BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial 1…”. Dari rumusan
tersebut, tersirat adanya tujuan nasional yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas
yang harus dilaksanakan oleh negara, tidak hanya dalam lingkup bangsa Indonesia
sendiri melainkan juga mencakup peradaban dunia. Untuk dapat melaksanakan ketertiban
dunia tentunya membutuhkan sosok pemimpin nasional yang berkarakter.
Pemimpin nasional yang berkarakter harus mempunyai kredibilitas, menjadi
inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan2. Pemimpin berkarakter sudah
barang tentu bukan sosok karbitan atau yang hanya mengandalkan pengalaman jabatan,
jam terbang politik dan deretan panjang aktivitas kemasyarakatan. Pemimpin yang
berkarakter juga mampu membuat skenario masa depan bagi rakyat dan
memperjuangkan skenario itu dengan melakukan perubahan mendasar dalam
pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada nilai-nilai masyarakatnya
sendiri. Pemimpin berkarakter juga menjadi inspirasi keteladanan dan banyak pemimpin
di negeri yang gagal menjadi sumber inspirasi keteladanan, mereka tidak sanggup berdiri
di barisan terdepan dalam memberi teladan dari dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Di masa mendatang, masalah yang dihadapi seorang pemimpin semakin rumit
dengan eskalasi perubahan yang sangat tinggi. Kehormatan dan kepercayaan yang
diemban oleh seorang pemimpin haruslah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab disertai moralitas yang tinggi. Saat ini kepemimpinan TNI dihadapkan dengan
tantangan yang cukup besar, sejak reformasi tahun 1998 kepercayaan terhadap institusi
negara berkurang termasuk TNI. Oleh karena itu diperlukan sosok pemimpin TNI yang
berkarakter yang dapat membawa pada pencapaian tujuan nasional Indonesia yang dapat
berperan dipentas dunia atau global.
Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banyak orang.
Istilah yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil
memimpin di bidang kemiliteran, memimpin perusahaan yang sedang berada di puncak
kejayaan, atau memimpin negara. Istilah ini juga sering dipakai untuk menggambarkan
tentang keberanian dan kemampuan memimpin dalam berbagai legenda dan mitos. 3 Saat
ini banyak kejadian-kejadian yang bersifat negatif bagi TNI, hal ini menjadikan gambaran
permasalahan di internal TNI yang diakibatkan oleh menurunnya moral dan etika,
melemahnya integritas dan kurangnya kompetensi seorang pemimpin yang menyebabkan
pandangan masyarakat terhadap pemimpin TNI akan semakin menurun.
Untuk menjawab permasalahan di atas sudah seharusnya Pimpinan TNI segera
melakukan langkah-langkah strategis dan menginventarisir permasalahan-permasalahan
intern yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah-langkah yang segera dan
strategis agar konsisi moral dan etika, integritas dan kompetensi seorang pemimpin TNI
benar benar unggul. Beberapa penekanan pada faktor-faktor pendidikan, profesionalisme,
integritas, pembentukan karakter perlu dikembangkan agar tercipta atau muncul
pemimpin-pemimpin potensial TNI yang berkarakter dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
3 Gary Yukl. Kepemimpinan dalam Organisasi. 2010. Edisi ke-5. PT Indes Jakarta hal.2
3
b. Tata Urut. Tata urut penulisan Taskapok ini disusun berdasarkan tata
urut sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Pemikiran
Bab III : Kondisi Kepemimpinan TNI saat ini
Bab IV : Faktor-faktor yang mempengaruhi
Bab V : Kondisi Kepemimpinan TNI yang diharapkan
Bab VI : Pembahasan dan pemecahan masalah
Bab VII : Penutup
5. Pengertian
a. Optimalisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau
optimalisasi (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimalisasi dapat diartikan sebagai
suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang
dan membuat sesuatu secara optimal.
4
4 Freddy Numberi, Laksamana Madya TNI (Purn). 2009. Kepemimpnan Sepanjang Zaman, PT. Bhuana Ilmu
Populer Jakarta, hal.5
5 Ibid
6 Sutarjo Adisusilo. Pembelajaran Nilai Karakter. 2013. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. hlm.78
5
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
6. Umum
Kepemimpinan TNI dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan TNI yang identik dengan sejarah
pejuangan bangsa. Kemanunggalannya dengan rakyat sepanjang sejarah perjuangan
bangsa, konsistensinya dalam memperjuangkan cita-cita bangsa, kemampuannya dalam
menampung aspirasi rakyat dan dalam menyesuaikan tuntutan jaman, telah dan akan
tetap menjadi faktor penentu keberhasilan kepemimpinan TNI.
Proklamasi 17 Agustus 1945 bagi bangsa Indonesia merupakan puncak
keberhasilan dari suatu wujud perjuangan yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia
dalam membentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat. Perjuangan merebut
kemerdekaan ini telah melahirkan TNI yang terbentuk dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, sehingga totalitas perjuangan ini telah melahirkan Nilai-nilai 45 dan nilai-nilai TNI
45 yang memberikan hak moril kepada berdirinya Republik Indonesia dan berdirinya
Tentara Nasional Indonesia,7 sekaligus memberikan bentuk pada Kepemimpinan TNI
yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Sapta Marga.
7. Landasan Historis
a. Periode Perang Kemerdekaan
Setelah BKR dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 23 Agustus
para pemuda bergabung secara sukarela dalam BKR yang bertugas untuk
membantu mengatasi korban perang, Dalam menghadapi sekutu putra-putra
Indonesia yang direkrut melalui Peta, Seinendan, Keibondan dan kesadaran
perwira-perwira Ex Knil Urip Sumoharjo, Naustion, Simatupang dan lain-lain
merupakan cikal bakal kepemimpinan TNI. BKRI telah menyebar keseluruh
wilayah dan mempelopori perebutan senjata dari Jepang, motivasi siap mati untuk
mempertaruhkan Republik tercinta menjadi motivasi yang berhasil dibangkitkan
para pemimpin TNI diawal pembentukannya. Belanda berhasil membonceng
sekutu masuk ke Indonesia, untuk menjajah kembali. Benturan bersenjata tidak
bisa dihindari, terutama di daerah-daerah. Pada awal pertempuran Surabaya,
berkat motivasi dan kepemimpinan para Komandan di lapangan mampu
memotivasi semangat juang para pemuda dan rakyat telah berhasil
7 Menhankam Pangab, Amanat dalam menyambut berlakunya “DHARMA PUSAKA 45” dalam lingkungan
ABRI (Jakarta Nopember 1972).
6
dari waktu ke waktu kesejahteraan masyarakat mulai dapat diatasi. Dwi Fungsi
ABRI telah menempatkan TNI lebih mementingkan bidang sosial politik
dibandingkan tugas pokoknya dibidang pertahanan dan keselamatan bangsa.
ABRI terlibat pada day to day politik, pernyataan setiap Perwira ABRI adalah Kader
Golkar menjadikan ABRI tidak berdiri pada semua golongan. Diakhir-akhir masa
Orde Baru, sekalipun kekaryaan begitu besar mendominasi jabatan-jabatan sipil
merupakan saat terjadinya penurunan terhadap kebanggaan, rasa simpatik pada
kepemimpinann TNI, karena ABRI cenderung menjadi alat pemerintah dari pada
alat negara dan lebih ekstrim lagi ABRI menjadi alat penguasa.
9 Ibid, hal 5
9
10 Soemarno Soedarsono, Ketahanan Pribadi & Ketahanan Keluarga Sebagai Tumpuan Ketahanan
Nasional, PT. Intermasa Cetakan Ke II 1997, hal. 23-25
11 H.Budisantoso Suryosumarto, Ketahanan Nasional Indonesia (Pustaka Sinar Harapan), hal. 4
12 Ermaya Suradinata, Pemimpin Dan Kepemimpinan Pemerintahan Pendekatan Budaya, Moral dan Etika,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 156
10
13 Richard Beckhard, The Leader of The Future ( Pemimpin Masa Depan ) PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Cetakan ketiga, 2000, hal.125
14 John C. Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of a Leader (Nashville: Thomas Nelson Publishers,
1998) h.13
11
15
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/2749 diakses pada tanggal 01 april 2018 pukul 21.18
Wib
12
BAB III
KONDISI KEPEMIMPINAN TNI SAAT INI
12. Umum
Secara umum, sikap dan tingkah laku prajurit sesungguhnya cerminan karakter
yang dibangun sejak mereka dibentuk di pendidikan pembentukan, pendidikan lanjutan
dan pembinaan selama penugasan. Sebuah sikap dan tingkah laku yang mencerminkan
karakter keprajuritan. Sedangkan karakter keprajuritan dibentuk oleh nilai yang
membentuk organisasi pada proses pembentukannya. Dalam konteks sejarah TNI,
pembentukan nilai keprajuritan TNI merupakan output kristalisasi sejarah terbangunnya
TNI itu sendiri. Sebagaimana diketahui, TNI lahir dari rakyat dalam wujud laskar-laskar
perjuangan. Mereka melakukan perjuangan bahu membahu dengan seluruh rakyat
Indonesia merebut dan memproklamasikan kemerdekaan negara, yang kemudian disebut
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka adalah laskar yang tidak
kenal menyerah, pantang mundur serta teguh pada perjuangannya. Mereka adalah orang-
orang yang mendahulukan kepentingan perjuangan dan tidak membeda-bedakan apapun
latar belakang teman-teman seperjuangan. Mereka adalah orang-orang bertagwa karena
mereka memiliki keyakinan bahwa kebenaran yang ada hanya milik Tuhan yang maha
kuasa. Itu karenanya mereka adalah orang-orang yang berani menegakkan kebenaran,
menegakkan keinginan luhur masyarakat dan bangsa yaitu kemerdekaan Indonesia.
Dari latar belakang sejarah terbentuknya TNI seperti adanya saat ini, nilai yang
mendorong perjuangan kelaskaran saat itu, meliputi: Tagwa yang tercermin dari
keteguhan mereka terhadap kebenaran Tuhan sehingga mereka adalah orang-orang
yang memiliki keberanian luar biasa; Loyalitas tercermin dari kerelaan dan kehendak
berjuang hanya untuk memberikan yang terbaik kepada negara dan sesama teman
seperjuangan; Mendahulukan tugas tercermin dari watak laskar yang rela meninggalkan
segala-galanya untuk mencapai tujuan perjuangan; Memanusiakan orang lain tercermin
dalam perlakuan sehari-hari terhadap masyarakat, teman tanpa melihat hubungan dalam
kelaskaran; Mendahulukan anak buah tercermin dalam perilaku para pimpinan
perjuangan yang terus berusaha mendahulukan anak buah; Kehormatan diri yang
tercermin dari sikap dan perilaku lebih baik mati dari pada menyerah; Berani yang
tercermin dari keteguhan untuk melanjutkan perjuangan yang kemudian menghasilkan
kemerdekaan; Integritas yang tercermin dari sikap para pejuang dalam menegakkan
kebenaran. Apalagi sifat dan tingkah laku yang didasari nilai-nilai ini betul betul
membentuk dan tercermin dalam kepemimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
13
Dalam perspektif ini menjadi wajar apabila kedelapan sifat dan tingkah laku para pejuang
dan kelaskaran menjadi nilai-nilai yang membentuk nilai keprajuritan TNI yang kemudian
menjadi karakter keprajuritan TNI. Bagi para pemimpin TNI apapun pangkat dan
tingkatannya, karakter inilah yang seharusnya menjadi sifat kepemimpinan TNI, sebab
telah terbukti dalam perjuangan dan sejarah terbentuknya TNI.
untuk berfikir dan bertindak rasional berdasarkan fakta dan data yang dimiliki.
Kepercayaan diri seorang pemimpin sangat mempengaruhi cara dalam pengambilan
keputusan dan menjadi faktor yang terpenting menumbuhkan kepercayaan bawahan.
16 Maulana E. dan Heriyanto M. “keteladanan Pimpinan, Aktualisasi Diri, Balas Jasa dan Disiplin Kerja”
17 Paket Instruksi MP.Kepemimpinan Nasional dan TNI, Seskoal 2013. hal 4.
15
yang terlibat didalamnya memiliki sama makna akan sesuatu hal. Sederhananya, apabila
seseorang mengerti akan sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka
komunikasi dapat berlangsung. Dengan kata lain, hubungan tersebut memiliki sifat
komunikatif. Sebaliknya, jika komunikasi tidak berlangsung, maka hubungan antar orang
tersebut tidak bersifat komunikatif walaupun adanya komunikasi.
Oleh karena itu Perwira TNI harus memiliki sikap terbuka (tidak eksklusif), mampu
menyampaikan saran dan kririk kepada atasan dan bawahan, mau menerima saran dan
kritik, mampu melaksanakan kerjasama yang efektif dan efesien, serta mampu
membangun jaring kerja yang baik dengan berbagai pihak, baik pihak dalam maupun luar
TNI. Terkait dengan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, maka diharapkan
Perwira TNI:
a. Tidak bersikap eksklusif dan menjaga jarak dengan anggotanya,
mengutamakan kebersamaan dan kesetiakawanan untuk dapat terpeliharanya
soliditas prajurit yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Memiliki empati
terhadap setiap permasalahan yang dialami oleh orang-orang di sekitarnya.
b. Mampu menyampaikan saran kepada atasan pada waktu dan dengan media
yang tepat. Mampu untuk memberikan kritik/koreksi kepada anggotanya dengan
baik. Teguran yang diberikan tidak berangkat dari suatu sentiment pribadi namun
murni untuk perbaikan sikap dan perilaku bawahan.
c. Mau menerima saran/kritik dari orang lain, mampu menggali nilai positif dari
saran atau kritik yang diterima sepedas apapun. Selain itu juga tidak bereaksi
negatif, spontan dan berlebihan terhadap kritik yang dilontarkan kepada dirinya dan
menanggapi kritik secara bijak.
e. Mampu membangun jaring kerja yang baik dengan pihak di dalam maupun
di luar institusi TNI AL, di dalam dan di luar negeri serta mampu menggandeng
stake holders terkait dalam pelaksanaan tugas pokoknya
16
16. Implikasi
a. Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional sangat
ditentukan oleh faktor-faktor kepemimpinan. salah satu faktor yang membentuk
seorang pemimpin adalah karakter, karakter yang baik dalam jati diri TNI
diharapkan mampu membuat skenario masa depan bagi rakyat dan
memperjuangkan perannya itu dengan melakukan perubahan mendasar dalam
pemerintahan dan masyarakatnya dengan bertopang pada nilai-nilai
masyarakatnya sendiri. Tanpa pemimpin yang berkarakter dengan moral dan etika
yang baik mustahil stabilitas nasional dapat terwujud, lebih khusus lagi tentang
bagaimana tujuan nasional dalam kaitannya mewujudkan perdamaian dunia.
BAB IV
17. Umum
yang berkembang menjadi perubahan di tingkat kelompok dan apabila itu tidak dapat
dicegah akan terus berkembang hingga tingkat yang paling tinggi dalam suatu komunitas
bangsa.
a. Globalisasi
1 Kep Pang TNI No.2/I/2007 tanggal 12 -01-07, tentang Doktrin TNI Tridek, Jakarta , 2007, hal.34
20
Hubungan antara sipil dan militer di Indonesia tidak terlepas dari latar
belakang sejarah dan perkembangan bangsa dan negara. Dalam masa perang
warga sipil ikut terlibat secara aktif melakukan perlawanan bersenjata, sedangkan
masa damai pihak militer turut aktif dalam pembangunan di segala aspek
kehidupan bangsa. Sipil maupun militer senantiasa berjuang dalam mengatasi
segenap ancaman yang dihadapi bangsa dan negara. Sesuai dengan perjalanan
waktu, hubungan antara sipil dan militer mengalami fluktuasi. Kadangkala
keserasian hubungan tersebut mengalami pasang dan kadang kala mengalami
surut. Hal ini tentunya memberikan pengaruh kepada kepemimpinan TNI.
c. Civil Society
e. Dukungan Anggaran
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini
yang mencapai + 260 juta jiwa, membuat Indonesia harus menghadapi tantangan
yang makin kompleks. Jumlah penduduk yang besar ini menimbulkan masalah
yang tidak ringan yang meliputi masalah pengangguran, pemenuhan kebutuhan
pokok serta masalah sosial lainnya. Masalah-masalah tersebut memerlukan
penanganan agar tidak menimbulkan konflik sosial yang dapat berdampak kepada
stabilitas keamanan nasional. Masalah lain yang dapat timbul berkaitan dengan
jumlah penduduk adalah bencana alam dimana memerlukan manajemen
penanganan dampak bencana alam yang melibatkan seluruh komponen bangsa
termasuk TNI.
kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan serta agama. Keempat, sebagai
Tentara Profesional, berarti TNI merupakan tentara yang terlatih, terdidik,
diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip
demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan
hukum internasional yang telah diratifikasi. Terjadinya degradasi pemahaman
terhadap Jati Diri TNI, dapat berakibat menurunnya kurangnya integritas moral
terhadap kehidupan di lingkungan prajurit, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
b. Kesejahteraan Prajurit
d. Pendidikan
e. Kepemimpinan
a. Peluang. Pancasila dan UUD 1945 masih diakui atau diterima oleh
rakyat dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
merendahkan integritas bangsa oleh negara lain, maka akan terasa oleh
seluruh bangsa.
5) Pendidikan.
BAB V
KONDISI KEPEMIMPINAN TNI YANG DIHARAPKAN
21. Umum
TNI telah ikut mewarnai tata kehidupan bangsa dan negara melalui berbagai
peristiwa yang cukup pantas untuk dikenang. Melalui kepemimpinan tokoh - tokohnya,
TNI telah menjalin hubungan yang sinergis untuk menjaga keutuhan dan kelangsungan
Bangsa Indonesia. Dengan perkembangan lingkungan strategis yang terus bergulir,
kepemimpinan TNI semakin bertumbuh dan banyak mengalami tantangan. Keteguhan
moral dan etika, integritas dalam setiap langkah serta kemampuan kompetensi yang
dapat diandalkan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan sosok pemimpin yang
berkarakter. Dewasa ini, Pemimpin TNI dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
melihat perkembangan ke depan serta berpandangan strategis untuk membawa negara
dan bangsa Indonesia tetap kokoh berdiri dalam kancah dunia internasional.
19Seskoal (2016) Paket Intruksi Pendidikan Reguler. Mata Pelajaran Kepemimpinan Nasional dan
TNI. Jakarta: Hal. 44.
27
cara memelihara pola hidup sehingga memiliki standar fisik sebagai seorang prajurit yang
memiliki stamina baik.
Berikutnya yang menjadi syarat pemimpin adalah memiliki kemampuan
pengendalian emosional untuk berfikir dan bertindak rasional berdasarkan fakta dan data
yang dimiliki. Kepercayaan diri seorang pemimpin sangat mempengaruhi cara dalam
pengambilan keputusan dan menjadi faktor yang terpenting menumbuhkan kepercayaan
bawahan.
Dalam tataran kepemimpinan TNI, diharapkan mempunyai integritas merupakan
merupakan hal yang utama karena Integritas merupakan mutu, sifat atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan dan kejujuran.21 Oleh karena itu setiap pemimpin khususnya
di kalangan TNI seharusnya tetap menjaga integritas yang dimiliki dengan berani
konsisten terhadap perkataan dan perbuatan berikut tanggung jawab yang melekat pada
jabatan yang diemban.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang diharapkan memiliki integritas, maka harus
memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:22
a. Religius. Dengan memiliki jiwa yang religius maka diharapkan oleh seorang
pemimpin TNI dapat melaksanakan setiap tugas yang diemban dengan penuh
keikhlasan tanpa pamrih dan mengimani bahwa profesinya merupakan amanah
yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
berdampak pada peningkatan kinerjanya di organisasi dan akan takut untuk
berbuat yang melanggar aturan.
b. Tulus dan ikhlas. Setiap pemimpin TNI harus memiliki sifat tulus dan ikhlas
yaitu berusaha untuk mengatakan sesuatu dengan jujur, dan menghindari untuk
mencoba agar dapat mengelabui lingkungan dengan kata-kata palsu, sehingga
dengan adanya keterbukaan tersebut maka akan mendapatkan kepercayaan dari
lingkungan.
c. Jujur, terbuka dan siap menerima kritik. Seorang pemimpin yang baik
diharapkan memiliki kejujuran atau lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang.
Ketika kita berbicara tentang kejujuran hal tersebut akan menentukan keberadaan
TNI. Pemimpin TNI akan berdiri tegak manakala memiliki nilai kejujuran yang tinggi.
Membudayakan kejujuran tidak cukup hanya dengan penjelasan lisan namun
j. Semangat, kerja keras, inisiatif, kreatif dan inovatif. Apabila pemimpin telah
memiliki aspek-aspek ini maka peningkatan kemajuan dari organisasi akan lebih
cepat tercapai. Aspek-aspek ini dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas dalam
mengatasi permasalahan satuan, mendidik dan melatih setiap anggota di
satuannya.
k. Menguasai tugas. Setiap tugas yang diemban harus mampu dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggungjawab, tidak perlu ditimbang untung ruginya, karena
pada hakekatnya tugas yang diberikan adalah merupakan bentuk kepercayaan
bagi seorang pemimpin.
l. Peka terhadap lingkungan. Seorang pemimpin diharapkan peka
terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga mampu mendeteksi dini terhadap hal-hal
yang sekiranya diluar kewajaran. Dengan peka terhadap lingkungan maka akan
membantu peningkatan sebuah organisasi.
m. Berlandaskan jati diri TNI. Bahwa kepemimpinan TNI harus memiliki
kepribadian teguh dan memiliki keyakinan yang selalu mengedepankan
kepentingan tugas demi bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau
golongan.
n. Berani, arif dan bijaksana. Keberanian dalam memutuskan langkah dan
tindakan dalam menghadapi permasalahan akan mampu membuat pemimpin
berpikir secara bijak sehingga keputusan yang tepat dapat tercapai.
o. Meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani. Untuk menjadi pemimpin
yang berintegritas maka harus didukung dengan kesegaran jasmani seperti halnya
pepatah mengatakan bahwa,” Didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat”
BAB VI
PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH
27. Umum
Permasalahan yang ditemukan pada Bab III harus dipecahkan dengan
mengunakan landasan pemikiran berupa perundang-undangan dan teori-teori yang dapat
mendukung tercapainya kondisi yang diharapkan. Dalam proses pemecahan masalah,
dengan mencermati kepemimpinan TNI yang ada saat ini dan faktor-faktor yang
mempengaruhi, dihadapkan dengan peluang dan kendala yang ada, maka diperlukan
suatu penyusunan kebijakan guna mewujudkan hasil terbaik. Proses ini dilandasi oleh
peraturan perundang-undangan yang berfungsi sebagai payung hukum dan teori-teori
sebagai alat berpikir yang akan membantu dalam proses pemecahan masalah guna
memperoleh suatu rumusan kebijakan untuk diaplikasikan dalam bentuk strategi dan
upaya-upaya yang dapat diterapkan dalam strategi optimalisasi kepemimpinan TNI guna
membentuk sosok pemimpin yang berkarakter dalam rangka mewujudkan pemimpin yang
strategis visioner dan global.
23 Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
37
kegiatan yang bersifat illegal sehingga masih terdapat kerawanan di wilayah perairan
Indonesia. Menurut Suhartono : perairan Indonesia pernah digolongkan sebagai perairan
yang rawan di dunia dan dijuluki the most dangerous waters bersama beberapa perairan
lainnya. Masalah kerawanan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah berkisar
pada permasalahan maritim seperti : sea robbery and piracy, illegal fishing, trans- national
threat, pelanggaran wilayah, lalu lintas laut yang terkait dengan separatisme, ancaman
terorisme maritim yang harus dijadikan fokus bagi pemerintah24.
Dihadapkan pada kondisi sumber daya Indonesia yang memiliki potensi yang besar
serta tantangan yang harus di hadapi, untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia
yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 meliputi : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial25 dibutuhkan seorang pemimpin nasional yang mampu mewujudkan
tujuan nasiol tersebut.
Menurut Gibson kepemimpinan adalah suatu usaha mempengaruhi orang
antar perseorangan (interpersonal), lewat proses komunikasi, untuk mencapai
sesuatu atau beberapa tujuan26. Kepemimpinan memiliki fenomena yang komplek
yang saling berkaitan antara pemimpin, pengikut, dan situasi. Ketiga aspek
tersebut berkaitan dengan kapasitas masing-masing, pemimpin terkait dengan
perilakunya, bawahan berhubungan dengan kemampuan, keahlian dan
motivasinya, dan situasi terkait dengan karakteristik lingkungan kerjanya yang
mencakup tingkat struktur tugas, sistem wewenang formal yang ada, dan kelompok
kerja. Kepemimpinan itu sendiri adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain
agar didapatkan kesetiaan, loyalitas dan kepatuhan untuk melaksanakan tugas
atau mencapai tujuan.
Sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah melahirkan
pemimpin nasional yang memiliki karakter dengan integritas yang tinggi dalam
usaha mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia dari penjajahan. Sebagai
contoh Panglima Besar Sudirman yang memiliki jiwa kepemimpinan dengan rela
memimpin pasukannya dalam kondisi sakit masuk keluar hutan demi
mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia. Selain itu pemimpin-pemimpin TNI
juga telah terbukti integritas dan loyalitasnya pada bangsa dan Negara saat
24 Suhartono, A. (2010). Membangun Budaya Maritim dan Kearifan Lokal di Indonesia. Gramedia,
Jakarta
25 Undang – undang Negara RI Tahun 1945, Alenia 4
26 Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnely, J.H.(1982). Organisasi dan Menejemen. Erlangga,
Jakarta.
38
27 Kartono, K (1994). Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
39
28 Maulana E. dan Heriyanto M. “keteladanan Pimpinan, Aktualisasi Diri, Balas Jasa dan Disiplin
Kerja”
40
BAB VII
PENUTUP
29. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang optimalisasi kepemimpinan tni guna
melahirkan figur Pemimpin nasional yang berkarakter dalam rangka mencapai
tujuan nasional dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Mental yang jelek yang dimiliki seorang pimpinan akan
mempengaruhi kinerjanya.
b. Masih ada yang menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri
sendiri. Kolusi, korupsi dan nepotisme merupakan wujud tindakan pemimpin
yang bermental rendah dan berfikir secara instant untuk kepentingan pribadi.
c. Keraguan dalam pengambilan keputusan adalah dapat
mempengaruhi kepercayaan bawahan terhadap pimpinan.
d. Kurang mampu memberi contoh keteladanan bagi bawahannya,
sehingga kepentingan yang lebih besar atau skala nasional tidak akan
mampu tercapai.
e. Di dalam tubuh TNI banyak perwira yang tersandung permasalahan
narkoba, perselingkuhan/asusila, dan desersi.
f. Adanya komunikasi tidak berlangsung, maka hubungan antar
Pemimpin terhadap bawahan tidak sinkronisasi dalam pelaksanaan tugas.
30. Saran
a. Mabes TNI perlu menanamkan kembali nilai nilai Pancasila dan nilai
luhur Bangsa Indonesia dalam setiap generasi baru pemimpin TNI melalui
lembaga lembaga pendidikan sehingga didapatkan pemimpin yang
berkarakter kuat dalam menghadapi perkembangan situasi global dan
perkembangan teknologi .
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Wirawan, MSL, Sp.A., M.M., M.Si. (2013). Kepemimpinan; Teori. Psikologi,
Prilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Gary Yukl. (2010). Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi ke-5. Jakarta: PT Indes
Jakarta
Freddy Numberi, Laksamana Madya TNI (Purn). (2009). Kepemimpnan Sepanjang
Zaman. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Hadari, N., M. Martini, H. (2012). Kepemimpinan yang Efektif. Edisi ke-6.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sutanto. Dasar-dasar Organisasi, (2002). Yogyakarta: Gajah mada University
Press.
Seskoal (2016). Paket Instruksi Reguler Seskoal Mata Pelajaran Kepemimpinan
Nasional dan TNI . Jakarta.
Arief Mutaqien (2011). Leadership , Membentuk Pemimpin Muda Masa Depan
Yang Berkarakter Dan Bermoral, Jakarta.
Octavian, A. (2012). Militer Dan Globalisasi: Studi Sosiologi Militer Dalam Konteks
Globalisasi Dan Kontribusinya Bagi Transformasi TNI. Jakarta: UIP.
Presiden RI Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono naskah pidato pada Peringatan
Hari TNI ke 60 tanggal 5 Oktober
Seskoal (2016). Paket Intruksi Pendidikan Reguler. Mata Pelajaran Kepemimpinan
Nasional dan TNI. Jakarta.
Matondang, M. H. (2008). Kepemimpinan: Budaya Organisasi dan Manajemen
Stratejik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
44
2. Peraturan Perundang-
undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia
3. Sumber Internet
Rita F.D.Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen. 2003. USU, Medan.
http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha4.pdf, diakses pada tanggal 15
Maret 2017 jam 20.00 WIB.
http://news.detik.com/berita/2857979/ini-kronologi-kasus-black-dollar-yang-
melibatkan-perwira-tni-al diakses pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017 pukul
09.00 WIB.
http://surabaya.tribunnews.com/2016/01/30/denpom-ngawi-razia-perjudian-
perwira-tni-ditangkap-di-lokasi-perjudian diakses pada hari Sabtu tanggal 18 Maret
2017 pukul 09.10 WIB.
http://kbbi.web.id/kompas, diakses pada hari Sabtu tanggal 11 Maret 2017
pukul 10.00 WIB.
http://news.liputan6.com/read/2870006/panglima-tni-kita-bekerja-senyap-
berantas-korupsi,di akses tgl; 11 Maret 2017 , jam 09.50 WIB
http://news.okezone.com/read/2015/09/19/519/1217088/pembunuh-perwira-
tni-al-adalah-anak-buahnya-sendiri
https://www.google.co.id/search?q=grafik+hasil+survei+Center+for+
Strategic+and +International+Studies+(CSIS)+tni&*
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol10207/bila-militer-kembali-
berkuasa-keadaan-indonesia-belum-tentu-membaik,di akses tgl; 11 Maret 2017 ,
jam 09.50 WIB
Listyanti, A. S. (5 Oktober, 2013). Anggota TNI Dilarang Punya Usaha
Sampingan.Tempo.Co:https://m.tempo.co/read/news/2013/10/05/078519386/anggo
ta-tni-dilarang-punya-usaha-sampingan,diakses pada tanggal 9 Maret 2017, pukul
23:45 WIB
Understanding Meritocracy. (25 Juni 2014). Today Online:
http://www.todayonline.com/singapore /understanding-meritocracy, diakses pada
tanggal 10 Maret 2017, pukul 02:00 WIB.
45