Anda di halaman 1dari 19

Spinodal Decomposition

Metalurgi Fisik-2

Kuswarini (0806331651)
M Dimas Sanjaya (0806331670)
M Ekaditya Albar (0806331683)
Dept. of Metallurgy and Materials Engineering
Faculty of Engineering-University of Indonesia
Spinodal Decomposition
 Spinodal (unstable region in
a phase diagram) adalah
mekanisme dimana padatan
dengan 2 atau lebih
komponen dapat terpisah
menjadi daerah (fasa) yang
berbeda dengan perbedaan
sifat kimia dan fisikanya.
 Spinodal transformations
adalah transformasi dimana
tidak ada “energi
penghalang” karena tidak
Penjelasan perkembangan ada interface yang terbentuk.
mikrostruktur spinodal
decomposition

4/4/2011 Spinodal Decomposition 2


A phase diagram with a spinodal region
 Sebuah alloy logam dengan
s komposisi X0 dipanaskan
s sampai T1 lalu diquenching
m sampai T2 .
m
 Energi bebas akan berada
u
pada G0 (unstable).
 Pada posisi G0 alloy tidak
stabil, adanya fluktuasi
komposisi yang kecil dapat
menyebabkan proses spinodal
decomposition.

(a) Diagram Fasa Miscibilty Gap yang


menunjukkan daerah spinodal region.
(b) Kurva Energi Bebas Gibbs
(komposisi terhadap energi Gibbs).
4/4/2011 Spinodal Decomposition 3
A phase diagram with a spinodal region
 Unstable Region terjadi saat :

d 2G
2
0
dX
 Spinodal decomposition
terjadi apabila alloy berada di
- antara dua titik belok dari
kurva energi bebas.
 Daerah dari dua titik tersebut
+ +
pada diagram fasa disebut
daerah chemical spinodal.
 Terjadi pada alloy Au – Cu
(a) Diagram Fasa Miscibilty Gap yang dan Au - Pt
menunjukkan daerah spinodal region.
(b) Kurva Energi Bebas Gibbs
(komposisi terhadap energi Gibbs).
4/4/2011 Spinodal Decomposition 4
Spinodal Decomposition

4/4/2011 Spinodal Decomposition 5


Nukleasi dan Pertumbuhan
 Kolom kiri dan kanan
menggambarkan daerah
yang berdekatan pada
larutan metastabil.
 Baris 1, 2 dan 3
menunjukkan fluktuasi
kecil yang terjadi.
 Baris 4 dan 5
menunjukkan fluktuasi
besar yang terjadi.

4/4/2011 Spinodal Decomposition 6


Nukleasi dan Pertumbuhan

1. Tidak ada perbedaan di


konsentrasi lokal ;
Ckiri = Ckanan
2. Fluktuasi kecil
menyebabkan
perbedaan konsentrasi;
Ckiri > Ckanan
3. Diffusi menempati kiri ke
kanan (down-hill);
Ckiri = Ckanan

4/4/2011 Spinodal Decomposition 7


Nukleasi dan Pertumbuhan
4. Fluktuasi besar
menyebabkan
pembentukan dari
nukleus pada ukuran
kritis.
5. B (kiri) telah stabil
melewati jari-jari kritis
dan mengalami
pertumbuhan (proses
growth).

4/4/2011 Spinodal Decomposition 8


Spinodal Decomposition
 Kolom kiri dan kanan
menggambarkan daerah
yang berdekatan dalam
larutan.
 Baris 4 dan 5 merupakan
hasil dari proses.
 Baris pertama tidak
terjadi perbedaan
konsentrasi disekitarnya.
Cleft = Cright .
 Tidak ada difusi
 Densitasnya tetap pada
stage ini (datar).
4/4/2011 Spinodal Decomposition 9
Spinodal Decomposition
 Pada baris kedua,
fluktuasi yang kecil
menyebabkan
perbedaan konsentrasi.
Misal Cleft > Cright .
 Ada difusi
 Densitasnya seperti
bentuk ombak .
 Pada baris ketiga, ada
difusi yang
menyebabkan Cleft >>
Cright

4/4/2011 Spinodal Decomposition 10


Spinodal Decomposition
 Terjadi proses difusi
„up-hill‟
 Densitasnya besar
 Pada baris ke 3 – 5,
Difusi terus terjadi →
Densitas naik →
Densitas komposisi B.

4/4/2011 Spinodal Decomposition 11


Spinodal Decomposition
 Kecepatan dari transformasi spinodal dikontrol oleh
interdiffusion coeficient, D.
 Jika D<0, fluktuasi komposisi akan bertambah secara
eksponensial seiring dengan perubahan waktu
konstan.

 Kecepatan dari transformasi dapat menjadi sangat


besar dengan membuat panjang gelombang (λ) dari
modulasi komposisi menjadi sekecil mungkin.
 Akan tetapi ada nilai minimal dari panjang gelombang
(λ) dimana spinodal decomposition tidak terjadi.

4/4/2011 Spinodal Decomposition 12


Spinodal Decomposition
 Untuk dapat menghitung panjang gelombang dari
fluktuasi komposisi, perlu dipertimbangkan dua
faktor penting:
1. Efek energi antar muka (interfacial energy)
2. Efek energi regangan koheren (coherency strain
energy)

4/4/2011 Spinodal Decomposition 13


Spinodal Decomposition
 Apabila dua daerah tersebar dengan baik dan
saling koheren akan menimbulkan energi
tambahan  efek energi antarmuka.
 Besar dari energi bergantung pada perbedaan
komposisi yang melintasi antar muka  disebut
energi gradien.

4/4/2011 Spinodal Decomposition 14


Spinodal Decomposition

Kondisi untuk
homogenous solid
solution menjadi
unstable dan
mengalami spinodal
decomposition

4/4/2011 Spinodal Decomposition 15


Spinodal Decomposition
 Gambar disamping menunjukkan
coherent miscibility gap.
 Garis tsb menunjukkan komposisi
setimbang dari fasa coherent
hasil dari spinodal
decomposition.
 Spinodal decomposition tidak
hanya terbatas pada sistem yang
mengandung stable miscibility
gap.
 GP zone solvus Al – Ag sistem
mengandung metastabil coherent
miscibility gap, yang hanya
terjadi pada high supersaturated
GP zone yang terbentuk dari
spinodal mekanisme
Diagram fasa untuk sistem clustering

4/4/2011 Spinodal Decomposition 16


Spinodal Decomposition
 Area 1 = homogenous α
stabil.
 Area 2 = Homogenous α
metastabil, hanya pada
fase inkoheren dapat
nukleasi.
 Area 3 = Homogenous α
metastabil, fasa koheren
dapat nukleasi.
 Area 4 = Homogenous α
unstable, tidak ada
“nucleation barrier”,
spinodal decomposition
Diagram fasa untuk sistem clustering
terjadi.

4/4/2011 Spinodal Decomposition 17


Referensi
 Porter, D. A and Easterling, K.E, Phase
Transformation in Metals and Alloys, 3rd. ed., CRC
Press, 2009.
 E.P.Favvas and A.Ch.Mitropoulos. "What is
Spinodal Decomposition?". ISSN: 1791-2377.
2008 © Kavala Institute of Technology. Published
by Journal of Engeenering Science and
Technology Review.
 http://www.jestr.org/Issues/fulltext5.pdf
 http://en.wikipedia.org/wiki/Spinodal_decomposi
tion
4/4/2011 Spinodal Decomposition 18
4/4/2011 Spinodal Decomposition 19

Anda mungkin juga menyukai