Anda di halaman 1dari 11

1

MODERNISASI ALUTSISTA TNI AD DALAM KONSEP PEMBANGUNAN


PERTAHANAN MATRA DARAT DENGAN MENINJAU KONDISI
ALUTSISTA DAN PERSONEL CORPS PERALATAN TNI AD

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan


(archipellagic state) dengan jumlah pulau besar dan kecil lebih kurang 17.508
pulau. Letaknya secara geografis sangat strategis, karena berada pada posisi
silang, yakni diantara Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Terdiri dari gugusan kepulauan sepanjang 5.110 km
dan lebar 1.888 km, luas perairan sekitar 5.877.879 km2, luas laut teritorial sekitar
297.570 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 695.422 km2 , pantai
sepanjang 79.610 km yang dua pertiganya adalah laut dan luas daratannya
2.001.044 km2 .

Indonesia juga berbatasan dengan banyak negara tetangga, baik di darat


maupun laut. Indonesia berbatasan langsung di daratan dengan tiga negara
tetangga yaitu : Malaysia (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan
Serawak dan Sabah sepanjang 2004 km), Provinsi Papua dengan Papua New
Guinea dan Nusa Tenggara Timur dengan Repulic Demokratic Timor Leste. Di
wilayah laut, berbatasan dengan sepuluh negara tetangga yaitu India, Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan
Republic Demokratic Timor Leste. Dengan wilayah yang sangat luas serta terdiri
atas pulau-pulau, menuntut adanya strategi pertahanan negara yang tepat untuk
mengamankan wiayah tersebut. Tugas untuk melindungi dan mengamankan
Indonesia dengan karakteristik yang demikian, mengisyaratkan tantangan yang
kompleks dan berimplikasi pada tuntutan pembangunan dan pengelolaan sistem
pertahanan negara untuk menghasilkan daya tangkal yang andal.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap bangsa tidak terlepas


dari kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan suatu
bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan, integritas dan eksistensi
kedaulatan negara, stabilitas keamanan, ketertiban dan rasa aman bagi warga
masyarakatnya, merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan, agar segala
2

kegiatan dalam penyelenggaraan negara dapat berjalan tertib, aman dan lancar.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan Angkatan Bersenjata
yang mampu mengatasi segala bentuk ancaman maupun gangguan pertahanan
yang dapat terjadi setiap saat di wilayah daratan. Dengan ciri wilayah yang
masing-masing memiliki karakteristik relatif berbeda, kekuatan darat sebagai
tugas pengabdian militer merupakan kekuatan yang sangat diperlukan untuk
menjamin kemerdekaan dan kedaulatan negara.

Pembangunan Postur TNI AD yang mencakup tingkat kekuatan,


kemampuan dan pola gelar kekuatan, pada hakikatnya diorientasikan pada
pencapaian tugas tugas TNI AD dalam rangka menunjang kepentingan nasional.
Tugas-tugas TNI AD di masa mendatang masih akan dihadapkan pada
keterbatasan anggaran pertahanan. Disisi lain, cepatnya perubahan lingkungan
strategis akan menambah semakin kompleksnya permasalahan dalam
menegakkan kedaulatan negara. Sebagai komponen utama pertahanan di darat
sesuai dengan amanat Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004, pembangunan
Postur TNI AD tidak hanya mengacu kepada ketersediaan anggaran (budget
based planning) atau ancaman saja (threat based planning) namun juga
diorientasikan untuk mencapai kemampuan tertentu (capability based planning).
Sasaran pembangunan Postur TNI AD adalah terwujudnya kekuatan pertahanan
negara pada suatu standar penangkalan (standard deterence).

Dengan mempertimbangkan kompleksitas penilaian spektrum ancaman


dan kondisi keterbatasan anggaran pertahanan, maka pembangunan pertahanan
negara terutama TNI AD perlu diarahkan pada sasaran yang prioritas dan
mendesak. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah penyiapan Kekuatan
Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF). Dalam penyiapan, pembinaan
maupun penggunaan kekuatan dalam rangka pertahanan negara, pembangunan
kekuatan TNI AD mengedepankan keterpaduan TNI sebagai prinsip dasar yang
diwujudkan dalam kerangka Trimatra Terpadu guna mensinergikan kekuatan
ketiga matra secara optimal, efektif, efisien dan berdaya guna. Konsep tersebut
mengedepankan penyusunan kebutuhan Kekuatan Pokok Minimum disertai
dengan kemampuan penangkal melalui diplomasi dan kerja sama internasional.
3

Pembangunan TNI AD dalam dua Renstra mendatang (2015-2019 dan 2020-


2024) diproyeksikan pada pencapaian Kekuatan Pokok Minimum yang mencakup
organisasi, personel dan Alutsisita serta pengadaan, sesuai dengan kemampuan
anggaran pertahanan.

Alutsista baru merupakan sistem persenjataan baru yang telah dipilih


melalui proses yang panjang dan berkesinambungan, yang telah dipertimbangkan
dari berbagai aspek dan kepentingan antara lain faktor politis, ekonomi, teknologi
dan kemampuan dukungan industri dalam negeri serta memilki efek tangkal
(deterrent effect), guna memenuhi kebutuhan Minimum Essential Force Alutsista
jajaran satuan TNI AD. Alutsista modern memiliki teknologi dan daya tangkal tinggi
(High technology and deterrent effect), merupakan basic Operational Requirement
(Opreq) Alutsista yang harus dimiliki oleh jajaran satuan TNI AD.

Semakin majunya Alutsista yang dimiliki oleh TNI-AD tentunya merupakan


suatu tantangan tersendiri bagi korps peralatan yang pada dasarnya dibentuk
guna menyelenggarakan fungsi pembekalan dan pemeliharaan. Pembangunan
kekuatan TNI AD dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan berbasis
kemampuan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan sehingga
pembangunan kekuatan TNI AD utamanya diarahkan agar dapat melaksanakan
tugas pokoknya yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah
darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia yang dalam
pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok
minimum (Minimum Essential Force), dengan sasaran tingkat kekuatan yang
cukup mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat.

Untuk dapat mewujudkan pembangunan kekuatan TNI AD maka perlu


adanya dukungan anggaran dari pemerintah guna tercapainya pemantapan
satuan yang diharapkan dengan memiliki daya tangkal yang mampu mengatasi
setiap bentuk ancaman yang mungkin timbul dalam kurun waktu lebih kurang lima
sampai dua puluh tahun ke depan. Adapun modernisasi Alutsista yang
diharapkan secara bertahap dilaksanakan penggantian dan pengadaan senjata
yang baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan melaksanakan
4

pembentukan satuan baru di setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


khususnya wilayah perbatasan dengan negara lain, daerah rawan konflik, pulau-
pulau terluar serta seluruh wilayah sesuai dengan luas wilayah dan ancaman yang
mungkin timbul baik dari dalam maupun dari luar.

Modernisasi dipandang sudah sangat mendesak, karena dengan


meningkatnya intensitas dan eskalasi ancaman, akibat perkembangan lingkungan
strategis, menuntut profesionalisme TNI Angkatan Darat dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya. Untuk dapat meningkatkan profesionalitas itu, prioritas kita
antara lain adalah memenuhi dan melengkapi Alutsista TNI Angkatan Darat
dengan peralatan modern, bukan dengan Alutsista yang sudah tua dan usang.
Dalam beberapa tahun TNI-AD melakukan peremajaan Alutsista mulai dari satuan
Infanteri, Kavaleri, Arhanud, Artileri Medan,

1. KONDISI ALUTSISTA TNI AD SAAT INI

Kondisi pertahanan suatu negara salah satunya dapat dilihat dari


kondisi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Angkatan Bersenjatanya,
dimana semakin kuat, canggih, modern, efektif dan efi sien Alutsista suatu
negara, menunjukan semakin kuat pula pertahanannya. Alutsista sebuah
negara akan sangat berpengaruh terhadap pertahanan suatu negara, untuk
melindungi wilayah negara diperlukan sistem persenjataan yang memadai
untuk mencakup seluruh wilayah negara tersebut. Alutsista bahkan bisa
berpengaruh terhadap kedudukan suatu negara dalam percaturan politik
global. Modernisasi dipandang sudah sangat mendesak, karena dengan
meningkatnya intensitas dan eskalasi ancaman, akibat perkembangan
lingkungan strategis, menuntut profesionalisme TNI AD dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya. Untuk dapat meningkatkan profesionalitas itu
antara lain dengan melaksanakan modernisasi Alutsista.

Lembaga peneliti kekuatan militer negara di dunia, Global Firepower


menempatkan kekuatan militer Indonesia pada tahun 2015 berada pada
posisi ke-12. Hal ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun
5

2011, dimana kekuatan militer Indonesia berada pada posisi ke-18 dunia.
Ditingkat ASEAN, kekuatan militer Indonesia menempati urutan pertama,
sedangkan di tingkat Asia Pasifik kekuatan militer Indonesia menempati
urutan ke-8 dibawah Pakistan, diikuti Vietnam (ke-9), Thailand, (ke-11),
Australia (ke-12), Myanmar (ke-14) Malaysia (ke-15), Philipina (ke-17) dan
Singapura (ke-21).

Dalam RPJMN 2010- 2014, program percepatan pembangunan


Minimum Essential Forces menjadi salah satu prioritas pemerintah. Pada
2013, pemerintah menargetkan peningkatan Alutsista, khusus untuk Matra
Darat meningkat menjadi 37%. Pemerintah dan Komisi I Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sepakat memperbesar porsi pinjaman dalam negeri untuk
mendukung pendanaan pengadaan Alutsista. Pada 2013 Kementerian
Pertahanan telah mengadakan kontrak pembelian Main Battle Tank
Leopard 2A4 dan Leopard Revolution serta Infantry Fighting Vehicle Marder
1A3 dari Jerman. Untuk Artileri Medan saat ini TNI AD telah menerima
Meriam 155 mm Caesar buatan Nexter Perancis, Meriam KH 179 buatan
Korea dan Multi Launcher Roket System (MLRS) Astros Mk II buatan Brasil.
Sedangkan untuk Artileri Pertahanan.

Kebutuhan materiil dalam rangka modernisasi Alutsista sesuai buku


Perkasad nomor 50.c tahun 2014 tentang Pembangunan Kekuatan Pokok
Minimum (Minimum Essential Force) TNI AD tahun 2010-2029 Udara TNI
AD telah menerima Rudal Mistral, Starstreak, TD-2000 dan Sista Hanud
Atlas. Seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang makin membaik,
maka alokasi anggaran khususnya untuk TNI AD pelan tapi pasti
mengalami peningkatan walaupun masih kecil bila dibandingkan negara-
negara ASEAN lain dalam hal belanja modal persenjataan.

Kondisi Alutsista yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat saat ini diluar
dari pengadaan tahun 2010, pada umumnya sebagian besar adalah
pengadaan lama, yang dibuat antara Tahun 1940 s.d 1986. Sebagian besar
Alutsista ini suku cadangnya relatif sulit didapat di pasaran. Kendaraan
tempur yang dimiliki yang meliputi Tank AMX-13, Tank Scorpion, Panser
6

VAB NG, Panser Saracen, Saladin, Ferret, Rudal Rapier, Meriam Howitzer
105 mm dan Meriam 76 mm/ Gunung merupakan contoh aset lama TNI AD
yang membutuhkan dukungan suku cadang dan biaya pemeliharaan agar
dapat berfungsi optimal. Secara umum kesiapan operasional kendaraan
tempur di Satuan TNI AD jika dirata-rata berada pada angka ± 84%.
Kesiapan operasional senjata yang meliputi senjata ringan sekitar ± 79%
dan senjata berat ± 90. Sedangkan kesiapan operasional munisi berada
pada kondisi 100%.

2. RENCANA MODERNISASI ALUTSISTA TNI AD

Pembangunan kekuatan TNI AD utamanya diarahkan agar dapat


melaksanakan tugas pokok yang sinergis melalui pembangunan Integrated
Armed Forces, berangkat dari pemikiran demikian yang mendasari lahirnya
kebijakan Kekuatan Pokok Minimum/MEF (Minimum Essential Force). Pada
prinsipnya pembangunan MEF dapat menunjang tercapainya
pembangunan kekuatan, kemampuan dan gelar yang selaras dengan
Renstra, sedangkan dalam prakteknya MEF akan fokus pada upaya
modernisasi Alutsista, melakukan restrukturisasi berdasarkan kebijakan
right sizing dengan menggunakan dua parameter yang saling berkaitan
yaitu Postur TNI AD dan Evaluasi Kemantapan serta Kesiapan Operasional
(EKKO). Pembangunan kekuatan TNI AD dilaksanakan atas dasar konsep
pertahanan berbasis kemampuan (based defence capabilities), kekuatan
dan gelar satuan sehingga pembangunan kekuatan TNI AD utamanya
diarahkan agar dapat melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan
kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan
segenap Bangsa Indonesia yang dalam pelaksanaannya diarahkan kepada
tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force), dengan
sasaran tingkat kekuatan yang cukup mampu menjamin kepentingan
strategis pertahanan aspek darat.

Adapun modernisasi Alutsista yang diharapkan secara bertahap


dilaksanakan penggantian dan pengadaan Alutsista baru sesuai dengan
perkembangan teknologi dan melaksanakan pembentukan satuan baru di
7

setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya wilayah


perbatasan dengan negara lain, daerah rawan konfl ik, pulau-pulau terluar
serta daerah terpencil sebagai Center of Gravity (CoG) negara Indonesia.

Menilai kondisi Alutsista (Senjata/Munisi, Ranpur, Pesawat terbang dan


Alang Air) dan non Alutsista (Ranmor, Ransus, Alberzi, Alzihandak,
Alnubika, Alkapsatlap, Almount, Alpal, Alhub, Alkapsus dan Matsus lainnya)
yang dimiliki oleh TNI AD saat ini haruslah ditinjau dari dua aspek yaitu
aspek kuantitas dan aspek kualitas. Sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan materiil/Alutsista sampai dengan tahun 2029 dihadapkan
kepada kemampuan dukungan anggaran negara yang sangat terbatas
untuk membeli Alutsista baru yang sesuai dengan kemajuan teknologi,
maka untuk membangun Alutsista jajaran TNI AD dilaksanakan melalui dua
pendekatan, yaitu rematerialisasi terhadap Alutsista yang ada saat ini dan
pengadaan baru untuk kebutuhan yang sangat mendesak dan lain-lain

Modernisasi dipandang sudah sangat mendesak, karena dengan


meningkatnya intensitas dan eskalasi ancaman, akibat perkembangan
lingkungan strategis, menuntut profesionalisme TNI AD dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya. Untuk dapat meningkatkan profesionalitas itu,
prioritas kita antara lain adalah memenuhi dan melengkapi Alutsista TNI
dengan peralatan modern, bukan dengan Alutsista yang sudah tua maupun
bekas.

3. KONDISI PERSONEL KORPS PERALATAN SAAT INI

Dalam menjalankan fungsi pembekalan dan pemeliharaan materil


Angkatan Darat yang menjadi tanggung jawab korps peralatan menemui
banyak kendala dikarenakan dengan kemampuan yang masih minim
dalam menguasai teknologi yang modern ditambah dengan terbatasnya
alins dan toolkit yang tidak kita miliki. Adapun salah satu cara yang di
tempuh guna menyiapkan personil peralatan yang profesional sesuai
dengan perkembangan alutsista saat ini antara lain dengann mengadakan
pelatihan dan ikut serta dalam program transfer of technology dalam setiap
8

kontrak pengadaan alutsista seperti mengikut sertakan personil peralatan


dalam transfer of technology Mistral, Leopard, Astros, Starstreak dan
Caesar. Adapun setelah dilakasanakan transfer off technology tersebut
bagi personil yang sudah mendapatkan bekal yang cukup diharapkan dapat
menularkan kemampuan pemeliharaan dan perbaikan alutsista tersebut.
Adapun program lain yang dilaksankan setelah selesainya Transfer Of
Technology adalah dengan mengadakan pelatihan atau penataran alutsista
terbaru tersebut dengan memanfaatkan personil yang telah selesai
mengikuti ToT sebagai pioner. Dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
bekerja sama baik antara korps peralatan dengan satuan pemakai dari
Alutsista tersebut dengan pelatihan ini diharapkan baik personil Peralatan
maupun satuan pemakai dapat melaksankan perbaikan dan pemelihaan
Alutsista tersebut dengan maksimal. Selain dengan mengadakan pelatihan
bersama juga dilaksanakan pemeliharaan dan perbaikan bersama antara
satuan pemakai dengan personil peralatan terhadap Alutsista yang
mengalami kerusakan sehingga didapatkan pengalaman mengenai kendala
kendala yang sering terjadi dalam pemeliharaan Alutsista tersebut. Dengan
pelatihan yang merupakan program dari Direktorat Peralatan diharapkan
personil peralatan mapu menjawab tantangan modernisasi Alutsista TNI
AD. Kondisi saat ini dengan dihadapkan dengan berbagai kekurangan
maupn keterbatasan personil peralatan sebagai unsur pelayan pembekalan
dan pemeliharaan sudah mampu menjawab tantangan dalam mendukung
pemilharaan materil TNI AD yang semakin modern.

4. DAMPAK MODERNISASI ALUTSISTA

Memasuki periode 2000, terjadi eskalasi ketegangan di Kawasan Asia


Pasifi k yang disebabkan oleh munculnya kekuatan baru yaitu Tiongkok
baik secara ekonomi, politik, dan militer. Modernisasi militer yang dilakukan
Tiongkok dengan visi blue water navy mengancam eksistensi Amerika
Serikat dan sekutunya yaitu Australia, Jepang, dan Korea Selatan.
Kemunculan Tiongkok sebagai kekuatan baru direspon cepat oleh Amerika
Serikat. Pada tahun 2011, Obama secara tegas menjadikan kawasan Asia
9

Pasifi k sebagai fokus utama kekuatan militer Amerika Serikat. Dalam dua
puluh tahun ke depan, 2/3 kekuatan Amerika Serikat akan dikonsentrasikan
di kawasan Asia Pasifik. Amerika Serikat mengambil langkah cepat dengan
membuat pangkalan-pangkalan militer baru di Darwin dan Pulau Cocos,
Australia. Selain persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terdapat
India yang juga membangun kekuatan militer di kawasan barat Indonesia
serta fakta kerja sama Five Power Defence Arangement antara Singapura,
Malaysia, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Melihat konstelasi kekuatan militer yang terdapat di Kawasan Asia


Pasifik dan potensi konflik di Laut China Selatan, Indonesia seperti terjebak
di antara kekuatan besar. Jika Indonesia tidak mempersiapkan
pembangunan kekuatan militer dengan matang, maka besar kemungkinan
Indonesia akan menjadi arena konflik diantara kekuatan-kekuatan besar.
`Untuk menghindari hal tersebut, Indonesia wajib meningkatkan kapasitas
pertahanan dengan melakukan modernisasi Alutsista dan memaksimalkan
strategi pertahanan semesta. Namun pembangunan kapasitas pertahanan
Indonesia harus dapat meyakinkan negara-negara di sekitarnya agar tidak
menimbulkan kecurigaan dari negara-negara Kawasan Asia Pasifik.

Kondisi pertahanan suatu negara dapat dilihat dari kondisi Alutsistanya.


Dengan Alutsista yang kuat, canggih, modern, efektif dan efisien Alutsista
suatu negara, menunjukkan kondisi pertahanan suatu negara yang kuat
pula. Dampak dari modernisasi khususnya Alutsista TNI AD memberikan
pengaruh yang signifikan baik ke dalam maupun keluar antara lain,
Pertama, dengan modernisasi Alutsista maka kekuatan militer Indonesia
semakin kuat dan disegani di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Kedua,
dengan militer yang kuat, kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dapat dilindungi dari segala bentuk ancaman (milter dan
non militer). Ketiga, Alutsista berpengaruh terhadap kedudukan suatu
negara dalam politik internasional. Indonesia akan memiliki posisi tawar
(bargaining position ) yang baik dalam di kawasan Asia Tenggara dan
Internasional. Keempat, dengan Modernisasi Alutsista maka dapat
10

diwujudkan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara yang memiliki


perbandingan daya tempur strategis, baik dalam skala teknologi militer
maupun skala penangkalan. Kelima, militer yang kuat merupakan suatu
perimbangan kekuatan strategis suatu negara yang memiliki prasyarat
kekuatan politikekonomi dan pertahanan militer. Keenam, modernisasi
Alutsista merupakan realisasi Revolution in Military Affairs (RMA) bagi suatu
negara termasuk lndonesia untuk mewujudkan kekuatan minimal (MEF)
sebagai instrumen negara untuk melaksanakan fungsi negara berdasarkan
keputusan politik.

PENUTUP

Demikian ulasan singkat tentang Modernisasi Alutsista TNI AD Dalam Konsep


Pembangunan Pertahanan Matra Darat. Modernisasi Alutsista TNI AD yang
bertahap dan berkelanjutan sudah sangat mendesak dan mutlak diperlukan dalam
rangka mendukung sistem pertahanan negara yang kuat. Peran industri
pertahanan dalam negeri juga dapat memberikan andil yang sangat besar bagi
rangka modernisasi Alutsista TNI AD dalam rangka menghadapi kemungkinan
ancaman bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Cimahi, Oktober 2019

Yogi Achmad Bagus Raharjo


Sermatutar CPL No Siswa 1919
11

Referensi :
1) Doktrin Kartika Eka Paksi Nomor Kep/184/II/2018 Tgl 28 Februari 2019.
2) Bujukin ttg Peralatan, Nomor Perkasad/77/XII/2013 Tgl 31 Desember 2013.
3) Hanjar Jatrat Dikcabpa PAL
4) Dikutip dari sumber internet (Google)

Anda mungkin juga menyukai