infeksi baru pada manusia atau penyakit lama yang muncul kembali.
Ada kecenderungan bahwa penyakit infeksi pernapasan pada manusia
bertambah dengan munculnya kasus-kasus baru pada populasi yang
terindikasi di kawasan tertentu. WHO telah mengumumkan sejumlah
penyakit yang masih mengancam umat manusia, yaitu demam berdarah
(Dengue Fever), Tubercolosis (TBC), Human Immunodeficiency
Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), penyakit sapi
gila (Mad Cow) atau Variant Creutzfeldt-Jakob Disease (VCJD), Avian
Influenza (H5N1) atau flu burung (Bird Flu), Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS), flu babi (Swine Flu/H1N1 flu virus), Middle East
Respiratory Syndrome (MERS), Ebola, dan Avian Influenza (H7N9) atau
flu burung varian baru, serta virus Zika. Secara geografis, kawasan Asia,
Afrika Sub-Sahara, Amerika Latin, dan Karibia diidentifikasi oleh WHO
sebagai wilayah yang rawan terhadap munculnya berbagai penyakit
yang berbahaya.

15. Lingkungan Strategis Regional.

a. Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di Kawasan Asia


Pasifik. Kawasan Asia-Pasifik adalah kawasan yang strategis, baik
dalam aspek ekonomi, politik, maupun militer. Di kawasan ini terdapat
negara-negara berpenduduk lebih dari satu miliar (India dan Tiongkok),
berteknologi militer modern, SDM militer yang besar, yang berpengaruh
terhadap ekonomi dan politik global. Dalam perspektif keamanan
tradisional, kawasan Asia-Pasifik memiliki peluang dan tantangan yang
sangat kompleks, serta faktor risiko yang dapat menimbulkan konflik
antar negara. Sengketa di Laut Cina Selatan, Laut Cina Timur,
Semenanjung Korea, dan ketegangan di beberapa wilayah perbatasan
antar negara merupakan hal yang perlu disikapi secara bijaksana.
Sementara dalam perspektif keamanan non-tradisional, kawasan ini
memiliki sejarah panjang penyelundupan narkotika, penyelundupan
manusia, penyelundupan senjata, perompakan di laut, pencurian
kekayaan alam, serta separatisme. Selain itu, dalam tiga dasawarsa
terakhir isu terorisme semakin menguat yang disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain masalah ekonomi dan paham radikal. Perkembangan
kawasan Asia Pasifik yang sangat dinamis akan berdampak pada
masalah ekonomi dan keamanan. Perkembangan yang perlu dicermati
dan berpengaruh terhadap stabilitas keamanan adalah kebijakan
ekonomi dan militer Tiongkok, kebijakan strategis Amerika Serikat (AS)
di kawasan, dan sengketa di Laut Cina Selatan. Tiongkok dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi memungkinkan negara tersebut
melakukan modernisasi militernya. Kondisi tersebut menimbulkan
spekulasi dan tanggapan beragam di negara-negara dalam kawasan
dan kekhawatiran terhadap keseimbangan militer, sehingga, dapat
menjadi dilema keamanan bagi negara-negara di kawasan. Kebijakan
penyeimbangan kembali (rebalancing) AS di kawasan Asia Pasifik
ditempuh melalui tiga inisiatif yaitu: keamanan melalui kehadiran
kekuatan militer, ekonomi melalui Trans Pacific Partnership (TPP) untuk
mengimbangi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
serta diplomacy engagement. Sengketa Laut Cina Selatan yang
melibatkan beberapa negara, dapat memengaruhi stabilitas keamanan
di kawasan Asia Pasifik. Kawasan ini memiliki posisi geografi yang
sangat strategis, dan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomi
tinggi. Posisi geografi yang merupakan jalur pelayaran dan komunikasi
internasional, sedangkan potensi sumber daya alam berpeluang untuk
dieksplorasi. Sengketa di Laut Cina Selatan berpotensi menjadi konflik
bersenjata (terbuka) yang disebabkan oleh tiga alasan. Pertama, para
pihak yang terlibat dalam sengketa Laut Cina Selatan sering
menggunakan instrumen militer untuk memperkuat klaimnya. Kedua,
ada keterlibatan negara-negara di luar kawasan dalam konflik tersebut.
Ketiga, belum ada institusi atau organisasi internasional yang kredibel
dalam menyelesaikan persengketaan. Namun sebaliknya, konflik
bersenjata tidak akan terjadi karena di antara negara-negara ASEAN
memiliki komitmen dalam penyelesaian konflik dilakukan tidak dengan
kekerasan bersenjata, melainkan dengan cara dialog dan persaudaraan
yang dilandasi saling pengertian, menghormati, dan percaya.

b. Modernisasi Kekuatan Militer. Beberapa negara di kawasan


Asia Pasifik telah modernisasi kekuatan pertahanan, yang didukung
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Tujuan tidak hanya untuk
kesetaraan dan mencapai standarisasi dengan sistem aliansi, namun
juga untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kontijensi akibat
ketidakpastian situasi strategis. Modernisasi sistem persenjataan dan
penempatan yang provokatif dapat menimbulkan miskalkulasi dan
mispersepsi. Kesalahan penilaian/persepsi terhadap suatu peristiwa
dapat menciptakan situasi yang kompleks dan berbahaya, terutama
dikaitkan dengan adanya potensi konflik yang sedang berlangsung di
kawasan, seperti di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan.
Modernisasi kekuatan militer juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi
pertahanan. Beberapa negara di kawasan telah memanfaatkan
teknologi tersebut untuk memodernisasi sistem persenjataan
konvensional strategis maupun sistem penginderaan modern
terintegrasi seperti Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen,
Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP), dan sistem pertahanan siber.
Khusus tentang siber, dewasa ini perang siber telah menjadi strategi
untuk menimbulkan kerugian yang berdampak strategis terhadap suatu
negara.

c. Isu Perbatasan Antarnegara. Kawasan Asia Pasifik masih


memiliki potensi sengketa perbatasan yang belum sepenuhnya dapat
diselesaikan. Fakta empiris menunjukkan bahwa salah satu penyebab
utama terjadinya perang adalah persoalan batas wilayah. Konflik dan
krisis yang sedang berlangsung dalam konteks ini dapat meningkatkan
terjadinya ancaman tradisional apabila manajemen sengketa tidak
dilakukan secara tepat. Sebagai sebuah negara kepulauan yang
sangat terbuka dari berbagai arah, Indonesia memiliki sejumlah
permasalahan perbatasan yang belum terselesaikan. Selain itu, negara
Indonesia memiliki 92 pulau-pulau kecil terluar/terdepan, yang 12 pulau-
pulau kecil terluar diantaranya memerlukan prioritas dalam
pengelolaannya agar kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI dapat
terjamin secara optimal. Kondisi ini berpotensi menyebabkan terjadinya
pelanggaran terhadap wilayah kedaulatan NKRI, terutama di kawasan
perbatasan darat negara yang belum mendapatkan kesepakatan
bersama dan pulau-pulau kecil terluar/terdepan yang belum dikelola
dengan baik. Pelanggaran terhadap kedaulatan negara di wilayah udara
dan laut, seperti penerbangan/pelayaran asing akan menimbulkan
ketegangan, bahkan dapat mengarah kepada konflik.

16. Lingkungan Strategis Nasional.

a. Ideologi. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara


merupakan hal yang fundamental dalam tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai ideologi negara, Pancasila merupakan falsafah dan
pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai moral,
etika dan cita-cita luhur serta tujuan yang akan dicapai bangsa
Indonesia. Pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berupa nilai-nilai keselarasan, keseimbangan dan keserasian,
persatuan dan kesatuan, kekeluargaan dan kebersamaan, yang
senantiasa menjadi landasan filosofis bagi warga negara dalam bepikir,
bersikap dan bertindak dalam rangka penyelenggaraan pertahanan
negara. Pengembangan nilai-nilai kebhinnekaan dan nilai-nilai keadilan
yang terdapat dalam Pancasila dimaksudkan untuk mencegah
munculnya ego kedaerahan dan memperkuat nasionalisme. Penerapan
nilai-nilai Pancasila akan meredam timbulnya aktivitas kelompok-
kelompok radikal dalam lingkungan masyarakat.

b. Politik. Kondisi politik nasional sedang mengalami penataan


secara signifikan pada aspek infrastruktur politik, suprastruktur politik,
dan budaya politik. Isu-isu yang terkait komitmen politik hendaknya
dilaksanakan secara proporsional pada semua aspek, Sistem demokrasi
yang diharapkan dapat berjalan dengan baik, masih perlu pembenahan
terkait dengan penyelenggaraan pemilu. Sementara pemerintahan terus
berupaya membangun komunikasi politik secara demokratis sesuai
mekanisme hubungan kerja. Selanjutnya dinamika politik yang
berkembang saat ini terus mengalami pembenahan menuju tatanan
yang demokratis, sehingga sistem politik nasional dapat berjalan dengan
baik. Sistem demokrasi yang diharapkan dapat berjalan dengan baik,
masih perlu pembenahan terkait hasil penghitungan suara pada
pemilihan umum, komunikasi politik Pemda dengan Pemerintah Pusat
yang belum optimal, Kepala Daerah yang lebih mengutamakan
kepentingan daerah dibanding kepentingan nasional, pemekaran
wilayah dan sengketa perbatasan wilayah, yang akan berpotensi
menimbulkan konflik.

c. Ekonomi. Kecenderungan ekonomi global yang diwarnai


ketidakpastian mensyaratkan kebijakan yang cepat, tepat dan terukur
guna merespon peluang dan tantangan termasuk dengan
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kesiapan
Indonesia dalam menghadapi lima bidang meliputi arus bebas barang,
jasa, tenaga terampil, modal, dan investasi merupakan hal yang perlu
diantisipasi secara menyeluruh. Pemerintah telah menyesuaikan target
pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kinerja perekonomian
Indonesia. Kondisi tersebut akan mempengaruhi iklim usaha terutama di
sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) yang banyak menyerap tenaga
kerja. Kecenderungan ekonomi global yang diwarnai ketidakpastian
mensyaratkan kebijakan yang cepat, tepat dan terukur guna merespon
peluang dan tantangan termasuk dengan diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).

d. Sosial Budaya. Globalisasi yang sarat dengan semangat


perubahan berdampak kepada perubahan nilai-nilai yang
mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak generasi penerus
bangsa serta berbagai permasalahan kebangsaan yang secara
signifikan berpengaruh terhadap tatanan budaya bangsa.
Perkembangan Iptek membawa nilai-nilai tertentu yang secara langsung
atau tidak langsung bersinggungan dengan nilai-nilai sosial budaya
bangsa yang sudah ada. Pemahaman generasi penerus bangsa terkait
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
sesanti Bhinneka Tunggal Ika, semakin terkikis oleh derasnya nilai-nilai
baru yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Degradasi nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia telah mempengaruhi merosotnya sikap nasionalisme,
patriotisme dan cinta tanah air bagi warga negara dalam memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa.

e. Keamanan Dalam Negeri. Separatisme masih menjadi isu


keamanan yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI, dan keselamatan segenap bangsa. Separatisme dilakukan
melalui gerakan politik dan bersenjata dengan mengeksploitasi
kelemahan penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Penanganan
keamanan dalam negeri sebagai akibat konflik horizontal yang dipicu
oleh keragaman budaya masyarakat, suku bangsa, agama, etnis, dan
golongan, serta kondisi sosial masih mewarnai konflik-konflik yang
terjadi di daerah tertentu.

17. Evaluasi.

a. Salah satu faktor utama dalam penyelenggaraan strategi militer


yaitu tentang kondisi lingkungan strategis, baik global, regional maupun
nasional. Salah satu lingkungan strategis global adalah kejahatan lintas
negara. Jelaskan mengapa kejahatan lintas negara saat ini dipandang
sebagai salah satu ancaman terhadap keamanan global?

b. Lingkungan strategis regional salah satunya adalah dinamika


keamanan lingkungan strategis di kawasan Asia Pasifik. Jelaskan
mengapa kasawan Asia Pasifik termasuk kawasan yang strategis, baik
dalam aspek ekonomi, politik, maupun militer?

c. Lingkungan Strategis Nasional yang mempengaruhi strategi


militer salah satunya adalah di bidang politik. Jelaskan kondisi politik di
Indonesia saat ini?
BAB IV
HAKIKAT ANCAMAN

18. Umum. Ancaman pada hakikatnya adalah setiap usaha


dan kegiatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Berdasarkan identifikasi terhadap hakikat
ancaman yang sangat dinamis, sehingga memungkinkan terjadinya
penggabungan berbagai ancaman yang dinamakan hibrida. Karenanya bentuk
ancaman saat ini dan ke depan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida. Sumber
ancaman dapat berasal dari dalam maupun luar negeri, serta dilakukan oleh
aktor negara maupun bukan negara, bersifat nasional, regional, dan global.
Adapun dampak yang ditimbulkan meliputi segala aspek kondisi sosial terdiri
dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan.
Ancaman berdasarkan sumber yang dihadapi bangsa Indonesia dapat berasal
dari dalam negeri dan luar negeri atau lintas negara. Sedangkan ancaman
berdasarkan aktor dapat dilakukan oleh aktor negara (state actors) dan aktor
bukan negara (non-state actors), serta non-state actors yang didukung oleh
negara.

19. Ancaman Militer. Merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan


bersenjata dan terorganisasi serta dinilai mempunyai kemampuan
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berupa ancaman militer
agresi dan ancaman militer bukan agresi.

a. Ancaman militer agresi. Agresi merupakan penggunaan


kekuatan bersenjata oleh negara lain untuk melakukan aksi pendudukan
sehingga mengancam terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI, dan keselamatan segenap bangsa. Agresi yang dilakukan oleh
negara lain merupakan jenis ancaman yang ditempatkan paling utama
dalam penggolongan ancaman. Penempatan ancaman agresi pada
tingkat paling tinggi berdasarkan pada pertimbangan kemungkinan risiko
yang ditimbulkannya. Agresi dapat mengancam struktur negara serta
eksistensi kedaulatan, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
bangsa. Agresi bahkan dapat membubarkan suatu negara yang
diagresi. Oleh karena itu, pertahanan negara harus dibangun dan
dipersiapkan untuk menghasilkan daya tangkal terhadap kemungkinan
menghadapi ancaman agresi. Bentuk-bentuk agresi dapat digolongkan
antara lain:

1) Invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara


lain terhadap wilayah NKRI;

2) Bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang


dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah
NKRI;

3) Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah


udara NKRI oleh angkatan bersenjata negara lain;

4) Serangan unsur Angkatan bersenjata negara lain


terhadap unsur satuan darat, satuan laut atau satuan udara TNI;

5) Unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam


wilayah NKRI berdasarkan perjanjian yang tindakan atau
keberadaannya bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian
tersebut;

6) Tindakan suatu negara yang mengijinkan


penggunaan wilayahnya oleh negara lain sebagai daerah
persiapan untuk melakukan agresi terhadap NKRI; dan

7) Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran


oleh negara lain untuk melakukan tindakan kekerasan di wilayah
NKRI.

b. Ancaman militer bukan agresi. Ancaman militer bukan agresi


merupakan ancaman yang dapat menggunakan kekuatan senjata
ataupun tidak bersenjata, berasal dari luar negeri maupun dari dalam
negeri serta dilakukan oleh aktor negara maupun aktor bukan negara
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa. Pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer bukan agresi disesuaikan dengan skala ancaman yang dihadapi,
dimana pelibatan TNI melalui pengerahan kekuatan berdasarkan
kebijakan dan keputusan politik negara. Ancaman militer bukan agresi
antara lain :

1) Pelanggaran wilayah. Ancaman terhadap pertahanan


negara dapat berupa acaman melalui wilayah perbatasan darat,
laut dan udara.

a) Pelanggaran Wilayah Perbatasan Darat Negara.


Potensi ancaman pelanggaran wilayah perbatasan darat
negara berupa pelanggaran pelintas batas, pencurian
sumber daya alam, penyelundupan senjata, amunisi dan
bahan peledak, Narkoba serta berbagai kegiatan
pelanggaran ilegal lainnya yang bersifat transnasional.

b) Pelanggaran Wilayah Laut. Pelanggaran wilayah


laut yang menggunakan kapal ataupun sarana transportasi
laut lainnya, termasuk pelanggaran hukum yang terjadi
diwilayah laut kedaulatan dan yurisdiksi NKRI. Potensi
pelanggaran yang terjadi di wilayah laut dapat berupa
pembajakan atau perompakan, penangkapan ikan secara
ilegal atau pencurian kekayaan alam di laut,
penyelundupan lewat laut dan penggunaan jasa maritim
secara ilegal.

c) Pelanggaran Wilayah Udara dan Dirgantara


Pelanggaran wilayah udara dan dirgantara dapat terjadi
dengan menggunakan pesawat tempur, pesawat
nonkomersial dan sarana transportasi udara serta wahana
angkasa lainnya. Potensi ancaman di antariksa dapat
berupa kegiatan pengintaian, perlintasan benda-benda
asing dan pemanfaatan kegiatan di wilayah dirgantara
secara ilegal. Pemberlakuan ASEAN open sky policy 2015
tidak saja memberikan peluang ekonomi bagi Indonesia,
tetapi juga menimbulkan kerawanan dari sisi keamanan
udara terutama terkait dengan ancaman-ancaman yang
berkenaan dengan keamanan non tradisional yang bersifat
transnasional. Di sisi lain ASEAN open sky policy 2015
dapat berpontensi menjadi ancaman bagi kedaulatan
udara dan melemahkan pertahanan udara.

2) Spionase. Ancaman spionase yang dilakukan oleh negara


lain masih akan tetap berpotensi terjadi untuk mencari dan
mendapatkan rahasia pertahanan negara Indonesia. Negara-
negara tersebut akan berusaha mendapatkan informasi strategis
untuk menjawab hakikat ancaman dan tantangan terhadap
kepentingan nasionalnya.

3) Sabotase. Sabotase terhadap instalasi penting militer dan


ancaman terhadap objek vital nasional yang bersifat strategis
akan berdampak pada keselamatan segenap bangsa dan
mengganggu kepentingan masyarakat. Objek vital nasional yang
bersifat strategis merupakan kawasan, lokasi, bangunan, instalasi
dan/atau usaha menyangkut hajat hidup orang banyak, harkat
dan martabat bangsa serta kepentingan nasional yang apabila
terjadi ancaman dan gangguan dapat membahayakan
kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Objek
vital nasional yang bersifat strategis antara lain: Istana Presiden/
Wapres, kediaman Presiden/Wapres, bandar udara internasional,
pelabuhan internasional, eksplorasi/eksploitasi sumber daya
alam, instalasi nuklir, industri biologi dan kimia skala besar,
industri pertahanan, industri dan badan keantariksaan dan
perusahaan umum percetakan uang Republik Indonesia (Peruri).

4) Terorisme. Aksi teror bersenjata dilakukan oleh jaringan


terorisme internasional yang bekerja sama dengan terorisme
dalam negeri sehingga membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.

5) Pemberontakan bersenjata. Pemberontakan bersenjata di


beberapa wilayah Indonesia dilakukan oleh kelompok-kelompok
yang berkeinginan untuk memisahkan diri dari NKRI dengan
mengeksploitasi kelemahan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan.

6) Konflik komunal/perang saudara. Konflik komunal


merupakan ancaman yang berpontensi terjadi karena
heterogenitas masyarakat Indonesia dengan keragaman suku
bangsa, agama, etnis dan golongan. Selain hal tersebut di
Indonesia masih terdapat sejumlah daerah tertinggal yang
sebagian besar dikategorikan daerah rawan konflik. Konflik
komunal juga dapat disebabkan oleh: masalah sengketa lahan,
tuntutan kenaikan upah kerja dan ketidakpuasan masyarakat atas
kebijakan publik serta ekses kegiatan politik yang tidak
bermartabat.

20. Ancaman Nonmiliter. Ancaman nonmiliter merupakan usaha atau


kegiatan tanpa bersenjata yang dinilai membahayakan atau berimplikasi
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman ini dapat berasal dari luar negeri, dari dalam negeri
yang dilakukan oleh aktor negara maupun bukan negara (proxy war). Ancaman
nonmiliter digolongkan dalam beberapa dimensi ancaman, antara lain: ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, bencana, teknologi, dan legislasi.

a. Ancaman berdimensi ideologi. Ancaman yang berdimensi


Ideologi adalah berkembangnya ideologi yang bertentangan dengan
ideologi Pancasila. Ancaman tersebut yang berasal dari luar negeri
antara lain penetrasi faham liberalisme dan komunisme. Ancaman dari
dalam negeri berupa faham anarkis yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok radikal dengan alasan keagamaan dan golongan fundamental
anti kemapanan, tindakan tidak konstitusional dan bertentangan dengan
hukum serta kegiatan aliran sesat. Adanya kecenderungan menguatnya
ego kedaerahan dan primordialisme sempit (ethno-nationalism).

b. Ancaman berdimensi politik. Ancaman berdimensi politik dapat


berasal dari luar negeri berupa tekanan dan intervensi politik, dengan
menggunakan isu global seperti penegakan Hak Asasi Manusia (HAM),
Lingkungan hidup, demokratisasi dan penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan akuntable. Sedangkan ancaman dari dalam negeri
seperti kurangnya tingkat kedewasaan berpolitik yang berujung pada
mobilisasi massa atau penggalangan kekuatan politik untuk
melemahkan dan atau menumbangkan pemerintah.

c. Ancaman berdimensi ekonomi. Ancaman berdimensi ekonomi


yang berasal dari luar negeri berupa embargo dan dari dalam negeri
berupa inflasi yang tinggi, pengangguran, kemiskinan, kesenjangan
ekonomi, dan infrastruktur yang buruk.

d. Ancaman berdimensi sosial budaya. Ancaman berdimensi sosial


budaya dapat berupa konflik horizontal seperti pertikaian suku, agama,
ras, dan antar golongan. Penggunaan teknologi informasi yang tidak
terkontrol dapat memicu terjadinya benturan antar peradaban, termasuk
dampak peredarandan dan penyalahgunaan narkoba yang dapat
mengancam generasi muda. Rendahnya kualitas SDM menyebabkan
lemahnya daya saing yang berakibat meningkatnya pengangguran
sehingga dapat memicu terjadinya kerawanan sosial. Korupsi sebagai
akibat rendahnya kualitas moral SDM dan lemahnya penegakan hukum
berdampak pada terhambatnya pembangunan nasional

e. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum. Ancaman terhadap


keselamatan umum dapat terjadi karena bencana alam maupun
bencana sosial yang tidak dapat diprediksi. Bencana alam seperti
tsunami, gempa bumi, banjir, puting beliung, kekeringan, tanah longsor,
erupsi gunung berapi dan kebakaran hutan. Bencana sosial seperti
kerusuhan, konflik horisontal, pencemaran lingkungan hidup, epidemi
penyakit dan kegagalan infrastruktur sosial.
f. Ancaman berdimensi teknologi. Dampak kemajuan teknologi di
bidang informasi dan komunikasi yang selalu berorientasi terhadap
bisnis dan mengabaikan aspek moral. Program televisi yang tidak
memiliki standar untuk acara-acara yang ditonton oleh anak-anak dan
Internet yang tidak dapat dikontrol secara penuh. Kejahatan yang
memanfaatkan siber atau cyber crime yang merupakan tindakan
kriminal dengan menggunakan komputer sebagai kejahatan utama
berbasis kecanggihan teknologi internet antara lain kejahatan
perbankan, penyadapan dan pembajakan hak cipta. Demikian juga
kejahatan terorisme melalui siber atau Demikian juga kejahatan
terorisme melalui siber atau cyber terrorism dan perang siber atau cyber
warfare yaitu serangan elektronik melalui jaringan kokmputer terhadap
infrastruktur kritis yang berpotensi besar mengganggu aktifitas sosial
dan ekonomi bangsa. Ancaman berdimensi teknologi juga dapat terjadi
dalam bentuk penyalahgunaan agensia biologi patogen untuk
melancarkan bioterorisme dan perang biologi.

g. Ancaman Berdimensi Legislasi. Ancaman berdimensi legislasi


berpotensi terjadi dalam proses pembentukan atau pemaknaan
substansi suatu undang-undang yang dapat menyebabkan ancaman
terhadap kedaulatan wilayah, keutuhan NKRI dan keselamatan segenap
bangsa. Dimensi ancaman legislasi antara lain: adanya upaya pihak-
pihak luar yang ingin mewujudkan perundang-undangan di Indonesia
sesuai kepentingannya, mengintervensi proses penyusunan perundang-
undangan dan melemahkan ataupun berupaya mencabut perundang-
undangan yang tidak sesuai dengan kepentingannya.

21. Ancaman Hibrida. Ancaman hibrida merupakan ancaman yang


mengkombinasikan antara ancaman konvensional, asimetrik, teroris dan
perang siber, serta kriminal yang beragam dan dinamis. Selain berbagai
kombinasi ancaman tersebut, ancaman hibrida dapat juga berupa keterpaduan
serangan antara penggunaan senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir dan bahan
peledak (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear and Explosive /CBRNE)
dan perang informasi. Skenario perang hibrida atau “hybrid war” menjadi
skenario paling berbahaya yang dapat terjadi di Indonesia, dimana terjadi
beberapa ancaman yang dilakukan oleh gabungan regular dan irregular forces,
teroris dan kelompok lainnya dibeberapa tempat (mandala operasi) dalam
waktu bersamaan dengan mengombinasikan aksi teroris, separatis, dan
didukung dengan aksi militer dari negara lain.

22. Evaluasi.

a. Bentuk ancaman saat ini dan ke depan dapat digolongkan


menjadi tiga jenis, yaitu ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan
ancaman hibrida. Jelaskan yang dimaksud dengan ancaman militer?

b. Ancaman militer dapat berupa ancaman militer agresi dan


ancaman militer bukan agresi. Jelaskan yang dimaksud dengan
ancaman militer agresi?

c. Ancaman nonmiliter digolongkan dalam beberapa dimensi


ancaman, antara lain: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, bencana,
teknologi, dan legislasi. Jelaskan ancaman nonmiliter berdimensi
ideologi?
BAB V
KONSEP UMUM STRATEGI MILITER

23. Umum. Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara di bidang


pertahanan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara, dengan tugas pokok menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sebagai alat negara di
bidang pertahanan, TNI disiapkan untuk menghadapi berbagai ancaman baik
yang datang dari dalam maupun luar negeri, terutama ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata terorganisir dan dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara
serta keselamatan segenap bangsa, dilakukan dengan Operasi Militer untuk
Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

24. Kebijakan dan strategi.

a. Kebijakan. Kebijakan yang diambil untuk menghadapi ancaman


militer, ancaman militer dan ancaman hibrida adalah dengan
mengatasinya secara bertahap sesuai fungsi TNI.

b. Strategi. Strategi yang diterapkan TNI untuk merealisasikan


kebijakan tersebut yaitu melaksanakan OMP dan OMSP dengan
menggunakan kekuatan TNI yang sudah disiagakan.

25. Operasi Militer Untuk Perang (OMP).

a. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Tujuan OMP untuk mengatasi ancaman dari


kekuatan militer negara lain yang melakukan agresi terhadap
Indonesia dan/atau konflik bersenjata dengan suatu negara lain
atau lebih dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, keselamatan bangsa dan negara.

2) Sasaran.

a) Teratasinya berbagai bentuk ancaman agresi


berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan bangsa.

b) Teratasinya konflik bersenjata dengan suatu negara


lain atau lebih yang mengancam terhadap kedaulatan
negara dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan
bangsa.

b. Peran. TNI dalam melaksanakan tugas OMP berperan sebagai


alat negara di bidang pertahanan, dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

c. Fungsi. Fungsi TNI dalam pelaksanaan OMP sebagai berikut:

1) Penangkal. Penangkal setiap bentuk ancaman militer dan


ancaman bersenjata baik yang datang dari luar negeri yang
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa;

2) Penindak. Penindak setiap bentuk ancaman sebagaimana


dimaksud di atas yang sudah masuk ke wilayah kedaulatan
NKRI; dan

3) Pemulih. Pemulih terhadap kondisi negara yang terganggu


akibat perang atau akibat kekacauan keamanan.

d. Sifat.

1) Menyerang (offensive operations). Merupakan OMP yang


dilaksanakan untuk melumpuhkan, menghancurkan dan
menguasai musuh di wilayah NKRI dan melumpuhkan serta
menghancurkan di luar wilayah NKRI.

2) Bertahan (defensive operations). Merupakan OMP yang


dilaksanakan untuk menghadapi serangan yang dilancarkan oleh
musuh dan atau mempertahankan kesatuan wilayah kekuasaan
Negara dengan segala isinya, di darat, laut dan udara yang batas-
batasnya ditetapkan dengan undang-undang.

3) Mendukung (support operations). Merupakan OMP yang


dilaksanakan baik untuk mendukung penyelenggaraan operasi
militer yang bersifat menyerang dan bertahan maupun untuk
mendukung operasi TNI, sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

e. Asas. OMP didasarkan pada asas-asas:

1) Pegang Teguh Tujuan. Penggunaan TNI harus


dilaksanakan secara terukur, mengarah pada pencapaian tujuan
sesuai pentahapan operasi yang jelas serta realistis.

2) Inisiatif. Inisiatif merupakan tindakan TNI mendahului


tindakan musuh/lawan untuk memenangkan pertempuran.

3) Kesatuan Komando. Kesatuan komando merupakan


pengerahan seluruh upaya pada setiap sasaran dalam sebuah
komando tunggal yang memiliki kewenangan komando terhadap
semua kesatuan di bawah kendalinya guna menjamin
tercapainya tujuan bersama.

4) Pemusatan Kekuatan. Kekuatan dan perkuatan yang


dimiliki oleh pasukan TNI dikonsentrasikan pada daerah operasi
dan sasaran tertentu, untuk menjamin penyelesaian tugas dalam
ruang dan waktu yang menentukan.
5) Pemusatan Serangan. Tindakan pemusatan serangan
diarahkan pada centre of gravity musuh sehingga berdampak
pada niatan musuh untuk melanjutkan peperangan.

6) Pendadakan. Pendadakan merupakan faktor pengganda


kekuatan yang dimiliki pasukan TNI akibat kelengahan dan
ketidaksiapan musuh. Pendadakan dapat didukung oleh faktor
kecepatan dalam pengambilan keputusan, data informasi,
intelijen dan mobilitas pasukan.

7) Moril Tinggi. Setiap personel yang dikerahkan dalam


tugas harus memiliki keunggulan moril, sehingga pasukan akan
bertempur dengan dilandasi oleh motivasi yang kuat dan
semangat juang pantang menyerah sampai memperoleh
kemenangan. Moril yang tinggi dapat diperoleh melalui adanya
hubungan atasan dan bawahan yang kohesif, latihan yang keras,
dukungan yang memadai dan prosedur operasional yang jelas.

8) Efektif dan Efisien. Dalam penggunaan kekuatan TNI,


segenap faktor yang berpengaruh harus mempertimbangkan
dengan cermat sedemikian rupa sehingga pelaksanaan
pengerahan kekuatan TNI menjadi efektif dan efisien.

9) Kekenyalan. Penggunaan kekuatan TNI harus memiliki


kemampuan untuk menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi
yang relatif cepat berubah.

10) Kerahasiaan. Kerahasiaan merupakan faktor yang sangat


penting untuk memelihara keamanan pihak sendiri dari upaya
gangguan oleh musuh, serta menciptakan pendadakan terhadap
pihak musuh.

11) Manfaat. Penggunaan kekuatan TNI dilaksanakan


dengan mengutamakan manfaat yang dapat diraih atas
pelaksanaan pengerahan kekuatan tersebut.
12) Keterpaduan. Penggunaan kekuatan TNI harus mampu
memadukan semua unsur-unsur kekuatan yang tersedia. Untuk
itu membutuhkan adanya interaksi dan koordinasi antar kesatuan
dalam melaksanakan kegiatan tempur dan nontempur sehingga
tercapai hasil upaya yang optimal.

13) Interoperability. Penggunaan kekuatan TNI dilakukan


dengan menyinkronisasikan dan mengintegrasikan secara tepat
semua kemampuan yang dimiliki oleh pasukan gabungan,
sehingga tercipta keterpaduan operasional yang dapat
menentukan keberhasilan tugas. Interoperability didasarkan pada
rasa kebersamaan melalui latihan-latihan yang sangat
menentukan efektivitas keterpaduan satuan dalam pelaksanaan
tugas.

14) Terinformasi desa baik (Well Informed). Kekuatan TNI


yang digunakan harus selalu mendapatkan keterangan yang
aktual tentang daerah operasi dan musuh guna mempercepat
adaptasi terhadap setiap perkembangan situasi dan kondisi.

15) Pertahanan Berlapis (Defence in depth). Gelar kekuatan


TNI disusun secara berlapis-lapis dan saling mendukung untuk
dapat memberikan kedalaman bagi operasi pertahanan.

16) Kewilayahan. Seluruh wilayah NKRI diberdayakan untuk


dapat menjadi tumpuan bagi usaha perlawanan secara
berkelanjutan.

17) Kesemestaan. Penggunaan kekuatan TNI didukung oleh


seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional
lainnya, yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, serta
berkesinambungan.

18) Tidak Mengenal Menyerah. Usaha untuk mempertahankan


kemerdekaan, kedaulatan serta keutuhan bangsa dan NKRI
dilakukan dengan segala cara dan tidak mengenal kata
menyerah.

19) Legal. Penggunaan kekuatan TNI memiliki payung hukum


yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan berdasarkan kepada keputusan politik negara.

20) Sustainability. Postur TNI dibangun dan dikembangkan


agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini, namun dengan tidak
mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam
memenuhi kebutuhan akan kemampuan pertahanan negara.

21) Kesederhanaan. Struktur komando, strategi,


perencanaan, taktik, prosedur dan perintah-perintah operasi
bersifat sederhana dan mudah dimengerti, jelas, tegas tanpa
keraguan dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran maupun
kesimpangsiuran sehingga mempermudah pelaksanaannya.

22) Pendadakan. Tindakan pendadakan dilaksanakan dengan


mempertimbangkan faktor waktu, tempat dan cara-cara yang
tidak diharapkan oleh musuh sehingga dapat merubah imbangan
daya tempur.

23) Mobilitas. Kemampuan mobilitas diperlukan untuk


melaksanakan tugas secara responsif, menjamin kebebasan
bertindak, mengembangkan hasil yang dicapai, dan mencegah
kehancuran pasukan sendiri. Asas mobilitas menetapkan
satuan TNI untuk tidak mempertahankan medan operasi
secara statis, namun memilih untuk mengorbankan daerah dan
waktu guna mendapatkan keunggulan strategis.

24) Penyebaran untuk menghindari pemusnahan. Dalam


penyelenggaraan Operasi Militer untuk Perang perlu dipikirkan
langkah–langkah penyebaran guna menghindari pemusnahan.
25) Kohesi. Penggunaan kekuatan harus didasarkan pada
rasa kebersamaan yang tercipta melalui latihan-latihan yang
sangat menentukan efektifitas satuan dalam pertempuran.

f. Bentuk dan Jenis OMP. Bentuk OMP untuk menghadapi agresi


dan konflik bersenjata negara lain diselenggarakan dengan operasi
intelijen, operasi tempur, operasi teritorial, operasi khusus dan operasi
dukungan yang meliputi jenis operasi sebagai berikut:

1) Operasi Intelijen. Jenis operasi yang dilaksanakan


meliputi operasi penyelidikan, operasi pengamanan, dan operasi
penggalangan.

2) Operasi Tempur. Jenis operasi yang dilaksanakan


meliputi kampanye militer dan operasi gabungan utama.

3) Operasi Teritorial. Jenis operasi yang dilaksanakan


meliputi operasi pemberdayaan wilayah pertahanan dan operasi
bhakti TNI.

4) Operasi Khusus. Jenis operasi yang dilaksanakan


meliputi operasi komando, operasi sandhi yudha, operasi
mengatasi aksi teror dan operasi khusus lainnya sesuai dengan
sasaran yang dihadapi.

5) Operasi Dukungan. Jenis operasi yang dilaksanakan


meliputi operasi dukungan intelijen, operasi dukungan personel,
operasi dukungan logistik, operasi dukungan peperangan
elektronika, operasi dukungan informasi, operasi dukungan
psikologi, operasi dukungan tembakan, operasi dukungan
angkutan udara strategis, operasi dukungan angkutan laut,
operasi dukungan pencarian dan penyelamatan (search and
rescue/sar), operasi dukungan teritorial, operasi dukungan
komunikasi dan elektronika, operasi dukungan kesehatan,
operasi dukungan hukum dan operasi dukungan pasukan khusus
gabungan (Joint Special Force Operations).
6) Operasi Gerilya. Jenis operasi yang dilaksanakan
meliputi operasi penyergapan, teror dan sabotase objek yang
bersifat strategis dan taktis (moril, jalur perhubungan, logistik,
komunikasi dan lain-lain).

7) Serangan Balas. Operasi serangan balas dilaksanakan


meliputi operasi udara gabungan, operasi laut gabungan dan
operasi darat gabungan.

g. Wilayah Operasi Militer Perang. Wilayah OMP ditetapkan


sebagai mandala perang di dalam maupun di luar wilayah NKRI meliputi
wilayah darat, laut, udara, atau darat-udara atau laut-udara berupa
batas geografi (darat, laut dan udara) yang ditentukan oleh Presiden
berdasarkan saran Panglima TNI dengan memperhatikan ketentuan
hukum internasional tentang perang (konvensi Jenewa), yang dibagi
menjadi dua daerah, yaitu:

1) Daerah Belakang. Daerah belakang merupakan bagian


dari wilayah nasional di dalam mandala perang yang tidak
termasuk dalam mandala operasi. Pada dasarnya daerah
belakang merupakan daerah yang relatif aman untuk digunakan
sebagai tempat penyiapan kekuatan tempur dan dukungan
administrasi yang diperlukan untuk operasi; dan

2) Mandala Operasi. Mandala operasi merupakan bagian


dari mandala perang yang diperlukan bagi operasi militer yang
bersifat defensif atau ofensif termasuk kegiatan administrasi yang
berhubungan dengan operasi, dapat dibentuk di dalam wilayah
maupun di luar wilayah NKRI dan dibagi menjadi dua daerah,
yaitu:

a) Daerah Tempur (Rahpur). Rahpur merupakan


bagian dari mandala operasi yang digunakan oleh satuan
tempur darat, laut dan udara untuk melaksanakan
pertempuran. Rahpur dibagi menjadi dua daerah, yakni
daerah tempur depan (Rahpurpan) dan daerah perbekalan
(Rahbek); dan

b) Daerah Komunikasi (Rahkom). Rahkom merupakan


bagian belakang mandala operasi yang digunakan sebagai
tempat instalasi-instalasi administrasi pendukung operasi
di Rahpur.

h. Strategi. OMP diselenggarakan secara terencana, terarah, terinci


dan terukur dengan setiap tindakan operasi memperhitungkan
dampaknya terhadap kepentingan nasional dan perdamaian dunia.
Operasi yang diselenggarakan untuk menghadapi agresi dan operasi
menghadapi konflik bersenjata dengan suatu negara merupakan strategi
TNI dalam rangka melaksanakan tugas pokok TNI. TNI melaksanakan
OMP untuk menghadapi agresi dan konflik bersenjata dengan satu
negara atau lebih dilaksanakan dengan sistem pertahanan negara
bersifat semesta melalui tahapan-tahapan penangkalan, penindakan,
dan pemulihan.

1) Penangkalan. Pada tahap penangkalan dilaksanakan


strategi penggunaan kekuatan TNI melalui kegiatan dan operasi
militer sesuai kebijakan dan politik negara meskipun belum ada
pernyataan perang oleh Presiden. Pada tahap ini, TNI bersinergi
dengan K/L terkait lainnya. Kegiatan penangkalan ini
dilaksanakan dengan pembangunan kekuatan dan Diplomasi
Militer. Pembangunan kekuatan dilakukan secara terus-menerus
sesuai perkembangan teknologi modern. Bentuk Diplomasi Militer
antara lain: unjuk kekuatan militer, latihan bersama, pendidikan,
pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer, atau olahraga
militer. Operasi militer yang dilaksanakan antara lain: Operasi
Intelijen, Operasi Pengamanan Wilayah NKRI, Operasi Informasi,
Operasi Teritorial dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan, dan Operasi Patroli Terkoordinasi.
2) Penindakan. Pada tahap penindakan dilaksanakan
strategi yang menggunakan kekuatan TNI sesuai kebijakan dan
keputusan politik negara dan/atau setelah adanya pernyataan
perang oleh Presiden. Strategi menghadapi musuh dilakukan
melalui Operasi Intelijen, Operasi Tempur, Operasi Teritorial,
Diplomasi Militer, Operasi Informasi. Untuk sasaran yang
bernilai strategis terpilih dilaksanakan operasi khusus. Bantuan
dari luar TNI yang diperlukan untuk memperkuat komponen
utama bersifat opsional melalui mobilisasi komponen cadangan
dan pendukung. Strategi penindakan yang diselenggarakan
bersifat defensif aktif (active defence) dengan menggunakan pola
pertahanan berlapis (defence in depth). Tindakan yang dilakukan,
yaitu: menghancurkan musuh dipangkalannya dalam perjalanan,
dan setelah masuk ke wilayah NKRI. Selanjutnya, apabila musuh
berhasil merebut dan menguasai seluruh atau sebagian wilayah
NKRI maka dilaksanakan perang berlarut dengan taktik gerilya.
Pada tahap penindakan ini dilaksanakan secara efektif dengan
didukung teknologi informasi yang modern, diantaranya Network
Centric Warfare (NCW).

3) Pemulihan. Pada tahap ini dilaksanakan operasi militer


dan kegiatan pemulihan berdasarkan kebijakan dan keputusan
politik negara terkait persetujuan gencatan senjata. Operasi
yang dilaksanakan antara lain: Operasi Pemindahan ke Belakang
atau melakukan penarikan kekuatan yang tidak dibutuhkan,
Operasi Teritorial dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan dan Kekuatan Pendukungnya untuk siap menghadapi
perkembangan situasi. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
rekonstruksi, rehabilitasi, konsolidasi yang bersinergi dengan K/L
terkait lainnya serta membawa tawanan ke Peradilan Umum
dan/atau Peradilan Militer.
26. Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

a. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. OMSP yang dilaksanakan TNI bertujuan untuk


mengatasi dan membantu pemerintah dari berbagai ancaman
dan gangguan yang dapat membahayakan terhadap kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa Indonesia
serta turut membantu tugas perdamaian dunia sesuai kebijakan
politik luar negeri.

2) Sasaran. Sasaran pengerahan dan penggunaan


kekuatan TNI pada OMSP adalah:

a) Teratasinya ancaman dan gangguan keamanan dari


gerakan separatis bersenjata, pemberontakan bersenjata,
aksi terorisme;

b) Terwujudnya keamanan wilayah perbatasan,


keamanan objek vital Nasional yang bersifat strategis,
keamanan Presiden dan Wakil Presiden, Mantan Presiden
dan Mantan Wakil Presiden beserta keluarganya serta
tamu negara setingkat kepala negara/kepala pemerintahan
yang sedang berada di Indonesia, kelancaran tugas
pemerintah di daerah dan terwujudnya pelaksanaan tugas
perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri; dan

c) Terbantunya pemerintah dalam pemberdayaan


wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya,
pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam rangka tugas pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, tugas pencarian dan pertolongan
(Search and Rescue), keselamatan korban akibat bencana
alam, kelancaran tugas pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan di dalam maupun di luar
wilayah Indonesia.

b. Peran. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan,


yang dalam melaksanakan tugas Operasi Militer Selain Perang
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

c. Fungsi. Fungsi TNI dalam pelaksanaan OMSP sebagai berikut:

1) Penangkal. Penangkal setiap bentuk ancaman militer dan


ancaman bersenjata baik yang datang dari dalam dan luar negeri
yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa;

2) Penindak. Penindak setiap bentuk ancaman sebagaimana


dimaksud di atas yang sudah masuk ke wilayah kedaulatan
NKRI; dan

3) Pemulih. Pemulih terhadap kondisi negara yang


terganggu akibat perang atau akibat kekacauan keamanan.

d. Sifat. OMSP yang dilaksanakan bersifat tempur maupun


nontempur yang disesuaikan dengan bentuk ancaman dan gangguan
yang dapat membahayakan terhadap kedaulatan negara, keutuhan
wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa Indonesia.

1) Operasi Tempur. Operasi yang dilaksanakan TNI dapat


secara mandiri dan/atau dengan instansi/KL pemerintah terkait
maupun negara lain ditujukan untuk mengatasi kekerasan
bersenjata yang berdampak terhadap kepentingan nasional baik
di dalam maupun luar negeri meliputi aksi terorisme, konflik
komunal, pengamanan Presiden RI dan Wakil Presiden RI,
Mantan Presiden RI dan Mantan Wakil Presiden RI beserta
keluarganya dan tamu negara setingkat Kepala Negara,
mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis,
membantu pemerintah dalam pengamanan penerbangan dan
pelayaran terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan serta misi perdamaian dunia.

2) Operasi Nontempur. Operasi yang dilaksanakan TNI


dapat secara mandiri dan/atau dengan instansi/KL pemerintah
terkait maupun negara lain yang ditujukan untuk mendukung
kepentingan nasional meliputi: membantu dalam pemberdayaan
wilayah pertahanan, tugas pemerintah di daerah, kepolisian
negara, penanggulangan akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan, pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (Search and Rescue).

e. Asas.

1) Pegang Teguh Tujuan. Penggunaan TNI harus


dilaksanakan secara terukur, mengarah pada pencapaian tujuan
sesuai pentahapan operasi yang jelas serta realistis.

2) Inisiatif. Inisiatif merupakan tindakan TNI mendahului


tindakan musuh/lawan untuk memenangkan pertempuran.

3) Kesatuan Komando. Kesatuan komando merupakan


pengerahan seluruh upaya pada setiap sasaran dalam sebuah
komando tunggal yang memiliki kewenangan komando terhadap
semua kesatuan di bawah kendalinya guna menjamin
tercapainya tujuan bersama.

4) Pemusatan Kekuatan. Kekuatan dan perkuatan yang


dimiliki oleh pasukan TNI dikonsentrasikan pada daerah operasi
dan sasaran tertentu, untuk menjamin penyelesaian tugas dalam
ruang dan waktu yang menentukan.

5) Pendadakan. Pendadakan merupakan faktor pengganda


kekuatan yang dimiliki pasukan TNI akibat kelengahan dan
ketidaksiapan musuh. Pendadakan dapat didukung oleh faktor
kecepatan dalam pengambilan keputusan, data informasi,
intelijen dan mobilitas pasukan.

6) Moril Tinggi. Setiap personel yang dikerahkan dalam


tugas harus memiliki keunggulan moril, sehingga pasukan akan
bertempur dengan dilandasi oleh motivasi yang kuat dan
semangat juang pantang menyerah sampai memperoleh
kemenangan. Moril yang tinggi dapat diperoleh melalui adanya
hubungan atasan dan bawahan yang kohesif, latihan yang keras,
dukungan yang memadai dan prosedur operasional yang jelas.

7) Efektif dan Efisien. Dalam Penggunaan TNI, segenap


faktor yang berpengaruh harus mempertimbangkan dengan
cermat sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pengerahan
kekuatan TNI menjadi efektif dan efisien.

8) Kekenyalan. Penggunaan TNI harus memiliki kemampuan


untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi yang relatif
cepat berubah.

9) Kerahasiaan. Kerahasiaan merupakan faktor yang sangat


penting untuk memelihara keamanan pihak sendiri dari upaya
gangguan oleh musuh, serta menciptakan pendadakan terhadap
pihak musuh.

10) Manfaat. Penggunaan TNI harus dilaksanakan dengan


mengutamakan manfaat yang dapat diraih atas pelaksanaan
pengerahan kekuatan tersebut.

11) Keterpaduan. Penggunaan TNI harus mampu memadukan


semua unsur-unsur kekuatan yang tersedia. Untuk itu
membutuhkan adanya interaksi dan koordinasi antar kesatuan
dalam melaksanakan kegiatan tempur dan nontempur sehingga
tercapai hasil upaya yang optimal. Dalam pelaksanaan operasi
yang melibatkan institusi di luar TNI, maka diperlukan adanya
persamaan persepsi, koordinasi yang tepat dan keterpaduan
dalam kesatuan dan dukungan.

12) Interoperability. Penggunaan TNI harus dilakukan dengan


mensinkronisasikan dan mengintegrasikan secara tepat semua
kemampuan yang dimiliki oleh pasukan gabungan, sehingga
tercipta keterpaduan operasional yang dapat menentukan
keberhasilan tugas. Interoperability didasarkan pada rasa
kebersamaan melalui latihan-latihan yang sangat menentukan
efektivitas keterpaduan satuan dalam pelaksanaan tugas.

13) Terinformasi dengan baik (Well Informed). Penggunaan


TNI harus selalu mendapatkan keterangan yang aktual tentang
daerah operasi, lawan dan ancaman guna mempercepat adaptasi
terhadap setiap perkembangan situasi dan kondisi.

14) Tidak Mengenal Menyerah. Usaha untuk mempertahankan


kemerdekaan, kedaulatan serta keutuhan bangsa dan NKRI
dilakukan dengan segala cara dan tidak mengenal kata
menyerah.

15) Legal. Penggunaan TNI harus memiliki payung hukum


yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
berdasarkan kepada keputusan politik negara.

16) Berkelanjutan (Sustainability). Postur TNI dibangun dan


dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini, namun
dengan tidak mengorbankan kemampuan generasi masa depan
dalam memenuhi kebutuhan akan kemampuan pertahanan
negara.

17) Keamanan. Tindakan keamanan yang dilaksanakan untuk


menjamin keamanan segala aspek harus diutamakan selama
perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran serta senantiasa
dilakukan terhadap kegiatan, informasi, alat utama dan sistem
persenjataan maupun personel.
18) Proporsional. Kekuatan, persenjataan dan peralatan TNI
yang digunakan dalam pelaksanaan tugas OMSP dilakukan
secara sepadan, tidak berlebihan, memiliki prosedur standar
operasi yang jelas, terhindar dari tindakan di luar batas
kewajaran.

f. Bentuk dan jenis. Bentuk OMSP untuk menghadapi ancaman


bersenjata, ancaman nonmiliter dan gangguan diselenggarakan dalam
bentuk operasi intelijen, operasi tempur, operasi teritorial, operasi khusus
dan operasi dukungan yang meliputi jenis operasi sebagai berikut:

1) Operasi Intelijen. Jenis operasi yang dilaksanakan meliputi


operasi penyelidikan, operasi pengamanan, dan operasi
penggalangan.

2) Operasi Tempur. Jenis operasi yang dilaksanakan meliputi


operasi mandiri dan operasi gabungan.

3) Operasi Teritorial. Jenis operasi yang dilaksanakan


meliputi operasi pemberdayaan wilayah pertahanan dan operasi
bhakti TNI.

4) Operasi Khusus. Jenis operasi yang dilaksanakan meliputi


operasi komando, operasi sandhi yudha, operasi mengatasi aksi
teror dan operasi khusus lainnya sesuai dengan sasaran yang
dihadapi.

5) Operasi Dukungan. Jenis operasi yang dilaksanakan


antara lain: operasi dukungan logistik, kesehatan, penerangan,
Komlek dan angkutan dan lain-lain sesuai kebutuhan.

6) Operasi Informasi. Jenis operasi yang dilaksanakan


dengan ofensif dan defensif yang memadukan secara simultan
dari unsur intelijen, penerangan, psikologi, hukum, infolahta, cyber
dan Komlek.
g. Wilayah Operasi. Penentuan wilayah operasi oleh Panglima TNI
berdasarkan analisa ancaman dan gangguan keselamatan yang dapat
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan segenap bangsa Indonesia. OMSP yang dilaksanakan di
dalam wilayah NKRI berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara,
sedangkan operasi yang dilaksanakan di luar negeri berdasarkan
kebijakan politik luar negeri.

h. Strategi. Pelaksanaan OMSP dimulai setelah Presiden RI


mengeluarkan perintah kepada Panglima TNI selanjutnya mengeluarkan
direktif pemberlakuan Rencana Kontinjensi OMSP menjadi Perintah
Operasi yang dilaksanakan oleh Pangkogasgab/Dansatgas/
Pangkotamaops/Kabalakpus TNI. Pelaksanaan OMSP untuk menghadapi
ancaman bersenjata, ancaman non militer, dan gangguan dengan
ketentuan pentahapan sebagai berikut:

1) Penangkalan. Pada tahap ini dilaksanakan strategi yang


menggunakan kekuatan TNI melalui kegiatan dan operasi militer
dalam rangka menangkal ancaman bersenjata, ancaman
nonmiliter dan gangguan. Kegiatan yang dilaksanakan antara
lain: Diplomasi Militer di antaranya: latihan bersama, pendidikan,
pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer, atau olahraga
militer; dan pembinaan teritorial dan/atau Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan yang bersinergi dengan Polri, Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Nasional Pencarian
dan Pertolongan (BNPP), Badan Keamanan Laut (Bakamla), K/L
terkait lainnya; serta aktif di Forum Koordinasi Pimpinan Daerah
(Forkopimda). Sedangkan Operasi yang dilaksanakan antara lain:
Operasi Mengatasi Gerakan Separatisme Bersenjata, Operasi
Mengatasi Pemberontakan Bersenjata, Operasi Mengatasi Aksi
Terorisme, Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, Operasi
Pengamanan Objek Vital Nasional, Operasi Pengamanan
Wilayah NKRI, Operasi Pengamanan Presiden dan Wapres
beserta keluarganya, serta Operasi Membantu Pengamanan
Tamu Negara Setingkat Kepala dan Perwakilan Pemerintah
Asing yang sedang berada di Indonesia. Operasi Pemberdayaan
Wilayah Pertahanan, Operasi Perdamaian Dunia, Operasi
Membantu Pemerintah di Daerah, Operasi Membantu Polri dalam
rangka Kamtibmas, Operasi Membantu Menanggulangi Akibat
Bencana Alam, Pengungsian dan Pemberiaan Bantuan
Kemanusiaan, Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan
dalam kecelakaan dan Operasi Membantu Pemerintah dalam
Pelayaran dan Penerbangan yang didukung oleh Operasi
Teritorial, Operasi Intelijen dan Operasi Informasi.

2) Penindakan. Pada tahap penindakan dilaksanakan strategi


penggunaan kekuatan TNI melalui Operasi Militer untuk
menindak langsung lawan setelah adanya kebijakan dan
keputusan politik negara, misalnya setelah pernyataan status
darurat sipil atau darurat militer.

a) Dalam menghadapi ancaman bersenjata dilakukan


antara lain melalui Operasi Mengatasi Pelanggaran
Wilayah yang dilakukan oleh negara lain. Penindakan
dalam konteks Operasi Pengamanan Objek Vital Nasional,
Operasi Pengamanan Wilayah NKRI, Operasi Mengatasi
Aksi Terorisme, Operasi Mengatasi Pemberontakan
Bersenjata, Operasi Mengatasi Gerakan Separatisme
Bersenjata, Operasi Pengamanan Presiden atau Wapres
beserta keluarganya, Operasi Pengamanan Mantan
Presiden dan Wapres beserta keluarganya, Operasi
Membantu Pengamanan Tamu Negara yang didukung
dengan Operasi Intelijen, Operasi Teritorial, dan Operasi
Informasi. Untuk sasaran yang bernilai strategis terpilih
dilaksanakan operasi khusus. Pada tahap penindakan ini
dilaksanakan secara efektif dengan didukung teknologi
informasi yang modern.
b) Dalam menghadapi ancaman nonmiliter, TNI
membantu pemerintah dalam menghadapi ancaman yang
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
bencana, teknologi, dan legislasi; termasuk mendukung
kebijakan pemerintah mewujudkan Poros Maritim Dunia.
Perbantuan tersebut dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta prosedur K/L
terkait.

c) Dalam mengatasi gangguan terhadap kelancaran


pembangunan dan pencapaian kepentingan nasional, TNI
melaksanakan operasi dan kegiatan bersinergi dengan K/L
terkait. Operasi yang dilaksanakan antara lain: Operasi
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, Operasi Perdamaian
Dunia, Operasi Membantu Pemerintah di Daerah, Operasi
Membantu Polri dalam rangka Kamtibmas, Operasi
Membantu Menanggulangi Akibat Bencana Alam,
Pengungsian, dan Pemberiaan Bantuan Kemanusiaan,
Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan Dalam
Kecelakaan, dan Operasi Membantu Pemerintah dalam
Pelayaran dan Penerbangan yang didukung oleh Operasi
Teritorial, Operasi Intelijen, dan Operasi Informasi.
Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
pembinaan teritorial dan/atau pemberdayaan wilayah
pertahanan bersinergi dengan Polri, BNPB, BNPP,
Bakamla, dan BNN serta K/L terkait lainnya.

3) Pemulihan. Pada tahap pemulihan dilaksanakan strategi


penggunaan kekuatan TNI melalui Operasi Militer dan kegiatan
pemulihan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.
Operasi yang dilaksanakan antara lain: Operasi Teritorial
dan/atau Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dan
kekuatan pendukungnya untuk siap kembali menghadapi
perkembangan situasi. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
rekonstruksi, rehabilitasi, konsolidasi yang bersinergi dengan K/L
terkait lainnya, dan membawa tawanan ke Peradilan Umum atau
Peradilan militer.

27. Evaluasi.

a. TNI sebagai komponen utama sistem pertahanan negara dituntut


untuk mampu mengatasi kekuatan militer negara lain yang melakukan
agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik bersenjata dengan
suatu negara lain atau lebih, yang diselenggarakan melalui OMP.
Jelaskan tujuan dan sasaran dalam OMP?

b. TNI melaksanakan OMP untuk menghadapi agresi dan konflik


bersenjata dengan satu negara atau lebih dilaksanakan dengan sistem
pertahanan negara bersifat semesta melalui tahapan-tahapan
penangkalan, penindakan, dan pemulihan. Jelaskan fungsi penindakan
dalam OMP?

c. Penyelenggaraan OMSP dimulai setelah Presiden RI


mengeluarkan Perintah kepada Panglima TNI selanjutnya mengeluarkan
direktif pemberlakuan Rencana Kontinjensi OMSP menjadi Perintah
Operasi yang dilaksanakan oleh Pangkogasgab/Dansatgas/
Pangkotamaops/Kabalakpus TNI. Penyelenggaraan OMSP
dilaksanakan melalui tahapan-tahapan penangkalan, penindakan dan
pemulihan. Jelaskan tahapan penangkalan pada OMSP?
BAB VI
EVALUASI AKHIR

28. Evaluasi.

a. Dalam melaksanakan tugas, termasuk menentukan strategi


militer dalam operasi, TNI sebagai kekuatan utama pertahanan negara
senantiasa berpedoman kepada paradigma nasional yang mengandung
nilai-nilai yang telah disepakati oleh seluruh bangsa salah satunya
berupa landasan Idiil Pancasila. Jelaskan mengapa Pancasila dijadikan
sebagai landasan dalam menetukan strategi militer dalam operasi?

b. Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan


dan mengisi kemerdekaan sarat dengan nilai-nilai heroik, patriotik dan
nasionalisme yang membentuk identitas bangsa Indonesia. Demikian
juga dalam menentukan strategi militer dalam operasi senantiasa
berpedoman kepada landasan Historis. Jelaskan landasan historis
strategi militer dalam operasi!

c. Salah satu faktor utama dalam penyelenggaraan strategi militer


yaitu tentang kondisi lingkungan strategis, baik global, regional maupun
nasional. Salah satu lingkungan strategis global adalah kejahatan lintas
negara. Mengapa kejahatan lintas negara saat ini dipandang sebagai
salah satu ancaman terhadap keamanan global?

d. Lingkungan strategis regional salah satunya adalah dinamika


keamanan lingkungan strategis di kawasan Asia Pasifik. Mengapa
kasawan Asia Pasifik termasuk kawasan yang strategis, baik dalam
aspek ekonomi, politik, maupun militer?

e. Bentuk ancaman saat ini dan ke depan dapat digolongkan


menjadi tiga jenis, yaitu ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan
ancaman hibrida. Jelaskan yang dimaksud dengan ancaman militer
tersebut?
f. Ancaman militer dapat berupa ancaman militer agresi dan
ancaman militer bukan agresi. Jelaskan yang dimaksud dengan
ancaman militer agresi?

g. TNI sebagai komponen utama sistem pertahanan negara dituntut


untuk mampu mengatasi kekuatan militer negara lain yang melakukan
agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik bersenjata dengan
suatu negara lain atau lebih, yang diselenggarakan melalui OMP.
Jelaskan tujuan dan sasaran dalam OMP?

h. TNI melaksanakan OMP untuk menghadapi agresi dan konflik


bersenjata dengan satu negara atau lebih dilaksanakan dengan sistem
pertahanan negara bersifat semesta melalui tahapan-tahapan
penangkalan, penindakan, dan pemulihan. Jelaskan fungsi penindakan
dalam OMP?
51
KONFIDENSIAL

BAB VI
PENUTUP

29. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan


ajaran untuk pedoman bagi dosen dan perwira siswa dalam proses belajar
mengajar Strategi Militer Dalam Operasi pada Pendidikan Reguler Seskoad.

a.n. Komandan Seskoad


Kadep Masstra Seskoad,

Asep Ridwan, S.E.,M.Si.


Kolonel Kav NRP 32719

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai