Anda di halaman 1dari 10

OPTIMALISASI DANYONIF DALAM PEMBINAAN PERSONEL

GUNA MENDUKUNG TUGAS POKOK SATUAN

1. Pendahuluan
Di lingkungan TNI AD profesionalisme memiliki pengertian bahwa tentara
profesional adalah tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak
berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya serta mengikuti kebijakan
politik negara yang mengandung prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi (UU TNI No
34/2004 ; Bab II pasal 2). Dalam rangka meningkatkan kualitas kemampuan dan
profesionalisme prajurit kecabangan Infanteri maka Dansat memiliki peranan penting
dalam menyelenggarakan pembinaan satuan, yang dilaksanakan dalam satu siklus
pembinaan secara berkelanjutan meliputi semua aspek yang berpengaruh terhadap
pencapaian tugas pokok satuan secara terpadu dan terencana meliputi penentuan
kebijakan, strategi, tujuan, perumusan sasaran dan penerapan sistem serta metode
pembinaan. Pembinaan satuan Batalyon Infanteri merupakan program yang
dilaksanakan secara terencana, sistematis dan terus menerus agar terpelihara kesiapan
operasional satuan yang siap untuk melaksanakan tugas pokok. Kesiapan operasional
satuan ini hanya dapat tercapai apabila kegiatan pembinaan satuan dapat dilaksanakan
sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku serta dapat berjalan selaras dengan
program program yang telah disusun dari komando atas. Oleh karenanya setiap
Danyonif perlu dengan sungguh-sungguh untuk menjabarkan setiap kegiatan yang telah
diberikan oleh komando atas dan menuangkannya ke dalam program kegiatan
pembinaan disatuan masing- masing untuk kemudian dilaksanakan pentahapan-
pentahapan selama berlangsungnya kegiatan pembinaan satuan di satuannya. Tingkat
kesiapan operasional satuan ditentukan oleh hasil pembinaan yang dilaksanakan oleh
Danyonif secara tepat, namun apabila kita cermati dari beberapa satuan setingkat
Batalyon Infanteri di jajaran TNI AD, masih ada beberapa Batalyon Infanteri yang
pembinaan satuannya khususnya pembinaan personelnya belum optimal, hal ini dapat
terlihat masih ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh personil TNI AD yang
seharusnya tidak boleh dilakukan seperti tingkat disiplin, moril, jiwa korsa, pengetahuan
dan keterampilannya masih rendah. Ironisnya masih ditemukan prajurit yang
mengedepankan jiwa korsa yang salah. (Latar belakang)
2

Pembinaan personel belum optimal disebabkan karena beberapa faktor meliputi


masih kurangnya pemahaman prajurit tentang masalah utang piutang hal ini ditandai
dengan adanya banyaknya kasus pelanggaran anggota dalam hal utang piutang dalam
menjalankan dinas dimiliter dan masih kurangnya pemahaman prajurit tentang
pelanggaran lalu lintas hal ini ditandai adanya banyak kasus pelanggaran lalu lintas
terjadi dilingkungan prajurit sampai dengan masa sekarang ini. Dari penjelasan latar
belakang di atas, dapat ditarik identifikasi persoalan yang harus dipecahkan, antara lain
sebagai berikut : Pertama, bagaimana optimalisasi Danyonif untuk menekan angka
pelanggaran prajurit dalam hal utang piutang; Kedua, bagaimana optimalisasi Danyonif
untuk menekan angka pelanggaran prajurit dalam hal pelanggaran kecelakaan lalu
lintas. Dari kedua masalah tersebut diatas dapat diambil rumusan permasalahannnya
adalah sebagai berikut : “ Bagaimana mengoptimalisasi peran danyonif dalam
pembinaan personel guna mendukung tugas pokok satuan ?”. (Identifikasi persoalan)

Pembinaan personel penting dilaksanakan dengan baik dan benar guna dalam
mendukung tugas pokok satuan karena keberhasilan satuan tempur yang operasional
sangat ditentukan oleh pembinan personel salah satunya, sehingga perlu segera untuk
dilakukan optimalisasi pembinaan personel secara baik dan benar disatuan masing-
masing. Sehebat apapun pemimpinnya tapi apabila tidak didukung personil yang hebat
maka tugas pokok tidak akan dapat tercapai. Adapun metode yang digunakan dalam
menulis tulisan ini penulis menggunakan metode empiris sebagai pendekatan dalam
pembahasannya pengalaman langsung penulis disatuan tempur sebelumnya dengan
pendekatan studi kepustakaan. (Arti penting essay dan metode)

Adapun nilai guna dari tulisan ini adalah sebagai masukan kepada para Danyonif
dalam mengoptimalkan kemampuannya dengan melalui pembinaan personel di
satuannya serta sebagai masukan kepada komando atas dalam mengevaluasi
kemampuan Danyonif dalam melaksanakan pembinaan personel di satuannya guna
mencapai tugas pokok sedangkan maksud dan tujuan penulisan essay ini adalah
maksud untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembinaan personel satuan
jajaran TNI AD khususnya kecabangan infanteri serta upaya optimalisasi pelaksanaan
pembinaan personel itu sendiri dengan tujuan untuk memberikan bahan masukan
pemikiran dan pertimbangan kepada komandan satuan untuk dapat mengambil
kebijakan dalam rangka pembinaan personil yang baik sehingga dapat mendukung tugas
pokok satuan. Ruang lingkup penulisan ini mencakup pendahuluan, pembahasan dan
3

penutup dengan dibatasi pada pembinaan personil setingkat batalyon Infanteri. (Maksud
dan tujuan, nilai guna dan ruang lingkup)

2. Pembahasan.

Adapun menjawab dari permasalahan diatas yang menjadi pembahasan pertama


dalam tulisan essay ini berkaitan dengan meningkatkan pemahaman prajurit dalam hal
utang piutang hal ini tentu tidak terlepas dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal
maupun eksternal didalamnya. (Kalimat pengantar)

Setiap Dansat tentunya sudah berupaya melaksanakan pembinaan personel di


satuannya masing-masing dengan maksimal, tetapi selama ini hasilnya dinilai belum
optimal. Hal ini dapat kita lihat dengan masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan
oleh anggota TNI seperti yang pada kurun waktu 6 bulan terakhir dengan marak
pemberitaannya di media massa, antara lain kasus pembunuhan oleh anggota Yonif 303
di Garut, penyerangan Polres OKU oleh anggota Yonarmed-15, penyerangan Lapas
Cebongan oleh anggota Grup-2 Kopassus dan penyerangan oleh anggota Yonzikon-13
ke kantor DPP PDIP Lenteng Agung serta penyerangan Mako Brimob yang dilakukan
Yon Armed – 5 di Bogor. Sejumlah kasus pelanggaran hukum dan disiplin (Garkumplin)
di satuan mengindikasikan kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap prajurit,
selama TA. 2012 tercatat adanya 219 kasus Garkumplin (terdiri dari 87 kasus
pelanggaran disiplin, 17 kasus disersi dan 115 kasus kriminal) yang dilakukan oleh
anggota satuan jajaran TNI AD (Spamad, Laporan Triwulan I-IV Pengamanan Tubuh
TNI AD TA. 2012). Tetapi kita akui bersama bahwa masih banyak kasus yang terjadi di
satuan-satuan yang kita tutup dan disimpan rapat-rapat. Masih banyaknya pelanggaran
utang piutang yang terjadi merupakan fakta bahwa masih rendahnya pemahaman
prajurit tentang hukum, disiplin dan tata tertib itu sendiri khususnya dalam hal utang
piutang di dalam prajurit. (Kondisi nyata data dan fakta)

Dihadapkan dengan berbagai permasalahan menonjol dalam penyelenggaraan


pembinaan personel jajaran TNI AD, memberikan harapan dan keinginan dalam
melaksanakan pembinan personel yaitu personel satuan tempur tidak terjadi
pelanggaran baik pelanggaran disiplin maupun pidana khususnya dalam hal tidak
terjebak dalam utang piutang. Apabila hal tersebut dapat terwujud maka kualitas
kemampuan dan profesionalisme satuan infanteri guna mendukung tugas pokok dapat
tercapai dimana jika seorang prajurit mempunyai banyak utang maka dengan sangat
4

nyata akan mempengaruhin kedinasan si prajurit tersebut yang tentunnya jika banyak
utang maka kerja akan malas karena pikirannnya hanya memikirkan bagaimana
membayar hutang tersebut sehingga akan menggunakan berbagai cara (biasanya cara
negatif/melanggar hukum) untuk mendapatkan uang untuk membayar hutang tersebut .
(Harapan dan keinginan)

Prajurit yang mempunyai banyak hutang tentunya akan mempunyai dampak yang
tidak baik terhadap diri prajurit itu sendiri baik moril maupun dalam kedinasannya, ini
semua dikarenakan dalam diri prajurit tidak mempunyai pemahaman yang baik
mengenai hutang piutang yang ada dalam diri prajurit hanyalah yang enaknya saja, dia
tidak memikirkan akibatnya jika mereka berhutang kepada hal-hal yang tidak perlu dan
hanya terkesan masa bodoh terhadap akibat hutang tersebut dimana akan
mengakibatkan kebutuhan tiap bulannya menjadi meningkat dikarenakan potongan
setiap bulannya dan tentunya tidak sedikit bunga yang harus ditanggung dari si
peminjam. Nah dari sinilah biasanya perilaku prajurit mulai berubah ke arah yang tidak
baik pada umumnya, memang ada yang tidak seperti itu tetapi biasanya akan seperti itu
yaitu perilaku ke arah yang tidak baik dan cenderung perilku yang membawa ke arah
yang tidak baik dan melanggar aturan yang berlaku dan melanggar terhadap hukum dan
disiplin didalam militernya. Sifat prajurit yang suka berhutang juga tidak sesuai dengan
doktrin militer yang ada dan 11 azas kepemimpinan TNI yaitu tidak sesuai dengan pasal
gemi nastiti yang artinya kita sebagai prajurit untuk hidup selalu mengedepankan hidup
tidak boros dan disesuaikan dengan kemampuan yang ada, jangan besar pasak
daripada tiang jangan besar pengeluaran daripada pemasukan atau pendapatan yang
kita. (Analisa sebab akibat)

Sementara yang menjadi aspek kelemahan mengapa dalam diri prajurit suka
berhutang dalam kehidupannya adalah: adanya rasa tidak bersyukur terhadap nikmat
yang telah diterimanya, mereka hanya melihat keatas tetapi tidak mau melihat
kesamping atau kebawah dimana jika kita melihat kesamping atau kebawah maka akan
didapatkan kondisi dimana sebenarnya masih ada orang dan masih banyak yang berada
dibawah kita baik secara ekonomi maupun secara non ekonomi (batin), yang dipikirkan
dalam diri prajurit tersebut adalah hanya memikirkan bagaimana bisa sejajaar atau
melebihi orang diatasnya tanpa melihat siapa kita dan apa kerja kita dan berapa
penghasilan kita. Adapun faktor yang menjadi aspek kendala adalah : pengaruh gaya
hidup lingkungan luar yang boros dan konsumtif. Masih banyak Prajurit yang
5

terpengaruh gaya hidup lingkungan luar yang lebih mengutamakan keinginan dari pada
kebutuhan, sehingga kondisi perekonomian mereka tidak lebih baik dari sebelumnya. Hal
tersebut pada akhirnya menurunkan moril dan berpotensi besar berujung pada terjadinya
pelanggaran. (Kendala dan kelemahan)

Berangkat dari analisa di atas mengenai berbagai permasalahan dan faktor-faktor


yang berpengaruh terhadap permasalahan hutang piutang dalam diri prajurit, maka
upaya untuk meningkatkan disiplin prajurit supaya tidak mempunyai kebiasaan
berhutang dapat dilakukan melalui beberapa tindakan nyata. Pertama dengan
Meningkatkan pemahaman hukum dan disiplin dilakukan melalui kegiatan penyuluhan
hukum terpadu oleh satuan Polisi Militer dan Hukum kotama sebagai upaya
meningkatkan pemahaman dan kesadaran hukum dan disiplin bagi prajurit. Dalam
penyuluhan ini bisa dilakukan dengan metode sebagai berikut : a) Ceramah. Tim
penyuluh memberikan penjelasan materi tentang hukum dan disiplin baik ditinjau dari
segi akademis maupun dari segi agama yang ada kemudian dilanjutkan dengan tanya
jawab. Pada forum ini prajurit dapat mengkonsultasikan berbagai persoalan hukum
yang ditemui di lapangan dan mendapatkan jawaban akademis sesuai ketentuan hukum
yang berlaku : b) Diskusi. Tim penyuluh melemparkan persoalan atau study kasus
kepada prajurit untuk dibahas secara kelompok. Pelaksanaan diskusi mulai dari
penyampaian pendapat, memberikan argumen sampai dengan mencari jalan
pemecahannya. Dari diskusi tersebut akan didapatkan gambaran tentang sejauh mana
pemahaman prajurit terhadap materi yang telah disampaikan sebelumnya. Kedua
dengan Pelaksanakan pembinaan mental yang diupayakan adalah dalam rangka
pembinaan prajurit agar memiliki sikap mental, moral dan perilaku yang mencerminkan
jatidiri prajurit TNI sejati, yaitu prajurit sebagai Tentara Nasional, Tentara Rakyat,
Tentara Pejuang dan Tentara Profesional (Doktrin KEP Tahun 2007; hal 17). Pembinaan
mental diberikan melalui berbagai metoda seperti : a) pemberian santiaji dan santikarma
pada berbagai kesempatan, baik secara formal maupun informal, secara pribadi maupun
dalam hubungan satuan; b) penyuluhan Bintal baik dari intern maupun oleh instansi
terkait c) pelaksanaan kegiatan keagamaan bersama-sama; d) pelaksanaan kegiatan
tradisi satuan seperti orientasi satuan ataupun masa penyegaran. Dari rangkaian
kegiatan tersebut diharapkan para prajurit memiliki ketahanan mental ideologi yang kuat,
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, jiwa dan semangat juang
serta rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Ketiga Penerapkan secara
konsisten penegakan disiplin di satuan. Pemberian Reward and Punishment benar-
6

benar harus diterapkan sehingga bagi anggota yang berprestasi mendapatkan


penghargaan yang setinggi-tingginya dan sebaliknya bagi mereka yang melanggar
hukum harus ditindak sesuai tingkat pelanggaran yang diperbuat. Hukum harus
ditegakan secara konsisten dan berlaku adil bagi siapa saja sehingga Reward efektif
untuk memotivasi pencapaian prestasi dan punishment efektif menimbulkan efek jera
baik bagi pelaku pelanggaran maupun anggota lainnya. (Upaya yang dilaksanakan)

Adapun menjawab dari permasalahan diatas yang menjadi pembahasan kedua


dalam tulisan essay ini berkaitan dengan meningkatkan pemahaman prajurit dalam hal
pelanggaran kecelakaan lalu lintas hal ini tentu tidak terlepas dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik internal maupun eksternal didalamnya. (Kalimat pengantar)

Setiap Dansat tentunya sudah berupaya melaksanakan pembinaan personel di


satuannya masing-masing dengan maksimal, tetapi selama ini hasilnya dinilai belum
optimal. Hal ini dapat kita lihat dengan masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan
oleh anggota TNI seperti sejumlah kasus pelanggaran hukum dan disiplin (Garkumplin)
di satuan mengindikasikan kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap prajurit,
selama TA. 2012 tercatat adanya 305 kasus kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh
anggota satuan jajaran TNI AD (Spamad, Laporan Triwulan I-IV Pengamanan Tubuh
TNI AD TA. 2012). Tetapi kita akui bersama bahwa masih banyak kasus yang terjadi di
satuan-satuan yang kita tutup dan disimpan rapat-rapat. Masih banyaknya pelanggaran
utang piutang yang terjadi merupakan fakta bahwa masih rendahnya pemahaman
prajurit tentang hukum, disiplin dan tata tertib itu sendiri khususnya dalam hal
pelanggaran kecelakaan lalu lintas di dalam prajurit. (Kondisi nyata data dan fakta)

Dihadapkan dengan berbagai permasalahan menonjol dalam penyelenggaraan


pembinaan personel jajaran TNI AD, memberikan harapan dan keinginan dalam
melaksanakan pembinan personel yaitu personel satuan tempur tidak terjadi lagi
pelanggaran baik pelanggaran disiplin maupun pidana khususnya dalam hal tidak
melaksanakan pelanggaran kecelakaan lalu lintas. Apabila hal tersebut dapat terwujud
maka kualitas kemampuan dan profesionalisme satuan infanteri guna mendukung tugas
pokok dapat tercapai dengan baik dan maksimal dengan salah satunya cara
menghindari pelanggaran kecelakaan lalu lintas. (Harapan dan keinginan)
7

Prajurit yang melaksanakan pelanggaran kecelakaan lalu lintas mempunyai


tentunya akan mempunyai dampak yang tidak baik terhadap diri prajurit itu sendiri baik
moril maupun dalam kedinasannya, ini semua dikarenakan dalam diri prajurit tidak
mempunyai pemahaman yang baik mengenai pelanggaran kecelakaan lalu lintas yang
ada dalam diri prajurit hanyalah yang enaknya saja seperti mau enaknya saja tidak mau
memakai helm, melengkapi surat kendaraan, tidak mau membuat SIM dan sebagainya,
dia tidak memikirkan akibatnya jika mereka melaksanakan pelanggaran kecelakaan lalu
lintas meraka hanya terkesan masa bodoh terhadap akibat pelanggaran tersebut dimana
akan mengakibatkan kerugian dalam diri prajurit tersebut. Nah dari sinilah biasanya
perilaku prajurit mulai berubah ke arah yang tidak baik pada umumnya, memang ada
yang tidak seperti itu tetapi biasanya akan seperti itu yaitu perilaku ke arah yang tidak
baik dan cenderung perilku yang membawa ke arah yang tidak baik dan melanggar
aturan yang berlaku dan melanggar terhadap hukum dan disiplin didalam militernya lagi.
Sifat prajurit yang suka melanggar aturan lalu lintas juga tidak sesuai dengan doktrin
militer yaitu 8 Wajib TNI dan Sumpah Prajurit yaitu tidak sesuai dengan pasal tunduk
kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan. (Analisa sebab akibat)

Sementara yang menjadi aspek kelemahan mengapa dalam diri prajurit yang
melaksanakan pelanggaran kecelakaan lalu lintas adalah: adanya jiwa ketidak disiplinan
dalam diri prajurit tersebut, mereka tidak memahami dengan baik tentang nilai-nilai
kedisiplinan tentang pentingnya kesadaran berlalu lintas yang baik dan benar,
bagaimana supaya dalam berkendaraan dalam posisi aman dan memikirkan jika terjadi
suatu kecelakaan kita tidak dirugikan sehingga dalam berkendaraan di jalan raya
mengalami suatu kecelakaan lalu lintas akan mengalami kerugian seperti tidak bisa
mendapatkan santunan kecelakaan lalu lintas dari PT Jasa Raharja dikarenakan yang
bersangkutan tidak mempunyai SIM dalam mengendarai sebuah kendaraan, mereka
tidak memikirkan akbatnya jika kita melaksanakan pelanggaran lalu lintas, yang ada
hanyalah yang penting mereka merasa gagah, keren, macho dan tidak mau dibilang
kuno dengan gara-gara motor dilengkapi dua spion, hanya gara-gara menggunakan
helm dalam berkendaraan dan sebagainya. Adapun faktor yang menjadi aspek kendala
adalah : pengaruh gaya hidup lingkungan luar yang tidak baik gaya hidup yang tidak
memikirkan keselamatan tetapi memikirkan dan mengedepankan keren dan gagah dan
tidak mau dibilang kuno apabila kita mematuhi aturan yang berlaku tentang
kelalulintasan, adanya banyak contoh-contoh yang tidak baik selama diperjalanan
8

berlangsung, ini tentunya akan mempengaruhi terhadap perilaku dan mental diri prajurit
dalam berkendaraan nantinya. (Kendala dan kelemahan)

Berangkat dari analisa di atas mengenai berbagai permasalahan dan faktor-faktor


yang berpengaruh terhadap permasalahan pelanggaran kecelakaan lalu lintas dalam diri
prajurit, maka upaya untuk meningkatkan disiplin prajurit supaya mempunyai kedisiplinan
dalam berlalu lintas dapat dilakukan melalui beberapa tindakan nyata. Pertama
dengan Meningkatkan pemahaman hukum dan disiplin dilakukan melalui kegiatan
penyuluhan hukum terpadu oleh satuan Polisi Militer dan Hukum kotama sebagai upaya
meningkatkan pemahaman dan kesadaran hukum dan disiplin bagi prajurit. Dalam
penyuluhan ini bisa dilakukan dengan metode sebagai berikut : a) Ceramah. Tim
penyuluh memberikan penjelasan materi tentang hukum dan disiplin baik ditinjau dari
segi akademis maupun dari segi agama yang ada kemudian dilanjutkan dengan tanya
jawab. Pada forum ini prajurit dapat mengkonsultasikan berbagai persoalan hukum
yang ditemui di lapangan dan mendapatkan jawaban akademis sesuai ketentuan hukum
yang berlaku : b) Diskusi. Tim penyuluh melemparkan persoalan atau study kasus
kepada prajurit untuk dibahas secara kelompok. Pelaksanaan diskusi mulai dari
penyampaian pendapat, memberikan argumen sampai dengan mencari jalan
pemecahannya. Dari diskusi tersebut akan didapatkan gambaran tentang sejauh mana
pemahaman prajurit terhadap materi yang telah disampaikan sebelumnya. Kedua
dengan Pelaksanakan pembinaan mental yang diupayakan adalah dalam rangka
pembinaan prajurit agar memiliki sikap mental, moral dan perilaku yang mencerminkan
jatidiri prajurit TNI sejati, yaitu prajurit sebagai Tentara Nasional, Tentara Rakyat,
Tentara Pejuang dan Tentara Profesional (Doktrin KEP Tahun 2007; hal 17). Pembinaan
mental diberikan melalui berbagai metoda seperti : a) pemberian santiaji dan santikarma
pada berbagai kesempatan, baik secara formal maupun informal, secara pribadi maupun
dalam hubungan satuan; b) penyuluhan Bintal baik dari intern maupun oleh instansi
terkait c) pelaksanaan kegiatan keagamaan bersama-sama; d) pelaksanaan kegiatan
tradisi satuan seperti orientasi satuan ataupun masa penyegaran. Dari rangkaian
kegiatan tersebut diharapkan para prajurit memiliki ketahanan mental ideologi yang kuat,
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, jiwa dan semangat juang
serta rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Ketiga Penerapkan secara
konsisten penegakan disiplin di satuan. Pemberian Reward and Punishment benar-benar
harus diterapkan sehingga bagi anggota yang berprestasi mendapatkan penghargaan
yang setinggi-tingginya dan sebaliknya bagi mereka yang melanggar hukum harus
9

ditindak sesuai tingkat pelanggaran yang diperbuat. Hukum harus ditegakan secara
konsisten dan berlaku adil bagi siapa saja sehingga Reward efektif untuk memotivasi
pencapaian prestasi dan punishment efektif menimbulkan efek jera baik bagi pelaku
pelanggaran maupun anggota lainnya. Keempat Pengecekan secara rutin terhadap
kelengkapan kendaraan. Dalam mencegah terjadi pelanggaran dalam berlalu lintas
didalam anggota kita harus sering melaksanakan pengecekan terhadap kelengkapan
kendaraan, dalam pengecekan diadakan secara acak dan tidak bisa ditebak oleh para
anggota kapan akan dilaksanakan pengecekan tersebut ini dilakukan untuk mencegah
anggota yang mempunyai kendaraan yang tidak lengkap tidak bisa mengelabui kita
dengan cara menyembunyikan kendaraannya jika akan dilaksanakan pemeriksaaan
kelengkapan administrasi kendaraan. Kelima Membuat pintu keluar asrama 1 pintu.
Ini dilakukan dalam rangka lebih mengintensifkan pemeriksaan terhadap personel
maupun kendaraannya jika akan keluar ksatrian walaupun sudah kita lasksanakan santi
aji santi karma serta penyuluhan yang lain, pintu ini berguna sebagai pintu gerbang
seleksi terhadap prajurit apakah mereka sudah layak atau belum untuk keluar ksatrian
sudah mempunyai SIM atau belum sudah lengkap atau belum kendaraannya dan
sebagainya. (Upaya yang dilaksanakan)

3. Penutup
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini dapat disampaikan kembali bahwa
optimalisasi Danyonif dalam pembinaan personel guna mendukung tugas pokok satuan
dapat dititikberatkan pada 2 (dua) hal utama, yaitu : Pertama, upaya untuk
meningkatkan kedisiplinan prajurit untuk menekan angka pelanggaran hutang piutang di
Satuan dapat dilakukan dengan cara; Meningkatkan pemahaman hukum dan disiplin,
melaksanakan pembinaan mental dan menerapkan secara konsisten penegakan disiplin
di satuan. Kedua, sedangkan upaya menekan pelanggaran kecelakaan dalam berlalu
lintas dengan cara antara lain: Meningkatkan pemahaman hukum dan disiplin,
melaksanakan pembinaan mental, menerapkan secara konsisten penegakan disiplin di
satuan, pengecekan secara rutin terhadap kelengkapan kendaraan dan membuat pintu
keluar asrama 1 pintu.

Untuk mengefektifkan dan memaksimalkan upaya-upaya optimaslisasi tersebut,


maka dapat disarankan beberapa hal, sebagai berikut: pertama, untuk memberikan
pencerahan dan mensosialisasikan tentang hukum (buku putih HUkum disiplin prajurit
skep KSAD No 1 /V / 2009) , maka sekiranya di setiap satuan perlu dibentuk jabatan
10

Perwira hukum (Pakum) minimal setingkat Brigade Infanteri yang berperan sebagai staf
khusus Dansat dalam merumuskan dan melaksanakan secara aplikatif rencana
penyuluhan hukum di satuan. Kedua, perlunya dibuat suatu batasan yang jelas tentang
bentuk tanggungjawab Dansat dalam melaksakan pembinaan karier personil dalam
penentuan jabatan berdasarkan sosiometri sehingga diperoleh hasil yang maksimal .

Demikianlah essay ini kami buat sebagai sumbangan pikiran dan ide kepada
Komando Atas dalam menentukan kebijakan untuk mengoptimalkan Danyonif dalam
pembinaan personel guna mendukung tugas pokok satuan. Kami menyadari banyak
kelemahan dan kekurangan dalam pembuatan essay ini, kritik dan masukan tentunya
kami harapkan, namun kami berusaha memberikan sumbangan pemikiran yang terbaik
guna kemajuan TNI Angkatan Darat.

Bandung, Agustus 2015


Penulis

Nyarman
Mayor Inf NRP 11020033221079

Anda mungkin juga menyukai