Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

LAW ENFORCEMENT

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar perpajakan

Dosen Pembina : Dyah Purnamasari, DR., SE., M.Si., Ak., CA

disusun oleh :

Priyanka Primesti Putri

0117101249

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Law Enforcement”
dengan lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Seminar Perpajakan.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut andil dalam penyusunan makalah
ini, terutama kepada dosen yaitu Ibu Dyah Purnamasari, DR., SE., M.Si., Ak., CA
Meski demikian, kami sadari terdapat ketidak sempurnaan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini. Kami berharap pembaca memberikan kritik dan sarannya guna memperbaiki
makalah ini.
Akhir kalimat, semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan menambah wawasan
bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Bandung, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5

1.3 Tujuan..............................................................................................................................5

1.4 Manfaat............................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak.......................................................................................6

2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak.............................................................................................6

2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak...............................................................................7

2.4 Jenis dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak................................................................7

2.5 Metode Dan Teknik Pemeriksaan Pajak Metode Pemeriksaan Pajak........................8

2.5 Pemeriksaan Hal Tertentu..............................................................................................9

2.6 Penolakan Dan Penyegelan Dalam Pemeriksaan........................................................10

2.7 Penyelesaian Dan Pembatalan Pemeriksaan...............................................................11

2.8 Gugatan Dalam Pemeriksaan Pajak.............................................................................11

2.9 Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak...............................................................................12

2.10 Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Dan Penghitungan Pajak Terutang...............................13

iii
2.11 Pengertian Penyidikan...................................................................................................17

2.12 Wewenang Penyidik.......................................................................................................17

2.13 Asas Hukum Penyidikan...............................................................................................18

BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19

1.1 Saran...............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang menurut
ketentuan perundang-undangan tanpa mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk yang tujuannya untuk digunakan membiayai pengeluaran public sehubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Prinsip Pemungutan Pajak Menurut teori yang ada bahwa negara berhak
memungut pajak dari penduduknya, karena penduduk negara tersebut mempunyai
kepentingan kepada negara. Makin besar kepentingan penduduk kepada negara, maka
makin besar pula perlindungan negara kepadanya.
Sama dengan teori asuransi, teori ini mempunyai kelemahan antara lain tentang
fungsi negara untuk melindungi segenap rakyatnya. Negara tidak boleh memilih-milih
dalam melindungi penduduknya. Jika misalnya di suatu RT (Rukun Tetangga) terjadi
kebakaran, apakah hanya mereka yang sudah bayar pajak yang dibantu dan diselamatkan
oleh petugas mobil kebakaran? Di samping itu jika ditinjau dari unsur definisi pajak,
maka adanya hubungan langsung atau kontraprestasi (dalam hal ini kepentingan wajib
pajak) telah menggugurkan eksistensi pajak itu sendiri.
Pengertian tunggakan pajak Tunggakan pajak merupakan pajak yang terutang
ataupun yang belum dibayar kepada negara dalam jangka waktu yang telah ditetapkan,
jumlah hutang pajak yang harus dibayar dalam batas waktu yang telah ditetapkan
tercantum dalam surat ketetapan pajak (SKP) dan harus dibayar oleh wajib pajak ataupun
penanggung pajak.
Dalam pelaksanaannya tidak semua wajib pajak atau penanggung pajak melunasi
pajak yang terhutang tepat waktu. Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan
hutang pajak tersebut belum juga dilunasi, maka dilakukkan biaya tindakan penagihan
dengan pajak. Penagihan atau pajak adalah serangkaian tindakan agar penaggung pajak
melunasi utang pajak dan penagihan pajak menegur memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan
pelaksanaan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Prosedur penagihan pajak dimulai dari dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh Kantor

4
Pelayanan Pajak. SKP tersebut berdasarkan Surat Pemberitahuan yang disampaikan dan
disusun oleh wajib pajak sendiri yang dikenal dengan istilah self assessment system.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan tujuan pemeriksaan pajak?
2. Apa saja ruang lingkup pemeriksaan pajak?
3. Apa saja jenis dan jangka waktu pemeriksaan pajak?
4. Apa saja metode dan tehnik pemeriksaan pajak?
5. Bagaimanakah penjelasan mengenai :
a. Pemeriksaan khusus
b. Pemeriksaan bukti permulaan
c. Pemeriksan ulang
d. perluasan dan pengalihan pemeriksaan
6. Bagaimanakan jika WP menolak pemeriksaan dan dalam kondisi seperti apakah
penyegelan dilakukan?
7. Apa pengertian dari penyelesaian dan pembatalan pemeriksaan pajak?
8. Apa yang dimaksud gugatan dalam pemeriksaan pajak?

1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan
pemahaman mengenai Law Enforcement

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
wawasan para pembaca mengenai Law Enforcement.

5
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak


Pemeriksaan pajak  adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undang perpajakan.
Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang
berbunyi :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak


Tujuan dari pemeriksaan pajak ialah  :
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:
a. Harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan restitusi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang-Undang KUP
b. Dapat dilakukan dalam hal wajib pajak :
1) menyampaikan SPT LB, termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
2) menyampaikan SPT rugi;
3) tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampau jangka
waktu yang telah ditetapkan dalam Surat teguran;
4) melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran
usaha;
5) WP OP yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
6) menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi
berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan

6
adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Tujuan lain, yaitu:
a. Pemberian NPWP secara jabatan
b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
d. Wajib pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
f. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
g. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda

2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak


1. Satu atau beberapa bulan (masa): ruang lingkup untuk menguji kewajiban
pemungutan atau pemotongan. Seperti PPn, PPnBM, PPh pasal 21, PPh pasal 22,
23, 26, PPh pasal 4 (2)
2. Bagian tahun pajak atau tahun pajak: menguji kewajiban PPh badan atau PPh OP.
Tidak selalu 12 bulan. Contoh: bulan Mei sebuah perusahaan dibubarkan dan
likuidasi bulan Agustus. Maka pemeriksaan tahun tersebut disebut bagian tahun
pajak.

2.4 Jenis dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak


1. Jenis Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan di tempat WP atas satu jenis pajak, beberapa
jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahuntahun yang lalu maupun untuk
tahun berjalan.
b. Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Jangka Waktu:
a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan
dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak

7
tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga bulan dan
dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib
Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi yang terkait dengan


transfer pricing dan atau transaksi khusus lain. Dalam hal pemeriksaan dilakukan
berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak.

2.5 Metode Dan Teknik Pemeriksaan Pajak Metode Pemeriksaan Pajak

1. Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan


pengujian atas kebenaran pospos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya,
yang dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan, dan dokumen terkait.
2. Metode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan
pengujian atas kebenaran pospos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya,
yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan
tertentu.
Pendekatan
a. Transaksi Tunai dan Bank;
b. Sumber dan Penggunaan Dana;
c. Penghitungan Rasio;
d. Satuan dan/atau Volume;
e. Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth);
f. Penghitungan Biaya Hidup

Tehnik Pemeriksaan Pajak


a. Pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal Pajak;
b. Pengujian keabsahan dokumen;
c. Evaluasi;
d. Analisis angka-angka
e. Penelusuran angkaangka (tracing)
f. Penelusuran bukti
g. Pengujian keterkaitan

8
h. Ekualisasi atau rekonsiiasi
i. Permintaan keterangan atau bukti
j. Konfirmasi
k. Inspeksi
l. Pengujian kebenaran fisik
m. Pengujian kebenaran pengitungan matematis
n. Wawancara
o. Uji petik (sampling)
p. Teknik audit berbantuan computer (TABK)
q. Teknik-teknik lainnya.

2.6 Pemeriksaan Hal Tertentu


1. Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan Khusus harus dilakukan melalui PL atau PSL untuk satu,
beberapa atau seluruh jenis pajak kewajiban Wajib Pajak termasuk Wajib Pajak yang
diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak,
berdasarkan:
a. Adanya dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000
c. Data baru atau data yang semula belum terungkap
d. Permintaan Wajib Pajak
e. SPT lebih bayar hasil edit
f. Pertimbangan Direktur Jendral Pajak
Khusus untuk kriteria pemeriksaan pada butir 3 hanya diberlakukan terhadap
Wajib Pajak yang telah diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.

2. Pemeriksaan Bukti Permulaan


Pemeriksaan bukti permulaan Adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan.
Bukti Permulaan merupakan Keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat

9
bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang
dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

3. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang berdasarkan:
a. Persetujuan Dirjen Pajak, dan
b. Intruksi Dirjen Pajak.
Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan dalam hal :
a. Terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang dapat
mengakibatkan penambahan pajak terutang
b. Pertimbangan Dirjen Pajak
c. Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan
Ruang lingkup dari Pemeriksaan Ulang :
a. Semua jenis pajak
b. Beberapa jenis pajak
c. Satu jenis pajak
4. Perluasan Pemeriksaan
Perluasan pemeriksaan dilakukan karena adanya :
a. SPT Tahunan PPh Tahun-Tahun Pajak Sebelumnya menyatakan Rugi Tidak
Lebih Bayar
b. SPT Masa PPN masa-masa sebelumnya menyatakan LB Kompensasi

Pengalihan Pemeriksaan Dilakukan karena:


a. WP pindah domisili ke KPP lain;
b. Instruksi/Persetujuan/Penugasan/LP2 telah terbit; dan
c. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan/Panggilan Pemeriksaan Kantor
belum disampaikan ke WP.

2.7 Penolakan Dan Penyegelan Dalam Pemeriksaan


1. Pemeriksaan Lapangan
Dilakukan karena WP tidak memenuhi kewajiban pasal 29 ayat (3) huruf a, b, c UU
KUP. Dan WP diwajibkan menandatagani Surat Pernyataan Penolakkan Pemeriksaan.
Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Kantor

10
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya pemeriksaan.
Dan sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.

2.8 Penyelesaian Dan Pembatalan Pemeriksaan

1. Penyelesaian Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan dan Kantor dapat diselesaikan


dengan cara:
a. Menghentikan pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir Dikarenakan:
1) WP tidak ditemukan
2) Pemeriksaan untuk SPT yang bukan restitusi (bukan Ps 17B UU KUP )
3) disetujui dilakukan Pemeriksaan Bukper
4) Pemeriksaan atas permohonan restitusi (Ps 17B UU KUP) ditangguhkan
5) karena dilakukan pemeriksaan Bukper
b. Membuat LHP sebagai dasar penerbitan SKP Dikarenakan:
1) WP tidak ditemukan & Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan restitusi
Ps 17B UU KUP
2) WP ditemukan & Pemeriksaan dapat diselesaikan sesuai jangka waktu
pemeriksaan
3) WP ditemukan & SPHP belum dapat diselesaikan sampai dengan berakhirnya
perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
c. Mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan

2. Pembatalan Pemeriksaan.

Pembatalan pemeriksaan ada dua, yaitu pembatalan hasil pemeriksaan dan


pembatalan penugasan pemeriksaan. Pembatalan hasil pemeriksaan artinya yang
dibatalkan adalah “hasil” pemeriksaan berupa surat ketetapan pajak (SKP).
Sedangkan pembatalan penugasan adalah pembatalan atas Surat Perintah Pemeriksaan
[SP2]. Dengan dibatalkannya SP2 maka “seolah-olah” tidak ada SP2. Sehingga atas
pemeriksaan tersebut tidak ada Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan [SPHP] dan
Laporan Hasil Pemeriksaan [LHP].

2.9 Gugatan Dalam Pemeriksaan Pajak

Dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

11
1. Dilakukan oleh majelis dan dinyatakan terbuka untuk umum dengan kegiatan :
a. Pembukaan sidang
b. Pemeriksaan kelengkapan
c. Memanggil tergugat dan penggugat
d. Penjelasan sengketa
e. Pernyataan kepada tergugat
f. Pertanyaan kepada saksi
g. Penyelesaian siding
2. Dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal. Pemeriksaan dilakukan terhadap :
a. Sengketa pajak tertentu
b. Sengketa pajak yang tergugatnya tidak memenuhi ketentuan :
1) Gugatan diajukan dengan surat gugatan dalam bahasa Indonesia kepada
pengadilan pajak
2) Satu pelaksana penagihan atau satu keputusan diajukan satu surat gugatan.
c. Gugatan yang tidak diputus dalam waktu 6 bulan sejak surat gugatan diterima
d. Keputusan peradilan pajak tidak sesuai ketentuan atau kesalahan tulis dan atau
kesalahan hitung dalam putusan peradilan pajak
e. Sengketa berdasarkan pertimbangan hokum bukan merupakan wewenang
pengadilan pajak.

2.10 Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-


9/PJ/2010 tentang Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan, bentuk, isi, dan format Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) disusun
dengan merujuk pada Pedoman Penyusunan LHP. Pedoman ini dibuat agar format LHP
menjadi seragam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LHP adalah sebagai
berikut.
1. LHP adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun
oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan
tujuan pemeriksaan.
2. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa
sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung
temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang

12
terkait dengan Pemeriksaan.
3. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berisi antara lain
mengenai:
a. Penugasan pemeriksaan;
b. Identitas Wajib Pajak;
c. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
d. Pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Data/informasi yang tersedia;
f. Lampiran yang diwajibkan;
g. Buku, catatan, dan dokumen serta data,  informasi, dan keterangan lain yang
dipinjam;
h. Materi yang diperiksa;
i. Uraian hasil pemeriksaan;
j. Ikhtisar hasil pemeriksaan;
k. Penghitungan pajak terutang; dan
l. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

2.11 Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Dan Penghitungan Pajak Terutang

Bagian ini berisi informasi mengenai ringkasan koreksi masing-masing pos


yang diperiksa sebagaimana dimaksud dalam angka romawi II huruf E di atas beserta
penghitungan pajak terutang, kredit pajak, pajak yang kurang (lebih) dibayar, sanksi
administrasi, jumlah pajak yang masih harus (lebih) dibayar dan/atau Surat Tagihan
Pajak.
i. Simpulan Dan Usulan Pemeriksa
  . Simpulan Pemeriksa, yang berisi:
1) informasi mengenai ringkasan penghitungan pajak sebelum dan setelah
pemeriksaan, serta rasio keuangan dan persentase koreksi yang dihasilkan
2) data/informasi yang diproduksi oleh Pemeriksa setelah
melakukan pemeriksaan.
Usulan Pemeriksa, yang berisi:
1) usulan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak dan/atau usulan lainnya
berdasarkan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku; atau
2) usulan penghentian pemeriksaan dalam hal Tim Pemeriksa
mengusulkan penghentian pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.

13
ii. Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Dalam Pasal 13 PMK No. 199/PMK.03/2007 stdtd. PMK


82/PMK.03/2011, menyebutkan hak-hak dari Wajib Pajak saat dilakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP, dibagi 2, yaitu pada saat pemeriksaan
lapangan dan pemeriksaan kantor.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:
a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan surat pemberitahuan
pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan Pemeriksaan;
d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila
susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
e. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
f. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan;
g. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, sehubungan dengan masih terdapat hasil Pemeriksaan
yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
h. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak:
a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

14
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan Pemeriksaan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila
susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
d. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
e. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan;
f. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, sehubungan dengan masih terdapat hasil Pemeriksaan
yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
g. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

Pasal 39 PMK No. 199/PMK.03/2007 stdtd. PMK 82/PMK.03/2011


menjelaskan tentang hak WP yang kepadanya sedang dilakukan pemeriksaan
untuk tujuan lain. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis
Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:
a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada
waktu Pemeriksaan;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara
tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan Pemeriksaan;
d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau
e. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak:
a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperIihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada
waktu Pemeriksaan;

15
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan Pemeriksaan;
c. meminta kepada Pemeriksa Paiak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
terdapat perubahan Susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau
d. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

iii. Wewenang Pemeriksa Pajak


a. melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
b. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
c. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak
bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
d. meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran
Pemeriksaan, antara lain berupa :
1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila
dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan
peralatan dan/atau keahlian khusus;
2) memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang
bergerak dan/atau tidak bergerak;dan/atau
3) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan
dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga
sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.
4) melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak
dan/atau tidak bergerak;
5) meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;dan

16
6) meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala
unit pelaksana Pemeriksaan

2.12 Pengertian Penyidikan

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian taindakan


yang dilakukan oleh penyidik,untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi,serta
menemukan tersangkanya
Tindak pidana di bidang perpajakan meliputi perbuatan:
1. yang dilakukan oleh seseorang atau oleh badan yang diwakili pengurus
2. memenuhi rumusan undang-undang
3. diancam dengan sanksi pidana
4. melawan hukum
5. dilakukan di bidang perpajakan
6. dapat menimbulkan kerugian bagi pendapatan negara

Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan direktorat


jenderal pajak yang diberi weewnang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
2.13 Wewenang Penyidik

Dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Ps 44 jo. KEP-272/PJ/2002 Pasal 9 (2)


Wewenang Penyidik adalah :
1. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
2. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
4. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan;

17
5. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
7. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
8. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
9. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
10. menghentikan penyidikan; dan/atau
11. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.14 Asas Hukum Penyidikan

1. Asas praduga tak bersalah, yaitu bahwa setiap orang yang disangka, dituntut, dan
atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai
adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh
kekuatan hukum tetap;
2. Asas persamaan di muka hukum, yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dimuka hukum, tanpa ada perbedaan;
3. Asas hak memeproleh bantuan/penasehat hukum,setiap tersangka perkara tindak
pidana di bidang perpajakan wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum
yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas
dirinya sejak dilakukan pemeriksaan terhadapnya.

18
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi dan tujuan pemeriksaan pajak secara keseluruhan adalah supaya Wajib
Pajak melaporkan kegiatan usahanya dengan benar. Benar karena Wajib Pajak
melaporkan kegiatan usahanya sesuai keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak
ada yang disembunyikan dan terbuka. Benar karena Wajib Pajak telah menghitung pajak
terutang sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.
1. Ada banyak ketentuan dalam melakukan pemeriksaan pajak, secara garis besar
diantaranya yaitu :
a. Ruang Lingkup pemeriksaan
b. Kriteria Pemeriksaan
c. Jenis Pemeriksaan
d. Jangka Waktu Pemeriksaan
e. Jangka Waktu RestitusiPajak
f. Penyelesaian Pemeriksaan
g. Pertemuan dengan Wajib Pajak
h. Peminjaman Dokumen dan Penyegelan
i. Permintaan Keterangan
j. SPHP dan Closing Conference
2. Setiap dilakukan pemeriksaan pajak oleh kantor pajak, Wajib pajak mempunyai
kewajiban dan haknya yang telah ditentukan oleh perundang –undangan.

3.2 Saran
Isi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
dengan senang hati mengharapkan masukan dan kritik dari pembaca guna
penyempurnaan lebih lanjut.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak.html
http://pajaktaxes.blogspot.com/p/pemeriksaan.html
http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembetulan-ketetapan-pajak.html
http://tulisanpengisipengetahuan.blogspot.co.id/2016/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
http://khalimah997.blogspot.co.id/2013/11/pemeriksaan-dan-penyidikan-pajak.html
http://bayuheriswara.blogspot.co.id/2015/12/pemeriksaan-dan-penyidikan-pajak.html

20

Anda mungkin juga menyukai