Pendahuluan
Kompleksitas permasalahan prajurit saat ini tidak telepas dari karakter pemimpin
dan model kepemimpinan lapangan Perwira yang sejatinya dapat menyesuaikan dengan
kemajuan zaman yang semakin modern, namun pada aspek realitas menjadi berbeda.
Adanya berbagai pengaruh lingkungan terhadap kepemimpinan seorang Perwira
tersebut, maka dapat kita identifikasi pokok-pokok persoalan yang akan dibahas
2
dalam penulisan ini yaitu : Pertama; Komandan Satuan masih bersifat boros dan
glamour dalam kehidupannya sehari-hari. Kedua; masih kurangnya keteladanan dari
pemimpin kepada anggota yang dimimpinnya. Ketiga; masih banyaknya pelanggaran
anggota di satuan seperti asusila, laka lalin dan desersi. Dari identifikasi persoalan
tersebut, maka dapat kita tarik rumusan masalah yaitu “Bagaimana mengoptimalkan
Kepemimpinan Perwira dalam rangka Meningkatkan Profesionalisme dan Menekan
Angka Pelanggaran Prajurit?. Untuk menjawab permasalahan ini, maka penulis
mencoba menganalisa dari berbagai sudut pandang yang ada.
Menyikapi latar belakang dan pokok-pokok persoalan diatas, maka penulisan ini
mempunyai arti penting sebagai gambaran dan cerminan kualitas Kepemimpinan
Perwira di era digital saat ini dituntut memiliki karakter yang kuat, bermental baja,
berahlak mulia dan selalu mengedepankan kejujuran dalam pelaksanaan tugasnya.
Semakin meningkatnya permasalahan prajurit disatuan tentunya tidak terlepas dari
sosok pemimpin dan kepemimpinan Perwira di satuannya yang dapat dikatakan belum
mampu menjadikan prajurit dan satuannya yang tangguh. Metode yang digunakan
dalam penulisan ini adalah deskriptif analisis terhadap data-data empirik dan
berdasarkan kepada pendekatan pengalaman penulis selama penugasan di satuan TNI
AD.
Pembahasan.
Kepemimpinan merupakan salah satu prasyarat bagi suatu organisasi yang ingin
berubah dari baik menjadi besar dan mampu mempertahankan prestasinya. Salah satu
kunci utama dalam peningkatan profesionalisme prajurit TNI AD adalah kualitas
kepemimpinan yang tinggi, yang mampu menjadi panutan atau role model bagi
3
prajuritnya. Hal ini merupakan tuntutan bagi pimpinan TNI AD untuk senantiasa
mengembangkan diri dalam aspek moralitas dan intelektual disamping militansi
pengabdiannya sebagai prajurit. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
karakter yang kuat. Karakter seorang pemimpin dapat didefinisikan sebagai resultante
dari personalitinya yang ada hubungannya antara nilai pribadi dengan perilakunya.
Dalam diri perwira TNI AD diharapkan karakter yang terbentuk merupakan karakter yang
dilandasi oleh Pancasila dan Sapta Marga.
Komandan Satuan masih bersifat boros dan glamour dalam kehidupannya sehari-
hari.
Terkait hal ini ditemukan beberapa data dan fakta masih ditemukannya
penyelewengan dana program yang digunakan untuk kepentingan pribadi Komandan
Satuan. Hal ini dikarenakan gaya hidup Komandan Satuan yang cenderung bersifat
boros dan glamour yang mengikuti perkembangan di era globalisasi, informasi dan
teknologi tanpa adanya filterisasi. Komandan Satuan bersifat konsumtif untuk memenuhi
kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier pribadinya agar terlihat mewah dan ekslusif
sehingga menggunakan dana-dana program tidak sesuai dengan peruntukannya.
Menyikapi hal tersebut, harapan yang diinginkan adalah Komandan Satuan
bersifat sederhana, tidak berlebih-lebihan dan membeli sesuatu sesuai dengan
kebutuhan dan peruntukannya, agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan adanya
jarak antara komandan bawahan. Serta dengan keterbatasan kondisi ekonominya tidak
menyalahgunakan dana program untuk kepentingan pribadinya yang akan berimplikasi
pada penilaian negatif terhadap dirinya dan satuannya.
Berdasarkan Doktrin Kepemimpinan TNI AD Tahun 2017 yang didalamnya
membahas mengenai 11 asas kepemimpinan diantaranya adalah Gemi Nastiti yaitu
kesadaran dan kemampuan untuk mengatasi penggunaan dan pengeluaran segala
sesuatu yang benar-benar diperlukan, hemat berhati-hati dalam mengeluarkan uang.
Selain itu didalam 8 Wajib TNI di sebuttkan bahwa prajurit TNI senantiasa menjadi
contoh dalam sikap dan kesederhanaannya. Kedua referensi tersebut mengisyaratkan
bahwa Komandan Satuan harus dapatnya bersifat sederhana, hemat, tidak berlebih-
lebihan dalam penampilannya serta tidak menghambur-hamburkan dana untuk
kebutuhan yang tidak perlu. Komandan Satuan harus memiliki Kepribadian teguh pada
Prinsip dan Keyakinan yang selalu mengedepankan kepentingan Tugas demi Bangsa
dan Negara diatas kepentingan pribadi.
4
Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut diatas masih terkendala dengan
kurangnya integritas sebagian dari unsur-unsur pimpinan yang dapat ditauladani oleh
anggota. Hal ini mengakibatkan para perwira, sebagai generasi penerus pimpinan
dimasa depan cenderung kurang memiliki suatu integritas sebagai seorang pemimpin,
dan berujung kepada setiap pemberian perintah kepada bawahan tidak dapat dipahami
secara optimal.
melakukan pelanggaran dan mengabaikan tugasnya. Berdasarkan fakta yang ada masih
terjadinya pelanggaran prajurit di satuan, apabila dilihat secara nyata hal ini dikarenakan
kurangnya kepedulian dari unsur perwira. Pengawasan yang kurang dilakukan oleh para
Perwira sangat lemah sehingga ada celah dimana prajurit dapat melakukan hal yang
melanggar hukum. Kesemuanya itu apabila kita lihat secara cermat sangat berpengaruh
pada level prajurit yang ada di satuan. Prajurit hanya diberikan perintah tanpa diberikan
arahan serta dorongan, ataupun motivasi. Kewajiban selalu dituntut dengan sepenuhnya
dengan mengorbankan hak yang secara dinas dimilikinya akan berpotensi terjadinya
perbuatan anggota yang melanggar hukum.
Kondisi yang diharapkan dari fakta tersebut adalah adanya pengawasan yang
dilakukan oleh Perwira dan perduli terhadap lingkungan dan anggotanya, artinya adalah
sebagai pemimpin, perwira wajib membenarkan yang salah yang tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku, mengetahui mana yang harus dikoreksi sebagai sarana
pengendalian dalam pelaksanaan tugas. Dengan keperdulian yang tinggi, diharapkan
prajurit akan bertindak dan berprilaku positif sehingga aturan dan norma-norma dalam
kehidupan prajurit dapat diterapkan.
militer. Sebab, disiplin adalah sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap prajurit. Disiplin
merupakan pondasi yang harus melekat dalam setiap diri prajurit. Kepemimpinan yang
tepat dari seorang komandan dan disertai dengan disiplin yang tinggi dari satuannya
akan menghasilkan suatu kombinasi yang dahsyat dan sanggup untuk melaksanakan
apapun tugas yang diberikan.
Penutup.
9
Dihadapkan dengan pembahasan kondisi saat ini dan upaya yang dilaksanakan,
maka saran yang dapat disampaikan dalam penulisan ini adalah : 1. Perlu
dikembangkan pendidikan kepemimpinan dalam setiap strata pendidikan yang bersifat
aplikatif dihadapkan dengan berbagai kasus yang terjadi dan berkaitan dengan
kepemimpinan visioner baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif; 2. Perlu
diberikan pelatihan psikologi lapangan dan manajemen kepemimpinan bagi setiap
Perwira yang akan menjadi pemimpin disatuan TNI sebagai bekal dalam melaksanakan
tugas di lapangan.
Lampiran :
1. Alur Pikir
2. Daftar Pustaka
Lampiran 1 : Alur Pikir
ALUR PIKIR
OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN PERWIRA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PROFESIONALISME DAN
MENEKAN ANGKA PELANGGARAN PRAJURIT
LANDASAN PEMIKIRAN
UU RI NO. 34/2004 TTN TNI
DOKTRIN TNI AD “KEP” MENURUNNYA
SAPTA MARGA ANGKA
SUMPAH PRAJURIT PELANGGARAN
PRAJURIT
POKOK PERSOALAN
DANSAT BERSIFAT GLAMOUR
DAN BOROS
KURANGNYA KETELADAN DARI KONDISI
KONDISI PERWIRA PROSES KEPEMIMPINAN MENINGKATNYA
KEPEMIMPINAN MASIH BANYAKNYA OPTIMALISASI PERWIRA YANG PROFESIONALISME
PERWIRA PELANGGARAN YANG TERJADI KEPEMIMPINAN DIHARAPKAN PRAJURIT
SAAT INI DI SATUAN PERWIRA
FAKTOR YG BERPENGARUH
EKSTERNAL
INTERNAL
1
DAFTAR PUSTAKA