BIONOLLA SHANDIANA/1506724814
TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
1. Pendahuluan 3
2. Industri Pertahanan 4
3. Kondisi kekinian Industri Pertahanan Nasional 6
4. Penguasaan Industri Pertahanan Nasional 7
5. Revitalisasi Industri Pertahanan Nasional 9
6. Industri Pertahanan Indonesia di mata dunia global 13
7. Masa Depan Industri Pertahanan Nasional 15
8. Membangun Teknologi Militer 19
9. Kemandirian Industri Pertahanan Nasional 21
Manajemen Industri | 2
INDUSTRI ALAT PERTAHANAN : Kondisi kekinian dan prospek di masa depan
1. Pendahuluan
Pertahanan negara adalah salah satu aspek penting dalam menjamin eksistensi dan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Pertahanan Negara yang kokoh akan mampu
mewujudkan bangsa yang kuat. Pembangunan pertahanan yang kuat menuntut
dipenuhinya kebutuhan Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) modern.
Bagi Indonesia pembangunan kekuatan melalui modernisasi Alutsista bukan saja pilihan
tetapi menjadi suatu keharusan. Peran TNI kedepan tidak hanya sebagai pengawal
kedaulatan bangsa dan Negara tetapi juga dituntut untuk mampu melaksanakan tugas-
tugas perdamaian dunia maupun tugas-tugas kemanusiaan tingkat regional dan global.
Namun dengan demikian bahwa pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI yang modern
dengan teknologi mutakhir membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Oleh karena itu
pemerintah mendorong adanya pemberdayaan Industri Pertahanan nasional agar
mampu memenuhi Alutsista TNI mewujudkan kekuatan pokok TNI sampai 2024.
Manajemen Industri | 3
2. Industri Pertahanan
Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas badan usaha milik Negara
dan badan usaha milik swasta baik secara sendiri maupun berkelompok yang ditetapkan
oleh pemerintah untuk sebagian atau seluruhnya menghasilkan alat peralatan
pertahanan dan keamanan, jasa pemeliharaan untuk memenuhi kepentingan strategis
di bidang pertahanan dan keamanan yang berlokasi di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. (Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012).
Manajemen Industri | 4
terpadu. Pemerintah menunjuk KKIP sebagai koordinator kebijakan nasional dalam
perencanaan, perumusan, pelaksanaan, pengendalian, sinkronisasi, dan evaluasi
penyelengaraan industri pertahanan. KKIP diketuai oleh Presiden RI dengan Menteri
Pertahanan dan Menteri BUMN sebagai Ketua dan Wakil Ketua Harian, termasuk
keanggotaan yang terdiri dari sembilan Menteri Kabinet Kerja serta Panglima TNI dan
Kepala Kepolisian RI.
Dasar penilaian kemampuan suatu industri terlihat pada tingkat kesiapan manufaktur
dan teknologi. Hal ini mendefinisikan kemampuan industri dalam melakukan perubahan
dan inovasi produk serta penerapan uji dan tes komponen, sub sistem, prototipe dan
sistem yang utuh untuk mengetahui fungsi esensial produk tersebut. Tingkat kesiapan
ini menentukan tingkat kesiapan kerja sama suatu industri. Peningkatan tingkat
kesiapan manufaktur dan teknologi dapat diperoleh melalui antara lain: pembelian
lisensi, joint production, modernisasi permesinan dan peralatan produksi, joint section,
joint development, serta penambahan fasilitas penelitian seperti laboratorium, dan
pusat perancangan. Penguatan teknologi berjalan setelah teknologi dikuasai melalui
siklus penguatan inovasi teknologi. Kemudian untuk keberlanjutan teknologi, maka
Manajemen Industri | 5
perguruan tinggi, lembaga Iptek dan Litbang perlu untuk memperkuat penelitian ilmu
dasar dan terapan.
Tugas pokok KKIP adalah membina industri pertahanan dalam negeri yang setelah tahun
1998 terjadi kebangkrutan akibat krisis. KKIP juga menyusun rencana induk dan cetak
biru industri pertahananan dengan mengutamakan produksi dalam negeri. Selain itu,
KKIP juga bertugas mendorong percepatan pembangunan MEF TNI untuk operasi militer
dengan pendanaan dari APBN. Keberadaan KKIP sangat berarti bagi PT Dirgantara
Indonesia (DI), PT Pindad, maupun PT PAL, sebagai tiga industri pertahanan terbesar
milik negara. KKIP-lah yang berkontribusi membentuk masterplan revitalisasi industri
pertahanan, kriteria industri pertahanan, kebijakan dasar pengadaan Alutsista TNI dan
Polri, serta verifikasi kemampuan industri pertahanan dan revitalisasi manajemen
BUMN Industri Pertahanan.
KKIP dibentuk untuk mengawal pembangunan Alutsista dalam negeri hingga 2029 yang
dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, 2010 hingga 2014, KKIP mencanangkan
empat program strategis, meliputi penetapan program revitalisasi industri pertahanan,
Manajemen Industri | 6
stabilisasi dan optimalisasi industri pertahanan, penyiapan regulasi industri pertahanan
dan penyiapan produk masa depan dan hampir semua program sudah terealisasi.
Pada tahun 2012, lahirlah Undang-Undang No. 16 tahun 2012 tentang Industri
Pertahanan. Lahirnya UU Industri Pertahanan merupakan perkembangan baik karena
memberikan guideline bagi semua pelaku. UU Industri Pertahanan sangat strategis dan
fundamental untuk membangkitkan kembali industri pertahanan. Adanya UU ini diyakini
akan mendorong kemampuan memproduksi dan pengembangan jasa pemeliharaan dari
industri pertahanan semakin berkembang. Dengan demikian hal tersebut akan
membawa dampak bagi proses modernisasi Alutsista.
Target Alutsista yang akan dicapai adalah Alutsista yang memiliki mobilitas tinggi dan
daya pukul. Sedang target industri pertahanan adalah mewujudkan kemampuan
memenuhi permintaan pasar dalam negeri, kemampuan bersaing di pasar internasional
serta kemampuan mendukung pertumbuhan ekonomi. Terkait perkembangan Alutsista
masa depan, KKIP telah mencanangkan program new future products yang meliputi
Pesawat Tempur IF-X, pesawat angkut, kapal selam, kapal perang atas air, roket, peluru
kendali, pesawat terbang tanpa awak, radar, combat management sistem, alat
komunikasi, amunisi kaliber besar, bom udara, torpedo, propelan, kendaraan tempur,
serta kendaraan taktis. Pada 2029 diharapkan industri pertahanan Indonesia sudah bisa
disejajarkan dengan industri pertahanan dunia. Dengan terwujudnya kebangkitan
industri pertahanan dalam negeri, Indonesia siap bersaing dengan pasar internasional .
Manajemen Industri | 7
industri pertahanan adalah industri baik milik negara maupun swasta nasional, yang
mampu atau berpotensi, secara sendiri-sendiri atau berkelompok untuk sebagian dan
seluruhnya, menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan serta jasa
pemeliharaan guna memenuhi kepentingan strategis di bidang pertahanan dan
keamanan.
Sejumlah peralatan TNI Angkatan Darat yang diklaim sudah mampu menggunakan
produk dalam negeri seperti baju, tas ransel dan helm milik prajurit, parasut terjun
payung, dan helikopter 412. Sementara TNI Angkatan Laut mengklaim sudah
menggunakan helikopter, senjata kaliber kecil, skoci, skoci karet, dan sirine. Pesawat
tanker juga sudah sejak lama, dapat diproduksi di dalam negeri. Diakui oleh sejumlah
petinggi di TNI, memang masih ada kekurangan dalam hal produksi, misalnya untuk
pesawat maritim belum sesuai spesifikasi, sehingga diminta untuk terus
menyempurnakan produksinya.
Manajemen Industri | 8
Sedangkan PT Pindad dalam hal produksi sistem senjata, telah mampu menghasilkan
sendiri produksi senjata ringan dan senjata kelompok, sementara pada kategori amunisi,
BUMN ini telah dapat membuat amunisi kaliber kecil dan juga kaliber khusus. Dalam
upaya memperkuat pertahanan, peralatan elektronika yang dapat dikerjakan sendiri
oleh industri pertahanan dalam negeri, dilakukan melalui tahapan pembangunan yang
sangat bervariasi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka kerjasama produksi (joint
production) antara hasil pengembangan litbang perguruan tinggi, industri, TNI, dan
POLRI, serta lembaga litbang lainnya, sampai dapat diproduksi secara massal. Adapun
berbagai badan usaha yang memproduksi produk-produk industri pertahanan, dibagi
dua yakni antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Pertahanan, dan Badan
Usaha Milik Swasta atau BUMS. Adapun BUMN yang memproduksi produk industri
pertahanan adalah :
PT PAL sebagai instansi penjuru terutama dalam rekayasa kapal perang
PT Dirgantara Indonesia mendukung pembuatan roket/rudal, helikopter, dan fix wing
aircraft
PT PINDAD memenuhi kebutuhan senjata, meriam, amunisi, dan panser
PT Dahana mengembangkan Amonium Nitrat dan Propelan untuk bahan peledak
PT Krakatau Steel menyiapkan plat baja sesuai spesifikasi yang dibutuhkan untuk
produksi Alutsista platform kendaraan tempur.
Keberadaan sistem dan peralatan pertahanan dan keamanan suatu negara tidak
terlepas dari keberadaan industri pertahanan dan keamanan negara tersebut. Begitu
Manajemen Industri | 9
juga dengan Indonesia, kemampuan dan kekuatan pertahanan dan keamanannya
bergantung pada industri nasional.
Secara umum, walaupun Indonesia sudah memiliki industri pertahanan dan keamanan
dengan sejarah yang panjang, namun diakui bahwa keberadaannya pada saat ini dapat
dikatakan belum optimal. Untuk bisa bersaing dengan negara lain yang sudah maju,
industri pertahanan di dalam negeri perlu direvitalisasi. Namun, revitalisasi industri
pertahanan bukanlah hal mudah bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan industri pertahanan
tidak sematamata menyentuh dimensi pertahanan negara saja, tetapi juga menyangkut
aspek lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Manajemen Industri | 10
a. Industri Pendukung Daya Gempur
Industri yang masuk dalam kelompok ini adalah industri dalam negeri yang dapat
memproduksi alat peralatan pertahanan yang dipergunakan untuk memperbesar
daya gempur , antara lain senjata, roket, bom, torpedo, peluru kendali, bahan
peledak dan amunisi.
d. Industri Bekal
Kelompok ini berisikan industri dalam negeri yang dapat memproduksi kebutuhan
bekal perorangan maupun kelompok/satuan untuk kepentingan pertahanan, antara
lain ransum lapangan, obat-obatan, perlengkapan perorangan lapangan,
perlengkapan satuan lapangan, bahan bakar dan pelumas serta jasa lainnya yang
diperlukan bagi kepentingan pertahanan (industri pendukung ini biasa disebut
sebagai industri pertahanan non Alutsista/IPNAS).
Dalam Master Plan Revitalisasi Industri Pertahanan juga disebutkan tentang badan
usaha yang memproduksi produk industri pertahanan. Ada dua badan usaha usaha yang
Manajemen Industri | 11
ditetapkan untuk memproduksi produk industri pertahanan di Indonesia, yakni Badan
Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) dan badan usaha swasta.
Adapun kriteria BUMN dalam Master Plan Revitalisasi Industri Pertahanan adalah yang
sesuai dengan UU nomor 19 tahun 2006 tentang Badan Usaha Milik Negara, dimana
definisi BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiiki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dengan kriteria di atas, BUMNIP yang terlibat dalam kegiatan memproduksi produk
industri pertahanan terdiri atas PT PAL sebagai instansi penjurut, terutama dalam
rekayasa kapal perang, PT Dirgantara Indonesia untuk mendukung pembuatan roket/
rudal, helikopter dan fix wing aircraft, PT Pindad untuk memenuhi kebutuhan senjata,
meriam, amunisi dan panser.
Selain itu, ada juga PT Dahana yang mengembangkan amonium nitrat dan propelan
untuk bahan peledak, PT LEN dan PT INTI guna mengembangkan fasilitas Alkomsus,
Siskomsat dan radar dan PT Krakatau Steel yang menyiapkan plat baja sesuai spesifikasi
yang dibutuhkan untuk produksi Alutsista platform kendaraan tempur. Sementara untuk
badan usaha milik swasta yang terlibat dalam produksi produk pertahanan nasional
adalah badan usaha milik swasta yang dapat memproduksi alat pertahanan namun
harus memenuhi kriteria yang diatur peraturan perundangan antara lain UU Nomor 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing. Salah satu hal yang diatur misalnya
tentang kepemilikan modal, dimana modal perusahaan tidak dimiliki asing.
Pada tanggal 22-31 Mei 2013, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin bersama
Dirut PT Dirgantara Indonesia dan rombongan melakukan safari promosi industri
pertahanan ke sejumlah negara Asia, yaitu Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam,
Myanmar, Thailand dan Malaysia secara estafet dan mempromosikan produkproduk PT
DI kepada mitra-mitra potensial.
Manajemen Industri | 13
Disamping upaya promosi produk ke luar negeri, program penguatan internal terus
dilaksanakan. Prioritas kebijakan industri pertahanan dalam negeri adalah
meningkatkan kapasitas produksi nasional, meningkatkan transfer teknologi, joint
production (produksi bersama) dan ekspor Alutsista. Diharapkan di masa mendatang
Indonesia memiliki industri pertahanan dalam negeri yang mandiri yang memiliki
mobilitas tinggi dan menjadi alat pemukul yang dahsyat.
Selain melalui Safari ke berbagai negara, Indonesia juga aktif mempromosikan produk
Industri Pertahanan nasional melalui kegiatan pameran internasional. Indonesia menjadi
pusat perhatian pada Brunei Darussalam International Defense Exhibition (BRIDEX) 2013
yang dibuka Sultan Brunei Darussalam. Peserta pameran terkesan oleh sejumlah produk
industri pertahanan Indonesia. Pada saat Sultan Brunei Darussalam berkunjung ke stan
Indonesia, beliau disambut langsung oleh Wamehan. Wamenhan menjelaskan industri
pertahanan Indonesia mulai bangkit kembali melalui PT Dirgantara Indonesia, PT PAL
dan PT Pindad. Pada kesempatan itu dipamerkan juga dua pesawat produksi PT DI, yaitu
CN 295 dan CN 235 Surveillance. Pihak Brunei terkesan dengan CN 295 karena teknologi
yang lebih canggih dan ukuran yang lebih besar dari CN 235 yang sudah dimiliki Tentara
Udara Diraja Brunei.
Manajemen Industri | 14
Selain mengikuti International Defense Exhibition (BRIDEX) 2013 lalu, Indonesia juga
mengikuti Defence Service Asia (DSA) 2014 di Kuala Lumpur, Malaysia. DSA yang digelar
14-17 April 2014 lalu diikuti oleh 1.000 perusahaan dari 50 negara. Perusahaan yang ikut
mempromosikan industri pertahanan Indonesia itu terdiri dari lima perusahaan BUMN,
yakni PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, PT PIndad, PT LEN Industri, dan PT Dok Kodja
Bahari. Sedangkan 10 perusahaan swasta yakni PT Famatex, PT Lundin Industry Invest,
PT Saba Wijaya Persada, PT Sari Bahari, PT Palindo Marine, PT Indo Guardika Cipta
Kreasi, PT Infoglobal Teknologi Semesta, PT Garda Persada, PT Persada Aman Sentosa,
dan PT Daya Radar Utama.
Manajemen Industri | 15
penguasaan teknologi militer untuk kepentingan pertahanan negara dan kemaslahatan
masyarakat.
Lebih dari 30 tahun yang lalu beberapa ilmuwan militer dan sipil yang bekerja di bawah
naungan Defense Advance Research Project Agency (DARPA), Departemen Pertahanan
Amerika Serikat (AS) mengembangkan teknologi pertukaran informasi jarak jauh antara
komputer dalam jaringan-jaringan komputer yang berbeda melalui bantuan kabel-kabel
komunikasi data. Mekanisme ini kemudian diadopsi oleh beberapa perguruan tinggi di
AS untuk berkomunikasi dan mempertukarkan informasi antar mereka. Pengembangan
pertukaran informasi antar jaringan komputer yang melibatkan jaringan-jaringan
komputer di berbagai belahan dunia yang kemudian memunculkan istilah Internet.
Keberadaan Internet menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya Revolution in
Military Affairs (RMA) yang salah satunya dampaknya adalah pergeseran paradigma
peperangan dari konvensional menjadi berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang disebut dengan NetworkCentric Warfare (Peperangan Jaringan-Terpusat).
Manajemen Industri | 16
Pada masa Perang Dunia II, fakta di lapangan juga memperlihatkan kehebatan Angkatan
Laut Jerman, khususnya satuan kapal selamnya yang selalu berhasil memotong
dukungan logistik pasukan sekutu di laut. Keberhasilan ini tidak lepas dari kecanggihan
teknologi enkripsi informasi yang telah dikembangkan oleh Jerman pada saat itu melalui
sebuah mesin yang disebut dengan Enigma. Dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk
membongkar mekanisme enkripsi mesin tersebut dan hal ini menunjukkan betapa
majunya teknologi informasi militer Jerman. Membangun kode enkripsi untuk
menyembunyikan informasi asli melalui mesin Enigma membutuhkan metode-metode
tertentu yang berbasiskan pada formulasi matematis dan engineering. Lebih lagi
metode-metode tersebut dibangun oleh para cendekiawan militer Jerman.
Memperhatikan fakta-fakta tersebut, kemajuan teknologi militer satu negara yang
diterapkan di lapangan secara langsung menunjukkan kualitas dari sistem pertahanan
negara tersebut. Tanpa berteori panjang lebar, ruang siber tidak akan pernah dapat
diwujudkan tanpa adanya jaringan komputer global, Internet dan infrastruktur
telekomunikasi serta embedded computers. Ruang siber memberikan sebuah sarana
baru untuk melaksanakan dan mewujudkan beragam kepentingan baik individu maupun
organisasi pada tataran terendah hingga tertinggi seperti negara. Ruang siber tidak lagi
memandang matra fisik karena ia bersifat tanpa-batas (borderless) sehingga oleh
beberapa negara ia disebut dengan matra kelima. Namun hal ini masih diperdebatkan
karena matra selalu ada pembatas fisik yang jelas walaupun tidak mesti dapat dilihat
secara kasat mata, sebagai contoh antara udara (air) dan luar angkasa (space).
Agar sebuah kepentingan dapat diwujudkan, sebuah organisasi harus berada satu atau
lebih langkah daripada pesaingnya (competitor). Untuk itu organisasi tersebut harus
memiliki keunggulan keputusan (decision superiority) sehingga keputusan yang diambil
oleh pengambil keputusan tertinggi di organisasi tersebut, memberikan dampak
signigfikan tidak hanya kepada organisasi namun juga kepada pesaingnya. Keunggulan
keputusan hanya dapat diraih bila persyaratan utamanya yakni keunggulan informasi
(information superiority) telah diraih terlebih dulu, dan di era informasi hal ini hanya
Manajemen Industri | 17
dapat diraih dengan menguasai media dimana informasi dipertukarkan yakni ruang
cyber.
Kegagalan dalam penguasaaan informasi telah menjadikan armada kapal perang sekutu
bertumbangan di samudera karena menjadi sasaran serangan-serangan kapal selam U-
Boat Jerman, dengan kata lain sistem pertahanan laut sekutu telah compromized oleh
Jerman. Di sisi lain, penguasaan informasi oleh Jerman menjadikan armada kapal selam
mereka memperoleh kebebasan bergerak di samudera laut tanpa dapat dideteksi oleh
armada perang sekutu. Pada masa itu terjadilah pacuan kehebatan teknologi militer
antar kedua pihak yang berperang tersebut. Hingga pada satu saat sekelompok ilmuwan
militer-sipil yang bergabung di Bletchey Park, Inggris berhasil memecahkan kode
terenkripsi dari mesin Enigma dan ini menjadi awal kehancuran armada U-Boat Jerman.
Fakta ini telah dengan jelas menegaskan bahwa teknologi militer memiliki andil sangat
signifikan pada sistem pertahanan negara, yang dalam hal ini direpresentasikan dengan
armada kapal laut.
Manajemen Industri | 18
8. Membangun Teknologi Militer
Teknologi militer yang dimaksud dalam naskah ini adalah teknologi-teknologi yang
diaplikasikan di lingkunganpertahanan militer. Di negara manapun di dunia ini, teknologi
tidak muncul begitu saja namun teknologi harus ditemukan (invent), dibangun
(construct), dikembangkan (develop), diaplikasikan (apply), diimplementasikan
(implement), disebarkan (disseminate) dan ditetapkan hak ciptanya (copyrighted).
Penciptaan komputer yang telah menggeser era komputasi konvensional ke era
komputasi digital dipicu oleh penemuan transistor, komponen elektronika yang mampu
menghasilkan dua keadaan listrik yakni hidup dan mati, yang secara digital diartikan
sebagai angka 1 dan 0. Dua angka sederhana yang memberikan sarana komunikasi
antara manusia dan komputer. Di masa kini, dengan dua angka sederhana tersebut
sebuah mesin berbasis perangkat komputasi telah mampu melakukan aksi-aksi secara
mandiri (autonomous) pada batas-batas tertentu.
Siapakah pencipta teknologi militer tersebut? Tidak bukan adalah para cendekiawan
militer karena mereka yang paling tahu teknologi seperti apa yang dibutuhkan oleh
organisasinya. Pembangunan sistem komputer cerdas pengangkut beban logistik
lapangan seperti Big Dogs, adalah jawaban dari kebutuhan alat transportasi fleksibel
segala medan untuk mendukung pelaksanaan operasi militer di beragam medan darat.
Pengembangan quad rotor Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah salah satu jawaban
dari tantangan untuk memperoleh pesawat pengintai tak berawak yang mampu
hovering pada satu titik secara stabil agar kualitas data citra yang diambil lebih
sempurna. Sama halnya dengan pengembangan dan pembangunan sistem anti satelit
yang ditujukan untuk menjawab tantangan peperangan luar angkasa yang melibatkan
Alutsista yang diinstalasi di luar angkasa dengan satelit sebagai mata, telinga dan
pendengaran dari Alutsista tersebut.
Manajemen Industri | 19
Dengan demikian tampak jelas bahwa teknologi militer tidak muncul begitu saja namun
harus diinisiasi, didukung dan dipertahankan eksistensinya dari masa ke masa serta
harus selalu adaptif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan
strategis pertahanan dan kebutuhan negara. Teknologi harus dibangun oleh insan-insan
cendekia pertahanan militer yang paham betul mengenai teknologi-teknologi apa saja
dapat memberi dampak siginifikan pada postur militer (kekuatan, kemampuan dan
penggelaran) sehingga secara langsung meningkatkan kekuatan sistem pertahanan
negara. Kunci penting dalam membangun teknologi militer adalah sumber daya
insaninsan cendekia militer yang telah memiliki bekal kepakaran di setiap bidang
teknologi tersebut.
Semisal komponen pertahanan militer yakni Kementerian Pertahanan dan TNI ingin
membangun teknologi untuk pertahanan siber maka harus telah menanam investasi
jangka panjang pada insan-insan cendekia militer yang telah memiliki bekal atau
disiapkan untuk diberi bekal di bidang-bidang keilmuan Teknologi Informasi,
Pemrogramam Komputer, Jaringan Komputer, Rekayasa Perangkat Lunak (Software
Engineering), Teknik Informatika, Teknik Telekomunikasi, Teknik Komputer dan Sistem
Informasi. Jangan juga pemberian bekal berupa sertifikasi-sertifikasi di bidang Teknologi
Informasi seperti Certified Information System Administrator (CISA).
Insan-insan cendekia militer di masa lalu dalam keterbatasan teknologi dan sumber daya
pendukung, telah mampu membangun stasiun pemancar radio yang secara langsung
telah berkontribusi besar dalam mempertahankan keberadaan Republik Indonesia pada
saat itu. Bahkan di antara mereka telah mampu membangun beragam pesawat terbang
dan helikopter untuk keperluan non-tempur yang diwadahi dalam sebuah lembaga yang
kelak menjadi satu-satunya industri pesawat terbang besar di Asia Tenggara. Di awal
pertengahan tahun 1960-an sangat banyak insan-insan militer yang dikirimkan ke
berbagai negara di Eropa Timur untuk dididik menjadi cendekia-cendekia militer dengan
beragam ilmu untuk menguasai teknologi militer yang diimplementasikan dalam alat
Manajemen Industri | 20
utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dimiliki oleh militer Indonesia saat itu.
Kuantitas dan kualitas Alutsista didukung oleh sumber daya para cendekia militer yang
sangat banyak telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani di Asia bagian
Selatan. Bahkan Tiongkok pun segan kepada Indonesia, apalagi Australia yang gentar
pada postur angkatan perang Indonesia.
Dengan demikian semakin tampak dengan jelas bahwa Sistem Pertahanan Negara yang
kuat tidak akan pernah dapat dilepaskan dari eksistensi komponen pertahanan militer
yang diperkuat oleh kuantitas Alutsista yang berkualitas berteknologi terkini dengan
ujung tombak pada cendekiawan militer. Mungkin saja Indonesia tidak memiliki
kuantitas Alutsista yang mampu mencakup seantero negara kepulauan NKRI, namun
dengan sumber daya alam yang luar biasa dan para cendekia militer yang bahu
membahu dengan para cendekia komponen pertahanan nirmiliter pasti akan mampu
membangun Alutsista berteknologi maju tanpa bergantung kepada negara manapun.
Beberapa fakta menggembirakan bahwa teknologi militer telah secara perlahan dikuasai
oleh Indonesia dengan produksi beragam Alutsista oleh industri strategis Indonesia,
diantaranya kapal-kapal tempur karya PT. PAL, panser-panser dan senjata serbu karya
PT. Pindad, helikopter militer karya PTDI. Yang ditunggu saat ini adalah PTDI menelurkan
prototipe pesawat tempur generasi X karya anak bangsa dan bukan karya bersama
dengan negara lain.
Manajemen Industri | 21
devisa saat ekspor, perkembangan industri dalam negeri juga akan menyerap banyak
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Industri pertahanan bukan hanya memiliki fungsi pertahanan saja, melainkan fungsi
ekonomi juga didapat, jika itu dikembangkan dengan baik, Undangundang Nomor
16/2012 tentang Industri Pertahanan menuntut Indonesia harus siap memproduksi
sendiri alusista di dalam negeri. Impor hanya dilakukan untuk senjata dan Alutsista yang
tidak bisa diproduksi di dalam negeri dan itupun harus ada syarat adanya alih teknologi
agar dalam waktu tertentu semuanya bisa diproduksi di dalam negeri. Kemandirian
industri pertahanan nasional ini akan mewujudkan kemampuan menjamin ketersediaan
Alutsista sehingga kemandirian pertahanan negara dan keutuhan kedaulatan NKRI akan
terjaga. Terdapat tiga hal yang dapat dicapai ketika Indonesia sudah mandiri dalam
industri pertahanan, yakni kemampuan dalam membuat/mengintegrasikan Alutsista,
kebebasan dalam memilih Sumber Material/Sistem/Teknologi, dan ketidaktergantungan
terhadap berbagai ikatan. Mengacu pada Undang-undang Nomor 16 tahun 2014 maka
perwujudan kemandirian industri pertahanan harus segera terwujud.
Memang tidak mudah untuk mampu memenuhi seluruh kebutuhan Alutsista TNI dari
hasil produksi dalam negeri kita sendiri. Tahapan pemenuhannya perlu konsisten dan
komitmen dalam perencanaan strategis yang baik, walaupun mungkin harus bekerja
sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi berbagai kendala seperti dari penguasaan
teknologi dan kesiapan sumber daya manusianya hingga ketersediaan anggaran/budget
atau berbagai fasilitas dukungan lain namun hal ini merupakan bagian untuk
pembangunan industry Pertahanan.
Manajemen Industri | 22
kemandirian industri nasional khususnya pengadaan Alutsista TNI tetapi juga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat dan dinamis.
Manajemen Industri | 23
SOURCE
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2016/04/BPPI-INDO-2015.pdf
http://dmc.kemhan.go.id/images/uploads/edisi_khusus.pdf
http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/viewFile/3069/2401
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135850-T%2028012-
Diplomasi%20pertahanan-Analisis.pdf
http://www.kemenperin.go.id/download/3545
http://www.joams.com/uploadfile/2014/0217/20140217031157706.pdf
Manajemen Industri | 24