Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AUDIT EVIDENCE AND WORKING PAPER

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Audit Internal

Dosen Pengampu : Bunga Indah Bayunitri, S.E., M.M., Ak., C.A.

disusun oleh :

Priyanka Primesti Putri 0117101249

Windiyani Dewi Gumilar 0117101223

Reksy Fauzan Putra 0117101248

Kelas F

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Audit Evidence and
Working Paper” dengan lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
Audit Internal.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut andil dalam penyusunan makalah
ini, terutama kepada dosen yaitu Bunga Indah Bayunitri, S.E., M.M., Ak., C.A.
Meski demikian, kami sadari terdapat ketidak sempurnaan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini. Kami berharap pembaca memberikan kritik dan sarannya guna memperbaiki
makalah ini.
Akhir kalimat, semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan menambah wawasan
bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Bandung, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 Bukti Audit.............................................................................................................6

2.1.1 Professional Skepticism and Reasonable Assurance...........................................6

2.1.2 Persuasiveness of Audit Evidence.......................................................................7

2.2 AUDIT PROCEDURES........................................................................................8

2.2.1 Manual Audit Procedures...................................................................................10

2.2.2 Computer – Assited Audit Techniques..............................................................15

2.3 WORKING PAPERS..........................................................................................19

2.3.1 Purposes and Content of Working Papers..........................................................19

2.3.2 Types of Working Papers...................................................................................19

2.3.3 Guidlines for Working Paper Preparation..........................................................20

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................22

3.2 Saran.....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh
karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan
kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan
juga untuk menghindari dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari
apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi
juga penting bagi auitor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya
digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Bukti audit yang diperoleh selama perkejaan lapangan harus didokumentasikan
dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi
bukti auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analisis
dan evaluasi lebih lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan
dengan baik berdasarkan unsur-unsurnya
Kertas kerja (working paper) merupkana mata rantai yang menghubungkan
catatan dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam
profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau
membuat berbagai tipe bukti untuk mendukung kesimpulan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit yang cukup dan
memadai?
2. Bagaimana prosedur manual yang digunakan oleh auditor internal untuk
mengumpulkan bukti audit?
3. Bagaimana teknik audit berbantuan komputer?
4. Apa itu kertas kerja audit?

4
1.3 Tujuan
1. Memahami cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit yang cukup dan
memadai.
2. Mengetahui prosedur manual yang digunakan oleh auditor internal untuk
mengumpulkan bukti audit.
3. Mengenal teknik teknik audit berbantuan komputer.
4. Memahami pentingnya kertas kerja audit yang disiapkan dengan baik.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Bukti Audit


Pada Chapter 1 “Pengantar Audit Internal” Bahwa audit internal didasarkan pada
logika, yang melibatkan penalaran dan menarik kesimpulan. Auditor internal sangat
bergantung pada penilaian profesional dan berpengalaman ketika mereka merumuskan
kesimpulan dan saran berdasarkan bukti yang mereka kumpulkan dan evaluasi. kualitas
kesimpulan dan saran auditor internal tergantung pada kemampuan mereka untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan memadai untuk mendukung
kesimpulan dan saran mereka.
Mengumpulkan bukti yang cukup dan memadai membutuhkan interaksi dan
komunikasi yang luas dengan personel yang diaudit selama perikatan. Interaksi dan
komunikasi seperti itu sangat penting untuk melakukan perikatan secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu, auditor internal harus terbuka, komunikatif, dan kolaboratif.
Auditor internal harus selalu berhati-hati, bahwa manajer dan karyawan dari mana bukti
dikumpulkan mungkin tidak cukup memahami tujuan, sasaran, dan cakupan perikatan,
atau cara di mana perikatan dilakukan. Selain itu, beberapa manajer atau karyawan
mungkin melihat perikatan sebagai ancaman mereka-dengan kata lain, berpikir bahwa
auditor internal secara khusus mencari atau melakukan kesalahan. Sayangnya, ancaman
kesalahan manajemen dan / atau karyawan dan penipuan selalu ada.

2.1.1 Professional Skepticism and Reasonable Assurance


Auditor internal harus selalu mengingat untuk menerapkan tingkat skeptisme
profesional yang sehat ketika mengevaluasi bukti audit. Skeptisme profesional berarti
bahwa auditor internal tidak menerima begitu saja; mereka terus mempertanyakan apa
yang mereka dengar dan lihat dan secara kritis menilai bukti audit. Mereka tidak
berasumsi secara standar bahwa personil yang diaudit jujur atau tidak jujur.
Menerapkan skeptisisme profesional di seluruh perikatan membantu auditor internal
tetap tidak memihak dan mempertahankan pikiran terbuka untuk membentuk
penilaian berdasarkan banyaknya bukti yang diperoleh selama perikatan, dan bukan
hanya potongan informasi individual.

6
Auditor internal jarang, jika pernah, dalam posisi untuk memberikan jaminan
absolut mengenai kebenaran pernyataan manajemen mengenai sistem kontrol dan
kinerja internal. Bahkan auditor internal yang berpengalaman jarang diyakinkan tanpa
keraguan. Ini karena sifat dan tingkat bukti yang mereka kumpulkan dan jenis
keputusan yang mereka buat. Seringkali, auditor internal harus mengandalkan bukti
yang persuasif daripada benar-benar meyakinkan, dan keputusan audit jarang hitam
dan putih. Selain itu, kesimpulan dan saran auditor internal harus dibentuk dengan
biaya yang wajar dalam jangka waktu yang wajar untuk menambah nilai ekonomi.
Oleh karena itu, auditor internal berusaha untuk mendapatkan bukti yang cukup dan
memadai untuk memberikan dasar yang masuk akal untuk merumuskan kesimpulan
dan saran mereka. Konsep ini disebut oleh auditor internal sebagai jaminan yang
wajar

2.1.2 Persuasiveness of Audit Evidence


Bukti audit persuasif jika memungkinkan auditor internal untuk merumuskan
kesimpulan dan saran yang beralasan dengan percaya diri. Agar persuasif, bukti
harus:
1. Relevan. Apakah bukti sesuai dengan tujuan audit? Apakah ini secara logis
mendukung kesimpulan atau saran auditor internal?
2. Andal. Apakah bukti berasal dari sumber yang kredibel? Apakah auditor internal
secara langsung mendapatkan bukti?
3. Cukup. Sudahkah auditor internal memperoleh cukup bukti? Apakah potongan-
potongan bukti yang berbeda tetapi saling terkait saling menguatkan?

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan


bahwa Kesesuaian adalah ukuran kualitas bukti audit, yaitu, relevansi dan
keandalannya dan bahwa "Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit." Mengapa
bukti audit harus relevan agar persuasif jelas: mengandalkan bukti yang memiliki
sedikit atau tidak ada kaitan dengan tujuan audit tertentu sangat meningkatkan risiko
audit, yaitu, risiko mencapai kesimpulan yang tidak valid dan / atau memberikan
saran yang salah berdasarkan pekerjaan audit yang dilakukan.

Contoh: Asumsikan bahwa auditor internal ingin menentukan apakah


kendaraan tertentu yang termasuk dalam buku besar aset tetap perusahaan ada dan
dimiliki oleh perusahaan. Auditor internal menempatkan kendaraan di tempat parkir

7
perusahaan. Dapatkah auditor internal menyimpulkan bahwa kendaraan itu ada hanya
dengan melihatnya? Dapatkah uditor internal secara wajar menyimpulkan bahwa
perusahaan memiliki kendaraan hanya dengan melihatnya? Tidak. Auditor internal
perlu memeriksa bukti dokumenter terkait, seperti judul kepemilikan

Meskipun tidak ada aturan keras dan cepat mengenai keandalan dan
kecukupan bukti, ada pedoman yang berguna yang dapat diikuti oleh auditor internal
jika mereka ingat bahwa pedoman umumnya ditandai dengan pengecualian. Pedoman
tersebut meliputi:

1. Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen lebih dapat diandalkan
daripada bukti yang diperoleh dari personil yang diaudit.
2. Bukti yang dihasilkan oleh suatu proses atau sistem dengan kontrol yang efektif
lebih dapat diandalkan daripada bukti yang dihasilkan oleh suatu proses atau
sistem dengan kontrol yang tidak efektif
3. Bukti yang diperoleh langsung oleh auditor internal lebih dapat diandalkan
daripada bukti yang diperoleh secara tidak langsung
4. Bukti terdokumentasi lebih dapat diandalkan daripada bukti tidak berdokumen
5. Bukti tepat waktu lebih dapat diandalkan daripada bukti sebelum waktunya
6. Bukti yang didukung lebih dari cukup bukti yang tidak didukung atau
bertentangan.
7. Sampel yang lebih besar menghasilkan bukti yang lebih memadai daripada
sampel yang lebih kecil

Bukti dokumenter adalah bagian penting dari bukti yang dikumpulkan selama
sebagian besar perikatan audit internal. Keandalan bukti dokumenter tergantung,
sebagian besar, pada asalnya dan rute yang diikuti sebelum diperiksa oleh auditor
internal.

2.2 AUDIT PROCEDURES


Prosedur audit adalah tugas khusus yang dilakukan oleh auditor internal untuk
mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit yang ditentukan.
Mereka diterapkan selama proses audit untuk:
1. Memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang auditee, termasuk tujuan, risiko,
dan kontrol auditee.

8
2. Uji kecukupan desain dan efektivitas operasi dari sistem kontrol internal area yang
ditargetkan.
3. Menganalisis hubungan yang masuk akal antara berbagai elemen data.
4. Menguji secara langsung informasi keuangan dan nonkeuangan yang dicatat untuk
kesalahan dan penipuan.
5. Memperoleh bukti yang cukup dan memadai untuk mencapai tujuan audit yang
ditentukan melibatkan penentuan sifat, luas, dan waktu pelaksanaan prosedur audit.

Sifat prosedur audit. Sifat prosedur audit terkait dengan jenis pengujian yang
dilakukan auditor internal untuk mencapai tujuannya. Hubungan satu-ke-satu antara
tujuan audit dan prosedur audit jarang terjadi. Prosedur audit individu sering memberikan
bukti yang berkaitan dengan lebih dari satu tujuan audit, dan lebih dari satu prosedur
audit seringkali diperlukan untuk memenuhi tujuan audit tertentu. Berbagai jenis tes
memberikan tingkat jaminan yang berbeda, mengambil jumlah waktu yang berbeda untuk
melakukan, dan lebih atau kurang mahal. Auditor internal harus mempertimbangkan
manfaat dan biaya relatif dari melakukan berbagai jenis prosedur. Bergantung pada sifat
perikatan, auditor internal dapat menggunakan prosedur audit manual, teknik audit
berbantuan komputer (CAAT), atau kombinasi keduanya untuk mengumpulkan bukti
yang memadai.
Luas prosedur audit. Tingkat prosedur audit berkaitan dengan berapa banyak
bukti audit yang harus diperoleh auditor internal untuk mencapai tujuannya. Auditor
internal harus, misalnya, menentukan kombinasi prosedur yang tepat untuk diterapkan.
Tingkat di mana tes individu harus dilakukan juga harus ditentukan. Auditor internal
dapat memutuskan, misalnya, bahwa beberapa jenis transaksi harus diuji 100 persen,
sedangkan yang lain dapat diuji berdasarkan sampel. Audit sampling dibahas secara rinci
dalam bab, "Audit Sampling." Pada akhirnya, auditor internal harus mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang cukup untuk mendukung kesimpulan dan saran yang beralasan.
Pengaturan waktu prosedur audit. Waktu prosedur audit berkaitan dengan
kapan pengujian dilakukan dan periode waktu yang dicakup oleh pengujian. Sebagai
contoh:
1. Auditor internal yang menguji efektivitas operasi dari kontrol manual selama periode
waktu berdasarkan sampel harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mendapatkan jaminan bahwa sampel yang dipilih mewakili seluruh periode.

9
2. Auditor internal yang menguji apakah transaksi dicatat pada tahun fiskal yang sesuai
akan memfokuskan tesnya pada transaksi segera sebelum dan setelah akhir tahun.
3. Auditor internal akan menguji operasi kontrol aplikasi yang terkomputerisasi pada
waktu tertentu untuk menentukan apakah kontrol tersebut beroperasi secara efektif
pada saat itu. Auditor internal kemudian akan bergantung pada tes yang berbeda,
seperti tes atas akses dan modifikasi program aplikasi selama periode waktu tertentu,
untuk mendapatkan jaminan bahwa kontrol beroperasi secara konsisten selama
periode waktu tersebut.

2.2.1 Manual Audit Procedures 


Prosedur audit manual yang umum dilakukan meliputi penyelidikan,
pengamatan, inspeksi, penjaminan, penelusuran, kinerja ulang, prosedur analitis, dan
konfirmasi. Masing-masing prosedur ini didefinisikan dan dibahas di bawah ini.
Contoh aplikasi dari setiap prosedur disajikan pada Gambar 10-3
Penyelidikan mencakup pertanyaan yang diajukan dari personel yang diaudit
atau pihak ketiga dan mendapatkan tanggapan lisan atau tertulis. Penyelidikan
menghasilkan bukti tidak langsung yang dengan sendirinya jarang bersifat persuasif.
Ini terutama benar ketika pertanyaan diarahkan kepada personel yang diaudit yang
tidak dapat diandalkan oleh auditor internal untuk menerima tanggapan yang tidak
memihak. Jenis penyelidikan yang lebih formal termasuk wawancara dan survei serta
kuesioner yang beredar. Komponen utama dari pengamatan yang efektif diuraikan
dalam Gambar 10-4.
Pengamatan mencakup mengamati orang, prosedur, atau proses. Pengamatan
umumnya dianggap lebih persuasif daripada penyelidikan dalam arti bahwa auditor
internal memperoleh bukti langsung. Misalnya, pengamatan pribadi langsung auditor
internal terhadap seorang karyawan yang menerapkan pengendalian pada umumnya
memberikan lebih banyak jaminan daripada sekadar bertanya kepada karyawan
tentang penerapan kontrol tersebut. Keterbatasan pengamatan yang signifikan adalah
bahwa ia menyediakan bukti.

10
EXHIBIT 10 – 3

11
EXHIBIT 10 – 4

Umumnya melakukan manual audit procedures, meliputi:


1. Inquiry. Memberikan pertanyaan kepada auditee secara personal atau pihak
ketiga dan memberikan respon baik lisan maupun tertulis. Inquiry membuat bukti

12
audit secara tidak langsung. Bukti tersebut bisa bersifat persuasive jika inquiry
tersebut diberikan langsung kepada auditee atau pihak ketiga dan responnya tidak
bias. Bentuk inquiry tersebut dapat berupa wawancara, survey, dan kuesioner.
2. Observation. Merupakan proses melihat orang, prosedur, dan proses secara
langsung. Observation pada umumnya lebih persuasif dibandingkan inquiry
karena auditor internal secara langsung dalam mengumpulkan buktinya.
Keterbatasan mengenao observation adalah mengenai waktu pengumpulan
buktinya. Auditor internal dalam mengumpulkan bukti dengan melakukan
observation terkadang mendapatkan bukti yang tidak mewakili secara
keseluruhan.
3. Inspection. Merupakan proses mempelajari dokumen dan catatan dan memeriksa
secara fisik sumber daya yang berwujud. Pemeriksaan fisik sumber daya
berwujud memberikan auditor internal dengan pengetahuan secara langsung dari
keberadaan dan kondisi fisik sumber daya. Auditor internal harus mengakui dan
memperhitungkan tingkat keahlian mereka.
4. Vouching. Merupakan proses pelacakan informasi secara mundur dari satu
dokumen, catatan atau sumber daya berwujud ke dokumen lainnya yang
disiapkan sebelumnya. Vouching dilakukan khusus untuk menguji validitas
informasi yang didokumentasikan atau direkam.
5. Tracing. Merupakan proses pelacakan inormasi secara maju dari satu dokumen,
catatan, atau sumber daya berwujud, ke dokumen lainnya yang disiapkan
sebelumnya. Tracing dilakukan khusus untuk menguji kelengkapan informasi
yang didokumentasikan atau direkam.
6. Reperformance. Merupakan proses mengulangi kontrol atau prosedur lainnya.
Reperforming kontrol memberikan bukti audit langsung mengenai efektivitas
operasi. Reperforming perhitungan memberikan bukti langsung apakah
perhitungan auditee benar. Secara independen merumuskan perkiraan akuntansi,
seperti penyisihan kredit macet, dan membandingkannya dengan estimasi auditee
memberikan bukti langsung mengenai kewajaran estimasi auditee.
7. Analytical Procedures. Menilai informasi yang diperoleh selama penugasan audit
dengan mengidentifikasi atau mengembangkan perbandingan antara informasi
yang didapatkan dengan harapan oleh auditor internal. Berikut adalah analytical
procedures yang biasanya digunakan yaitu:

13
a. Analysis of Common-Size Financial Statement. Auditor internal
mengungkapkan item laporan keuangan sebagai persentase dari total yang
relevan. Misalnya, item laporan laba rugi disajikan sebagai persentase dari
penjualan, dan item neraca dinyatakan sebagai persentase dari aset total.
b. Ratio Analysis. Auditor internal menghitung rasio yang berkaitan dengan
keuangan (misal current ratio, gross profit percentage, inventory turnover,
and cost of raw materials purchased divided by cost of finished goods
produced) dan rasio non finansial (missal sales divided by square footage of
sales space, payroll expense divided by average number of employees, and
percentage of defective units produced).
c. Trend Analysis. Auditor internal membandingkan informasi kinerja (contoh
individual amount, common-size percentages, and/ or ratios) untuk periode
fiskal saat ini dengan informasi lainnya dari periode lainnya.
d. Analysis of Future-Oriented Information. Auditor internal membandingkan
informasi periode fiskal saat ini dengan anggaran atau prakiraan/ ramalan
(forecasts).
e. External Benchmarking. Auditor internal membandingkan informasi kinerja
bagi organisasi dengan organisasi lainnya.
f. Internal Benchmarking. Auditor internal membandingkan informasi kinerja
satu unit organisasi dengan unit organisasi lainnya.
8. Confirmation. Mendapatkan langsung verifikasi tertulis mengenai keakuratan
informasi dari pihak ketiga yang independen. Bukti yang diperoleh melalui
konfirmasi umumnya dianggap sangat handal karena datang langsung dari
sumber-sumber independen kepada auditor internal. Terdiri dari 2 jenis umum
mengenai konfirmasi:
a. Positive Confirmation  meminta penerima untuk merespon terlepas dari
apakah mereka percaya atau tidak terhadap informasi yang diberikan kepada
mereka adalah benar.
b. Negative Confirmation  meminta penerima untuk merespon hanya ketika
mereka percaya informasi yang diberikan kepada mereka adalah tidak benar

14
2.2.2 Computer – Assited Audit Techniques

“Dalam pelatihan mengenai perawatan professional, auditor internal harus


mempertimbangkan penggunaan audit berbasis teknologi dan Teknik Analisa data
lainnya” (Standard 1220.A2)
ISACA (sebelumnya dikenal sebagai Information Systems Audit and Control
Association) mendefinisikan teknik audit berbasis teknologi, atau CAAT, seperti
Teknik audit otomatis, seperti perangkat lunak audit umum, test data. Generator, audit
program computer, dan utilitas khusus audit beberapa CAAT yang lebih umum
didefinisikan oleh ISACA sebagai berikut :
1. Generalized Audit Software (GAS) adalah “perangkat lunak serbaguna yang bisa
digunakan untuk [tujuan umumu] seperti pilihan catatan, pencocokan, rekalkulasi,
dan pelaporan.”
2. Utility software terdiri dari “program computer yang disediakan oleh pembuat
Hardware atau pembuat Software dan digunakan dalam system berjalan… Teknik
ini dapat digunakan untuk memeriksa aktifitas; untuk menguji program, aktifitas
system, dan prosedur operasional; untuk mengevaluasi aktivitas berkas data dan
untuk menganalisis data akuntansi perkerjaan.”
3. Test data adalah “simulasi transaksi yang dapat digunakan untuk menguji logika
pemrosesan, komputasi dan kontrol benar-benar diprogram dalam aplikasi
computer. Program individua tau seluruh system dapat diuji… Teknik ini
termasuk integrated test facilities (ITFs) dan base case system evaluations
(BCSEs).”
4. Pelacakan perangkat lunak aplikasi dan pemetaan adalah “alat khusus yang dapat
digunakan untuk menganalisi aliran data melalui proses logika aplikasi software
dan dokumen logika, path, control conditions, dan processing sequances… Baik
itu command language atau job control statements dan Bahasa pemrograman bisa
di Analisis. Teknik ini termasuk program/system: mapping, tracking, snapshots,
parallel simulations dan code comparisons.”
5. Audit expert system adalah “ahli atau system dukungan keputusan yang dapat
digunakan untuk membantu IS [Information System] auditor dalam proses
pengambilan keputusan dengan mengotomatisasi pengetahuan para ahli di

15
bidangnya ... Teknik ini termasuk automated risk analysis, system software dan
control objectives software packages.”
6. Continuous auditing “memungkionkan IS auditor untuk memantau reliability
system dalam continuous basis dan untuk mengumpulkan bukti audit selektif
melalui computer.”

Definisi ini menunjukan bahwa auditor internal dapat menggunakan CAAT


secara langsung test (1) kontrol dibangun ke sistem informasi terkomputerisasi dan
(2) data terdapat di dalam file computer. Perlu dicatat bahwa, dengan menguji data
yang terdapat di dalam file computer secara langsung , auditor internal memperoleh
bukti tidak langsung tentang efektivitas kontrol pada aplikasi yang telah memproses
data.
Contoh: auditor internal menggunakan perangkat lunak audit umum untuk secara
langsung mnguji apakag setiap duplikat pembayaran tagihan ada di file transaksi
pencairan uang tunai perusahaan. Auditor internal membeberkan beberapa duplikasi
pembayaran yang dilakukan sepanjang tahun. Auditor internal dapat menyimpulkan
dengan benar bahwa kontrol untuk mencegah dan atau mendeteksi seperti
pembayaran tepat waktu tidak ada. Dirancang tidak cukup atau tidak beroperasi secara
efektif.
Diskusi yang mendalam dari setiap tipe CAAT deidefinisikan diatas adalah
diluat ruang lingkup dari buku ini. Namun, GAS jenis analisis data yang dapat
dilakukan auditor internal dengan GAS memerlukan perhatian yang lebih besar.
Beberapa auditor internal terus menyembunikan keyakinan bahwa GAS adalah
alat yang hanya bisa digunakan oleh IT audit specialists. Namun, seperti yang
ditunjukan oleh kutipan dari GTAG 16; Data Analysis Technologies (dari The IIA’s
Global Technology Audit Guide series), ini tidak lagi benar.
“kenyataan dunia yang sangat terotomatisasi saat ini adalah bahwa hampir
setiap auditor harus menganalisis data. apa yang sebelumnya dianggap
keahlian khusus, pekerjaan untuk auditor IT, atau tugas yang dengan mudah
dialihdayakan ke departemen atau organisasi lain, telah menjadi kompetensi
inti untuk profesi audit internal.”
untungnya, GAS telah maju ke tahap di mana ia relatif mudah digunakan,
bahkan oleh auditor internal dengan sedikit pelatihan TI terkait audit. ini

16
menggabungkan antarmuka yang ramah pengguna dengan fungsi analisis data yang
kuat seperti:
1. memeriksa file dan catatan untuk validitas, kelengkapan, dan akurasi.
2. menghitung ulang nilai tercatat dan menghitung nilai lain dari kepentingan audit.
3. memilih dan mencetak sampel dan menghitung hasil sampel.
4. membandingkan informasi dalam file terpisah.
5. meringkas, menyusun ulang, dan memformat ulang data.
6. membuat tabel pivot untuk analisis multidimensi
7. mencari kelainan pada data yang dapat mengindikasikan kesalahan atau penipuan.
8. menyiapkan dan mencetak laporan.
9. secara otomatis menghasilkan log historis dari analisis data yang dilakukan.

Manfaat menggunakan GAS. Ada banyak manfaat menggunakan GAS:


1. itu memungkinkan auditor internal untuk melakukan prosedur audit di berbagai
lingkungan perangkat keras dan perangkat lunak dengan kustomisasi minimal.
2. itu memungkinkan auditor internal untuk melakukan tes pada data secara
independen dari personil TI perusahaan.
3. menggunakan GAS memungkinkan auditor internal untuk menganalisis data
dalam jumlah sangat besar.
4. beberapa aplikasi GAS memfasilitasi 100% pemeriksaan populasi data hampir
secara instan sebagai lawan dari pengujian sampel data magang secara manual.
5. menggunakan GAS tidak ada yang perlu tetapi tugas audit rutin membebaskan
waktu bagi auditor internal untuk berpikir secara analitis

hambatan untuk mengimplementasikan GAS dengan sukses. ada juga


hambatan yang sah yang harus diatasi oleh auditor internal untuk
mengimplementasikan GAS dengan sukses.
1. mendapatkan hak akses untuk data yang relevan dan dapat diandalkan.
2. mendapatkan akses fisik ke data.
3. memahami bagaimana data diurutkan dan diformat dalam sistem.
4. mengekstraksi data dan mengunduhnya ke komputer pribadi auditor internal.
5. mengimpor data dalam format yang dapat digunakan ke perangkat lunak audit.

mengatasi kendala ini mungkin, dalam beberapa kasus, memerlukan bantuan


laporan audit TI. Namun, satu-satunya batasan "show stopper" dari nilai tambah

17
dengan menggunakan GAS menggunakan ketersediaan data yang relevan dalam
format elektronik dan integritas auditor internal.
Perangkat lunak ACL dan IDEA. dua program GAS utama yang digunakan
oleh auditor internal. ACL dan IDEA, sertai buku teks ini. baik perangkat lunak
analisis data ACL dan IDEA berbasis Windows dan dapat dioperasikan dengan
mudah pada PC auditor internal. perangkat lunak ACL adalah produk dari ACL
Services Ltd. Pembaca yang tertarik dapat mempelajari lebih lanjut tentang ACL.
Layanan dengan mengunjungi situs web perusahaan di www.acL.com. DVD-ROM
yang menyertai buku teks ini berisi bahan-bahan berikut yang relevan dengan ACL di
samping perangkat lunak ACL itu sendiri:
a. memulai secara manual.
b. ACL dalam manual praktek.
c. Panduan akses data.
d. Bantuan ACL.

ACL di practice manual berisi tutorial ekstensif yang melibatkan perusahaan


hipotetis dan data dunia nyata, yang menyediakan pengantar yang bagus untuk
analisis dan kemampuan pelaporan ACL. perangkat lunak IDEA adalah produk dari
CaseWare IDEA Inc., sebuah perusahaan pengembangan dan pemasaran perangkat
lunak yang dimiliki secara pribadi. Audimation Services Inc., yang disebut di bagian
depan IDEA DVD-ROM, adalah mitra bisnis AS dengan CaseWare IDEA Inc.
Pembaca yang tertarik dapat mempelajari lebih lanjut tentang perusahaan dan IDEA
ini dengan mengunjungi situs web mereka: www.CaseWare-IDEA. com dan
www.audimation.com. DVD-ROM yang menyertai buku teks ini juga berisi bahan-
bahan berikut yang relevan dengan IDEA selain dari perangkat lunak itu sendiri:
a. Petunjuk pemasangan.
b. Tutorial IDEA.
c. Tutorial Pembaca Laporan.
d. Bantuan IDEA.
e. Studi kasus untuk IDEA versi Eight.
f. Studi kasus metode statistik lanjutan IDEA.

tutorial memulai di bagian empat dari tutorial IDEA, yang dapat diselesaikan
dengan menggunakan file data sampel yang terdapat pada DVD-ROM, memberikan
pengantar yang baik untuk fungsi IDEA. studi kasus untuk IDEA versi Delapan dan

18
Studi Kasus Metode Statistik Lanjut IDEA dapat digunakan untuk praktik tambahan
dengan perangkat lunak.

19
2.3 WORKING PAPERS
Standar IIA 2330: Mendokumentasikan Informasi memerlukan auditor internal
untuk mencatat bukti yang mereka kumpulkan sebagai dukungan untuk hasil perikatan.
Practice Advisory 23301: Mendokumentasikan Informasi menyediakan panduan
mengenai kertas kerja dan persiapan mereka.

2.3.1 Purposes and Content of Working Papers


Tujuan dari Kertas Kerja (Working Paper) yaitu:
1. Membantu dalam perencanaan dan melakukan proses audit
2. Memfasilitasi pengawasan dari penugasan audit dan peninjauan kembali (review)
tugas audit
3. Menunjukkan apakah tujuan penugasan audit tercapai atau tidak
4. Memberikan dukungan utama untuk komunikasi Auditor Internal kepada auditee,
manajemen senior, BOD, dan pihak ketiga
5. Berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi quality assurance program pada
fungsi audit internal
6. Berkontribusi pada pengembangan profesionalisme dari staf audit internal
7. Menunjukkan kepatuhan fungsi audit internal dengan Standar Internasional IIA.

Isi kertas kerja dari penugasan audit internal akan tergantung pada sifat dari
penugasan audit. Mereka selalu harus, bagaimanapun, menyediakan dokumentasi
lengkap, akurat, dan ringkas dalam proses audit tersebut.dengan Standar Internasional
IIA untuk Praktik Profesional Audit Internal (Standar).

2.3.2 Types of Working Papers


Jenis-jenis dari working paper yang biasa digunakan dalam penugasan audit
adalah contohnya sebagai berikut:
1. Program kerja yang dibuat untuk dokumen mengenai nature, extent, dan timing
dari prosedur spesifik audit
2. Anggaran waktu dan alokasi sumber daya untuk penugasan audit
3. Kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang auditee (tujuan, risiko, kontrol,
dll)
4. Peta proses atau diagram alur yang digunakan untuk kegiatan proses dokumen
5. Tabel, grafik, dan diagram digunakan untuk merencanakan dampak dan
kemungkinan risiko usaha

20
6. Agenda untuk pertemuan dengan tim audit internal dan auditee;
7. Narrative memoranda yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil dari
wawancara dan pertemuan penting lainnya dengan auditee
8. Informasi penting lainnya yang berkaitan dengan organisasi seperti struktur
organisasi, job desk, kebijakan dan prosedur mengenai operating & financing
9. Salinan mengenai dokumen sumber, seperti permintaan pembelian, order
pembelian, laporan penerimaan, tagihan vendor, voucher, dan cek
10. Salinan mengenai dokumen-dokumen penting seperti notulen rapat dan kontrak
11. Dokumen yang berkaitan dengan IT
12. Catatan akuntansi (neraca saldo, jurnal, buku besar)
13. Bukti diperoleh dari pihak ketiga seperti konfirmasi
14. Kontrol yang diperoleh dari auditee dan dievaluasi oleh auditor internal seperti
rekonsiliasi bank
15. Koresponden tertulis dan dokumentasi atas koresponden lisan dari auditee pada
saat penugasan audit
16. Worksheet yang disiapkan oleh auditor internal
17. Notulen dari tim auditor internal mengenai temuan (observations), rekomendasi,
dan hasil audit
18. Komunikasi akhir dari penugasan audit dan tanggapan dari manajemen.

2.3.3 Guidlines for Working Paper Preparation

Chief audit executive (CAE) bertanggung jawab untuk menetapkan lisensi dan
prosedur kertas kerja. Kebijakan dan prosedur yang ditulis dengan baik
mempromosikan kerja yang efektif dan efisien dan memfasilitasi kepatuhan yang
konsisten terhadap standar jaminan kualitas.
Format kertas kerja terstandardisasi membantu menyederhanakan proses audit
dan memfasilitasi kerja yang konsisten dan berkualitas tinggi di seluruh keterlibatan.
Namun, kehati-hatian harus dilakukan agar tidak membuat standar kertas kerja
dengan kaku sehingga menghambat kecerdasan dan kreativitas auditor internal.
Standarisasi kertas kerja yang tepat dapat mencakup: Berikut adalah standarisasi dari
kertas kerja yang digunakan dalam penugasan audit adalah:
a. Sebuah keseragaman dari sistem cross-referencing untuk semua proses audit
b. Konsistensi layout kertas kerja

21
c. Standarisasi "tanda centang" (simbol yang digunakan pada kertas kerja untuk
mewakili prosedur audit tertentu)
d. Sebuah rekomendasi untuk jenis informasi untuk menyimpan dalam file permanen
atau carry-forward (file yang berisi informasi penting terkait dengan untuk auditee
tertentu).

File-file dalam working paper harus lengkap dan terorganisir dengan baik,
bahwa setiap file harus:
a. Mengandung indeks atau nomor referensi
b. Mengidentifikasi proses audit dan menjelaskan tujuan dan isi dari kertas kerja
c. Ditandatangani dan diberi tanggal oleh auditor internal yang melakukan pekerjaan
dan yang meninjau pekerjaan
d. Mengidentifikasi dengan jelas mengenai sumber data auditee
e. Penjelasan yang jelas dari spesifik prosedur yang harus dilakukan
f. Tertulis dengan jelas dan mudah dimengerti.

Intinya adalah bahwa kertas kerja harus mengandung informasi yang cukup
untuk auditor internal, selain dari orang yang melakukan pekerjaan, untuk dapat
mengulanginya. Di sisi lain, kertas kerja tidak boleh mengandung informasi lebih dari
yang diperlukan; mereka harus sesingkat mungkin.
Selain itu, karena waktu adalah sumber daya audit yang berharga, auditor
internal harus selalu berusaha untuk menyiapkan kertas kerja dengan cara yang benar
pertama kali. Tidak ada waktu yang dialokasikan untuk menulis ulang mereka.
Kebutuhan penting untuk kertas kerja dipersiapkan dengan benar, jelas, ringkas, dan
cepat adalah salah satu alasan penting mengapa kemahiran auditor internal dalam
komunikasi tertulis bukanlah suatu opsi-itu adalah keharusan. Kertas kerja dapat
disiapkan dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau keduanya. Menggunakan
perangkat lunak kertas kerja otomatis, baik dibeli dari vendor luar atau in-house yang
dikembangkan, sekarang sudah umum. Perangkat lunak ini meningkatkan dan
memfasilitasi organisasi yang konsisten dan penyimpanan dokumentasi yang
mendukung perikatan audit internal.

22
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.
Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan
kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan
juga untuk menghindari dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari
apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi
juga penting bagi auitor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya
digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Oleh sebab itu chapter ini berfokus
pada mendapatkan dan mendokumentasikan bukti audit.
Chapter ini dimulai dengan diskusi tentang bukti audit dan prosedur, baik
prosedur manual maupun CAAT, yang digunakan auditor internal untuk mengumpulkan
bukti yang sesuai dan memadai, hingga akhirnya pembahasan diakhiri dengan diskusi
tentang kertas kerja, yang berfungsi sebagai catatan pricipal dari prosedur yang
diselesaikan, bukti yang diperoleh, kesimpulan yang dicapai, dan rekomendasi yang
dirumuskan oleh tim audit internal selama perikatan. Berikut adalah Sebelas poin penting
yang perlu diingat tentang “Audit Evedence” (Bukti Audit) :
1. Kualitas kesimpulan dan pengetahuan auditor internal tergantung pada kemampuan
mereka untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti pendukung yang memadai.
2. Skeptisisme profesional berarti bahwa auditor internal tidak menerima apapun begitu
saja, mereka harus mempertanyakan apa yang mereka dengar dan lihat dan menilai
secara kritis bukti audit tersebut.
3. Agar persuasif, bukti audit harus relevan, andal, dan memadai
4. Prosedur audit adalah tindakan khusus yang dilakukan untuk mengumpulkan bukti
yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit yang ditentukan
5. Vouching melibatkan pencarian informasi ke belakang atau masa lalu, ini digunakan
untuk menguji validitas informasi

23
6. Tacing melibatkan pencarian informasi yang akan diteruskan, digunakan untuk
menguji kelengkapan informasi.
7. Prosedur analitis melibatkan perbandingan informasi yang diperoleh selama dan
keterlibatan dengan harapan yang telah ditentukan
8. Auditor internal harus tahu cara menggunakan perangkat lunak audit yang
digeneralisasi (GAS), seperti ACL atau IDEA, untuk mengekspansi dan menganalisis
data yang disimpan secara elektronik atau komputerisasi.
9. Kertas kerja berfungsi sebagai catatan utama untuk prosedur yang diselesaikan, bukti
yang diperoleh, kesimpulan yang dicapai, dan rekomendasi yang dirumuskan selama
perikatan audit internal.
10. Kertas kerja juga berfungsi sebagai pendukung utama komunikasi tim audit internal
kepada pihak yang diaudit, manajemen senior, dewan direksi, dan pemangku
kepentingan lainnya.
11. Kertas kerja elektronik, seperti TeamMate EWP, meningkatkan efisiensi audit dan
memfasilitasi organisasi yang konsisten dan reaksi dokumentasi audit.

3.2 Saran
Makalah ini disusun agar bisa menjadi reverensi untuk belajar dan pembuatan
tugas yang berhubungan dengan auditing internal khususnya Audit Evidence and
Working Papers Mengingat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik
isi maupun referensi buku yang digunakan, diharapakan pembaca bisa lebih bijak
dalam membaca dan menjadikan makalah ini sebagai bahan evaluasi untuk
pembelajaran selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA
Kurth F. Reding, P. C. (2013). Internal Auditing Assurance & Advisory Service. Florida: The
Institute of Internal Auditors Research Foundation.

25

Anda mungkin juga menyukai