Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Pada perkembangan zaman yang semakin maju dan memasuki


era globalisasi kedudukan sumber daya manusia menjadi sangat penting.
Kedudukan sumber daya manusia yang sangat penting tersebut untuk
mencapai tujuan dunia kerja yang semakin profesional dalam suatu
organisasi. Tujuan dalam suatu organisasi dapat tercapai dengan baik
tergantung dari faktor manusia yang berperan dalam merencanakan,
melaksanakan serta mengendalikan organisasi.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang
mempunyai profesionalitas yang tinggi. Setiap Batalyon memerlukan
pemimpin yang memiliki kepribadian tinggi dan memiliki kemampuan
serta kecakapan dalam mengambil keputusan. Pembentukkan
profesionalitas bertujuan agar kedisiplinan dapat ditingkatkan oleh para
prajurit Batalyon yang memiliki integritas satuan yang tinggi. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya peran SDM tidak mungkin dipisahkan dari
tujuan yang hendak dicapai oleh satuan, baik satuan tempur maupun
satuan bantuan tempur.
Prajurit yang profesional adalah prajurit yang memiliki kompetensi
dalam suatu pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Dalam hal ini,
kepemimpinan dan kedisiplinan menjadi faktor penting dalam
pembentukkan prajurit profesional.
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan,
semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi
para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi paham
dengan keinginan pemimpin. Tingkah laku kelompok atau organisasi
menjadi aspirasi pemimpin oleh pengaruh interpersonal pemimpin
terhadap anak buahnya. Dalam kondisi sedemikian terdapat kesukarelaan
atau induksi pemenuhan-kerelaan (complience induction) bawahan
2

terhadap pimpinan. Khususnya dalam usaha mencapai tujuan bersama,


sehingga diperlukan proses pemecahan masalah- masalah yang harus
dihadapi secara kolektif. Selain itu gaya kepemimpinan juga dibagi
beberapa gaya diantaranya:

1. Gaya kepemimpinan otoriter/Authoritarian adalah


gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
segala pembagian tugas yang tanggung jawab di pegang
oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah di berikan.
2. Gaya kepimimpinan demokratis/ Democratic adalah
gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas
kepada para bawahan. Gaya kepimpinan demokratis
pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya kepimpinan bebas / Laissez faire adalah
pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil
dimana para bawahanya yang secara aktif menentukan
tujuan dan penyelesaian masalah yang di hadapi. (
Kartono,2003:105)

Kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai penggerak dan


koordinator dari sumber daya manusia, sumber daya alam, semua dana,
dan sarana yang disiapkan oleh sekumpulan manusia yang melakukan
kerja sama guna bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Pencapaian
tujuan dimulai dari menciptakan integritas yang tinggi. Faktor pentingnya
kedisiplinan merupakan pelaksanaannya dimulai dari para anggota itu
sendiri. Disiplin disini adalah mengenai disiplin kerja, waktu kerja, disiplin
terhadap perintah atasan dan disiplin dalam mentaati peraturan yang
sudah ditetapkan sehingga tidak terjadi pelanggaran disiplin baik
pelanggaran disiplin murni maupun tidak murni. Pelanggaran hukum
3

disiplin prajurit sesuai dengan pasal 5 KUHPM meliputi pelanggaran


hukum disiplin murni dan pelanggaran disiplin tidak murni. Pelanggaran
disiplin murni merupakan setiap perbuatan yang bukan tindak pidana,
tetapi bertentangan dengan perintah kedinasan atau peraturan kedinasan
atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit.
Pelanggaran disiplin tidak murni adalah setiap perbuatan yang
merupakan tinda pidana yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat
diselesaikan secara hukum disiplin prajurit. Kesadaran tinggi diperlukan
dalam melaksanakan aturan yang dapat diwujudkan dalam disiplin kerja
yang tinggi, untuk mencapai tingkat integritas.

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab


seseorang terhadap tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya. Hal ini
mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan satuan.
Oleh karena itu seorang pemimpin selalu berusaha agar para
bawahannya mempunyai disiplin yang baik, untuk memelihara dan
meningkatkan kedisiplinan yang baik, maka perlu diterapkannya standar
kedidiplinan/ukuran tingkat disiplin sebagai tolak ukur dalam
mengukur tingkat disiplin prajurit.

Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut Levine


(1980: 72), adalah apabila pegawai datang dengan teratur dan
tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik dan
melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan tepat, apabila mereka
mempergunakan perlengkapan organisasi dengan hati-hati, patuh
terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata tertib
yang berlaku, menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Ukuran
disiplin meurut PDP adalah dengan mematuhi semua peraturan dan
norma yang berlaku bagi prajurit dan melaksanakan semua perintah
kedinasan atau yang bersangkutan dengan kedinasan dengan tertib dan
4

sempurna, kesungguhan, keikhlasan hat, dan gembira berdasarkan


ketaatan serta rasa tanggung jawab kepada pimpinan dan kewajiban.

Standar kedisiplinan/ukuran tingkat disiplin menentukan


keberhasilan suatu satuan baik sebagai keseluruhan maupun kelompok
dalam suatu satuan. Hal tersebut sangat tergantung pada mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam satuan tersebut. Dalam organisasi
satuan setingkat Peleton pemimpin harus dapat melibatkan diri dalam
komunikasi dua arah, hingga berdampak pada aspirasi anggotanya.
Pemimpin juga harus memberikan dukungan dan dorongan kepada
anggota, serta memudahkan anggota berinteraksi dan melibatkan
anggota dalam pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan atau
wewenang, pemimpin juga mempunyai tugas memberikan pengarahan
kepada pegawai agar tugas yang akan diberikan kepada pegawai dapat
dikerjakan dengan baik dan tepat waktu.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu berjalan
memberikan contoh bagaimana harusnya bekerja, bagaimana harusnya
disiplin dan bagaimana harusnya mengabdi kepada kepentingan umum
dan kepentingan segenap anggota satuan. Satuan di jajaran TNI AD
hendanya dipimpin oleh pemimpin - pemimpin yang memiliki self dicipline
yang tinggi. Pemimpin yang berdisiplin tinggi akan mampu
mempengaruhi prajurit bawahannya untuk menjadi prajurit yang
berdisiplin tinggi.

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Merupakan kekuatan


pertahanan inti sishankamrata yang harus menjadi benteng dalam
menghadapi ancaman baik militer maupun non militer. Prajurit TNI dituntut
profesional, yang dimaksud profesional disini adalah bahwa prajurit TNI
harus memiliki kompetensi seperti menembak, bela diri, fisik yang prima
serta berdisiplin tinggi. Sehingga dapat menjaga dan mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari berbagai macam ancaman
gangguan hambatan dan tantangan.
5

Batalyon Armed 3/105 Tarik yang merupakan salah satu Satuan


Banpur yang berada di kota Magelang Jawa Tengah yang merupakan
bagian dari TNI Angakatan Darat, juga dituntut dalam pembentukkan
prajurit yang profesional. Batalyon Armed 3/105 TRK Magelang selalu
dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesiapan tempur yang tinggi
dalam rangka menghadapi tugas-tugas yang dibebankan kepada Batalyon
tersebut. Mengingat tuntutan tugas yang begitu besarnya dalam
mendukung tugas pokok satuan, maka tentunya diperlukan kesiapan
personel satuan yaitu dengan memiliki kualitas disiplin yang tinggi. Agar
anggota Batalyon Armed 3/105 TRK mempunyai disiplin yang tinggi
tentunya perlu peran serta para komandan bawahan seperti Danton dalam
meningkatkan disiplin anggotanya.

Peleton 1…Baterai…B .sebagai bagian dari Batalyon Armed 3/105


Tarik yang beranggotakan sebanyak 34 orang prajurit diketahui terdapat
beberapa anggotanya yang melakukan pelanggaran baik pelanggaran
disiplin murni maupun pelanggaran disiplin tidak murni.
Danton sebagai salah satu unsur pimpinan bawah yang dekat
dengan anggota harus mampu meningkatkan disiplin anggota pletonnya,
sehingga memiliki tingkat disiplin yang tinggi, guna mencapai integritas
satuan yang baik. Tingkat disiplin disini adalah mengenai disiplin kerja,
waktu kerja, disiplin terhadap perintah atasan dan disiplin dalam mentaati
peraturan yang sudah ditetapkan, sehingga tidak terjadi pelanggaran
disiplin baik pelanggaran disiplin murni maupun tidak murni.

Danton 1 Baterai B sebagai bagian dari Batalyon Armed 3/105


Tarik harus mampu mewujudkan tingkat disiplin yang tinggi kepada
seluruh anggota Peletonnya. Seorang prajurit yang memiliki tingkat
kedisiplinan yang tinggi akan berpengaruh terhadap penilaian kinerja
dirinya secara khusus dan penilaian Peleton secara umum. Kedisiplinan
sangat penting untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan potensi
6

prajurit baik dalam jenjang karier maupun posisi jabatan, maka Danton 1
Baterai B Batalyon Armed 3/105 Tarik dalam menegakkan dan
melaksankan kedisiplinan bagi para anggotanya menetapkan standar
peraturan kedisiplinan yang berpedoman pada Peraturan Disiplin Prajurit
(PDP).

Disiplin merupakan tindakan untuk mendorong anggota organisasi


untuk memenuhi tuntutan sebagai ketentuan yang telah ditetapkan
organisasi dan diharapkan dapat dipatuhi oleh pegawainya. Pendisiplinan
pegawai diartikan sebagai suatu bentuk pelatihan yang berusaha
memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan prilaku pegawai
sehingga para pegawai tersebut secara suka rela berusaha kooperatif
dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerja
(Siagian,2002:305).

Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen


Sumber daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM
yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi
prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik,
sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal (Hani
Handoko, 2001:209).

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab


perorangan prajurit terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal
ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan
satuan. Oleh karena itu, setiap Danton selalu berusaha agar para
anggotanya mempunyai disiplin yang baik. Seorang Danton dikatakan
efektif dalam kepemimpinannya, jika para anggotanya berdisiplin baik.
Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal
yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhi.
Pengamatan pada Peleton 1 Baterai B Batalyon Armed 3/105
Tarik masih terdapat beberapa anggota yang kurang disiplin dalam
melaksanakan tanggungjawab pekerjaannya, diantaranya datang
7

kekantor tidak tepat waktu, sering tidak mengikuti apel pagi yang
dilakukan setiap hari, dalam melaksanakan tugasnya pada saat jam kerja
sering menyalahgunakan fasilitas- fasilitas kantor. Misalnya,
penyalahgunaan mobil atau kendaraan kantor untuk bepergian diluar
keperluan kantor. Seringnya meninggalkan pekerjaan pada saat jam
kerja hanya untuk sekedar makan dan ngobrol dikantin, seringnya tidak
tepat waktu dalam kembali kekantor pada saat jam istirahat telah habis

Berdasarkan pengamatan diatas maka dilihat terjadinya inefisiensi


kepemimpinan, sehingga terjadi kekurang disiplinan di kalangan anggota
Peleton 1 Baterai B. Peran Kepemimpinan Danton sangat penting dalam
menegakkan disiplin anggotanya, maka dalam penulisan proposal Tugas
Akhir ini saya mengambil judul “Peran kepemimimpinan Komandan
Peleton dalam meningkatkan disiplin anggota Batalyon Armed 3/105
Tarik Magelang.

2. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat permasalahan peran
Peran kepemimimpinan Komandan Peleton dalam meningkatkan
disiplin anggota Batalyon Armed 3/105 Tarik Magelang. Lingkup materi
yang dapat dibahas dalam permasalahan ini sangatlah luas, oleh karena
itu peneliti menentukan batasan penelitian pada peran Danton dalam
menigkatkan disiplin agar menjadi prajurit yang profesional, guna
meningkatkan prestasi satuan sesuai dengan tuntutan Kasad untuk
mewujudkan prajurit yang berdisiplin tinggi, sebagai wujud nyata dari hasil
pembinaan satuan, guna memantapkan kesiapan satuan dalam rangka
mencapai keberhasilan tugas pokok TNI AD.
8

3. Perumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

tiga masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana disiplin prajurit di Batalyon Armed 3/105 Tarik

saat ini?

b. Bagaimanakah peran Danton dalam meningkatkan disiplin

Prajurit di Batalyon Armed 3/105 Tarik?

c. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Danton

dalam meningkatkan disiplin Prajurit di Batalyon Armed 3/105

Tarik?

d. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Danton dalam

meningkatkan disiplin Prajurit di Batalyon Armed 3/105 Tarik?

4. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui tingkat disiplin prajurit di Batalyon

Armed 3/105 Tarik saat ini?

b. Untuk mengetahui peran Danton dalam meningkatkan

disiplin Prajurit di Batalyon Armed 3/105 Tarik?

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh

Danton dalam meningkatkan disiplin Prajurit di Batalyon Armed

3/105 Tarik?

d. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Danton

dalam meningkatkan disiplin Prajurit di Batalyon Armed 3/105

Tarik?
9

5. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis dalam

bidang hukum disiplin Prajurit TNI.

2) Agar dapat menjadi bahan bacaan, referensi bagi

Taruna lain dalam menambah wawasan dan pengetahuan.

3) Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

perbandingan bagi penulis selanjutnya dan perkembangan

ilmu hukum khususnya hukum disiplin Prajurit TNI.

b. Manfaat Praktis

1) Agar dapat menjadi sumbangan pikiran bagi Taruna

calon Danton, ke depan dalam menerapkan upaya-upaya

hukum yang lebih baik, untuk digunakan dalam upaya

meningkatkan disiplin Prajurit di Batalyon, agar terciptanya

sikap dan prilaku Prajurit TNI yang berdisiplin tinggi.

2) Sebagai bahan masukan bagi Komandan Satuan

(Danyon) selaku Ankum dalam menigkatkan disiplin Prajurit

TNI di satuan yang dipimpinnya


10

6. Sistematika Penulisan. Sistematika penulisan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

a. BAB I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan tentang, latar


belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

b. BAB II. STUDI KEPUSTAKAAN. Bab ini merupakan bab


yang akan menguraikan tentang deskripsi teori, keseluruhan dasar
teori dan definisi dari variabel yang diteliti, dari studi pustaka dan
kemudian penelitian ini dikaitkan dengan hasil penelitian terdahulu
bagi pengembangan pengetahuan khususnya di lingkungan
pendidikan militer. Tujuan bab ini adalah dalam membentuk acuan
kerangka berfikir yang akan berguna dalam pelaksanaan penelitian
ini.

c. BAB III. PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini menjelaskan


tentang, pemilihan metode penelitian, lokasi penelitian, instrumen
penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisa data.

d. BAB IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN. Bab ini


menjelaskan tentang organisasi penelitian dan jadwal penelitian,
karena penelitian dilakukkan oleh peneliti itu sendiri, maka tidak
membuat organisasi penelitian.

e. BAB V. BIAYA PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tentang


kebutuhan biaya yang digunakan selama pelqaksanaan peelitian
Tugas Akhir karena semua biaya penelitian ini didukung oleh
Lembaga pendidikan Akademi Militer, maka tidak membuat rincian
biaya.
11

BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

7. Deskripsi Teori

a. Teori peran. Peran merupakan aspek yang dinamis


dalam kedudukan terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peran (Soeharto, 2002; Soekamto, 1984:237).
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan
teori, orientasi, maupun disiplin ilmu, selain dari psikologi, teori
peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan
antropologi (Sarwono, 2002). Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah
“peran” diambil dari dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor
harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya
sebagai tokoh itu ia mengharapkan berperilaku secara tertentu.
Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran. Menurut Biddle
dan Thomas (1966) teori peran terbagi menjadi empat golongan
yaitu yang menyangkut :

1) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi


sosial;
2) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;
3) Kedudukan orang-orang dalam perilaku; dan
4) Kaitan antara orang dan perilaku.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori menurut


Biddle dan Thomas (1966) untuk menjadi dasar pengertian peran
yang dimaksud dalam penelitian karena Danton mengambil bagian
sebagai pemimpin dalam hubungannya dengan anggota, di
samping itu perilaku yang muncul dalam interaksi antara komandan
dengan bawahan bisa dilihat dari kedudukannya antara pemimpin
12

dan anggota yang dipimpin, kemudian antara Danton dan perilaku


sebagai pemimpin punya keterkaitan yang tinggi.

Sosiolog yang bernama Glen Elder (dalam Sarwono, 2002)


membantu memperluas penggunaan teori peran menggunakan
pendekatan yang dinamakan “life-course” yang artinya bahwa
setiap masyarakat mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan
kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut
teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi
aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan
oleh budaya (Sarwono, 2002:89). Sesuai dengan teori ini, harapan-
harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun
kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori
ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai
tentara, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya,
diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran
tersebut. Seorang tentara misalnya, jadi karena statusnya adalah
tentara maka ia harus menjaga daerah tempat dia bertugas agar
tercipta kemanaan, hal tersebut ditentukan oleh peran sosialnya.
Sebagaimana yang telah dipaparan oleh Sarwono di atas dimana
seseorang/organisasi yang mempunyai peran tertentu diharapkan
agar seseorang/organisasi tadi berperilaku sesuai dengan peran
tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menarik suatu kesimpulan
bahwa peran adalah suatu perilaku dan kedudukan seseorang
dalam suatu interaksi kelompok atau masyarakat yang saling
berkaitan dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan tertentu
berdasarkan hak dan kewajibannya dalam interaksi tersebut.

8. Kerangka Pemikiran.
a. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata
pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau
13

mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun


mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara
fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari
yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan
tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan kepemimpinannya.

Menurut Wahjosumidjo (2005:17) kepemimpinan di


terjemahkan kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh
terhadap orang lain, pola-pola, interaksi, hubungan kerja sama
antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan
persuasif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.
Miftah Thoha (2010:9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat


penting dalam suatu organisasi karena sebagian besar
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney
(1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010:74) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-
teknik manajemen.

Menurut George R. Terry (Miftah Thoha, 2010:5)


kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
14

Sedangkan A. Dale Timple (2000:58) mengartikan


kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di dalam mana
manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha
mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan
seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang
akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan
kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori


kepemimpinan menurut Sudarwan Danim (2004:56), dimana
kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sehingga kepemimpinan disini merupakan suatu usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang dilakukan oleh Danton untuk mengkoordinasi
dan memberi arah kepada para prajurit peleton tangkas yang akan
menghadapi lomba peleton tangkas yang akan datang.

Menurut Yamin dan Maisah (2010:74) kepemimpinan adalah


suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori
memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita
sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang


formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para
bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam
15

diri para bawahannya. Secara sederhana pemimpin yang baik


adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain,
sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Kartini Kartono (2003:48) kepemimpinan itu sifatnya


spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus. Sebab dalam satu
kelompok yang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, dan punya
tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri-ciri
karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus tadi.
Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya
harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga
bersangkutan, serta cocok/pas dengan situasi dan zamannya.

Berdasarkan teori-teori menurut para ahli diatas, maka


penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses dan kegiatan yang dilakukan oleh individu ataupun
kelompok dalam mempengaruhi individu dan kelompok lainnya
yang berada pada satu wadah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kelompok tersebut, sehingga tiap-tiap individu
punya kepemimpinan yang berbeda-beda untuk diterapkan.

b. Gaya Kepemimpinan
Menurut Mifta Thoha (2010:49) gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada
saat orang itu mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat. Macam-macam gaya kepemimpinan antara lain :
1) Gaya Kepemimpinan Otokratik
Menurut Sudarwan Danim (2004:75) kata otokratik
diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap
produk pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau
otoriter yang bersifat dipaksakan. Kepemimpinan otokratik
disebut juga kepemimpinan otoriter. Mifta Thoha (2010:49)
mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai gaya yang
didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.
16

Jadi kepemimpinan otokratik adalah kepemimpinan yang


dilakukan oleh seorang pemimpin dengan sikapnya yang
menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain dan
memiliki idealisme tinggi.

Menurut Sudarwan Danim (2004:75) pemimpin


otokratik memiliki ciri-ciri antara lain:
a) Beban kerja organisasi pada umumnya
ditanggung oleh pemimpin;
b) Bawahan oleh pemimpin hanya dianggap
sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh
memberikan ide-ide baru;
c) Bekerja dengan disiplin tinggi, belajar keras,
dan tidak kenal lelah;
d) Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun
bermusyawarah sifatnya hanya penawar saja;
e) Memiliki kepercayaan yang rendah terhadap
bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan,
didalam dirinya penuh ketidak percayaan;
f) Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu
arah; dan
g) Korektif dan minta penyelesaian tugas pada
waktu sekarang.
2) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Menurut Sudarwan Danim (2004:75) kepemimpinan
demokratis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan
kekuatan kelompok, tujuan-tujuan yang bermutu dapat
tercapai. Mifta Thoha (2010:50) mengatakan gaya
kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan
personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Menurut Sudarwan Danim (2004:76) pemimpin
demokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
17

a) Beban kerja organisasi menjadi tanggung


jawab bersama personalia organisasi itu;
b) Bawahan oleh pemimpin dianggap sebagai
komponen pelaksana secara integral harus diberi
tugas dan tanggung jawab;
c) Disiplin akan tetapi tidak kaku dan
memecahkan masalah secara bersama;
d) Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan
tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan; dan
e) Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka
dan dua arah.
3) Gaya Kepemimpinan Permisif
Menurut Sudarwan Danim (2004:76) pemimpin
permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai
pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin
memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga
bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap
suatu permasalahan. Pemimpin yang permisif cenderung
tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.

Menurut Sudarwan Danim (2004:77) pemimpin


permisif memiliki ciri-ciri antara lain:
a) Tidak ada pegangan yang kuat dan
kepercayaan rendah pada diri sendiri;
b) Mengiyakan semua saran;
c) Lambat dalam membuat keputusan;
d) Banyak “mengambil muka” kepada bawahan;
dan
e) Ramah dan tidak menyakiti bawahan.

9. Teori Disiplin.
Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin “discipline” yang
berarti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta
18

pengembangan tabiat.” Disiplin muncul sebagai usaha untuk memperbaiki


perilaku individu sehingga taat azas dan selalu patuh pada aturan atau
norma yang berlaku. Terkait dengan pengertian disiplin, para ahli
pendidikan banyak memberi batasan diantaranya, Siswanto (2001)
memandang bahwa disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai,
patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas
dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori disiplin menurut


Siswanto (2001) sebagai landasan teori untuk penelitian karena sikap
menghormati, menghargai, patuh dan taat akan aturan tersebut
merupakan sikap dasar dari seorang prajurit militer baik seorang Danton
maupun anggotanya dalam melaksanakan tugas yang diembankan
kepadanya.

Flippo (dalam Atmodiwirjo, 2000) mengemukakan bahwa displin


adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa
yang akan datang dengan mempergunakan hukum dan ganjaran. Definisi
di atas memfokuskan pengertian disiplin sebagai usaha untuk menata
perilaku seseorang agar terbiasa melaksanakan sesuatu sebagaimana
mestinya yang dirangsang dengan hukuman dan ganjaran. Atmosudirjo
(dalam Atmodiwirjo, 2000) mendefinisikan disiplin sebagai bentuk
ketaatan dan pengendalian diri erat hubungannya rasionalisme, sadar,
tidak emosional. Pendapat ini mengilustrasikan bahwa displin sebagai
suatu bentuk kepatuhan terhadap aturan melalui pengendalian diri yang
dilakukan melalui pertimbangan yang rasional.

Fathoni (2006) kedisiplinan dapat diartikan bila mana pegawai


selalu datang dan pulang pada tepat waktu yang ditentukan oleh kepala
manajer, pimpinan dari masing-masing instansi. Menurut Hasibuan (2002)
disiplin adalah suatu sikap menghormati dan menghargai suatu peraturan
yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
19

menjalankannya dan tidak menolak untuk menerima sanksi-sanksi apabila


dia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin


kerja adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, ketentraman, keteraturan dan ketertiban.

10. Komandan Peleton TNI AD


Sebagaimana yang diharapkan oleh para Pimpinan TNI, khususnya
TNI AD bahwa apapun situasi dan kondisi dimanapun satuan berada
harus menerima latihan-latihan kegiatan yang pada dasarnya untuk
meningkatkan kesiapan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas operasi,
maka visualisasi latihan harus sudah lebih mengarah kepada keadaan
yang sesungguhnya. Seorang Komandan Peleton adalah jabatan bagi
Perwira TNI AD yang berpangkat Letnan Dua dan Letnan Satu baik
lulusan Taruna Akademi Militer, Sekolah Perwira Prajurit Karir (Sepa PK)
dan Sekolah Calon Perwira bagi Bintara. Dan seorang Danton memimpin
anggota peletonnya dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai korps dan
satuan masing-masing. Istilah Komandan peleton di organisasi di batalyon
armed disebut perwira peninjau ( pajau ), karena kepentingan tugas atau
secara fungsional maka pajau disebut juga Danton. Jabatan pajau adalah
jabatan struktural dalam organisasi batalyon armed.

Suatu pertempuran dikatakan berhasil dan keberhasilan seorang


Komandan Peleton sebagai pemimpin dalam memimpin anggota
peletonnya, baik disatuan manapun di daerah operasi sangat dipengaruhi
oleh kemampuan Komandan tersebut dalam melatih anggotanya.
Pembinaan latihan disatuan dapat memberikan kepercayaan diri dan
Komandan Peleton beserta anggotanya dapat berjalan sesuai dengan apa
yang disepakati bersama, kendala-kendala di lapangan harus dipecahkan
bersama-sama.
20

Dalam mempersiapkan prajurit menghadapi tugas-tugas yang


dibebankan, maka diharapkan prajurit selama dibasis mendapatkan suatu
pembinaan mental latihan yang baik hal ini tidak terlepas dari peran
Komandan Peleton dalam menerapkan kepemimpinan dan selaku
pembina latihan di peletonnya, antara lain:
a. Memberikan kemampuan teknis dan taktis yang lebih
prakmatis dibandingkan apa yang didapat dari pendidikan;
b. Latihan harus lebih keras dalam arti penggunaan fisik dan
dampak psikologis untuk menambah keyakinan;
c. Perlu dipegang secara prinsip bahwa latihan adalah
pengganti pertempuran yang sebenarnya;
d. Memberikan kemampuan teknis, taktis dan administrasi
yang lebih praktis dan pragmatis dibanding apa yang didapat dari
pendidikan; dan
e. Latihan harus keras dalam arti pembunaan fisik, adanya
tekanan serta ancaman sehingga memberikan keberanian dan
kemampuan dalam pengambilan keputusan.

Kemampuan Danton dalam penerapan pembinaan latihan dalam


kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya dalam
pelaksanaan tugas pokok. Seorang Komandan Peleton harus mampu
menguasai pembinaan latihan sebagai upaya meningkatkan kemampuan
anggotanya. Seorang Komandan Peleton harus menguasai Binlat sebagai
dasar dalam melatih anggotanya. Adapun hal-hal yang berpengaruh
terhadap Binlat dan harus menjadi acuan bagi Danton dalam menerapkan
pembinaan latihan adalah:
a. Disiplin.
Pembinaan disiplin prajurit sangat diperlukan dimana hal ini
sangat tergantung kepada penerapan disiplin oleh Danton didalam
pelaksanaan tugas maupun di basis.
b. Moril.
21

Pembinaan moril prajurit sangat berpengaruh terhadap tugas


pokok. Seorang Komandan Peleton harus mampu meningkatkan
moril anggotanya.
c. Jiwa Korsa.
Penerapan kepemimpinan lapangan yang dilakukan oleh
Komandan agar tercipta kebersamaan, kekompakan dan rasa jiwa
korsa yang kuat antar prajurit di satuan, sehingga akan menunjang
kesiapan pelaksanaan tugas.
d. Motivasi.
Dengan dorongan ini bisa dilakukan selama berada di basis
maupun di daerah operasi, maka motivasi pribadi pimpinan
merupakan sikap mental seorang pemimpin disegala tempat.
22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

11. Lokasi dan Metode Penelitian

a. Lokasi Penelitian. Penelitian tugas akhir ini di


lakukan di Batalyon Armed 3/TRK magelang yang berlokasi di Jl.
Pelda Sibarani, Secang, Jambewangi, Magelang, Jawa Tengah
56195, Indonesia. Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat
pengamatan di Batalyon Armed 3/TRK, karena di Batalyon Armed
3/TRK masih banyak anggota yang tingkat kedisiplinannya kurang.
Lokasi penelitian tidak jauh dari Akmil, sehingga memudahkan
proses pelaksanaan penelitian dan sesuai dengan kecabangan
penulis.

b. Metode Penelitian.
Penelitian ini pada dasarnya menitikberatkan pada data
primer dan sekunder sehingga menggunakan metoda kualitatif.
Dengan metoda kualitatif dapat ditemukan data-data yang tersebar,
selanjutnya dikonstruksikan dalam suatu tema yang lebih bermakna
dan mudah dipahami. Metoda ini sering disebut metoda penelitian
naturalistik berdasarkan pada kondisi alamiah (natural setting).
Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika objek tersebut. Pemilihan subyek dengan
pendekatan metode kualitatif diharapkan mampu mendiskripsikan
data dengan cara memaparkan situasi secara rinci dan tepat
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji (Sugiyono, 2012).
23

12. Sampel Sumber Data.


Teknik pengambilan sampel sumber data dalam kegiatan penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling dan dikembangkan dengan
menggunakan snowball sampling sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sugiyono (2011:300). Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang
sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling.
Sugiyono (2011:300) meneragkn bahwa purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel atas pertimbangan tertenttu yang didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan informasi. Sedangkan snowball sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang bermula sedikit kemudian berkembang
menjadi lebih banyak selaras perkembangan pemenuhan informasi hingga
data atau informasi yang didapat mengalami kejenuhan.

13. Instrumen penelitian.


Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk
mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada
peneliti itu sendiri. Dalam pengambilan data kepada narasumber
dilakukan dengan teknik wawancara untuk menggali data-data yang
diperlukan oleh peneliti.
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping
memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.
Kelebihannya antara lain, pertama, peneliti dapat langsung melihat,
merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya.
Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna
apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini
adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.

14. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan tiga cara yaitu:
24

a) Wawancara. Merupakan proses interaksi atau komunikasi


antara pewawancara dengan responden terhadap informasi
penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah untuk menggali lebih
tentang Peran Danton dalam membina fisik anggota guna
meningkatkan kesegaran jasmani anggota di Batalyon Armed 3/
TRK Naga Pakca Magelang. Proses wawancara terhadap
responden adalah dengan menjawab variabel pertanyaan
menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan mengacu pada
masalah yang terjadi di Batalyon tersebut. Dalam penelitian ini
wawancara dilaksanakan terhadap satu orang Danton dan
beberapa orang anggota yang berada di Batalyon tersebut

b) Observasi non Participant/pengamatan tidak terlibat.


Pengamatan tidak terlibat merupakan teknik pengumpulan data
dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam mengadakan
pengamatan terhadap objek penelitian/objek yang diteliti.
Pengamatan tidak terlibat merujuk pada observasi yang dilakukan
oleh peneliti dengan memainkan peran partisipasi dan secara
langsung terlibat di dalam kegiatan orang yang sedang diteliti.
Dalam konteks penelitian ini, observasi dilakukan terhadap anggota
Batalyon Armed 3/ TRK sebagai objek penelitian. Tujuan observasi
ini untuk memperkuat fakta dan data pernyataan responden, guna
menguji kredibilitas data/keabsahan data yang diperoleh dari
pengambilan data sebelumnya. Dengan data yang absah dan
akurat, maka dapat mengetahui sejauh mana peran Danton dalam
latihan fisik guna meningkatkan kesegaran jasmani anggota
pletonnya.

c) Studi dokumen. Menurut Sugiyono (2005;83) studi dokumen


merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil
25

penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/


menggunakan studi dokumen dalam penelitian kualitatifnya. Studi
dokumen dalam penelitian ini digunakan sebagai narasumber untuk
memperkuat fakta dan data sosial seperti dokumen, foto, dan
bahan lainnya, yang banyak tersimpan dalam berbentuk
dokumenter, baik melalui situs internet maupun dokumen buku.

15. Teknik Analisis Data. Teknik analisis data dalam penelitian ini
diarahkan untuk menjawab fenomena, agar diperoleh kebenaran informasi
dan gambaran utuh mengenai objek penelitian dengan menggunakan
model Miles and Hubermen yang dilakukan melalui 3 tahapan (Sugiyono,
2012) sebagai berikut:

a) Tahap sebelum penelitian. Pada tahap ini penulis telah


menganalisis sebagian data yang diperoleh dari hasil data
pendahuluan/sekunder, selanjutnya melakukan reduksi data.

b) Tahap selama penelitian. Pada tahap ini penulis menganalisis data


yang diperoleh dari hasil data primer dan sekunder dalam kurun
waktu/periodisasi yang telah ditetapkan.

c) Tahap setelah penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan


verifikasi data untuk membuat kesimpulan baru yang teruji dan
dikonstruksikan dengan judul penelitian.

1) Reduksi data. Mereduksi data dalam penelitian ini adalah


merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang
tidak perlu dari data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini data
yang diperoleh dari berbagai sumber dan melalui studi dokumen,
data wawancara dan observasi kemudian dirangkum, untuk
menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian data di
lapangan. Data yang diperoleh dalam penggalian data sudah
26

barang tentu merupakan data yang sangat rumit dan juga sering
dijumpai data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian
tetapi data tersebut bercampur baur dengan data yang ada
kaitannya dengan penelitian. Dengan kondisi data yang ada seperti
itu, maka peneliti perlu menyederhanakan data dan membuang
data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian. Sehingga
tujuan penelitian tidak hanya untuk menyederhanakan data, tetapi
juga untuk memastikan data yang diolah itu merupakan data yang
tercakup dalam scope penelitian tentang peran Danton dalam
membina fisik anggota guna meningkatkan kesegaraan jasmani
anggota di Batalyon Armed 3/TRK Naga Pakca Magelang.

2) Penyajian data. Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip


oleh Muhammad Idrus bahwa: Penyajian data adalah sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan
informasi yang tersusun, dan memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan karena data-data yang
diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya masih
berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa
mengurangi isinya.

3) Kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan atau verifikasi yaitu


tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti
mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah
diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data
yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau
perbedaan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan jalan
membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian
dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar
dalam penelitian tentang kedisiplinan anggota Batalyon Armed – 3 /
105 Tarik.
27

meningkatkan kesegaran jasmani di Batalyon Armed 3/ TRK Naga


Pakca Magelang.

BAB IV
ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN

16. Organisasi Penelitian.


Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai peneliti tunggal
dimana seluruh kegiatan penelitian dikerjakan secara mandiri. Tanpa ada
ikatan keorganisasian secara formal.

17. Jadwal penelitian.


Kegiatan Bulan
VI VII VIII IX X XI
1. Pembuatan Usulan Penelitian
a. Penelaahan Kepustakaan (Studi
Pendahuluan).
b. Penetapan: Masalah, Judul Usulan
Penelitian.
c. Bimbingan Usulan Penelitian.
d. Seminar Usulan Penelitian.
e. Penyempurnaan Usulan Penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan, Analisis Data dan Interpretasi
3.
Hasil Analisis Data
4. Penulisan Draft Tugas Akhir/Skripsi
Penulisan Tugas Akhir/Skripsi dan
5.
Bimbingan
6. Ujian Tugas Akhir/Skripsi
28

BAB V
BIAYA PENELITIAN

18. Biaya Penelitian.


Biaya penelitian adalah biaya yang digunakan untuk operasional
penelitian. Tugas Akhir ini merupakan program yang diselenggarakan oleh
Akademi Militer sebagai salah satu syarat bagi Taruna tingkat IV untuk
menyandang gelar kesarjanaan, oleh karena itu biaya penelitian yang
digunakan oleh Penulis, seperti kebutuhan kegiatan penelitian, pengadaan
alat tulis, sarana prasarana dan bahan untuk penyempurnaan tugas akhir
sepenuhnya ditanggung oleh lembaga Akademi Militer.
29

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai