Anda di halaman 1dari 15

OPTIMALISASI PEMBINAAN SATUAN DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT

Penyelenggaraan Binsat di jajaran TNI AD dilaksanakan dalam satu siklus pembinaan


secara berkelanjutan meliputi semua aspek yang berpengaruh terhadap pencapaian tugas
TNI AD yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana meliputi penentuan kebijakan,
strategi, tujuan, perumusan sasaran dan penerapan sistem serta metode pembinaan dengan
menggunakan manajemen modern meliputi pembinaan organisasi, personel, materiil,
pangkalan, peranti lunak, dan latihan, guna mewujudkan Satuan yang siap operasional.

Keberhasilan pelaksanaan Binsat sangat ditentukan oleh peran para Komandan


Satuan (Dansat) selaku pimpinan sekaligus manager di Satuan yang berwenang penuh
untuk mengatur kegiatan Binsat di Satuan, baik itu pada tingkat Detasemen, Batalyon, Grup,
Brigade maupun Resimen. Secara umum seorang Dansat memiliki tugas dan tanggung
jawab di bidang Binsat sebagai berikut: Pertama, mengatur dan mengkoordinasikan segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam rangka pembinaan satuan dan mengawasi
pelaksanaan latihan satuan dalam jajaran masing-masing. Kedua, memelihara dan
mempertinggi moril, disiplin dan tata tertib untuk membentuk jiwa keprajuritan sejati dalam
satuan dan jajarannya masing-masing. Ketiga, memelihara dan meningkatkan semangat,
kemampuan taktis/teknis, fisik serta meningkatkan kesejahteraan, dan moril prajurit di
jajarannya masing-masing. Keempat, dalam pelaksanaan tugasnya Dansat bertanggung
jawab kepada Komando Atas masing-masing (buku petunjuk pelaksanaan tentang
pembinaan satuan,2007:17-18). Bertolak dari uraian di atas, inisiatif dan inovasi dalam
merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan program Binsat, menjadi suatu keharusan
dan kewajiban serta tuntutan sebagai konsekwensi logis atas amanah jabatan sebagai
Dansat.

Sejumlah kasus pelanggaran hukum dan disiplin (Garkumplin) di Satuan


mengindikasikan kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap prajurit. Selama TA. 2012
tercatat adanya 219 kasus Garkumplin (terdiri dari 87 kasus pelanggaran disiplin, 17 kasus
desersi dan 115 kasus kriminal), 305 kasus Laka Lalin, dan 103 kasus Milkam (perkelahian,
penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan sebagainya) yang dilakukan oleh anggota
2

Satuan jajaran TNI AD ( Laporan Spamad Triwulan I-IV, 2012). Hal ini tentunya bertentangan
dengan Motto kedisiplinan TNI AD yang selalu terpampang di seluruh Satuan jajaran TNI AD
yang menyebutkan “STOP PELANGGARAN! DISIPLIN ITU INDAH”. Pada kenyataannya
data yang didapat di lapangan membuktikan bahwa angka pelanggaran yang terjadi masih
cukup tinggi. Ini berarti bahwa Motto ini hanya merupakan teori belaka yang belum dapat
diaplikasikan secara optimal oleh prajurit di lapangan. Disinilah Dansat seharusnya dapat
mengoptimalkan program Binsatnya pada aspek personel, khususnya di bidang penegakan
disiplin, hukum dan tata tertib (Diskumtatib).

Dari beberapa data diatas, tentunya satu hal penting yang perlu digarisbawahi dalam
pelaksanaan Binsat adalah “FAKTOR KEPEMIMPINAN” Dansat itu sendiri. Sebagai
pimpinan dan manager di Satuan, seorang Dansat dituntut untuk mampu menerapkan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi berdasarkan karakteristik dan budaya
Satuan masing-masing. Hal ini merupakan faktor penting yang perlu dipedomani agar
pelaksanaan Binsat di Satuan dapat mencapai hasil yang optimal. Kemampuan seorang
Dansat dalam berinisiatif dan menciptakan inovasi-inovasi baru di Satuan dapat diaplikasikan
dalam hal perencanaan kegiatan Binsat dalam rangka mencapai kesiapan operasional
Satuan. Ketidakcakapan Dansat dalam memimpin Satuan dapat berakibat fatal terhadap
kredibilitas dan kinerja Satuan tersebut serta dapat menggagalkan pencapaian tugas pokok.
Beberapa kasus menonjol yang pernah terjadi di Satuan seperti insubordinasi massal (Yonif
751 dan Yonif 734), penyalahgunaan wewenang oleh Dansat (Yonif 500/R, Danyonzipur
9/K), keterlibatan anggota dalam geng motor (Yonarh 6), anggota meninggal saat
pelaksanaan orientasi (Yonarmed 16), Dansat melakukan tindakan asusila (Yonkav 11)
(Bahan studi kasus apel Dansat terpusat TNI AD, 2011dan 2012) dan kasus-kasus lainnya,
mengindikasikan adanya Ketidaktepatan Dansat dalam penerapan Kepemimpinan.

Faktor lain yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan Binsat adalah peran dari
anggota di Satuan itu sendiri. Tanpa adanya dukungan dari anggota di Satuan, Dansat tidak
akan berhasil dalam melaksanakan Binsat. Hal ini pada dasarnya dapat dicapai apabila
anggota merasa kesejahteraannya terpenuhi. Menyikapi hal ini, pimpinan TNI AD telah
berupaya untuk membuat kebijakan-kebijakan baru, yang berkaitan dengan kesejahteraan
prajurit, seperti pemberian remunerasi, kenaikan gaji, kenaikan uang lauk pauk (ULP),
peningkatan dana latihan yang cukup signifikan pada tahun 2012 sebesar 157% serta
3

revitalisasi/modernisasi Alutsista di Satuan. Namun seiring dengan diterapkannya kebijakan-


kebijakan ini, tentunya para Dansat dituntut untuk mampu memanfaatkan peluang tersebut
secara maksimal. Sebagai contoh, adanya peningkatan dana latihan Satuan tentu harus
diiringi dengan kemampuan Dansat untuk mengelola anggaran tersebut secara akuntabel,
transparan dan profesional, sehingga input sumber daya anggaran tersebut mampu
menghasilkan output berupa peningkatan kualitas profesionalisme prajurit yang berlipat
ganda.

Enam aspek Binsat yang ada (organisasi, personel, materiil, pangkalan, peranti lunak
dan latihan), pada dasarnya saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Keberhasilan
Binsat di satu aspek akan berpengaruh terhadap aspek yang lain. Disamping itu, program
Binsat tidak bisa dilepaskan dengan program atau rencana kerja tahunan yang turun dari
satuan atas maupun atas inisiatif/pengembangan Dansat, sehingga betul-betul mendekati
sasaran yang ingin dicapai Satuan itu sendiri sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, Dansat
harus dapat merumuskan upaya-upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan Binsat di
satuannya yang saat ini masih ditemukan permasalahan disiplin prajurit yang masih rendah
(menekan angka pelanggaran di Satuan menjadi 0%), pola kepemimpinan komandan satuan
yang tidak efektif sehingga tidak tercipta hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif
dengan anggota, guna menunjang pelaksanaan Binsat, serta belum optimalnya penggunaan
dana latihan secara berdaya dan berhasil guna yang saat ini sudah mengalami peningkatan
signifikan guna meningkatkan kualitas kemampuan perorangan dan Satuan.

Uraian persoalan yang telah dituliskan diatas dapat dirumuskan dalam perumusan
persoalan “BAGAIMANA OPTIMALISASI PEMBINAAN SATUAN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT?”

Adapun nilai guna dalam penulisan ini, memberikan gambaran tentang optimalisasi
pembinaan satuan dalam rangka meningkatkan profesionalisme prajurit serta sebagai bahan
masukan dan saran kepada komando atas untuk mengambil kebijakan lebih lanjut.
4

Upaya–upaya Komandan Satuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Binsat dimana


masih ditemukan disiplin prajurit yang masih rendah (menekan angka pelanggaran di satuan
menjadi 0%)

Peningkatan disiplin prajurit adalah salah satu faktor utama dalam rangka menekan
angka pelanggaran di satuan serta menjadi tolak ukur kesuksesan Komandan Satuan dalam
membina satuannya. Dihadapkan dengan hal tersebut ada beberapa cara/tehnik yg bisa
Komandan Satuan lakukan dalam rangka meningkatkan disiplin prajurit, diantaranya adalah

Pertama mempelajari dan mengetahui jenis pelanggaran yang lebih potensial


terjadi di satuan tersebut. Data pelanggaran bisa Komandan Satuan ketahui dan pelajari dari
data pelanggaran yang ada di staf -1/intel. Sehingga dari data – data yang ada tersebut
Komandan Satuan dapat mengetahui apa saja jenis pelanggaran yang sering terjadi di
satuan tersebut. Selain dari data – data yang ada di staf – 1/intel, Komandan Satuan juga
bisa mempelajari dan mengetahui potensi pelanggaran di satuan melalui kondisi wilayah
dimana satuan tersebut berada. Antara satu satuan dengan satuan lain akan berbeda jenis
pelanggaran yang sering terjadi, dihadapkan perbedaan wilayah dimana satuan tersebut
berdomisili. Dari dua hal tersebut seorang Komandan Satuan dapat mengambil langkah –
langkah preventif untuk mengantisipasi terulang kembali pelanggaran–pelanggaran yang
telah terjadi.

Kedua Memberikan contoh – contoh pelanggaran yang pernah terjadi dan


hukuman yang diberikan. Cara lain yang bisa Komandan Satuan lakukan untuk menekan
angka pelanggaran adalah dengan cara memberikan sample kepada seluruh anggota
tentang pelanggaran yang pernah terjadi, dampak dari pelanggaran tersebut dan hukuman
yang diberikan kepada prajurit yang melakukan pelanggaran tersebut. Hal ini bisa dilakukan
dengan dua metode. Metode yang pertama bisa disampaikan melalui ceramah/jam
komandan atau amanat pada saat upacara mingguan. Metode yang kedua dengan cara
menghadirkan langsung prajurit yang pernah terlibat pelanggaran dan sudah dijatuhkan
sanksi atau sudah pernah menjalani hukuman, di depan seluruh prajurit lain yang ada di
satuan untuk berbagi pengalaman dengan prajurit yang lain. Prajurit yang pernah melakukan
pelanggaran tersebut di wawancara atau di perintahkan menceritakan penggalamannya di
5

depan prajurit lain, kronologis kejadian di ceritakan dari awal prajurit tersebut melakukan
pelanggaran sampai dengan selesai menjalani sanksi/hukuman. Kemudian prajurit tersebut
memberikan nasehat serta masukan kepada seluruh prajurit lain yang belum maupun sudah
pernah melakukan pelanggaran. Dengan metode ini prajurit tersebut bisa menjadi contoh
serta referensi bagi prajurit lain sehingga prajurit lain berfikir dua kali apabila akan berniat
untuk melakukan pelanggaran.

Ketiga menyelenggarakan sidang pemutusan hukuman (sidang kumplin)


terhadap personel yang menyelenggarakan pelanggaran disiplin. Dalam upaya
meningkatkan disiplin prajurit, Komandan Satuan seharusnya melaksanakan sidang
pemutusan hukuman yg di pimpin Ankum dalam hal ini Komandan Satuan. Sidang yang
dihadiri oleh seluruh perwira dan perwakilan anggota setiap Kompi ini bisa menjadi
pembelajaran bagi seluruh prajurit bahwa Komandan Satuan intens dan serius terhadap
penegakan disiplin di satuan. Karena masih banyak Komandan Satuan di satuan–satuan
yang mengabaikan dan tidak menyelenggarakan sidang disiplin terhadap prajurit yang
melakukan pelanggaran. Langkah ini sangat berpengaruh terhadap penegakan disiplin serta
menekan angka pelanggaran di satuan.

Keempat dengan memaksimalkan fungsi bintal di satuan. Pembinaan mental di


satuan adalah hal yang mendasar yang harus menjadi perhatian khusus oleh para
Komandan Satuan. Dalam setiap amanat dan pengarahan dari seluruh pimpinan, point
pertama yang menjadi penekanan dan arahan adalah mengenai peningkatan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi Bintal yang baik di satuan akan
berimplikasi terhadap tingkah laku, tindakan prajurit ke arah yang lebih baik serta
bertanggung jawab terhadap apa yang mereka perbuat. Karena pengertian dari Bintal adalah
usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui tindakan atau tingkah laku seseorang melalui
bimbingan mental/jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji dan
bertanggung jawab dalam menjalankan kehidupannya.

Pembinaan mental prajurit bisa diterapkan dengan berbagai metode


diantaranya adalah yang pertama dengan melaksanakan peringatan–peringatan hari besar
keagamaan. Yang kedua melaksanakan kegiatan wajib yasinan/pengajian bagi yang
6

beragama islam setiap malam jumat secara bersama-sama. Yang ketiga mengadakan
kegiatan wajib shalat 5 waktu secara bersama–sama bagi yang beragama islam serta wajib
melaksanakan kebaktian secara bersama–sama bagi yang beragama kristen. Yang keempat
dengan memberikan siraman rohani atau ceramah keagamaan minimal sebulan sekali
sesuai dengan agama masing–masing. Yang kelima adanya pengawasan melekat dan
tindakan yang tegas dari para Komandan Satuan terhadap pelaksanaan kegiatan
keagamaan tersebut, karena apabila hanya menjadwalkan kegiatan tanpa ada perhatian dan
pengawasan yang ketat memungkinkan prajurit tidak serius dan tidak efektif mengikuti
kegiatan tersebut. Kegiatan–kegiatan pembinaan mental tersebut apabila diterapkan dengan
maksimal, efektif dan sungguh–sungguh maka akan membentuk prajurit yang memiliki
kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab. Sehingga apa yang
diharapkan oleh Komandan Satuan untuk meningkatkan disiplin serta menekan angka
pelanggaran akan terwujud.

Kelima dengan membuat jaring intel di satuan bawah. Selain hal–hal tersebut
diatas, salah satu langkah Komandan Satuan yang bisa diambil dalam rangka menekan
angka pelanggaran adalah dengan membentuk jaring intel di satuan tingkat bawah seperti di
tingkat Kompi sampai dengan tingkat Peleton. Jaring intel yang di pasang di satuan bawah
haruslah maksimal tugasnya dalam mengantisipasi perkembangan situasi selain itu personel
yang di tunjuk adalah personel yang dapat dipercaya. Tugas dan tanggung jawabnya adalah
melaporkan segera apabila ada hal–hal menonjol dan adanya indikasi prajurit yang akan
melakukan pelanggaran disiplin atau bahkan tindak pidana yang lebih berat. Sehingga dari
laporan tersebut Komandan Satuan dapat mengambil langkah–langkah preventif untuk
mengatasi kemungkinan pelanggaran disiplin yang akan dilakukan seorang prajurit di satuan
bawah.

Keenam dengan menyelenggarakan sistem pelaporan langsung ke Komandan


Satuan melalui sms centre. Sistem ini bisa diterapkan Komandan Satuan dalam rangka
mengantisipasi kegiatan–kegiatan yang menonjol, dari hasil laporan yang masuk ke sms
centre tersebut seorang Komandan Satuan dapat mengambil keputusan lebih lanjut yang
akan di kembangkan oleh staf – 1/intel, sehingga informasi tentang indikasi adanya
7

pelanggaran yang akan dilakukan oleh prajurit, bisa segera di tindak lanjuti, ini juga salah
satu upaya menekan angka pelanggaran di satuan dan meningkatkan disiplin prajurit.

Ketujuh dengan memberikan rewards/penghargaan serta apresiasi kepada


prajurit yang berprestasi. Disiplin akan terealisasi di satuan manakala setiap prajurit memiliki
semangat dan kemauan untuk berprestasi sehingga kegiatan – kegiatan yang berbau
pelanggaran disiplin akan dihindari oleh prajurit tersebut. Selain memberi contoh – contoh
pelanggaran dan sanksi serta hukuman yang diberikan terhadap prajurit yang terlibat
pelanggaran, hal lain yang bisa Komandan Satuan terapkan adalah memberikan contoh
rewards/penghargaan yang diberikan kepada prajurit yang berprestasi seperti : memberikan
libur atau istirahat, memberikan perhatian khusus pada saat prajurit yang bersangkutan
mengikuti tes untuk menempuh pendidikan lanjutan, memberikan kesempatan untuk
mengikuti pendidikan spesialisasi, memberikan contoh dan penghargaan di depan prajurit
yang lain pada saat acara jam komandan atau event – event lain yang melibatkan seluruh
personel berkumpul. memberikan penghargaan dalam bentuk administrasi seperti piagam
penghargaan atau dalam bentuk benda/barang sehingga muncul kebanggaan bagi prajurit
yang berprestasi tersebut untuk lebih meningkatkan kemampuannya dan hal ini bisa menjadi
bahan pembelajaran bagi prajurit lain serta sebagai sarana untuk memotivasi prajurit lain
agar berlomba – lomba untuk berprestasi dan berbuat yang terbaik untuk diri sendiri
keluarga dan satuannya.

Pola kepemimpinan yang perlu dikembangkan untuk menciptakan hubungan


kerjasama yang harmonis dan kondusif antara Komandan Satuan dengan anggota, guna
menunjang pelaksanaan Binsat. Untuk mengoptimalkan pembinaan satuan yang efektif dan
tepat sasaran pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Komandan Satuan sangat
menentukan keberhasilan pembinaan satuan, apabila pola yang diterapkan salah maka
akan berdampak negatif pada satuan tersebut. Dihadapkan dengan hal tersebut ada
beberapa pola yg bisa Komandan Satuan lakukan dalam rangka menciptakan hubungan
kerjasama yang harmonis dan kondusif antara Komandan Satuan dengan anggotanya,
diantaranya adalah :
8

Pertama dengan mengenal karakteristik dan budaya satuan. kondisi, potensi


dan budaya di suatu wilayah dimana satuan berada sangat berpengaruh terhadap
karakteristik dan budaya satuan. Untuk mengoptimalisasi pelaksanaan binsat di satuan maka
Komandan Satuan diharapkan terlebih dahulu mengenal karakteristik dan budaya satuan.
Ada beberapa cara untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan budaya satuan. Cara
yang pertama adalah Komandan Satuan bisa mempelajari dan mengetahui dari sejarah
singkat satuan. Apa saja prestasi – prestasi yang pernah dibuat satuan, tugas operasi apa
saja yang pernah dilaksanakan satuan serta bagaimana pengaruh satuan tersebut
dihadapkan keberadaannya di suatu daerah/wilayah dimana satuan tersebut berdomisili.
Sementara itu untuk mengetahui budaya satuan bisa terlihat dari bagaimana tradisi satuan.
Setiap Satuan tentunya mempunyai tradisi satuan dan sejarah satuan yang berbeda-beda
yang kesemuanya bermuara kepada kebanggaan dan rasa cinta terhadap satuan. Hal
tersebut merupakan suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh Komandan Satuan dalam
mengembangkan kepemimpinan dan pembinaan satuannya.

Kedua Hal yang bisa Komandan Satuan terapkan diantaranya adalah


memaksimalkan waktu kegiatan bersama – sama anggota. Pola kepemimpinan yang perlu
dikembangkan untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara
Komandan Satuan dengan anggota yaitu dengan meluangkan waktu untuk berkumpul dan
mengikuti kegiatan – kegiatan bersama anggota. Banyak hal – hal yang belum diketahui oleh
seorang Komandan Satuan tentang kondisi anggota dilapangan baik yang sifatnya fisik
maupun physicist karena dihadapkan jumlah anggota yang banyak.

Dengan metoda ini secara langsung maupun tidak langsung Komandan Satuan
akan mendapatkan informasi tentang kondisi anggota serta merasakan apa yang anggota
rasakan. Banyak kegiatan – kegiatan yang bisa seorang Komandan Satuan ikuti terutama
yang berhubungan langsung dengan anggota seperti kegiatan olahraga bersama, kegiatan
ibadah bersama, mengawasi kegiatan latihan. Selain itu Komandan Satuan juga harus aktif
dan hadir manakala ada kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan keluarga anggota
seperti menghadiri undangan anggota yang melaksanakan pernikahan, acara sukuran serta
pada saat anggota tertimpa musibah, Komandan Satuan juga dituntut untuk memberikan
9

dukungan moril dan motivasi agar anggota tersebut tetap tegar, tabah dan tetap semangat
dalam menghadapi setiap cobaan.

Di samping itu disaat – saat luang Komandan Satuan bisa memanfaatkan untuk
berkunjung ke rumah anggota sehingga seorang Komandan Satuan akan mengetahui
langsung bagaimana kondisi dan permasalahan – permasalahan anggotanya, serta anggota
juga akan merasa dekat dan merasa diperhatikan oleh atasannya. Ini juga menunjukkan
simpati (ikut merasakan) bahkan emphaty (menghayati secara mendalam problema yang
dialami seolah-olah dirinya yang mengalami problema tersebut) terhadap kesulitan anggota
atau bawahannya. Sehingga akan menimbulkan suasana yang harmonis dan kondusif antara
Komandan Satuan dengan anggotanya.

Ketiga Komandan Satuan harus menjadi contoh dan teladan. Memberikan


keteladanan yang baik dengan memberikan contoh langsung kepada bawahan di berbagai
kesempatan adalah salah satu upaya Komandan Satuan yang bisa dilakukan dalam rangka
menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara Komandan Satuan
dengan anggota, guna menunjang pelaksanaan Binsat. Dengan memberikan keteladan
kepada anggota maka akan timbul rasa simpati, rasa percaya dan yakin sepenuhnya
kepada atasannya. Sehingga anggota akan termotivasi untuk berbuat yang terbaik seperti
yang telah di contohkan oleh atasannya.

Banyak hal yang bisa dicontohkan oleh seorang atasan/pimpinan diantaranya


adalah sebagai berikut : A. Kejujuran adalah faktor yang esensial bagi seorang
pemimpin/Komandan Satuan. Bagaimanapun, jika seseorang menjadi pengikut atau
bawahan yang pertama-tama dapat menyakinkan mereka adalah mampukah
pemimpinnya/atasannya meyakinkan kepercayaannya atau dapatkah pemimpinnya
dipercaya, memiliki etika dan prinsip sebagai seorang pemimpin. Mereka sangat
mengharapkan integritas dari pemimpinnya tersebut. Pemimpin yang jujur akan memberikan
ketauladanan bagi para bawahan. B. Integritas. Seorang Komandan satuan harus memiliki
integritas. Seseorang yang memiliki integritas adalah yang mampu dan berani menetapkan
sistem norma dalam kehidupannya. Saat sekarang faktor integritas merupakan komoditi yang
mulai hilang karena norma kehidupan sudah berubah, sehingga Komandan Satuan
10

memegang status kepemimpinannya hanya sebagai status dan kepuasan pribadi. C. Disiplin.
Seorang Komandan Satuan harus terlebih dahulu memberi contoh dan menjadi panutan
terutama dalam hal disiplin . karena di kalangan prajurit tingkat bawah hal ini juga terjadi
dengan seringnya para prajurit melakukan tindakan-tindakan yang merugikan rakyat dan
organisasi TNI dengan mengatasnamakan kepatuhan terhadap perintah militer, sekalipun ia
menyadari bahwa tindakannya itu salah dan bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Benar bahwa kepatuhan berdisiplin kebiasaan mengikuti perintah merupakan sifat
keprajuritan dan tuntutan militer. Akan tetapi, bila menyebabkan terjadinya pergolakan dan
kekacauan, perintah-perintah yang bertentangan bisa menyebabkan seorang prajurit mudah
dipermalukan. inilah sebabnya seorang Komandan Satuan dituntut harus bisa menjadi
contoh terutama yang berhubungan dengan masalah disiplin. Sehingga dengan adanya
keselarasan antara sikap dan perilaku atasan dengan bawahannya maka akan terbentuklah
hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara Komandan Satuan dengan
anggota/bawahannya.
Keempat adalah dengan mengadakan kegiatan konseling antara atasan dan
bawahan. Kegiatan ini adalah salah satu cara untuk menciptakan hubungan kerjasama yang
harmonis dan kondusif antara Komandan Satuan dengan anggota. Konseling dilaksanakan
dengan cara berkomunikasi langsung dengan bawahan agar membantu mereka
memecahkan masalah dan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga mereka berupaya
meningkatkan prestasinya. Cara lain yang baik adalah memberi saran dan petunjuk serta
arahan agar anak buah/bawahan bisa lebih baik dari masa lalu, kemudian meminta umpan
balik ( feed back ) dari mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan disertai
saran – saran dalam rangka untuk membangun satuan ke arah yang lebih baik, sehingga
bawahan/anggota merasa ide – ide dan saran – saran mereka diperlukan, dihargai dan
diperhatian oleh atasannya.

Upaya Komandan Satuan dalam mengoptimalkan penggunaan dana latihan yang


telah mengalami peningkatan signifikan agar lebih berdaya dan berhasil guna dalam
meningkatkan kualitas kemampuan perorangan dan satuan. Reformasi Internal TNI yang
didorong oleh semangat TNI untuk menata peran, fungsi dan tugasnya merupakan
implementasi dari tuntutan reformasi nasional untuk menjadikan TNI yang profesional, dapat
dijadikan modal bagi Komandan Satuan untuk mengembangkan kepemimpinannya guna
11

meningkatkan kinerja satuan. Seiring dengan berjalannya waktu maka banyak perubahan –
perubahan yang positif yang dilakukan di tubuh TNI terutama dibidang latihan,berbeda
dengan TNI dimasa lalu dimana adanya keterbatasan dukungan anggaran latihan
menyulitkan para Komandan Satuan dalam melakukan pembinaan satuannya.

Kondisi ini dapat menurunkan moril dan semangat juang prajurit serta dapat
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan norma, ketentuan dan prosedur. Sementara di
saat sekarang ini, komando atas lebih intens dalam hal latihan sehingga dana latihan pada
saat ini dan untuk kedepannya telah dan akan mengalami peningkatan yang sangat
signifikan. Dihadapkan dengan hal tersebut Komandan Satuan dituntut bisa mengoptimalkan
penggunaan dana latihan tersebut agar lebih berdaya dan berhasil guna dalam
meningkatkan kualitas kemampuan perorangan dan satuan. Beberapa hal yang harus di
perhatikan oleh Komandan Satuan untuk mewujudkan hal tersebut diatas, diantaranya
adalah sebagai berikut.

pertama Dansat harus memiliki kemampuan dalam menggelola anggaran secara


akuntabel. Adanya peningkatan dana latihan satuan mengharuskan Komandan Satuan untuk
mengelola anggaran tersebut secara akuntabel, transparan dan profesional, sehingga input
sumber daya anggaran tersebut mampu menghasilkan output berupa penigkatan kualitas
profesionalisme prajurit yang berlipat ganda. Semakin besar dukungan anggaran dari satuan
atas maka dansat dituntut harus mampu mengelola keuangan/anggaran yang telah turun
secara tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Kendala di lapangan yang biasa muncul
adalah Dana latihan dari satuan atas untuk program latihan Selama satu tahun anggaran,
biasanya turun setelah latihan tersebut telah dilaksanakan, sementara latihan harus tetap
dilaksanakan sesuai dengan program dan kalender latihan sehingga dalam menyikapi hal ini
Komandan Satuan diharapkan memiliki

kebijaksanaan/keputusan yang tepat, baik dari segi administrasi maupun dalam


penerapannya di lapangan.

Ketika anggaran dari satuan atas telah turun, maka komandan satuan mampu
mengolah dan menempatkan dana tersebut sesuai dengan apa yang sudah diprogramkan
dari satuan atas sesuai dengan ketentuan serta transparansi, apalagi dana tersebut
12

berkaitan dengan uang makan dan uang saku anggota/bawahannya. Ada beberapa langkah
yang bisa diterapkan seorang dansat dalam menyikapi hal tersebut diatas, diantaranya yang
pertama adalah memanfaatkan koperasi satuan sebagai rekanan. Sehingga kebutuhan
anggaran untuk mendukung pelaksanaan latihan sebelum dana turun bisa dimanfaatkan dari
dana pinjaman koperasi satuan tersebut. Dana yang dikeluarkan/dipinjam dari koperasi
satuan harus diprioritaskan untuk Kebutuhan yang menunjang pelaksanaan kegiatan latihan.

Hal yang kedua yang harus dilakukan Komandan Satuan adalah mengadakan
koordinasi dengan pihak Pekas mengenai penggunaan anggaran sementara dari koperasi,
meminta masukan, serta saran mengenai langkah yang diambil Komandan Satuan tersebut,
sehingga langkah yang diambil seorang Komandan Satuan diyakinkan tidak menyalahi
aturan yang berlaku. Manakala hal tersebut telah dilakukan oleh seorang Komandan Satuan
maka langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah mengawasi dengan ketat
pelaksanaan dilapangan mulai dari penggunaan dana yang sudah diturunkan sampai dengan
pelaksanaan latihan. Dihadapkan terhadap dukungan anggaran yang maksimal maka
pelaksanaan latihan harus dilaksanakan dengan maksimal dan tepat sasaran sehingga dari
hasil latihan tersebut dapat menghasilkan output berupa peningkatan kualitas
profesionalisme prajurit yang berlipat ganda.

Ketiga adalah komandan Satuan mampu membuat pertanggung jawaban keuangan


yang benar dan sesuai ketentuan. Apa yang sudah didukung dari satuan atas terutama yang
berhubungan dengan dukungan anggaran harus dimanfaatkan dengan maksimal, efektif,
serta tepat sasaran oleh seorang Komandan Satuan . Berhubungan dengan hal ini maka
seorang Komandan Satuan dituntut harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai
administrasi pertanggung jawaban keuangan disatuannya.

Pertanggung jawaban keuangan bukan hanya berbentuk administrasi hitam diatas putih tapi
lebih ke penerapan/aplikasi di lapangan terutama yang berkaitan dengan hak- hak anggota
seperti uang makan latihan (UML) dan uang saku latihan (USL). Hak – hak tersebut harus
diberikan sepenuhnya sesuai dengan apa yang telah didukung dari satuan atas sehingga
kegiatan latihan dapat berdaya dan berhasil guna dalam meningkatkan kualitas kemampuan
perorangan maupun satuan.
13

Pembuatan pertanggung jawaban keuangan di bidang latihan di buat oleh staf – 2


/operasi, untuk memudahkan pengawasan dan pemeriksaan pertanggung jawaban oleh
seorang Komandan Satuan ada salah satu metode yang bisa diterapkan dalam rangka tertib
administrasi yaitu dengan membuat Takah di setiap program latihan yang ada dukungan
anggaran dari satuan atas. Pengertian Takah ( Tata Naskah ) menurut buku pedoman
pengurusan tata naskah di lingkungan angkatan darat adalah salah satu kegiatan Minu TNI
yang berkaitan erat dengan pemrosesan/penanganan tulisan dinas/naskah dan merupakan
kegiatan terpadu dalam pengolahan, pengendalian/pengawasan, pemeliharaan, dan
penyajian serta penyelamatan data informasi mengenai permasalahan tertentu di dalam
suatu berkas yang disusun secara kronologis. Dengan dibuatnya takah dalam rangka untuk
pertanggung jawaban keuangan maka akan memudahkan tugas pengawasan, pengendalian
seorang Komandan Satuan terhadap penggunaan dan pengolahan anggaran yang sudah
didukung dari satuan atas ke satuan bawah.

Setelah Takah tersebut dibuat maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh seorang
Komandan satuan adalah berkoordinasi dengan satuan atas dan pihak pekas agar memohon
audit atau memeriksa semua administrasi yang telah satuan siapkan dalam rangka
pertanggung jawaban keuangan/anggaran latihan yang telah di dukung oleh komando atas
sehingga dari masukan – masukan tim pemeriksa/audit tersebut menjadi acuan seorang
Komandan Satuan untuk menyempurnakan pertanggung jawaban terhadap penggunaan
anggaran latihan tersebut. Manakala semua langkah – langkah tersebut diatas sudah
diterapkan dan di aplikasikan dengan baik oleh seorang Komandan Satuan, maka akan
terwujud pembinaan satuan yang terprogram, terarah, terukur dan berkesinambungan serta
mampu meningkatkan kualitas kemampuan dan profesionalisme satuan.

Sebagai kesimpulan dalam penulisan essay ini, Optimalisasi pembinaan satuan dalam
rangka meningkatkan profesionalisme prajurit dapat terealisasi, manakala seorang
Komandan Satuan memiliki upaya – upaya, tehnik – tehnik, serta methoda – methoda
kepemimpinan yang cerdas serta tepat sasaran. Banyak upaya – upaya yang dilakukan oleh
seorang Komandan Satuan dalam mewujudkan pembinaan satuan dalam rangka
meningkatkan profesionalisme prajurit, tetapi sering sekali langkah – langkah yang diambil
tersebut tidak sesuai dan tidak tepat sasaran, sehingga akibatnya merugikan satuan itu
14

sendiri. Upaya–upaya Komandan Satuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Binsat di


satuan adalah sebagai berikut : Upaya pertama adalah meningkatkan disiplin prajurit.
Peningkatan disiplin prajurit ini adalah salah satu faktor utama dalam rangka menekan angka
pelanggaran di satuan serta menjadi tolak ukur kesuksesan Komandan Satuan dalam
membina satuannya.

Beberapa tehnik yang dapat dilakukan seorang Komandan Satuan dalam rangka
meningkatkan disiplin prajurit adalah sebagai berikut : pertama mempelajari dan mengetahui
jenis pelanggaran yang lebih potensial terjadi di satuan tersebut, kedua Memberikan contoh
– contoh pelanggaran yang pernah terjadi dan hukuman yang diberikan, ketiga
menyelenggarakan sidang pemutusan hukuman (sidang kumplin) terhadap personel yang
menyelenggarakan pelanggaran disiplin, keempat dengan memaksimalkan fungsi bintal di
satuan, kelima dengan membuat jaring intel di satuan bawah, keenam dengan
menyelenggarakan sistem pelaporan langsung ke Komandan Satuan melalui sms centre,
ketujuh dengan memberikan rewards/penghargaan serta apresiasi kepada prajurit yang
berprestasi.

Upaya kedua yang Komandan Satuan lakukan adalah mengembangkan pola


kepemimpinan untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara
Komandan Satuan dengan anggota. Hal ini dapat diaplikasikan dengan beberapa pola,yaitu :
Yang pertama dengan mengenal karakteristik dan budaya satuan, kedua adalah
memaksimalkan waktu kegiatan bersama – sama anggota, ketiga Komandan Satuan harus
menjadi contoh dan teladan, keempat adalah dengan mengadakan kegiatan konseling antara
atasan dan bawahan.

Upaya Komandan Satuan yang dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan


Binsat di satuan adalah mengoptimalkan penggunaan dana latihan yang telah mengalami
peningkatan signifikan agar lebih berdaya dan berhasil guna dalam meningkatkan kualitas
kemampuan perorangan dan satuan. Beberapa hal yang harus di perhatikan oleh Komandan
Satuan dalam rangka mewujudkan hal tersebut diatas, yaitu : Pertama Dansat harus memiliki
kemampuan dalam menggelola anggaran secara akuntabel, kedua komandan Satuan harus
15

mampu membuat pertanggung jawaban keuangan yang benar dan sesuai ketentuan.
Demikian tulisan ini disusun sebagai bahan masukan dan sumbang saran kepada pimpinan
semoga dapat memberikan manfaat untuk kebaikan satuan jajaran TNI AD kedepan.

Jambi, Februari 2013


Penulis

Fredy Sianturi
Mayor Inf NRP 11960050840575

Anda mungkin juga menyukai