Pengmin
3. Pengaruh froth velocity dan froth depth terhadap proses froth flotation
Froth velocity merupakan kecepatan aliran gelembung udara pada proses saat proses
froth flotation berlangsung. Untuk memperoleh hasil recovery maupun konsentrat yang
maksimal, diperlukan froth velocity yang optimum. Jika froth velocity terlalu cepat,
maka akan mengakibatkan beberapa mineral berharga belum sempat berikatan dengan
gelembung udara. Sehingga, menyebabkan mineral berharga nya masih tercampur
dengan pengotornya. Namun, jika froth velocity terlalu lambat, maka proses pemisahan
mineral berharga dari pengotornya akan menjadi kurang efektif dan efisien.
Lapisan buih pada proses froth flotation merupakan zona berlangsungnya proses
pemisahan mineral berharga dengan mineral tidak berharga atau pengotornya. Pada suatu
kondisi, akan ada partikel atau mineral hidrofilik yang terjebak pada antar gelembung
udara yang berada di dalam fluida. Jika buih terlalu dangkal, maka partikel hidrofilik
yang terperangkap di dalam buih tersebut tidak sempat jatuh ke dasar fluida dan akan
terangkat ke permukaan fluida menjadi buih. Akibatnya, mineral tidak berharga atau
pengotornya akan tercampur ke dalam konsentrat dan proses froth flotation menjadi tidak
maksimal. Sehingga, froth depth sangat berpengaruh terhadap proses froth flotation.
5. Bioflotation
Bioflotation merupakan proses segmentasi melalui cara flotasi dengan menggunakan
bantuan sel mikroorganisme, yaitu sel bakteri. Penggunaan sel bakteri dapat membantu
proses pemisahaan mineral berharga dengan pengotor yang memanfaatkan perbedaan
sifat permukaan antara permukaan mineral berharga dan pengotor.
Bioflotation lebih ramah lingkungan dibandingkan proses flotasi biasa karena
menggunakan bantuan sel bakteri dalam proses flotasi yang memiliki dampak
lingkungan lebih rendah dibandingkan menggunakan reagen kimia. Selain itu, dalam
proses flotasi, sel bakteri dapat digunakan bertindak sebagai flotation depressant,
collectors, dispersing agent, dan flocculate. Dalam hal ini, sel bakteri yang digunakan
adalah sel bakteri adesi.
Gambar 1.7 Lapisan Jaring pada Bagian Permukaan Partikel Mineral
Sel bakteri adesi akan membentuk lapisan khusus berbentuk jaring pada bagian
permukaan partikel mineral sebagai akibat dari gaya tarik-menarik antara sel bakteri dan
permukaan partikel mineral. Gaya tarik-menarik ini terjadi akibat adanya interaksi
elektrostatik,interaksi asam-basa, gaya van der waals, dan interaksi hidrofobik dari
permukaan partikel mineral tersebut. Lapisan jaring yang terbentuk pada permukaan
partikel mineral akan mempermudah partikel untuk dapat berikatan dengan gelembung
udara agar dapat terbawa ke atas permukaan pulp.
Piro
Gambar 5. Diagram Alir Proses Ekstraksi pada Outotec & Jenis Dapur flash smelting
pada Outotec.
Syarat terjadinya reaksi konversi (matte converting) adalah sulfida dapat dipanaskan
hingga temperatur tertentu pada laju pemanasan yang memadai tanpa volatisasi, Oksida yang
terbentuk harus bisa melarut dalam leburan sulfida sehingga interaksi sulfida-oksida terjadi
dengan cepat dan logam yang terbentuk tidak boleh larut dalam leburan sulfida-oksida
sehingga membentuk lapisan terpisah dan mendorong reaksi ke kanan.
11. Ekstraksi emas menggunakan karbon aktif (harusnya ada elusi2 gtt, trs ada 4
tahap, acid washing, elusi NaOh, sm apalagi gt lupa katanya keluar di ua)
Karbon aktif adalah karbon yang di proses sedemikian rupa sehingga pori – porinya
terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Keaktifan daya
menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya.
Konsentrasi emas dalam ore sangat menentukan hasil produksi. Untuk Pengolahan Emas
Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa, maupun arang
kayu atau batu bara. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan
dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan
dalam yang luas. Umumnya kemampuan mengadsorpsi karbon aktif berkisar 2-5 gram
emas setiap kgnya.
Proses Sianida yang didasarkan pada recovery melalui adorpsi kabon aktif dari larutan
leach yang mengandung emas low-grade (konsentrasi) telah dikembangkan sejak 1970-
an dan sampai sekarang 85% recovery emas telah dilengkapi dengan teknik ini. Tiga
proses berbeda yang telah dikembangkan didasarkan pada teknik pelindian dalam
ekstraksi padat-cair dan sifat-sifat kimia serta fisika dari bijih. Yaitu: CIP (Carbon in
Pulp), CIL (Carbon in Leach), dan CIC (Carbon in Column atau Carbon in Clear
Solution).
Proses CIP digunakan dalam proses pelindian terdiri dari waktu pengadukan yang
lama dan penambahan karbon aktif dengan ukuran 1-3 mm (mesh: 8-25) terhadap bubur
(padatan dan cairan) setelah selesai proses pelindian. Dengan cara ini, emas yang
terkandung pada fase cair akan teradsorp pada permukaan karbon aktif.
Proses CIL diterapkan jika pelindian dilakukan dengan pengadukan dalam waktu
yang singkat (kurang dari 10 jam) dan/atau jika emas pada fase cair diadsorp lagi ke
permukaan fase padat residu melalui efek material berkarbonasi atau mineral lempung
pada bijih. Proses ini lebih ekonomis karena pelarutan dan adsorpsi dilakukan pada
tangki yang sama secara serempak dengan penambahan karbon aktif selama pelindian.
Proses ketiga adalah (CIC) digunakan dalam ekstraksi padat-cair dimana residu
padatan dan larutan leaching diperoleh secara terpisah misalnya heap leaching. Larutan
hasil pelindian dilewati melalui kolom adsorpsi yang mengandung karbon aktif untuk
mendapatkan logam emasnya
12. Ekstraksi logam dari printed circuit board
Printed Circuit Boards (PCB) adalah suatu papan yang mengoneksikan komponen-
komponen elektronik secara konduktif dengan jalur konduktor dari lembaran tembaga
yang dilaminasikan pada substrat nonkonduktif.
PCB terdiri dari material nonlogam seperti polimer fiber glass, keramik dan material
logam seperti Cu, Al, Ni, Fe, dan Zn dengan rasio sekitar 40% logam, 30% nonlogam,
dan 30% keramik. Komposisi logam dalam PCB itu sendiri adalah 30,57 wt% Cu, 11,69
wt% Al, 1,86 wt% Zn, 7,3 wt% Sn, 1,58 wt% Ni, 15,21 wt% Fe, dan 6,70 wt% Pb.
Untuk mengekstraksi logam dari PCB dapat dilakukan dengan cara pirometalurgi
maupun hidrometalurgi. Akan tetapi, hidrometalurgi lebih banyak digunakan mengingat
pirometalurgi menggunakan suhu operasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
polusi udara.
PCB tersebut sebelumnya dilepaskan secara manual dari komponen-komponen yang
menempel, seperti RAM, IC, dan lain-lain. Selanjutnya, coating resin epoksi pada PCB
harus dibersihkan dengan menggunakan NaOH karena coating ini akan menghalangi
permukaan PCB bereaksi dengan leaching agent. PCB kemudian dipotong-potong kecil.
Sekitar 10gram sampel PCB cukup untuk direaksikan dengan 100mL larutan leaching
3N HCl/HNO3. Percobaan dilakukan secara agitation leaching pada suhu 60ºC selama 1
jam. Setelah itu, larutan hasil leaching diambil dan difiltrasi untuk dianalisis
menggunakan AAS untuk menentukan konsentrasi logam yang terkandung.
Floatation Separation
Oxidation
Process Process
High-Tech
Metal Alloy
Application
Elektro
16. Electrowinning Zn dari Zn klorida
Proses pelindian kimia dan elektrokimia menggunakan larutan klorida (FeCl3, HCl,
CuCl2, ZnCl2) dan klorinasi kering dengan gas Cl2 yang diikuti dengan pelindian
klorida adalah beberapa metode yang dipertimbangkan untuk perlakuan bijih sulfida dan
konsentrat Zn-Pb-Cu-Fe. Proses ini pada akhirnya menghasilkan larutan ZnCl tidak
murni, dimana setelah pemurnian menggunakan solvent extraction (SX) atau sementasi
seng konvensional, dapat menghasilkan elektrolit klorida yang sesuai untuk elektrolisis
seng (Zn). Meskipun teknologi SX juga memberikan kemungkinan untuk mengubah
elektrolit seng klorida ke sistem sulfat, dimana seng dapat dipulihkan dengan elektrolisis
konvensional, namun elektrolisis langsung dengan seng klorida memiliki kelebihan
potensial, yaitu gas klorin yang dihasilkan pada anoda dapat di recycle dengan cara
klorinasi kering serta dapat digunakan untuk meregenerasi media aqueous leaching.
Pada proses electrowinning, larutan seng klorida (ZnCl) akan terdekomposisi dari
senyawa tersebut. Setelah proses dilakukan, akan didapatkan endapan logam Zn pada
permukaan katoda hasil dari reaksi reduksi. Pengendapan ini terjadi karena adanya gaya
dorong (driving force) dari arus dan tegangan yang diberikan ke dalam sel elektrolisis
yang menyebebkan potensial katoda mencapai nilai potensial pada daerah kestabilan
Zn(s) pada suatu kondisi pH tertentu.
Reaksi yang terjadi selama proses elektrowinning Zn dari ZnCl adalah sebagai
berikut:
• Anoda yang digunakan pada proses elektrowinning tersebut yaitu karbon (C). Pada
anoda, terjadi reaksi oksidasi yang menyebabkan logam akan berubah menjadi ionnya,
seperti reaksi berikut ini :
Anoda (C) : 2Cl- Cl2 + 2e-
• Sedangkan pada katoda, terjadi reaksi reduksi yang menyebabkan ion berubah
menjadi logamnya, dengan reaksi sebagai berikut :
Katoda (Al) : Zn+2 + 2e- Zn (s)
Gambar 4.3 Proses electrorefining (ISA process) pada PT. Smelting Gresik
Penjelasan dari tahapan dari proses ISA di PT. Smelting Gresik yaitu:
Anoda tembaga diletakan bersebelahan diantara stainless steel blank yang
direndam pada larutan elektrolit
Pengangkatan SS blank dari sel elektrolisis dihasilkan deposit tembaga pada
katoda
katoda dibersihkan dan dilepaskan membentuk lembaran tembaga oleh alat
CWSM
Anoda scrap dilakukan pengolahan kembali pada tahap smelter
Produk tembaga diikat dan siap untuk disimpan yang kemudian akan
didistribusikan.