Anda di halaman 1dari 11

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN PERWIRA DALAM RANGKA MENINGKATKAN

PROFESIONALISME DAN MENEKAN ANGKA PELANGGARAN PRAJURIT

Pendahuluan

Kepemimpinan merupakan titik sentral dari suatu keberhasilan dan sekaligus


unsur penggerak utama jalannya roda organisasi. Kepemimpinan menjadi hal yang
sangat penting, dan bahkan yang terpenting dalam kehidupan organisasi kemiliteran,
lebih utama lagi dalam kehidupan perwira. Hal tersebut dikarenakan, setiap Perwira
adalah pemimpin bagi anak buahnya. Dalam dunia militer mengenal sebuah adagium
yang berbunyi ‘tidak ada seorang prajurit yang salah, yang salah adalah komandannya’.
Untuk meraih keberhasilan tugas pokok satuan TNI AD, ternyata tidak mudah. Banyak
kendala dan permasalahan yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh unsur-unsur
penggerak organisasi tersebut salah satunya adalah kepemimpinan seorang Perwira.
Kepemimpinan Perwira diharapkan menjadi faktor penggerak satuan melalui
penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan
pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidakknya tidak menjadi masalah,
tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan anggota satuan.
Problemantika di satuan jajaran TNI AD yang terjadi saat ini menjadikan sedemikian
kompleks sejalan dengan dampak kemajuan zaman yang semakin modern dengan
teknologi yang semakin canggih di era digital yang akan mendorong berbagai perubahan
nilai-nilai dan gaya modern, termasuk perubahan nilai-nilai kehidupan dilingkungan
prajurit di satuan yang juga menjadi semakin modern dan semakin cerdas. Namun pada
kenyataannya fenomena tersebut menjadikan sedemikian sulit para Perwira untuk
memimpin. Sejalan dengan kemajuan zaman yang semakin modern tersebut,
menghadirkan berbagai fenomena pelanggaran prajurit yang beragam diluar kepatuhan
sebagai insan prajurit sejati. Tidaklah berlebihan fenomena tersebut merupakan
konsekuensi logis dan kualitas model kepemimpinan lapangan Perwira di era digital saat
ini.

Kompleksitas permasalahan prajurit saat ini tidak telepas dari karakter pemimpin
dan model kepemimpinan lapangan Perwira yang sejatinya dapat menyesuaikan dengan
kemajuan zaman yang semakin modern, namun pada aspek realitas menjadi berbeda.
Adanya berbagai pengaruh lingkungan terhadap kepemimpinan seorang Perwira
tersebut, maka dapat kita identifikasi pokok-pokok persoalan yang akan dibahas
2

dalam penulisan ini yaitu : Pertama; Komandan Satuan masih bersifat boros dan
glamour dalam kehidupannya sehari-hari. Kedua; masih kurangnya keteladanan dari
pemimpin kepada anggota yang dimimpinnya. Ketiga; masih banyaknya pelanggaran
anggota di satuan seperti asusila, laka lalin dan desersi. Dari identifikasi persoalan
tersebut, maka dapat kita tarik rumusan masalah yaitu “Bagaimana mengoptimalkan
Kepemimpinan Perwira dalam rangka Meningkatkan Profesionalisme dan Menekan
Angka Pelanggaran Prajurit?. Untuk menjawab permasalahan ini, maka penulis
mencoba menganalisa dari berbagai sudut pandang yang ada.

Menyikapi latar belakang dan pokok-pokok persoalan diatas, maka penulisan ini
mempunyai arti penting sebagai gambaran dan cerminan kualitas Kepemimpinan
Perwira di era digital saat ini dituntut memiliki karakter yang kuat, bermental baja,
berahlak mulia dan selalu mengedepankan kejujuran dalam pelaksanaan tugasnya.
Semakin meningkatnya permasalahan prajurit disatuan tentunya tidak terlepas dari
sosok pemimpin dan kepemimpinan Perwira di satuannya yang dapat dikatakan belum
mampu menjadikan prajurit dan satuannya yang tangguh. Metode yang digunakan
dalam penulisan ini adalah deskriptif analisis terhadap data-data empirik dan
berdasarkan kepada pendekatan pengalaman penulis selama penugasan di satuan TNI
AD.

Adapun Nilai Guna dalam penulisan, diharapkan dapat menjadikan sebagai


wahana penambahan pengetahuan bagi para Perwira TNI AD dalam menerapkan jiwa
kepemimpinan dalam memimpin satuannya. Maksud penulisan ini adalah memberikan
gambaran kepada Komando Atas tentang peran Kepemimpinan Perwira dalam
meningkatkan profesionalisme dan menekan angka pelanggaran prajurit, dengan tujuan
sebagai sumbang saran dan masukan kepada Pimpinan TNI AD dalam membentuk
kepemimpinan Perwira yang berkarakter. Sedangkan ruang lingkup bahasan dalam
penulisan ini dibatasi pada permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di dalam
kepemimpinan Perwira dihadapkan kepada pokok persoalan yang telah diuraikan diatas.

Pembahasan.

Kepemimpinan merupakan salah satu prasyarat bagi suatu organisasi yang ingin
berubah dari baik menjadi besar dan mampu mempertahankan prestasinya. Salah satu
kunci utama dalam peningkatan profesionalisme prajurit TNI AD adalah kualitas
kepemimpinan yang tinggi, yang mampu menjadi panutan atau role model bagi
3

prajuritnya. Hal ini merupakan tuntutan bagi pimpinan TNI AD untuk senantiasa
mengembangkan diri dalam aspek moralitas dan intelektual disamping militansi
pengabdiannya sebagai prajurit. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
karakter yang kuat. Karakter seorang pemimpin dapat didefinisikan sebagai resultante
dari personalitinya yang ada hubungannya antara nilai pribadi dengan perilakunya.
Dalam diri perwira TNI AD diharapkan karakter yang terbentuk merupakan karakter yang
dilandasi oleh Pancasila dan Sapta Marga.

Komandan Satuan masih bersifat boros dan glamour dalam kehidupannya sehari-
hari.
Terkait hal ini ditemukan beberapa data dan fakta masih ditemukannya
penyelewengan dana program yang digunakan untuk kepentingan pribadi Komandan
Satuan. Hal ini dikarenakan gaya hidup Komandan Satuan yang cenderung bersifat
boros dan glamour yang mengikuti perkembangan di era globalisasi, informasi dan
teknologi tanpa adanya filterisasi. Komandan Satuan bersifat konsumtif untuk memenuhi
kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier pribadinya agar terlihat mewah dan ekslusif
sehingga menggunakan dana-dana program tidak sesuai dengan peruntukannya.
Menyikapi hal tersebut, harapan yang diinginkan adalah Komandan Satuan
bersifat sederhana, tidak berlebih-lebihan dan membeli sesuatu sesuai dengan
kebutuhan dan peruntukannya, agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan adanya
jarak antara komandan bawahan. Serta dengan keterbatasan kondisi ekonominya tidak
menyalahgunakan dana program untuk kepentingan pribadinya yang akan berimplikasi
pada penilaian negatif terhadap dirinya dan satuannya.
Berdasarkan Doktrin Kepemimpinan TNI AD Tahun 2017 yang didalamnya
membahas mengenai 11 asas kepemimpinan diantaranya adalah Gemi Nastiti yaitu
kesadaran dan kemampuan untuk mengatasi penggunaan dan pengeluaran segala
sesuatu yang benar-benar diperlukan, hemat berhati-hati dalam mengeluarkan uang.
Selain itu didalam 8 Wajib TNI di sebuttkan bahwa prajurit TNI senantiasa menjadi
contoh dalam sikap dan kesederhanaannya. Kedua referensi tersebut mengisyaratkan
bahwa Komandan Satuan harus dapatnya bersifat sederhana, hemat, tidak berlebih-
lebihan dalam penampilannya serta tidak menghambur-hamburkan dana untuk
kebutuhan yang tidak perlu. Komandan Satuan harus memiliki Kepribadian teguh pada
Prinsip dan Keyakinan yang selalu mengedepankan kepentingan Tugas demi Bangsa
dan Negara diatas kepentingan pribadi.
4

Namun, dalam pengimplementasiannya ditemukan kendala dan kelemahan


terkait sifat boros dan glamour Komandan Satuan diantaranya; kendala; 1. Kurangnya
ketentuan yang mengatur tentang batasan-batasan dalam penampilan prajurit, 2.
Reward dan punishment belum diterapkan secara tegas terhadap hasil wasrik dari
inspektorat mengenai penyelewengan dana program; kelemahan; 1. Masih kurangnya
kesadaran Komandan Satuan mengenai implikasi dari sifat glamour terhadap kehidupan
prajurit, 2. Kurangnya kepekaan seorang Komandan Satuan terhadap kehidupan para
prajuritnya.
Dengan melihat adanya kemampuan bahwa Komandan Satuan yang memiliki
dasar psikologi sebagai unsur leader dan follower dan mampu beradaptasi dengan
lingkungan serta didukung dengan peluang bahwa Pemimpin TNI AD mendorong
seluruh prajurit untuk berpenampilan sederhana dengan menggunakan pakaian atribut
sesuai yang dibagikan oleh organisasi, maka penulis mencoba memberikan solusi
mengenai persoalan Komandan Satuan yang cenderung bersifat boros dan glamour,
upaya-upaya yang dilaksanakan diantaranya adalah 1. Perlunya penanaman nilai-nilai
kepemimpinan TNI AD khususnya kesederhanaan dalam perilaku sehari-hari melalui
sosialisasi dan diskusi kepemimpinan, 2. Perlunya dikeluarkan aturan-aturan yang
ditegaskan dalam Surat Telegram (ST), Peraturan Kasad dan sebagainya yang
mengatur tentang pola kehidupan dan penampilan prajurit, 3. Diterapkannya hukuman
yang tegas dari hasil wasrik terhadap Komandan Satuan yang menyelewengkan dana
Program untuk kepentingan pribadinya.

Keteladanan dari Perwira kepada anggota yang dipimpinnya

Teladan merupakan sifat kepemimpinan yang harus dipahami secara mendalam


oleh seorang Perwira dengan implementasi sehari-hari di lapangan. Sebagai kunci
sukses dalam menjalankan suatu kesatuan, Keteladanan pemimimpin merupakan hal
yang paling utama, namun hal ini masih banyak Perwira sebagai seorang pemimpin di
satuan belum dapat memberikan Keteladanan, dengan berlaku menyimpang dari apa
yang telah digariskan dalam semua aturan, tata tertib dan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkannya sendiri, sehingga hal ini menimbulkan menurunya rasa hormat, loyalitas
dan disiplin anak buah dalam menegakan setiap aturan dan ketentuan yang berlaku di
lingkungan kesatuannya.
5

Kondisi yang diharapkan setiap Perwira sebagai seorang pemimpin di satuan


harus dapat memberikan keteladanan, dengan berlaku sesuai dengan aturan dan
kebijaksanaan yang dibuat secara bersama-sama sehingga hal ini dapat meningkatkan
menimbulkan rasa hormat, loyalitas dan disiplin anak buah dalam menegakan setiap
aturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan kesatuannya

Menyikapi permasalahan diatas, dapat dianalisa bahwa keluaran hasil


kepemimpinan satuan yang tangguh dapat dilihat dari kondisi tingkat disiplin para
prajurit, moril prajurit, jiwa korsa serta tingkat kecakapan dan keterampilannya. Sehingga
dengan kriteria tersebut, satuan yang dipimpinnya diharapkan akan mampu menghadapi
segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang dihadapinya. Kepemimpinan
diartikan sebagai seni dan kecakapan dalam mempengaruhi dan membimbing
bawahannya, sehingga dari pihak yang dipimpin timbul kemauan, kepercayaan, hormat
dan ketaatan yang diperlukan dalam menunaikan tugas-tugas yang dibebankan
padanya, dengan menggunakan alat dan waktu namun mengandung keserasian antara
tujuan kelompok dengan kebutuhan perorangan. Artinya, terjadi suatu kesimbangan
antara kehidupan prajurit dalam satuan dengan pelaksanaan tugas yang harus
dilaksanakan. Teori Covey 2004, berbicara mengenai keseimbangan, bahwa setiap
manusia memiliki komposisi yang terdiri dari 4 bagian yang harus diseimbangkan yaitu :
badan, pikiran, perasaan dan jiwa. Hal inilah yang mengendalikan apa yang kita pikirkan,
apa yang kita lakukan dan apa yang kita perjuangkan. Dengan demikian, keberhasilan
seorang Komandan Satuan dapat dilihat dari penyelenggaraan kualitas kepemimpinan
yang diterapkan selama ini di lapangan, sehingga bagaimana kualitas satuan yang
berkembang dapat dilihat dari data – fakta yang terjadi dan temuan maupun pelanggaran
(kasus) yang dilakukan oleh satuan-satuan.

Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut diatas masih terkendala dengan
kurangnya integritas sebagian dari unsur-unsur pimpinan yang dapat ditauladani oleh
anggota. Hal ini mengakibatkan para perwira, sebagai generasi penerus pimpinan
dimasa depan cenderung kurang memiliki suatu integritas sebagai seorang pemimpin,
dan berujung kepada setiap pemberian perintah kepada bawahan tidak dapat dipahami
secara optimal.

Oleh sebab itu, diperlukan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Melaksanakan


seleksi dan rekrutmen secara selektif terhadap calon prajurit perwira, baik calon prajurit
perwira karier, sukarela maupun reguler sehingga perwira-perwira TNI AD tersebut
6

memiliki kualitas pengabdian yang baik yang berwawasan kebangsaan serta


nasionalisme yang tinggi; 2. Meningkatkan pembinaan mental melalui pendidikan,
penataran dan kursus secara terprogram sepanjang tahun anggaran. Pembinaan mental
yang cenderung identik dengan kegiatan yang membosankan harus dirubah menjadi
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas moral para pemimpin TNI AD. Pembinaan
mental ini dititikberatkan pada kegiatan mental ideologi dan kejuangan sehingga
diharapkan akan tertanam rasa kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi dari perwira
TNI AD sebagai pemimpin di lingkungan satuan yang dipimpinnya; 3. Memberlakukan
Tour of Duty (TOD) dan Tour of Area (TOA) di seluruh wilayah Indonesia bagi pemimpin
TNI AD sehingga menambah wawasan kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi dalam
diri setiap pemimpin TNI AD. Pengenalan secara langsung budaya dan adat istiadat
yang beraneka ragam sangat berguna bagi perkembangan wawasan kebangsaan serta
nasionalisme bagi setiap pemimpin TNI AD; 4. Memberikan contoh teladan dalam
penegakkan hukum dengan pemberian sanksi terhadap Perwira yang melanggar disiplin
melalui “Reward and Punishment”. Perwira yang tidak berdisiplin harus diberikan
hukuman secara proporsional, karena disiplin seorang Pemimpin sangat berperan dalam
kepemimpinannya. Pemberian Reward and Punishment ini terutama dititikberatkan pada
kegiatan yang bersifat inkonsistensi terhadap pelaksanaan tugas pokok yang
dilaksanakan.

Peran Kepemimpinan Perwira dalam menekan angka pelanggaran yang terjadi di


satuan.

TNI AD memandang kepemimpinan dalam suatu satuan sangatlah vital, sehingga


apabila terjadi permasalahan pada level prajurit maka pemimpin di satuan itu akan ikut
dilibatkan secara hirarkis. Dalam salah satu peraturan militer ditekankan secara eksplisit
bahwa “komandan harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan dan yang
tidak dilakukan oleh anak buahnya”. Salah satu tolak ukur keberhasilan suatu satuan
dan seorang Perwira adalah berkurangnya tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota satuannya. Seorang Perwira harus dapat mencegah anggotanya melakukan
suatu pelanggaran. Mencegah terjadinya pelanggaran anggota dapat dilakukan dengan
mengatur (manage) satuannya dengan baik. Manajerial dalam melaksanakan
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan ditambah dengan
kepemimpinan yang optimal dari seorang Perwira mampu untuk mencegah prajurit
7

melakukan pelanggaran dan mengabaikan tugasnya. Berdasarkan fakta yang ada masih
terjadinya pelanggaran prajurit di satuan, apabila dilihat secara nyata hal ini dikarenakan
kurangnya kepedulian dari unsur perwira. Pengawasan yang kurang dilakukan oleh para
Perwira sangat lemah sehingga ada celah dimana prajurit dapat melakukan hal yang
melanggar hukum. Kesemuanya itu apabila kita lihat secara cermat sangat berpengaruh
pada level prajurit yang ada di satuan. Prajurit hanya diberikan perintah tanpa diberikan
arahan serta dorongan, ataupun motivasi. Kewajiban selalu dituntut dengan sepenuhnya
dengan mengorbankan hak yang secara dinas dimilikinya akan berpotensi terjadinya
perbuatan anggota yang melanggar hukum.

Kondisi yang diharapkan dari fakta tersebut adalah adanya pengawasan yang
dilakukan oleh Perwira dan perduli terhadap lingkungan dan anggotanya, artinya adalah
sebagai pemimpin, perwira wajib membenarkan yang salah yang tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku, mengetahui mana yang harus dikoreksi sebagai sarana
pengendalian dalam pelaksanaan tugas. Dengan keperdulian yang tinggi, diharapkan
prajurit akan bertindak dan berprilaku positif sehingga aturan dan norma-norma dalam
kehidupan prajurit dapat diterapkan.

Kepemimpinan, menurut teori dari Ilmu Kepemimpinan sebagaimana dijelaskan


dalam buku Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan merupakan suatu proses
dengan berbagai cara memengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Dalam kehidupan militer sendiri, seorang pemimpin memiliki
peran yang cukup luas, pemimpin harus dapat berperan sebagai seorang Komandan,
Bapak, Kakak, Senior dan rekan dari anggota yang dipimpinnya. hal ini bertujuan agar
terjadi hubungan yang erat antara seorang pemimpin dan prajurit yang dipimpin.
Kepemimpinan diyakini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tugas pokok satuan. Seorang komandan haruslah
mendapatkan respek, kepatuhan yang tidak terbantahkan dari para anggotanya. Jika
seorang komandan telah berhasil untuk memperoleh hal-hal tersebut maka dia
mendapatkan satu hal yang paling berharga dalam unsur kepemimpinannya, yaitu
sebuah loyalitas yang muncul dengan penuh keikhlasan dari para anggotanya. Dalam
organisasi militer, loyalitas adalah hal yang sangat fundamental, sebab dalam militer kita
mengenal adanya hirarki yang jelas. Dengan adanya loyalitas yang didasarkan oleh rasa
ikhlas maka dapat dipastikan bahwa para prajurit yang ada disatuan tersebut memiliki
suatu aspek yang sangat pokok yaitu kedisiplinan. Kedisiplinan mutlak diperlukan dalam
8

militer. Sebab, disiplin adalah sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap prajurit. Disiplin
merupakan pondasi yang harus melekat dalam setiap diri prajurit. Kepemimpinan yang
tepat dari seorang komandan dan disertai dengan disiplin yang tinggi dari satuannya
akan menghasilkan suatu kombinasi yang dahsyat dan sanggup untuk melaksanakan
apapun tugas yang diberikan.

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi untuk mengatasi fakta-fakta di atas,


diantaranya adalah : 1. Pengawasan yang dilakukan kepada perwira tidak bisa melekat
24 jam. Perwira tidak bisa mengawasi secara langsung dan terus-menerus namun hanya
bisa mengawasi pada saat jam dinas dan waktu istirahat secara terbatas sehingga
dibutuhkan kedewasaan dari setiap individu perwira dalam pelaksanaan dinas sehari-
hari; 2. Sifat konsumtif yang tinggi lingkungan prajurit berpengaruh terhadap kedinasan
termasuk para perwiranya. Iklan-iklan yang menampilkan jenis gadget terbaru pasti akan
mengundang keinginan perwira untuk berusaha memilikinya, meskipun harus merogoh
kocek yang tebal, sehingga hawa nafsu sesaatlah yang perlu dikendalikan.

Mencermati masih adanya kendala tersebut, maka upaya-upaya yang dapat


dilaksanakan diantaranya : Pertama; Perwira harus perduli terhadap lingkungan dan
anggotanya, peluang yang dapat dimanfaatkan adalah pesan dari Pahlawan Nasional
Panglima Besar Jenderal Sudirman, yaitu Tempatku yang terbaik adalah ditengah-
tengah anak buah. Pesan ini menjadi motivasi bagi seluruh perwira agar memiliki sifat
kepemimpinan untuk selalu dekat dan perduli terhadap anak buah serta lingkungannya.
Cara yang dilakukan diantaranya adalah : a. Perwira harus berani menegur setiap
kesalahan yang dilakukan oleh anggota dan kemudian menunjukkan bagaimana hal
yang benar dan seharusnya dilakukan; b. Setiap perwira harus mengetahui letak rumah
anggotanya masing-masing di dalam maupun luar asrama yang kemudian dituangkan ke
dalam denah lokasi personel. Hal ini bertujuan agar Perwira tidak apatis dengan
kehidupan anggota di dalam asrama dan anak buah akan merasa diperhatikan dengan
berkunjungnya perwira ke tempat tinggalnya; Kedua; upaya menerapkan 11 Azas
Kepemimpinan secara optimal dengan membangun komunikasi dua arah antara
pemimpin dengan yang dipimpin sehingga koreksi dan keberhasilan dari penerapan 11
Azas Kepemimpinan tersebut dapat langsung diperbaiki; Ketiga; penerapan reward and
punishment secara proporsional.

Penutup.
9

Mencermati urian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa Perwira sebagai


seorang pemimpin di satuannya adalah figur sentral yang dominan dan memegang
peran signifikan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi TNI AD pada umumnya
serta visi dan misi satuan pada khususnya. Untuk tercapainya visi, misi dan tugas pokok
satuan dengan maksimal dituntut optimalisasi kemampuan kepemimpinan yang sudah
ada agar dapat berfungsi sebagai sentral pembinaan di satuannya. Dengan demikian
Perwira harus mampu meningkatkan kualitas kepemimpinannya melalui upaya-upaya
peningkatan kemampuan kepemimpinan, peningkatan kemampuan manajemen serta
peningkatan kecerdasan emosi dan spritual yang dimilikinya guna membentuk karakter
kepemimpinan dalam menjadikan prajurit dan satuannya tangguh.

Dihadapkan dengan pembahasan kondisi saat ini dan upaya yang dilaksanakan,
maka saran yang dapat disampaikan dalam penulisan ini adalah : 1. Perlu
dikembangkan pendidikan kepemimpinan dalam setiap strata pendidikan yang bersifat
aplikatif dihadapkan dengan berbagai kasus yang terjadi dan berkaitan dengan
kepemimpinan visioner baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif; 2. Perlu
diberikan pelatihan psikologi lapangan dan manajemen kepemimpinan bagi setiap
Perwira yang akan menjadi pemimpin disatuan TNI sebagai bekal dalam melaksanakan
tugas di lapangan.

Demikianlah tulisan esai tentang optimalisasi kepemimpinan Perwira dalam


rangka meningkatkan profesionalisme dan menekan angka pelanggaran prajurit ini
disusun, semoga dapat dijadikan sumbangan pikiran dan masukan dalam pengabdian
kepada TNI AD, Bangsa dan Negara yang kita cintai ini.

Lampiran :
1. Alur Pikir
2. Daftar Pustaka
Lampiran 1 : Alur Pikir
ALUR PIKIR
OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN PERWIRA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PROFESIONALISME DAN
MENEKAN ANGKA PELANGGARAN PRAJURIT

LANDASAN PEMIKIRAN
UU RI NO. 34/2004 TTN TNI
DOKTRIN TNI AD “KEP” MENURUNNYA
SAPTA MARGA ANGKA
SUMPAH PRAJURIT PELANGGARAN
PRAJURIT

POKOK PERSOALAN
DANSAT BERSIFAT GLAMOUR
DAN BOROS
KURANGNYA KETELADAN DARI KONDISI
KONDISI PERWIRA PROSES KEPEMIMPINAN MENINGKATNYA
KEPEMIMPINAN MASIH BANYAKNYA OPTIMALISASI PERWIRA YANG PROFESIONALISME
PERWIRA PELANGGARAN YANG TERJADI KEPEMIMPINAN DIHARAPKAN PRAJURIT
SAAT INI DI SATUAN PERWIRA

FAKTOR YG BERPENGARUH
EKSTERNAL
INTERNAL
1

Lampiran 2. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang RI No. 34 tahun 2004 tentang TNI.


2. Doktrin TNI AD “KEP”.
3. Kepemimpinan Militer karya SB Yudhoyono ttg manajemen kepemimpinan.
4. Teori Abraham Harold Maslow tentang g 5 Hierarki Motivasi Manusia.
5. Teori Covey Tthn 2004 Ttg 4 Bagian Keseimbangan Hidup Manusia

Anda mungkin juga menyukai