diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Audit Internal
disusun oleh :
Kelas F
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Audit Evidence and
Working Paper” dengan lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
Audit Internal.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut andil dalam penyusunan makalah
ini, terutama kepada dosen yaitu Bunga Indah Bayunitri, S.E., M.M., Ak., C.A.
Meski demikian, kami sadari terdapat ketidak sempurnaan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini. Kami berharap pembaca memberikan kritik dan sarannya guna memperbaiki
makalah ini.
Akhir kalimat, semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan menambah wawasan
bagi pembaca khususnya bagi penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................22
3.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Memahami cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit yang cukup dan
memadai.
2. Mengetahui prosedur manual yang digunakan oleh auditor internal untuk
mengumpulkan bukti audit.
3. Mengenal teknik teknik audit berbantuan komputer.
4. Memahami pentingnya kertas kerja audit yang disiapkan dengan baik.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Auditor internal jarang, jika pernah, dalam posisi untuk memberikan jaminan
absolut mengenai kebenaran pernyataan manajemen mengenai sistem kontrol dan
kinerja internal. Bahkan auditor internal yang berpengalaman jarang diyakinkan tanpa
keraguan. Ini karena sifat dan tingkat bukti yang mereka kumpulkan dan jenis
keputusan yang mereka buat. Seringkali, auditor internal harus mengandalkan bukti
yang persuasif daripada benar-benar meyakinkan, dan keputusan audit jarang hitam
dan putih. Selain itu, kesimpulan dan saran auditor internal harus dibentuk dengan
biaya yang wajar dalam jangka waktu yang wajar untuk menambah nilai ekonomi.
Oleh karena itu, auditor internal berusaha untuk mendapatkan bukti yang cukup dan
memadai untuk memberikan dasar yang masuk akal untuk merumuskan kesimpulan
dan saran mereka. Konsep ini disebut oleh auditor internal sebagai jaminan yang
wajar
7
perusahaan. Dapatkah auditor internal menyimpulkan bahwa kendaraan itu ada hanya
dengan melihatnya? Dapatkah uditor internal secara wajar menyimpulkan bahwa
perusahaan memiliki kendaraan hanya dengan melihatnya? Tidak. Auditor internal
perlu memeriksa bukti dokumenter terkait, seperti judul kepemilikan
Meskipun tidak ada aturan keras dan cepat mengenai keandalan dan
kecukupan bukti, ada pedoman yang berguna yang dapat diikuti oleh auditor internal
jika mereka ingat bahwa pedoman umumnya ditandai dengan pengecualian. Pedoman
tersebut meliputi:
1. Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen lebih dapat diandalkan
daripada bukti yang diperoleh dari personil yang diaudit.
2. Bukti yang dihasilkan oleh suatu proses atau sistem dengan kontrol yang efektif
lebih dapat diandalkan daripada bukti yang dihasilkan oleh suatu proses atau
sistem dengan kontrol yang tidak efektif
3. Bukti yang diperoleh langsung oleh auditor internal lebih dapat diandalkan
daripada bukti yang diperoleh secara tidak langsung
4. Bukti terdokumentasi lebih dapat diandalkan daripada bukti tidak berdokumen
5. Bukti tepat waktu lebih dapat diandalkan daripada bukti sebelum waktunya
6. Bukti yang didukung lebih dari cukup bukti yang tidak didukung atau
bertentangan.
7. Sampel yang lebih besar menghasilkan bukti yang lebih memadai daripada
sampel yang lebih kecil
Bukti dokumenter adalah bagian penting dari bukti yang dikumpulkan selama
sebagian besar perikatan audit internal. Keandalan bukti dokumenter tergantung,
sebagian besar, pada asalnya dan rute yang diikuti sebelum diperiksa oleh auditor
internal.
8
2. Uji kecukupan desain dan efektivitas operasi dari sistem kontrol internal area yang
ditargetkan.
3. Menganalisis hubungan yang masuk akal antara berbagai elemen data.
4. Menguji secara langsung informasi keuangan dan nonkeuangan yang dicatat untuk
kesalahan dan penipuan.
5. Memperoleh bukti yang cukup dan memadai untuk mencapai tujuan audit yang
ditentukan melibatkan penentuan sifat, luas, dan waktu pelaksanaan prosedur audit.
Sifat prosedur audit. Sifat prosedur audit terkait dengan jenis pengujian yang
dilakukan auditor internal untuk mencapai tujuannya. Hubungan satu-ke-satu antara
tujuan audit dan prosedur audit jarang terjadi. Prosedur audit individu sering memberikan
bukti yang berkaitan dengan lebih dari satu tujuan audit, dan lebih dari satu prosedur
audit seringkali diperlukan untuk memenuhi tujuan audit tertentu. Berbagai jenis tes
memberikan tingkat jaminan yang berbeda, mengambil jumlah waktu yang berbeda untuk
melakukan, dan lebih atau kurang mahal. Auditor internal harus mempertimbangkan
manfaat dan biaya relatif dari melakukan berbagai jenis prosedur. Bergantung pada sifat
perikatan, auditor internal dapat menggunakan prosedur audit manual, teknik audit
berbantuan komputer (CAAT), atau kombinasi keduanya untuk mengumpulkan bukti
yang memadai.
Luas prosedur audit. Tingkat prosedur audit berkaitan dengan berapa banyak
bukti audit yang harus diperoleh auditor internal untuk mencapai tujuannya. Auditor
internal harus, misalnya, menentukan kombinasi prosedur yang tepat untuk diterapkan.
Tingkat di mana tes individu harus dilakukan juga harus ditentukan. Auditor internal
dapat memutuskan, misalnya, bahwa beberapa jenis transaksi harus diuji 100 persen,
sedangkan yang lain dapat diuji berdasarkan sampel. Audit sampling dibahas secara rinci
dalam bab, "Audit Sampling." Pada akhirnya, auditor internal harus mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang cukup untuk mendukung kesimpulan dan saran yang beralasan.
Pengaturan waktu prosedur audit. Waktu prosedur audit berkaitan dengan
kapan pengujian dilakukan dan periode waktu yang dicakup oleh pengujian. Sebagai
contoh:
1. Auditor internal yang menguji efektivitas operasi dari kontrol manual selama periode
waktu berdasarkan sampel harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mendapatkan jaminan bahwa sampel yang dipilih mewakili seluruh periode.
9
2. Auditor internal yang menguji apakah transaksi dicatat pada tahun fiskal yang sesuai
akan memfokuskan tesnya pada transaksi segera sebelum dan setelah akhir tahun.
3. Auditor internal akan menguji operasi kontrol aplikasi yang terkomputerisasi pada
waktu tertentu untuk menentukan apakah kontrol tersebut beroperasi secara efektif
pada saat itu. Auditor internal kemudian akan bergantung pada tes yang berbeda,
seperti tes atas akses dan modifikasi program aplikasi selama periode waktu tertentu,
untuk mendapatkan jaminan bahwa kontrol beroperasi secara konsisten selama
periode waktu tersebut.
10
EXHIBIT 10 – 3
11
EXHIBIT 10 – 4
12
audit secara tidak langsung. Bukti tersebut bisa bersifat persuasive jika inquiry
tersebut diberikan langsung kepada auditee atau pihak ketiga dan responnya tidak
bias. Bentuk inquiry tersebut dapat berupa wawancara, survey, dan kuesioner.
2. Observation. Merupakan proses melihat orang, prosedur, dan proses secara
langsung. Observation pada umumnya lebih persuasif dibandingkan inquiry
karena auditor internal secara langsung dalam mengumpulkan buktinya.
Keterbatasan mengenao observation adalah mengenai waktu pengumpulan
buktinya. Auditor internal dalam mengumpulkan bukti dengan melakukan
observation terkadang mendapatkan bukti yang tidak mewakili secara
keseluruhan.
3. Inspection. Merupakan proses mempelajari dokumen dan catatan dan memeriksa
secara fisik sumber daya yang berwujud. Pemeriksaan fisik sumber daya
berwujud memberikan auditor internal dengan pengetahuan secara langsung dari
keberadaan dan kondisi fisik sumber daya. Auditor internal harus mengakui dan
memperhitungkan tingkat keahlian mereka.
4. Vouching. Merupakan proses pelacakan informasi secara mundur dari satu
dokumen, catatan atau sumber daya berwujud ke dokumen lainnya yang
disiapkan sebelumnya. Vouching dilakukan khusus untuk menguji validitas
informasi yang didokumentasikan atau direkam.
5. Tracing. Merupakan proses pelacakan inormasi secara maju dari satu dokumen,
catatan, atau sumber daya berwujud, ke dokumen lainnya yang disiapkan
sebelumnya. Tracing dilakukan khusus untuk menguji kelengkapan informasi
yang didokumentasikan atau direkam.
6. Reperformance. Merupakan proses mengulangi kontrol atau prosedur lainnya.
Reperforming kontrol memberikan bukti audit langsung mengenai efektivitas
operasi. Reperforming perhitungan memberikan bukti langsung apakah
perhitungan auditee benar. Secara independen merumuskan perkiraan akuntansi,
seperti penyisihan kredit macet, dan membandingkannya dengan estimasi auditee
memberikan bukti langsung mengenai kewajaran estimasi auditee.
7. Analytical Procedures. Menilai informasi yang diperoleh selama penugasan audit
dengan mengidentifikasi atau mengembangkan perbandingan antara informasi
yang didapatkan dengan harapan oleh auditor internal. Berikut adalah analytical
procedures yang biasanya digunakan yaitu:
13
a. Analysis of Common-Size Financial Statement. Auditor internal
mengungkapkan item laporan keuangan sebagai persentase dari total yang
relevan. Misalnya, item laporan laba rugi disajikan sebagai persentase dari
penjualan, dan item neraca dinyatakan sebagai persentase dari aset total.
b. Ratio Analysis. Auditor internal menghitung rasio yang berkaitan dengan
keuangan (misal current ratio, gross profit percentage, inventory turnover,
and cost of raw materials purchased divided by cost of finished goods
produced) dan rasio non finansial (missal sales divided by square footage of
sales space, payroll expense divided by average number of employees, and
percentage of defective units produced).
c. Trend Analysis. Auditor internal membandingkan informasi kinerja (contoh
individual amount, common-size percentages, and/ or ratios) untuk periode
fiskal saat ini dengan informasi lainnya dari periode lainnya.
d. Analysis of Future-Oriented Information. Auditor internal membandingkan
informasi periode fiskal saat ini dengan anggaran atau prakiraan/ ramalan
(forecasts).
e. External Benchmarking. Auditor internal membandingkan informasi kinerja
bagi organisasi dengan organisasi lainnya.
f. Internal Benchmarking. Auditor internal membandingkan informasi kinerja
satu unit organisasi dengan unit organisasi lainnya.
8. Confirmation. Mendapatkan langsung verifikasi tertulis mengenai keakuratan
informasi dari pihak ketiga yang independen. Bukti yang diperoleh melalui
konfirmasi umumnya dianggap sangat handal karena datang langsung dari
sumber-sumber independen kepada auditor internal. Terdiri dari 2 jenis umum
mengenai konfirmasi:
a. Positive Confirmation meminta penerima untuk merespon terlepas dari
apakah mereka percaya atau tidak terhadap informasi yang diberikan kepada
mereka adalah benar.
b. Negative Confirmation meminta penerima untuk merespon hanya ketika
mereka percaya informasi yang diberikan kepada mereka adalah tidak benar
14
2.2.2 Computer – Assited Audit Techniques
15
bidangnya ... Teknik ini termasuk automated risk analysis, system software dan
control objectives software packages.”
6. Continuous auditing “memungkionkan IS auditor untuk memantau reliability
system dalam continuous basis dan untuk mengumpulkan bukti audit selektif
melalui computer.”
16
menggabungkan antarmuka yang ramah pengguna dengan fungsi analisis data yang
kuat seperti:
1. memeriksa file dan catatan untuk validitas, kelengkapan, dan akurasi.
2. menghitung ulang nilai tercatat dan menghitung nilai lain dari kepentingan audit.
3. memilih dan mencetak sampel dan menghitung hasil sampel.
4. membandingkan informasi dalam file terpisah.
5. meringkas, menyusun ulang, dan memformat ulang data.
6. membuat tabel pivot untuk analisis multidimensi
7. mencari kelainan pada data yang dapat mengindikasikan kesalahan atau penipuan.
8. menyiapkan dan mencetak laporan.
9. secara otomatis menghasilkan log historis dari analisis data yang dilakukan.
17
dengan menggunakan GAS menggunakan ketersediaan data yang relevan dalam
format elektronik dan integritas auditor internal.
Perangkat lunak ACL dan IDEA. dua program GAS utama yang digunakan
oleh auditor internal. ACL dan IDEA, sertai buku teks ini. baik perangkat lunak
analisis data ACL dan IDEA berbasis Windows dan dapat dioperasikan dengan
mudah pada PC auditor internal. perangkat lunak ACL adalah produk dari ACL
Services Ltd. Pembaca yang tertarik dapat mempelajari lebih lanjut tentang ACL.
Layanan dengan mengunjungi situs web perusahaan di www.acL.com. DVD-ROM
yang menyertai buku teks ini berisi bahan-bahan berikut yang relevan dengan ACL di
samping perangkat lunak ACL itu sendiri:
a. memulai secara manual.
b. ACL dalam manual praktek.
c. Panduan akses data.
d. Bantuan ACL.
tutorial memulai di bagian empat dari tutorial IDEA, yang dapat diselesaikan
dengan menggunakan file data sampel yang terdapat pada DVD-ROM, memberikan
pengantar yang baik untuk fungsi IDEA. studi kasus untuk IDEA versi Delapan dan
18
Studi Kasus Metode Statistik Lanjut IDEA dapat digunakan untuk praktik tambahan
dengan perangkat lunak.
19
2.3 WORKING PAPERS
Standar IIA 2330: Mendokumentasikan Informasi memerlukan auditor internal
untuk mencatat bukti yang mereka kumpulkan sebagai dukungan untuk hasil perikatan.
Practice Advisory 23301: Mendokumentasikan Informasi menyediakan panduan
mengenai kertas kerja dan persiapan mereka.
Isi kertas kerja dari penugasan audit internal akan tergantung pada sifat dari
penugasan audit. Mereka selalu harus, bagaimanapun, menyediakan dokumentasi
lengkap, akurat, dan ringkas dalam proses audit tersebut.dengan Standar Internasional
IIA untuk Praktik Profesional Audit Internal (Standar).
20
6. Agenda untuk pertemuan dengan tim audit internal dan auditee;
7. Narrative memoranda yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil dari
wawancara dan pertemuan penting lainnya dengan auditee
8. Informasi penting lainnya yang berkaitan dengan organisasi seperti struktur
organisasi, job desk, kebijakan dan prosedur mengenai operating & financing
9. Salinan mengenai dokumen sumber, seperti permintaan pembelian, order
pembelian, laporan penerimaan, tagihan vendor, voucher, dan cek
10. Salinan mengenai dokumen-dokumen penting seperti notulen rapat dan kontrak
11. Dokumen yang berkaitan dengan IT
12. Catatan akuntansi (neraca saldo, jurnal, buku besar)
13. Bukti diperoleh dari pihak ketiga seperti konfirmasi
14. Kontrol yang diperoleh dari auditee dan dievaluasi oleh auditor internal seperti
rekonsiliasi bank
15. Koresponden tertulis dan dokumentasi atas koresponden lisan dari auditee pada
saat penugasan audit
16. Worksheet yang disiapkan oleh auditor internal
17. Notulen dari tim auditor internal mengenai temuan (observations), rekomendasi,
dan hasil audit
18. Komunikasi akhir dari penugasan audit dan tanggapan dari manajemen.
Chief audit executive (CAE) bertanggung jawab untuk menetapkan lisensi dan
prosedur kertas kerja. Kebijakan dan prosedur yang ditulis dengan baik
mempromosikan kerja yang efektif dan efisien dan memfasilitasi kepatuhan yang
konsisten terhadap standar jaminan kualitas.
Format kertas kerja terstandardisasi membantu menyederhanakan proses audit
dan memfasilitasi kerja yang konsisten dan berkualitas tinggi di seluruh keterlibatan.
Namun, kehati-hatian harus dilakukan agar tidak membuat standar kertas kerja
dengan kaku sehingga menghambat kecerdasan dan kreativitas auditor internal.
Standarisasi kertas kerja yang tepat dapat mencakup: Berikut adalah standarisasi dari
kertas kerja yang digunakan dalam penugasan audit adalah:
a. Sebuah keseragaman dari sistem cross-referencing untuk semua proses audit
b. Konsistensi layout kertas kerja
21
c. Standarisasi "tanda centang" (simbol yang digunakan pada kertas kerja untuk
mewakili prosedur audit tertentu)
d. Sebuah rekomendasi untuk jenis informasi untuk menyimpan dalam file permanen
atau carry-forward (file yang berisi informasi penting terkait dengan untuk auditee
tertentu).
File-file dalam working paper harus lengkap dan terorganisir dengan baik,
bahwa setiap file harus:
a. Mengandung indeks atau nomor referensi
b. Mengidentifikasi proses audit dan menjelaskan tujuan dan isi dari kertas kerja
c. Ditandatangani dan diberi tanggal oleh auditor internal yang melakukan pekerjaan
dan yang meninjau pekerjaan
d. Mengidentifikasi dengan jelas mengenai sumber data auditee
e. Penjelasan yang jelas dari spesifik prosedur yang harus dilakukan
f. Tertulis dengan jelas dan mudah dimengerti.
Intinya adalah bahwa kertas kerja harus mengandung informasi yang cukup
untuk auditor internal, selain dari orang yang melakukan pekerjaan, untuk dapat
mengulanginya. Di sisi lain, kertas kerja tidak boleh mengandung informasi lebih dari
yang diperlukan; mereka harus sesingkat mungkin.
Selain itu, karena waktu adalah sumber daya audit yang berharga, auditor
internal harus selalu berusaha untuk menyiapkan kertas kerja dengan cara yang benar
pertama kali. Tidak ada waktu yang dialokasikan untuk menulis ulang mereka.
Kebutuhan penting untuk kertas kerja dipersiapkan dengan benar, jelas, ringkas, dan
cepat adalah salah satu alasan penting mengapa kemahiran auditor internal dalam
komunikasi tertulis bukanlah suatu opsi-itu adalah keharusan. Kertas kerja dapat
disiapkan dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau keduanya. Menggunakan
perangkat lunak kertas kerja otomatis, baik dibeli dari vendor luar atau in-house yang
dikembangkan, sekarang sudah umum. Perangkat lunak ini meningkatkan dan
memfasilitasi organisasi yang konsisten dan penyimpanan dokumentasi yang
mendukung perikatan audit internal.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.
Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan
kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan
juga untuk menghindari dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari
apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi
juga penting bagi auitor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya
digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Oleh sebab itu chapter ini berfokus
pada mendapatkan dan mendokumentasikan bukti audit.
Chapter ini dimulai dengan diskusi tentang bukti audit dan prosedur, baik
prosedur manual maupun CAAT, yang digunakan auditor internal untuk mengumpulkan
bukti yang sesuai dan memadai, hingga akhirnya pembahasan diakhiri dengan diskusi
tentang kertas kerja, yang berfungsi sebagai catatan pricipal dari prosedur yang
diselesaikan, bukti yang diperoleh, kesimpulan yang dicapai, dan rekomendasi yang
dirumuskan oleh tim audit internal selama perikatan. Berikut adalah Sebelas poin penting
yang perlu diingat tentang “Audit Evedence” (Bukti Audit) :
1. Kualitas kesimpulan dan pengetahuan auditor internal tergantung pada kemampuan
mereka untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti pendukung yang memadai.
2. Skeptisisme profesional berarti bahwa auditor internal tidak menerima apapun begitu
saja, mereka harus mempertanyakan apa yang mereka dengar dan lihat dan menilai
secara kritis bukti audit tersebut.
3. Agar persuasif, bukti audit harus relevan, andal, dan memadai
4. Prosedur audit adalah tindakan khusus yang dilakukan untuk mengumpulkan bukti
yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit yang ditentukan
5. Vouching melibatkan pencarian informasi ke belakang atau masa lalu, ini digunakan
untuk menguji validitas informasi
23
6. Tacing melibatkan pencarian informasi yang akan diteruskan, digunakan untuk
menguji kelengkapan informasi.
7. Prosedur analitis melibatkan perbandingan informasi yang diperoleh selama dan
keterlibatan dengan harapan yang telah ditentukan
8. Auditor internal harus tahu cara menggunakan perangkat lunak audit yang
digeneralisasi (GAS), seperti ACL atau IDEA, untuk mengekspansi dan menganalisis
data yang disimpan secara elektronik atau komputerisasi.
9. Kertas kerja berfungsi sebagai catatan utama untuk prosedur yang diselesaikan, bukti
yang diperoleh, kesimpulan yang dicapai, dan rekomendasi yang dirumuskan selama
perikatan audit internal.
10. Kertas kerja juga berfungsi sebagai pendukung utama komunikasi tim audit internal
kepada pihak yang diaudit, manajemen senior, dewan direksi, dan pemangku
kepentingan lainnya.
11. Kertas kerja elektronik, seperti TeamMate EWP, meningkatkan efisiensi audit dan
memfasilitasi organisasi yang konsisten dan reaksi dokumentasi audit.
3.2 Saran
Makalah ini disusun agar bisa menjadi reverensi untuk belajar dan pembuatan
tugas yang berhubungan dengan auditing internal khususnya Audit Evidence and
Working Papers Mengingat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik
isi maupun referensi buku yang digunakan, diharapakan pembaca bisa lebih bijak
dalam membaca dan menjadikan makalah ini sebagai bahan evaluasi untuk
pembelajaran selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kurth F. Reding, P. C. (2013). Internal Auditing Assurance & Advisory Service. Florida: The
Institute of Internal Auditors Research Foundation.
25