Anda di halaman 1dari 11

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah manajemen teknik

Disusun oleh :
Danang Dwi Prasetya 5150711062
M. Andri Derian Simbolon 5150711079
Yoga Aji Wibowo 5150711083
Fariz Saputra 5150711096
Rifqi Fauzan Kusmayana 5160711004

Dosen Pengampu :
Syahrial Shaddiq, S.T., M.Eng., M.M.

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI & ELEKTRO
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu kepemimpinan yang berlandaskan dengan ideologi yang kuat
serta ilmu pengetahuan yang luas dalam mengorganisir sebuah organisasi
memanglah harus memerlukan suatu tindakan yang mencerminkan sebuah
kepemimpinan yang dimana seorang pemimpin mempunyai ingtegritas dan
komitmen serta semangat yang besar, agar organisasi yang telah dibentuk dapat
berjalan sesuai degan prosedur yang telah disepakati demi mewujudkan visi dan
misi suatu organisasi, serta juga dapat melakukan pendekatan kerjasama kepada
klien-klien untuk sebuah pembentukan jaringan organisasi yang lebih luas.
Dalam menjalankan suatu roda organisasi seorang pemimpin memerlukan
sebuah tindakan yang tepat dalam menyesuaikan kinerja anggota dalam
mengambil sikap untuk menjalankan tugas yang telah diberikan pemimpinnya
dengan kualitas dan kinerja anggota menjadi tanggung jawab pemimpin agar
terciptanya struktur kepemimpinan yang terorganisir dengan profesional.
Sehingga dalam menjalankan manajemen keorganisasiannya tidak akan
mengalami masalah-masalah yang rumit dan memudahkan dalam menjalankan
roda organisasi tersebut sesuai dengan target sasaran yang dibidiknya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam hal kepemimpinan dan manajemen organisasi memiliki sebuah
rumusan masalah yang telah dirangkum dibawah ini:
1. Jelaskan apa itu kepemimpinan dan manajemen organisasi
2. Jelaskan tipe-tipe dalam kepemimpinan
3. Bagaimana perspektif Islam soal pemimpin
4. Jelaskan fungsi dari organisasi
5. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan, manajemen dan organisasi.
1.3 Tujuan
Dengan pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui subtansi dari
kepemimpinan dan manajemen organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan
John Pfiffner (1960) mengungkapkan (dalam Abdulsyani, 1987: 232),
kepemimpinan merupakan suatu seni untuk mengkoordinasikan dan memotivasi
terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Soerjono Soekanto (2001; 318) mengatakan senada mengenai definisi
kepemimpinan (leadership). Menurutnya, kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain yaitu
orang-orang yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya. Demikian dua definisi dari
kepemimpinan. Masih banyak lagi pendapat yang mendefinisikan tentang
kepemimpinan, yang masing-masing hampir seluruhnya berbeda dalam
mengungkapkannya. Namun pada dasarnya dalam pengungkapannya mempunyai
maksud dan tujuan yang sama. Artinya, kepemimpinan itu merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar
bersedia melakukan tugas-tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian, fungsi pemimpin berbeda dengan fungsi pemerintah, atau
pejabat. Seorang pejabat atau kepala perusahaan memberikan perintah kepada
bawahan berdasarkan aturan yang berlaku. Sedangkan seorang pemimpin bukan
saja berbekal aturan yang berlaku, melainkan juga harus menghadapi dan
menemukan jawaban atas kejadian-kejadian tidak terduga.
Peranan pemimpin untuk membawa perubahan terhadap yang dipimpin ke
arah kebaikan menjadi tanggung jawab dari pemimpin itu dan harapan besar
pengikutnya. Sederhananya, pemimpin memikul amanah dan bertanggungjawab
penuh terhadap pelaksanaannya. Hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai jihad
dalam menjalankan amanah yang telah diberikan. Sebagaimana istilah dari jihad
itu sendiri berasal dari kata jahada (kata benda abstrak, juhd), yang bermakna
“berusaha” namun disini ditekankan berusaha dengan sebaik-baiknya (dalam
Majid Khadduri, 2002; 46).
2.1.1 Tipologi Kepemimpinan
Ada beberapa tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi, antara lain:
1. Tipe Otokratik.
Seorang pemimpin yang otokratik ialah pemimpin yang memiliki kriteria
atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi;
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan
penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan bersifat menghukum. Hal ini tidak lain karena pemimpin dengan
tipe ini memiliki kecenderungan memperlakukan bawahannya sama dengan
alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai pendapat dari bawahannya.
2. Tipe Paternalistik.
Ada pandangan di mata seorang pemimpin yang paternalistik, yaitu
bawahan belum dewasa dalam cara berpikir dan bertindak sehingga
memerlukan bimbingan dan tuntunan terus-menerus. Sehingga ia bersikap
terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
3. Tipe Kharismatik.
Berbagai literatur kesulitan dalam menjabarkan tipe kepemimpinan satu ini
karena kekurangan pengetahuan untuk menjelaskan mengenai kepemimpinan
yang kharismatik. Orang lalu cenderung mengatakan bahwa ada orang-orang
tertentu yang memiliki “kekuatan ajaib” yang tidak mungkin dijelaskan secara
ilmiah yang menjadikan orang-orang tersebut dipandang sebagai seorang
pemimpin yang kharismatik.
4. Tipe Laisez Faire.
Pandangan seorang pemimpin yang bertipe ini akan berkisar bahwa pada
umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena
menganggap anggotanya telah dewasa dan mengetahui apa yang harus
dikerjakan dalam organisasi. Pemimpin hanya bertindak layaknya polisi lalu
lintas tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi berjalan sehingga
seolah-olah tidak ada ikatan antara pemimpin dan bawahan. Tipe ini biasanya
disebut juga sebagai tipe liberal.
5. Tipe Demokratik.
Pendekatan yang manusiawi dalam berorganisasi adalah suatu ciri dari
pemimpin tipe ini. Seorang pemimpin demokratik dihormati dan disegani
bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasi mendorong
bawahannya untuk menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi serta
kreatifitasnya. Pemimpin tipe ini akan selalu mendengarkan dengan sungguh-
sungguh setiap pendapat, kritik dan masukan dari bawahannya.
6. Tipe Militeristik.
Dalam usaha menggerakkan bawahannya lebih ditekankan pada system
komando atau perintah berdasarkan atas tinggi atau rendahnya jabatan.
Artinya, bawahan wajib melaksanakan perintah atasannya dengan pangkat
yang lebih tinggi. Setiap aktivitas ditekankan pada dasar formalitasnya. Kritik,
saran dan pendapat dari bawahannya sulit untuk diterima.

2.1.2 Pemimpin dalam Perspektif Islam


Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin menjelaskan bahwa esensi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah melindungi segenap kepentingan
masyarakat menuju pilar utama. Pertama, beribadah hanya kepada Allah SWT
dengan memiliki aqidah yang lurus dan syari’at yang benar. Kedua, memenuhi
kebutuhan hidup secara layak dalam bidang sandang, pangan, papan, kesehatan
dan pendidikan. Ketiga, melindungi mereka dari perasaan takut dan khawatir, baik
yang bekaitan dengan kehidupan pribadinya, keluarganya, masa depannya dan
juga lingkungan masyarakat. 103 Ketiga hal tersebut dikemukakan secara implisit
dalam firman Allah melalui surat Al-Quraisy ayat 3-4, yaitu “Maka hendaklah
mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka
dari ketakutan”.
Ketiga hal tersebut hanya dapat terwujud apabila terdapat seorang pemimpin
yang kuat, amanah dan berorientasi pada kepentingan masyarakat .Kepemimpinan
tersebut akan dapat direalisasikan jika para pemimpin negeri ini melaksanakan
dua fungsi utama, yaitu sebagai Ulil Amri dan Khadimul Ummah. Ulil Amri atau
Umara adalah orang yang diberikan amanah dan kepercayaan untuk menangani
segala urusan orang lain (masyarakat). Ia bertanggungjawab penuh terhadap
segala persoalan yang muncul di tangah masyarakat. Pemimpin yang memahami
makna Ulil Amri akan memiliki kesadaran bahwa amanah dan kekuasaannya
harus dipergunakan sesuai dengan tuntunan Allah, Rasul dan Kitab-Nya.
Sehingga ia akan berusaha untuk berlaku adil dalam melindungi segenap
kepentingan masyarakat terutama kaum lemah.
Selanjutnya khadimul Ummah atau pelayan masyarakat. Pemimpin yang
berorientasi pada pelayanan masyarakat akan senantiasa berusaha untuk
melakukan berbagai langkah dan upaya yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kepeduliaannya terhadap kondisi masyarakat akan tercermin pada
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Pemimpin yang pro-rakyat inilah yang
termasuk ke dalam salah satu kelompok yang akan dilindungi oleh Allah di hari
kiamat nanti. Posisi manusia sebagai pemimpin tersebut diuraikan dalam
paragraph ke-13 BAB II NDP HMI, yaitu: “Manusia adalah puncak ciptaan dan
makhluk-Nya yang tertinggi. Sebagai makhluk tertinggi, manusia dijadikan
khalifah atau wakil Tuhan di bumi. Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi
untuk memakmurkannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada
manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di
dunia. Perbuatan manusia tersebut membentuk rentetan peristiwa yang disebut
“sejarah”. Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik
atau rajanya”.
Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia diberi suatu
kelebihan dibandingkan makhluk lain dan kemerdekaan untuk mengolah dan
mengelola bumi. Disini juga dapat disebut melakukan pembangunan guna
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Manusia sebagai puncak ciptaan harus
senantiasa memikirkan apa yang harus dilakukan guna menjalankan amanah
sebagai seorang khalifah (pemimpin) di bumi ini. Disini tentu dituntut adanya
sebuah kepemimpinan yang baik. Hal tersebut ditegaskan oleh Rasulullah, yaitu
“Setiap orang daripada kamu adalah penjaga dan setiap penjaga
bertanggungjawab atas apa yang dijaga” (HR. Bukhari dan Muslim).
2.2 Manajemen
Manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengemudikan,
memerintah, memimpin, atau juga dapat diartikan sebagai pengurusan (Abdul
Syani, 1987: 1). Menurut R.W. Morell dalam bukunya “Management: Ends and
Means” menuliskan, manajemen adalah aktivitas organisasi, terdiri dari penentuan
tujuan-tujuan (sasaran) suatu organisasi, dan penentuan saranasarana untuk
mencapai sasaran secara efektif (dalam Kartini Kartono, 2005: 13). Manajemen
dalam sebuah organisasi atau badan tertentu dapat didefinisikan sebagai proses
kerja dari orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai
tujuan-tujuan tertentu, dengan melaksanakan beberapa unsur pokok manajemen.
Unsur-unsur manajemen yang dimaksud adalah (dalam Abdul Syani, 1987: 11)
sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organizing)
c. Penggerakan (actuating)
d. Pengawasan (controlling)
e. Evaluasi (evaluating)
Jelas bahwa suatu kegiatan manajemen memiliki suatu tujuan tertentu yang
ingin dicapai, maka dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana-sarana
atau alat-alat (tools). Tanpa adanya alat-alat mustahil tujuan akan dapat tercapai.
Alat-alat manajemen (tools of management) dapat dirumuskan dalam 6 M, yakni:
* Man : tenaga kerja manusia
* Money :uang sebagai modal dalam menjalankan aktivitas
* Methods : cara atau system yang digunakan untuk mencapai tujuan
* Materials : bahan-bahan yang diperlukan
* Machines : mesin-mesin yang diperlukan
* Market : pasar tempat melempar karya atau hasil

2.3 Organisasi
Immanuel Kant mengungkapkan, “If you dream alone it’s just a dream. But
if you dream together it’s dawn of reality”. Mungkin seperti ini analogi dalam
sebuah organisasi. Jika kita bermimpi sendiri maka itu hanyalah sebuah mimpi,
tetapi jika mimpi itu coba dirangkai bersama dalam suatu wadah, maka itulah
awal dari sebuah kenyataan. Wadah tersebut adalah organisasi yang merupakan
suatu kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak
dapat dicapai oleh individu secara perseorangan. Menurut Sutarto (2002),
organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi ini dapat ditemukan adanya
berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerja
sama dan tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri
sendiri melainkan saling kait dan merupakan suatu kebulatan.
Dari penjelasan tersebut maka terdapat tiga unsur pokok dalam organisasi,
yakni adanya sekelompok orang, adanya kerjasama, dan orang yang bekerjasama
itu mempunyai tujuan bersama. Organisasi tentu terdiri dari beranekaragam
individu, baik dari karakter, latar belakang, tingkatan dan sebagainya membaur
menjadi satu laksana semboyan bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika.
Karenanya, diperlukan adanya kesadaran plural yang tinggi dimana setiap
individu adalah berbeda sehingga satu dengan lainnya akan saling menghargai dan
menghormati. Semua bersatu dan bekerjasama dalam mencapai satu tujuan
bersama.
Dalam istilah Jawa dikenal semboyan mangan ora mangan waton kumpul.
Sistem kehidupan bersama tersebut menjadi format yang memenuhi syarat bagi
organisasi karena orang bekerja ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang
merupakan tujuan dasar yang ingin dicapai dengan bekerjasama satu sama lain.
Sekali lagi, perihal menghargai dan menghormati merupakan hal yang sangat
penting dalam berorganisasi. Sesuatu harus senantiasa dijaga dan dipupuk.
Bahkan dalam bahasan organisasi diperlukan adanya komunikasi organisasi
dimana bertujuan untuk membentuk saling pengertian (mutual understanding).
Pendek kata, agar terjadi penyetaraan dalam kerangka referensi (frame of
reference) dan kerangka pengalaman (frame of experience). Dengan kata lain
menghindari adanya kesalahpahaman (misunderstanding) (Reni Panuju, 2001: 2-
3).

2.3.1 Fungsi Organisasi


Organisasi dapat berfungsi sebagai aspek sarana, termasuk dana,
perlengkapan dan sebagainya serta aspek sumber daya manusia. Aspek sumber
daya manusia merupakan fungsi yang sangat penting karena organisasi tidak akan
berjalan tanpa adanya manusia yang menjalankannya. Dalam aspek sumber daya
manusia organisasi berfungsi sebagai:
a. Menciptakan sumber potensi. Hal ini dilakukan melalui lembaga pendidikan
mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA),
madrasah, pesantren, dan juga lembaga-lembaga lain baik formal maupun
informal. Hasil dari pendidikan tersebut disebut sebagai potensi.
b. Membina potensi menjadi kekuatan riil. Setelah melalui jenjang pendidikan,
maka potensi tersebut sebagai calon kekuatan. Dengan mengikuti organisasi
mahasiswa atau organisasi pemuda, potensi tersebut akan memperoleh latihan
atau pembinaan sehingga dapat berkembang menjadi kekuatan riil.
c. Mempersiapkan kekuatan riil untuk dikerahkan dalam suatu acara perjuangan.
Setelah potensi menjadi kekuatan riil, barulah organisasi dapat
mempergunakannya untuk keperluan melaksanakan suatu program atau acara
organisasi.

2.3.2 Hubungan Antara Kepemimpinan, Manajemen Dan Organisasi


Kepemimpinan, manajemen dan organisasi antara satu sama lain sangat
berkaitan erat. Sebuah kepemimpinan memerlukan manajemen yang baik, begitu
juga dalam sebuah kegiatan manajemen diperlukan sikap kepemimpinan agar
dapat merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, mengendalikan, dan
mengevaluasi demi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seluruh kegiatan
tersebut dapat diaktualisasikan dalam suatu wadah organisasi sebagai tempat
untuk melaksanakan segala kegiatan yang berupa kerja organisasi. Jadi, organisasi
adalah sistem kegiatan terkoordinasi dari kelompok orang yang bekerja sama
mengarah pada tujuan bersama di bawah suatu kepemimpinan. Dalam
menjalankan organisasi guna mencapai tujuan pemimpin perlu melakukan
manajemen.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Manajemen dan juga organisasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
keberadaan organisasi merupakan suatu wadah bagi manajemen. Tetapi
manajemen pula yang menentukan gerak suatu organisasi, dengan kata lain
organisasi tidak dapat digerakkan tanpa manajemen dan sebaliknya manajemen
hanya dapat diimplementasikan dalam suatu organisasi. Manajemen juga
mencakup orang yang melaksanakan tanggung jawab agar tercapainya suatu
tujuan dan suatu struktur organisasi dan juga memiliki peran yang jelas, dengan
kata lain manajemen sangat berkaitan erat dengan organisasi. Didalam suatu
organisasi tentunya memiliki struktur yang jelas dengan pembagian tugas,
tanggungjawab dan juga wewenang sebagai upaya untuk menggerakan setiap
anggota organisasi melakukan tugasnya demi tercapainya suatu tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1987. “Manajemen Organisasi”. Jakarta: Bina Aksara


James L. Gibson, John M. Ivacevich, dan James H. Donnelly. 1992. “Organisasi
Perilaku, Struktur, Proses”. Jakarta
Kartini Kartono. 2005. “Pemimpin dan Kepemimpinan”. Jakarta: Grafindo
Majid Khadduri. 2002. “War & Peace In The Law of Islam”. Yogyakarta:
Tawang Press
Muhammad H. Rifa’I, Fadhli Muhammad. 2013. “Manajemen Organisasi”.
Bandung: Citapustaka Media Perintis
Reni Panuju. 2001. “Komunikasi Organisasi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soekanto, Soerjono. 2001. “Sosiologi: Suatu Pengantar”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Pfiffner, John dan Presthus, Robert V. 1960. “Public Administration”. New York:
The Ronald Press Company.
Sutarto. 2002. “Dasar-Dasar Organisasi”. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai