Disusun oleh :
Danang Dwi Prasetya 5150711062
M. Andri Derian Simbolon 5150711079
Yoga Aji Wibowo 5150711083
Fariz Saputra 5150711096
Rifqi Fauzan Kusmayana 5160711004
Dosen Pengampu :
Syahrial Shaddiq, S.T., M.Eng., M.M.
2.1 Kepemimpinan
John Pfiffner (1960) mengungkapkan (dalam Abdulsyani, 1987: 232),
kepemimpinan merupakan suatu seni untuk mengkoordinasikan dan memotivasi
terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Soerjono Soekanto (2001; 318) mengatakan senada mengenai definisi
kepemimpinan (leadership). Menurutnya, kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain yaitu
orang-orang yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya. Demikian dua definisi dari
kepemimpinan. Masih banyak lagi pendapat yang mendefinisikan tentang
kepemimpinan, yang masing-masing hampir seluruhnya berbeda dalam
mengungkapkannya. Namun pada dasarnya dalam pengungkapannya mempunyai
maksud dan tujuan yang sama. Artinya, kepemimpinan itu merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar
bersedia melakukan tugas-tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian, fungsi pemimpin berbeda dengan fungsi pemerintah, atau
pejabat. Seorang pejabat atau kepala perusahaan memberikan perintah kepada
bawahan berdasarkan aturan yang berlaku. Sedangkan seorang pemimpin bukan
saja berbekal aturan yang berlaku, melainkan juga harus menghadapi dan
menemukan jawaban atas kejadian-kejadian tidak terduga.
Peranan pemimpin untuk membawa perubahan terhadap yang dipimpin ke
arah kebaikan menjadi tanggung jawab dari pemimpin itu dan harapan besar
pengikutnya. Sederhananya, pemimpin memikul amanah dan bertanggungjawab
penuh terhadap pelaksanaannya. Hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai jihad
dalam menjalankan amanah yang telah diberikan. Sebagaimana istilah dari jihad
itu sendiri berasal dari kata jahada (kata benda abstrak, juhd), yang bermakna
“berusaha” namun disini ditekankan berusaha dengan sebaik-baiknya (dalam
Majid Khadduri, 2002; 46).
2.1.1 Tipologi Kepemimpinan
Ada beberapa tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi, antara lain:
1. Tipe Otokratik.
Seorang pemimpin yang otokratik ialah pemimpin yang memiliki kriteria
atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi;
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan
penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan bersifat menghukum. Hal ini tidak lain karena pemimpin dengan
tipe ini memiliki kecenderungan memperlakukan bawahannya sama dengan
alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai pendapat dari bawahannya.
2. Tipe Paternalistik.
Ada pandangan di mata seorang pemimpin yang paternalistik, yaitu
bawahan belum dewasa dalam cara berpikir dan bertindak sehingga
memerlukan bimbingan dan tuntunan terus-menerus. Sehingga ia bersikap
terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
3. Tipe Kharismatik.
Berbagai literatur kesulitan dalam menjabarkan tipe kepemimpinan satu ini
karena kekurangan pengetahuan untuk menjelaskan mengenai kepemimpinan
yang kharismatik. Orang lalu cenderung mengatakan bahwa ada orang-orang
tertentu yang memiliki “kekuatan ajaib” yang tidak mungkin dijelaskan secara
ilmiah yang menjadikan orang-orang tersebut dipandang sebagai seorang
pemimpin yang kharismatik.
4. Tipe Laisez Faire.
Pandangan seorang pemimpin yang bertipe ini akan berkisar bahwa pada
umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena
menganggap anggotanya telah dewasa dan mengetahui apa yang harus
dikerjakan dalam organisasi. Pemimpin hanya bertindak layaknya polisi lalu
lintas tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi berjalan sehingga
seolah-olah tidak ada ikatan antara pemimpin dan bawahan. Tipe ini biasanya
disebut juga sebagai tipe liberal.
5. Tipe Demokratik.
Pendekatan yang manusiawi dalam berorganisasi adalah suatu ciri dari
pemimpin tipe ini. Seorang pemimpin demokratik dihormati dan disegani
bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasi mendorong
bawahannya untuk menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi serta
kreatifitasnya. Pemimpin tipe ini akan selalu mendengarkan dengan sungguh-
sungguh setiap pendapat, kritik dan masukan dari bawahannya.
6. Tipe Militeristik.
Dalam usaha menggerakkan bawahannya lebih ditekankan pada system
komando atau perintah berdasarkan atas tinggi atau rendahnya jabatan.
Artinya, bawahan wajib melaksanakan perintah atasannya dengan pangkat
yang lebih tinggi. Setiap aktivitas ditekankan pada dasar formalitasnya. Kritik,
saran dan pendapat dari bawahannya sulit untuk diterima.
2.3 Organisasi
Immanuel Kant mengungkapkan, “If you dream alone it’s just a dream. But
if you dream together it’s dawn of reality”. Mungkin seperti ini analogi dalam
sebuah organisasi. Jika kita bermimpi sendiri maka itu hanyalah sebuah mimpi,
tetapi jika mimpi itu coba dirangkai bersama dalam suatu wadah, maka itulah
awal dari sebuah kenyataan. Wadah tersebut adalah organisasi yang merupakan
suatu kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak
dapat dicapai oleh individu secara perseorangan. Menurut Sutarto (2002),
organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi ini dapat ditemukan adanya
berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerja
sama dan tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri
sendiri melainkan saling kait dan merupakan suatu kebulatan.
Dari penjelasan tersebut maka terdapat tiga unsur pokok dalam organisasi,
yakni adanya sekelompok orang, adanya kerjasama, dan orang yang bekerjasama
itu mempunyai tujuan bersama. Organisasi tentu terdiri dari beranekaragam
individu, baik dari karakter, latar belakang, tingkatan dan sebagainya membaur
menjadi satu laksana semboyan bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika.
Karenanya, diperlukan adanya kesadaran plural yang tinggi dimana setiap
individu adalah berbeda sehingga satu dengan lainnya akan saling menghargai dan
menghormati. Semua bersatu dan bekerjasama dalam mencapai satu tujuan
bersama.
Dalam istilah Jawa dikenal semboyan mangan ora mangan waton kumpul.
Sistem kehidupan bersama tersebut menjadi format yang memenuhi syarat bagi
organisasi karena orang bekerja ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang
merupakan tujuan dasar yang ingin dicapai dengan bekerjasama satu sama lain.
Sekali lagi, perihal menghargai dan menghormati merupakan hal yang sangat
penting dalam berorganisasi. Sesuatu harus senantiasa dijaga dan dipupuk.
Bahkan dalam bahasan organisasi diperlukan adanya komunikasi organisasi
dimana bertujuan untuk membentuk saling pengertian (mutual understanding).
Pendek kata, agar terjadi penyetaraan dalam kerangka referensi (frame of
reference) dan kerangka pengalaman (frame of experience). Dengan kata lain
menghindari adanya kesalahpahaman (misunderstanding) (Reni Panuju, 2001: 2-
3).
3.1. Kesimpulan
Manajemen dan juga organisasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
keberadaan organisasi merupakan suatu wadah bagi manajemen. Tetapi
manajemen pula yang menentukan gerak suatu organisasi, dengan kata lain
organisasi tidak dapat digerakkan tanpa manajemen dan sebaliknya manajemen
hanya dapat diimplementasikan dalam suatu organisasi. Manajemen juga
mencakup orang yang melaksanakan tanggung jawab agar tercapainya suatu
tujuan dan suatu struktur organisasi dan juga memiliki peran yang jelas, dengan
kata lain manajemen sangat berkaitan erat dengan organisasi. Didalam suatu
organisasi tentunya memiliki struktur yang jelas dengan pembagian tugas,
tanggungjawab dan juga wewenang sebagai upaya untuk menggerakan setiap
anggota organisasi melakukan tugasnya demi tercapainya suatu tujuan.
DAFTAR PUSTAKA