1. Pendahuluan
Di lingkungan TNI AD profesionalisme memiliki pengertian bahwa tentara
profesional adalah tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak
berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya serta mengikuti kebijakan
politik negara yang mengandung prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi (UU TNI No
34/2004 ; Bab II pasal 2). Dalam rangka meningkatkan kualitas kemampuan dan
profesionalisme prajurit kecabangan Infanteri maka Dansat memiliki peranan penting
dalam menyelenggarakan pembinaan satuan, yang dilaksanakan dalam satu siklus
pembinaan secara berkelanjutan meliputi semua aspek yang berpengaruh terhadap
pencapaian tugas pokok satuan secara terpadu dan terencana meliputi penentuan
kebijakan, strategi, tujuan, perumusan sasaran dan penerapan sistem serta metode
pembinaan. Pembinaan satuan Batalyon Infanteri merupakan program yang
dilaksanakan secara terencana, sistematis dan terus menerus agar terpelihara kesiapan
operasional satuan yang siap untuk melaksanakan tugas pokok. Kesiapan operasional
satuan ini hanya dapat tercapai apabila kegiatan pembinaan satuan dapat dilaksanakan
sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku serta dapat berjalan selaras dengan
program program yang telah disusun dari komando atas. Oleh karenanya setiap
Danyonif perlu dengan sungguh-sungguh untuk menjabarkan setiap kegiatan yang telah
diberikan oleh komando atas dan menuangkannya ke dalam program kegiatan
pembinaan disatuan masing- masing untuk kemudian dilaksanakan pentahapan-
pentahapan selama berlangsungnya kegiatan pembinaan satuan di satuannya. Tingkat
kesiapan operasional satuan ditentukan oleh hasil pembinaan yang dilaksanakan oleh
Danyonif secara tepat, namun apabila kita cermati dari beberapa satuan setingkat
Batalyon Infanteri di jajaran TNI AD, masih ada beberapa Batalyon Infanteri yang
pembinaan satuannya khususnya pembinaan personelnya belum optimal, hal ini dapat
terlihat masih ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh personil TNI AD yang
seharusnya tidak boleh dilakukan seperti tingkat disiplin, moril, jiwa korsa, pengetahuan
dan keterampilannya masih rendah. Ironisnya masih ditemukan prajurit yang
mengedepankan jiwa korsa yang salah. (Latar belakang)
2
Pembinaan personel penting dilaksanakan dengan baik dan benar guna dalam
mendukung tugas pokok satuan karena keberhasilan satuan tempur yang operasional
sangat ditentukan oleh pembinan personel salah satunya, sehingga perlu segera untuk
dilakukan optimalisasi pembinaan personel secara baik dan benar disatuan masing-
masing. Sehebat apapun pemimpinnya tapi apabila tidak didukung personil yang hebat
maka tugas pokok tidak akan dapat tercapai. Adapun metode yang digunakan dalam
menulis tulisan ini penulis menggunakan metode empiris sebagai pendekatan dalam
pembahasannya pengalaman langsung penulis disatuan tempur sebelumnya dengan
pendekatan studi kepustakaan. (Arti penting essay dan metode)
Adapun nilai guna dari tulisan ini adalah sebagai masukan kepada para Danyonif
dalam mengoptimalkan kemampuannya dengan melalui pembinaan personel di
satuannya serta sebagai masukan kepada komando atas dalam mengevaluasi
kemampuan Danyonif dalam melaksanakan pembinaan personel di satuannya guna
mencapai tugas pokok sedangkan maksud dan tujuan penulisan essay ini adalah
maksud untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembinaan personel satuan
jajaran TNI AD khususnya kecabangan infanteri serta upaya optimalisasi pelaksanaan
pembinaan personel itu sendiri dengan tujuan untuk memberikan bahan masukan
pemikiran dan pertimbangan kepada komandan satuan untuk dapat mengambil
kebijakan dalam rangka pembinaan personil yang baik sehingga dapat mendukung tugas
pokok satuan. Ruang lingkup penulisan ini mencakup pendahuluan, pembahasan dan
3
penutup dengan dibatasi pada pembinaan personil setingkat batalyon Infanteri. (Maksud
dan tujuan, nilai guna dan ruang lingkup)
2. Pembahasan.
nyata akan mempengaruhin kedinasan si prajurit tersebut yang tentunnya jika banyak
utang maka kerja akan malas karena pikirannnya hanya memikirkan bagaimana
membayar hutang tersebut sehingga akan menggunakan berbagai cara (biasanya cara
negatif/melanggar hukum) untuk mendapatkan uang untuk membayar hutang tersebut .
(Harapan dan keinginan)
Prajurit yang mempunyai banyak hutang tentunya akan mempunyai dampak yang
tidak baik terhadap diri prajurit itu sendiri baik moril maupun dalam kedinasannya, ini
semua dikarenakan dalam diri prajurit tidak mempunyai pemahaman yang baik
mengenai hutang piutang yang ada dalam diri prajurit hanyalah yang enaknya saja, dia
tidak memikirkan akibatnya jika mereka berhutang kepada hal-hal yang tidak perlu dan
hanya terkesan masa bodoh terhadap akibat hutang tersebut dimana akan
mengakibatkan kebutuhan tiap bulannya menjadi meningkat dikarenakan potongan
setiap bulannya dan tentunya tidak sedikit bunga yang harus ditanggung dari si
peminjam. Nah dari sinilah biasanya perilaku prajurit mulai berubah ke arah yang tidak
baik pada umumnya, memang ada yang tidak seperti itu tetapi biasanya akan seperti itu
yaitu perilaku ke arah yang tidak baik dan cenderung perilku yang membawa ke arah
yang tidak baik dan melanggar aturan yang berlaku dan melanggar terhadap hukum dan
disiplin didalam militernya. Sifat prajurit yang suka berhutang juga tidak sesuai dengan
doktrin militer yang ada dan 11 azas kepemimpinan TNI yaitu tidak sesuai dengan pasal
gemi nastiti yang artinya kita sebagai prajurit untuk hidup selalu mengedepankan hidup
tidak boros dan disesuaikan dengan kemampuan yang ada, jangan besar pasak
daripada tiang jangan besar pengeluaran daripada pemasukan atau pendapatan yang
kita. (Analisa sebab akibat)
Sementara yang menjadi aspek kelemahan mengapa dalam diri prajurit suka
berhutang dalam kehidupannya adalah: adanya rasa tidak bersyukur terhadap nikmat
yang telah diterimanya, mereka hanya melihat keatas tetapi tidak mau melihat
kesamping atau kebawah dimana jika kita melihat kesamping atau kebawah maka akan
didapatkan kondisi dimana sebenarnya masih ada orang dan masih banyak yang berada
dibawah kita baik secara ekonomi maupun secara non ekonomi (batin), yang dipikirkan
dalam diri prajurit tersebut adalah hanya memikirkan bagaimana bisa sejajaar atau
melebihi orang diatasnya tanpa melihat siapa kita dan apa kerja kita dan berapa
penghasilan kita. Adapun faktor yang menjadi aspek kendala adalah : pengaruh gaya
hidup lingkungan luar yang boros dan konsumtif. Masih banyak Prajurit yang
5
terpengaruh gaya hidup lingkungan luar yang lebih mengutamakan keinginan dari pada
kebutuhan, sehingga kondisi perekonomian mereka tidak lebih baik dari sebelumnya. Hal
tersebut pada akhirnya menurunkan moril dan berpotensi besar berujung pada terjadinya
pelanggaran. (Kendala dan kelemahan)
Sementara yang menjadi aspek kelemahan mengapa dalam diri prajurit yang
melaksanakan pelanggaran kecelakaan lalu lintas adalah: adanya jiwa ketidak disiplinan
dalam diri prajurit tersebut, mereka tidak memahami dengan baik tentang nilai-nilai
kedisiplinan tentang pentingnya kesadaran berlalu lintas yang baik dan benar,
bagaimana supaya dalam berkendaraan dalam posisi aman dan memikirkan jika terjadi
suatu kecelakaan kita tidak dirugikan sehingga dalam berkendaraan di jalan raya
mengalami suatu kecelakaan lalu lintas akan mengalami kerugian seperti tidak bisa
mendapatkan santunan kecelakaan lalu lintas dari PT Jasa Raharja dikarenakan yang
bersangkutan tidak mempunyai SIM dalam mengendarai sebuah kendaraan, mereka
tidak memikirkan akbatnya jika kita melaksanakan pelanggaran lalu lintas, yang ada
hanyalah yang penting mereka merasa gagah, keren, macho dan tidak mau dibilang
kuno dengan gara-gara motor dilengkapi dua spion, hanya gara-gara menggunakan
helm dalam berkendaraan dan sebagainya. Adapun faktor yang menjadi aspek kendala
adalah : pengaruh gaya hidup lingkungan luar yang tidak baik gaya hidup yang tidak
memikirkan keselamatan tetapi memikirkan dan mengedepankan keren dan gagah dan
tidak mau dibilang kuno apabila kita mematuhi aturan yang berlaku tentang
kelalulintasan, adanya banyak contoh-contoh yang tidak baik selama diperjalanan
8
berlangsung, ini tentunya akan mempengaruhi terhadap perilaku dan mental diri prajurit
dalam berkendaraan nantinya. (Kendala dan kelemahan)
ditindak sesuai tingkat pelanggaran yang diperbuat. Hukum harus ditegakan secara
konsisten dan berlaku adil bagi siapa saja sehingga Reward efektif untuk memotivasi
pencapaian prestasi dan punishment efektif menimbulkan efek jera baik bagi pelaku
pelanggaran maupun anggota lainnya. Keempat Pengecekan secara rutin terhadap
kelengkapan kendaraan. Dalam mencegah terjadi pelanggaran dalam berlalu lintas
didalam anggota kita harus sering melaksanakan pengecekan terhadap kelengkapan
kendaraan, dalam pengecekan diadakan secara acak dan tidak bisa ditebak oleh para
anggota kapan akan dilaksanakan pengecekan tersebut ini dilakukan untuk mencegah
anggota yang mempunyai kendaraan yang tidak lengkap tidak bisa mengelabui kita
dengan cara menyembunyikan kendaraannya jika akan dilaksanakan pemeriksaaan
kelengkapan administrasi kendaraan. Kelima Membuat pintu keluar asrama 1 pintu.
Ini dilakukan dalam rangka lebih mengintensifkan pemeriksaan terhadap personel
maupun kendaraannya jika akan keluar ksatrian walaupun sudah kita lasksanakan santi
aji santi karma serta penyuluhan yang lain, pintu ini berguna sebagai pintu gerbang
seleksi terhadap prajurit apakah mereka sudah layak atau belum untuk keluar ksatrian
sudah mempunyai SIM atau belum sudah lengkap atau belum kendaraannya dan
sebagainya. (Upaya yang dilaksanakan)
3. Penutup
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini dapat disampaikan kembali bahwa
optimalisasi Danyonif dalam pembinaan personel guna mendukung tugas pokok satuan
dapat dititikberatkan pada 2 (dua) hal utama, yaitu : Pertama, upaya untuk
meningkatkan kedisiplinan prajurit untuk menekan angka pelanggaran hutang piutang di
Satuan dapat dilakukan dengan cara; Meningkatkan pemahaman hukum dan disiplin,
melaksanakan pembinaan mental dan menerapkan secara konsisten penegakan disiplin
di satuan. Kedua, sedangkan upaya menekan pelanggaran kecelakaan dalam berlalu
lintas dengan cara antara lain: Meningkatkan pemahaman hukum dan disiplin,
melaksanakan pembinaan mental, menerapkan secara konsisten penegakan disiplin di
satuan, pengecekan secara rutin terhadap kelengkapan kendaraan dan membuat pintu
keluar asrama 1 pintu.
Perwira hukum (Pakum) minimal setingkat Brigade Infanteri yang berperan sebagai staf
khusus Dansat dalam merumuskan dan melaksanakan secara aplikatif rencana
penyuluhan hukum di satuan. Kedua, perlunya dibuat suatu batasan yang jelas tentang
bentuk tanggungjawab Dansat dalam melaksakan pembinaan karier personil dalam
penentuan jabatan berdasarkan sosiometri sehingga diperoleh hasil yang maksimal .
Demikianlah essay ini kami buat sebagai sumbangan pikiran dan ide kepada
Komando Atas dalam menentukan kebijakan untuk mengoptimalkan Danyonif dalam
pembinaan personel guna mendukung tugas pokok satuan. Kami menyadari banyak
kelemahan dan kekurangan dalam pembuatan essay ini, kritik dan masukan tentunya
kami harapkan, namun kami berusaha memberikan sumbangan pemikiran yang terbaik
guna kemajuan TNI Angkatan Darat.
Nyarman
Mayor Inf NRP 11020033221079