Anda di halaman 1dari 38

BAB II

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU

A. Arti Kepemimpinan

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi seseorang

dan juga sebagai sarana pokok bagi pembangunan kebudayaan dan peradaban umat

manusia. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan di indonesia guna

menyiapkan sumber daya manusia yang handal terus dilakukan, diantaranya

penyusunan kebijakan pemerintah dan implementasinya tentang pendidikan dan

unsur-unsur yang terkait. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan

untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan

kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi

bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.

Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal dari

kata leader. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan

adalah jabatannya. Menurut Kartono (Priansa, 2014: 161) bahwa:

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu,


sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan
orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pemimpin dalam lingkungan
sekolah adalah, dimana ia merupakan pionir, yang memiliki kewibawaan
dan kekuasaan untuk menggerakkan seluruh sumber daya sekolah guna
mencapai visi dan melaksanakan misi sekolah, dimana guru merupakan
salah satu komponen penting yang melaksanakan kepemimpinan di sekolah,
terutama dalam proses pembelajaran di kelas.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu

faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar

keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam

10
11

organisasi tersebut. Jakaria (2016:2) Kepemimpinan adalah merupakan seni dan

keterampilan seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi

orang lain agar melaksanakan aktivitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang

telah ditetapkan.

Dalam kehidupan modern, kepemimpinan seseorang sangat tergantung pada

situasi, karakteristik situasional organisasi, waktu dan besar kecilnya organisasi.

Dalam sebuah organisasi birokrasi misalnya tidak membutuhkan pemimpin yang

kharismatik, tetapi yang cakap, pintar dan pandai mengimplementasikan kebijakan

yang ada serta mampu memelihara kondisi kerja sama antara bagian dalam

organisasi.  Kepemimpinan organisasi modern sering terjadi hanya melaksanakan

ketentuan dan peraturan yang sudah ditentukan oleh pimpinan yang lebih tinggi.

Dalam konteks ini maka pemimpin lebih berfungsi sebagai administrator atau

manajer dan bukan sebagai pembina atau pengayom yang mampu memberikan

motivasi kepada bawahan yang dipimpinnya.

Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan

memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para

anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu:

(1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain itu bawahan maupun pengikut,

(2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan

anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa

daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda

untuk memengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.

Kemampuan managerial yang handal juga mampu membawa suasana

madrasah yang sehat dan dinamis. Menciptakan sikap dan semangat serta
12

profesionalisme guru juga banyak tergantung pada kepemimpinan kepala madrasah.

Para guru atau staf lainnya akan dapat bekerja dengan baik dan penuh semangat bila

kepala madrasah mampu menerapkan kepemimpinannya secara efektif. Oleh karena

itu untuk meningkatkan profesionalisme guru perlu diperhatikan kepemimpinan

kepala sekolah.

Pembinaan profesionalisme guru dimaksudkan sebagai serangkaian usaha

pemberian bantuan kepada guru terutama bantuan berwujud bimbingan profesional

yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas dan mungkin oleh pembina sesama

guru lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar. Bimbingan

profesional yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan

profesionalisme guru terutama dalam proses belajar mengajar. Selain dari pada itu

pembinaan guru juga dimaksudkan sebagai usaha terlaksananya sistem kenaikan

pangkat dalam jabatan profesional guru.

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut

memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,

jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis

kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif

kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu

yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan

upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Dalam rangka melakukan peran

dan fungsinya sebagai pemimpin kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberdayakan tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan

mendorong terlibatnya guru dalam meningkatkan kemampuan profesinya.


13

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik

dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari

bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Antara pemimpin

dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati bersama.

Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya

tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan

kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.

Dalam manajemen dibutuhkan seorang pemimpin dan jiwa kepemimpinan.

Sebelum membahas tentang macam-macam peran kepemimpinan terlebih dahulu

kita akan memaparkan tentang pengertian pemimpin dan arti peran kepemimpinan

itu sendiri. Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat,

sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Sedangkan

Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah

kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan

seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk

mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak

sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan

nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan penertian manajemen adalah

suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian

upaya dari anggota organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada

organisasi untuk mencapai tujaun organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya

Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari

pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam


14

menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh

lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung jawab

pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah

adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.

Dalam praktek sehari-hari, seoring diartikan sama antara pemimpin dan

kepemimpinan, padahal macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin kedua

adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan

atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai

pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak

maka pengaruh tersebut akan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas

seorang dikatakan pemimpin apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan.

Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak

mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih

dahulu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat

berperan dengan baik, antara lain:

1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan

pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain

terhadap kepemimpinan yang bersangkutan.

2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan

berkembang.

3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi.

4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui

pertumbuhan dan perkembangan.


15

5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap

anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai

tujuan organisasi.

Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan, baik keterampilan

manajemen (managerial skill) maupun keterampilan tekhnis (technical skill).

Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis pemimpin dalam organisasi maka

keterampilan lebih menonjol dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal

ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional. Bertambah tinggi

kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin menonjol

keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas bersifat

konsepsional.

Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam

organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara

konsepsional strategis dan makro. Selain dari pada itu perlu dikemukakan bahwa

semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist,

sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi

spesialist.

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan adalah kekuatan yang sangat dinamis yang memotivasi dan

mengoordinasikan organisasi dalam rangka pencapaian suatu tujuan melalui proses

unuk mempengaruhi orang lain. Wahyudi (2015:56) mengatakan:

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam


menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola fikir, cara
kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam
16

pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan


yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah

mempengaruhi orang lain seperti guru dan anggota sekolah guna mencapai tujuan

yang diinginkan. Pencapaian kualitas terbaik juga dapat dicapai dengan kepala

sekolah harus mampu melakukan perubahan, hal iniakan terwujud jika jika kepala

sekolah sebagai pemimpin mampu dan mau membangun komitmen yang kuat

antara sekolah dengan stakeholders.

Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memiliki beragam

kemampuan dan kompetensi yang memadai. Karwati (2013:55) mengatakan,

kepemimpinan kepala sekolah terkontruksi atas lima dimensi yang penting untuk

dimiliki oleh setiap kepala sekolah: (a) Kemampuan pendidikan (educational

capabilities; (b) Kemampuan personal (personal capabilities); (c) Kemampuan

relasional (relational capabilities); (d) Kemampuan intelektual (intellectual

capabilities); dan (e) Kemampuan keorganisasian (organizational capabilities).

Sagala (2012:76) mengatakan, ciri kepemimpinan kepala sekolah adalah

memiliki moral kerja yang tinggi dan visioner ditandai dengan: (1) memahami

secara tepat berbagai segi kegiatan sekolah dengan menggunakan daya kognitif dan

daya nalar secara teratur dan intensif; (2) responsif terhadap berbagai

perubahanilmu pengetahuan dan teknologi; (3) keterampilan berkomunikasi secara

efektif; (4) melihat kepentingan sekolah sebagai keseluruhan; (5) berfikir dan

bertindak rasional serta obyektif; dan (6) mampu menentukan prioritas secara tajam.

Dengan adanya manajemen kepemimpinan kepala sekolah maka akan mampu

meningkatkan profesional guru.


17

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan

kepala sekolah berkenaan dengan kemampuan dan kompetensi kepala seolah, baik

hard Skill maupun soft skill, guna mempengaruhi seluruh sumber daya sekolah agar

mampu mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah yang dapat dikatakan efektif adalah kepemimpinan

yang mampu memberdayakan seluruh potensi yang ada disekolah tersebut.

C. Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan adalah kekuatan yang sangat dinamis yang memotivasi dan

mengoordinasikan organisasi dalam rangka pencapaian suatu tujuan melalui proses

unuk mempengaruhi orang lain. Wahyudi (2015:56) mengatakan:

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam


menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola fikir, cara
kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam
pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Kepemimpinan di sekolah yang dilakukan oleh
kepala sekolah mempengaruhi orang lain seperti guru dan anggota sekolah
guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Pencapaian kualitas terbaik juga dapat dicapai dengan kepala sekolah harus

mampu melakukan perubahan, hal iniakan terwujud jika jika kepala sekolah sebagai

pemimpin mampu dan mau membangun komitmen yang kuat antara sekolah dengan

stakeholders.

Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memiliki beragam

kemampuan dan kompetensi yang memadai. Karwati (2013:55) mengatakan,

kepemimpinan kepala sekolah terkontruksi atas lima dimensi yang penting untuk

dimiliki oleh setiap kepala sekolah: (a) Kemampuan pendidikan (educational

capabilities;, (b) Kemampuan personal (personal capabilities); (c) Kemampuan


18

relasional (relational capabilities); (d) Kemampuan intelektual (intellectual

capabilities); dan (e) Kemampuan keorganisasian (organizational capabilities).

Sagala (2012:76) mengatakan, ciri kepemimpinan kepala sekolah adalah

memiliki moral kerja yang tinggi dan visioner ditandai dengan: (1) memahami

secara tepat berbagai segi kegiatan sekolah dengan menggunakan daya kognitif dan

daya nalar secara teratur dan intensif; (2) responsif terhadap berbagai

perubahanilmu pengetahuan dan teknologi; (3) keterampilan berkomunikasi secara

efektif; (4) melihat kepentingan sekolah sebagai keseluruhan; (5) berfikir dan

bertindak rasional serta obyektif; dan (6) mampu menentukan prioritas secara tajam.

Dengan adanya manajemen kepemimpinan kepala sekolah maka akan mampu

meningkatkan profesional guru.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan

kepala sekolah berkenaan dengan kemampuan dan kompetensi kepala seolah, baik

hard Skill maupun soft skill, guna mempengaruhi seluruh sumber daya sekolah agar

mampu mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah yang dapat dikatakan efektif adalah kepemimpinan

yang mampu memberdayakan seluruh potensi yang ada disekolah tersebut.

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mengacu pada komponen-

komponen sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)  

Kedudukan kepala sekolah merupakan tugas tambahan, dikatakan

demikian karena seorang kepala sekolah adalah seorang guru yang diberikan tugas

tambahan untuk memimpin suatu madrasah, baik pada tingkat dasar maupun
19

menengah. Walaupun kedudukannya sebagai pemimpin, tugas pengajaran dan

pembelajaran tidak begitu saja, ia tetap mengajar sebagaimana guru lainnya. Namun

dengan kedudukan sebagai kepala sekolah ia terikat dan bertanggung jawab

terhadap berbagai aktivitas administrasi dengan tugas tambahan ini, karena kepala

madrasah adalah seorang guru yang dipercaya, kredibel dan layak untuk melakukan

tugas sebagai pemimpin pendidikan di madrasah.

Kepala sekolah berkedudukan sebagai pemimpin tetap seorang guru, maka

perannya sebagai pendidik menjadi luas, ia bukan hanya pendidik bagi siswa tetapi

juga bagi seluruh personil sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2013: 124),

mengatakan bahwa sebagai pendidik dia harus mampu menanamkan, memajukan,

dan meningkatkan empat macam nilai yaitu:

a. Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia,
b. Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai
perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai, budi
pekerti dan kesusilaan;
c. Fisik dan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan,
kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah;
d. Artistik,hal-hal yang berkaitan kepekaan manusia terhadap seni dan
keindahan

Dalam kerangka itulah, maka satuan atasan atau lembaga yang

bertanggungjawab kepada pembinaan guru, baik pada level kota/kabupaten,

provinsi, dan nasional, harus melakukan pelatihan bagi guru yang dianggap

potensial menjadi kepala madrasah. Sedangkan bagi yang telah menduduki jabatan

kepala sekolah, diberikan pelatihan atau wokshop yang dapat meningkatkan

kemampuannya sebagai pendidik seluruh personil di sekolah.

2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer


Sebagai manajer, kepala sekolah harus mempunyai kemampuan menyusun

program kerja sekolah, menyusun organisasi kepegawaian di sekolah,


20

menggerakkan staf dan mengoptimalkan sumber daya sekolah. Peran yang

dimainkan kepala sekolah memerlukan visi yang jelas tenteng tujuan sekolah.

Kemampuan kepala sekolah menterjemahkan visinya dalam bentuk yang

operasional akan menimbulkan kredibelitas yang tinggi dihadapan orang-orang

yang di pimpinnya.

Peranannya sebagai manajemen adalah untuk memberikan bantuan kepada

personil sekolah yang memerlukannya dan secara bersama-sama melakukan satu

strategi agar tujuan sekolah tercapai secara efektif. Menurut Stoner (Wahjosumidjo,

2013: 96) bahwa:

Ada delapan macam fungsi seorang manejer yang perlu dilaksaakan dalam
suatu organisasi, yaitu bahwa para manajer: (1) bekerja dengan, dan
melalui orang lain; (2) bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan;
(3) dengan fakta dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai
persoalan; (4) berpikir secara realistic dan konseptual; (5) adalah juru
penengah; (6) adalah seorang politisi; (7) adalah seorang diplomat; dan (8)
pengambilan keputusan yang sulit.

Fungsi manejer yang dikemukakan di atas, berlaku bagi setiap manejer dari

organisasi apapun, termasuk kepala sekolah sehingga ia mampu berperan sebagai

pengelola kegiatan di sekolah dan mampu mewujudkan kedelapan fungsi tersebut

dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi

oleh faktor sumber daya manusia, seperti guru, staf, siswa, dan orang tua siswa,

dana, sarana prasarana dan faktor linggkungan dimana sekolah itu berada.

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat

memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat
21

melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan

pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: KKG tingkat

sekolah, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti

kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan

yang diselenggarakan pihak lain.

3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Sebagai administrator, kepala sekolah harus mengelola administrasi; KBM

dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana prasarana dan persuratan.

Meningkatkan mutu sekolah, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan

mengembangkan fasilitas sekolah, misalnya gedung, perlengkapan sekolah,

keuangan, sistem pencatatan/pendapatan kesehjahteraan dan lain-lain, yang semua

ini tercakup dalam bidang administrasi pendidikan. Kepala sekolah sebagai

administrator bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran di sekolah. Oleh karena itu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

berkenan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk

tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa

besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru

tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh

karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang

memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Sebagai supervisor, kepala sekolah harus mempunyai kemampuan

menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan. Dinamika pengajaran

seharusnya dilakukan oleh seorang yang dididik khusus untuk melakukan hal ini,
22

dengan menggunakan keahlian khusus. Tidak semua orang dapat melakukan

supervisi pengajaran, dan pekerjaan yang profesional lainnya. Bantuan perbaikan

situasi belajar mengajar yang dilakukan oleh orang yang bukan di didik atau

ditugaskan untuk melakukan supervisi itu seharusnya tidak dapat dikatagorikan ke

dalam kegiatan supervisi pengajaran. Namun di negara kita pekerjaan supervisi

pengajaran ini belum diakui sebagai bidang program profesional.

Menurut Husaini (2014: 306) bahwa: “Tugas kepala sekolah sebagai

supervisor diwujudkan dalam kepemimpinannya, mampu merencakan supervisi,

menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan untuk meningkatakan

profesionalisme guru”. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus

diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program

supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan program supervisi

perpustakaan, laboratorium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program

supervisi pendidikan diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi kegiatan

ekstrakurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi untuk

meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk

mengembangkan sekolah.

Dalam melaksanakan tugas profesional sebagai seorang supervisor apakah

dia kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi sebaiknya secara sistematik

supervisi pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan.

Supardi (2013: 76) mengemukakan bahwa: “Supervisi pendidikan adalah suatu

pelayan (service) untuk membantu, mendorong, membimbing serta membina guru-

guru agar ia mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam

menjalankan tugas pembelajaran”.


23

Pembinaan yang dimaksud berupa bimbingan atau tuntunan kearah

perbaikan situasi pendidikan, termasuk proses belajar mengajar untuk peningkatan

mutu pendidikan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui sejauh mana guru

mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu

melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan

kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam

pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan

sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan

kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan

tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada

sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Peran penting kepala sekolah sebagai supervisor adalah memberikan

bantuan yang bersifat membina, membimbing dan mengarahkan perkembangan

para personel sekolah. Bantuan yang diberikan kepada personel pendidikan untuk

mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik dan upaya meningkatkan mutu

pendidikan. Adapun tugas kepala sekolah sebagai supervisor dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 mencakup sebagai berikut:

merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru; melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; menindaklanjuti hasil

supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru,

di antaranya adalah bahwa tugas dan fungsi dari supervisi ini adalah untuk

memberdayakan sumber daya sekolah termasuk guru.

Dari kutipan di atas, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus

betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah


24

dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak

menguasainya dengan baik.

5.    Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)

Menurut Usman (2014: 304) bahwa: “Kepala Sekolah Sebagai Leader

“harus mampu memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber

daya sekolah/ madrasah secara optimal”. Mulyasa (2013: 45) menyebutkan:

“Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian

kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin sifat-sifat sebagai barikut: (1)

jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan

keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan”.

6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis

dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,

memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan

mengembangkan model model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai

inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara

konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, objektif, pragmatis, keteladanan,

disiplin, adaptable, dan fleksibel. Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu

mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah, juga

dapat mengubah strategi pembelajaran.

7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan


25

fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,

pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan

penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar

(PSB).

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru

merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah

yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum

dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan

tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha

memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus

meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan

efektif dan efisien.

 Berdasarkan tujuh peran di atas sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus

dapat membimbing, mengarahkan dan mendorong para guru untuk meningkatkan

kinerjanya dalam mencapai tujuan sekolah. Pada dasarnya juga kepala sekolah

dituntut untuk memiliki dua keprofesionalan yaitu keprofesionalan akademisi dan

keprofesionalan kinerja dalam arti mau dan mampu bekerja sama baik individual

maupun tim

D. Gaya Kepemimpinan

Rivai (2005:2) “Definisi kepemimpinan secara luas, adalah meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi”. memotivasi perilaku pengikut

untuk mencapai tujuan, mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa

para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran,


26

memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan

kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.

Hasibuan (2003:170) menyatakan: “Kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi”. Selanjutnya menurut

Istianto (2009:87) ada beberapa definisi kepemimpinan yang dapat mewakili

tentang kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:

a. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam memimpin sedangkan

pemimpin adalah orangnya yang memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut mengikuti apa

yang diinginkannya. Oleh karena itu pemimpin harus mampu mengatur

dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

b. Kepemimpinan adalah dimana seorang pemimpin harus mampu mengatur

dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

c. Kepemimpinan merupakan subjek yang penting di dalam manajemen dan

ilmu administrasi karena kepemimpinan terkait dengan hubungan antara

atasan dan bawahan di dalam organisasi.

d. Kepemimpinan merupakan proses berorientasi kepada manusia dan dapat

diukur dari pengaruhnya terhadap perilaku organisasi.

e. Kepemimpinan pemerintahan adalah sikap, perilaku dan kegiatan

pemimpin pemrintahan di pusat dan daerah dalam upaya mencapai tujuan

penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

kepemimpinan merupakan suatu cara seorang pemimpin dalam usahanya untuk


27

mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan

organisasi. Beberapa teori telah dikemukakan para ahli manajemen mengenai

timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya.

Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya

yang paling menonjol yaitu sebagai berikut :

a. Teori Genetie

Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “ leaders are born and not

made”. Penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin ada karena ia telah

dilahirkan dengan bakat seorang pemimpin dalam keadaan bagaimanapun seorang

di tempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi seorang pemimpin karena ia

dilahirkan untuk itu. Artinya takdirnya adalah menjadi seorang pemimpin.

b. Teori Sosial

Jika teori genetie mengatakan bahwa “leaders are born not made” maka

penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu “leaders are made and not born”.

Penganut penganut ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi seorang

pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

c. Teori Ekologis

Teori ini adalah teori campuran antara teori genetik dan teori sosial.

Penganut penganut ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi

pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat

kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang

teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk

mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.


28

Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori

sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.

Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan

untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan

seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.

Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang

pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia

lihat. Miftah (2007:49): menyatakan “Usaha menyelaraskan persepsi diantara orang

yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan

dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya”. Gaya kepemimpinan diartikan

sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam

mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya Nawawi.

(2015:113): “Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi

perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk

mencapai tujuan organisasi”.

E. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu

hak. Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :

a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi

b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata

d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia

menganggap dialah yang paling benar


29

e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal

f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan

(Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas

dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe

ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern. Kepemimpinan seperti ini

menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan

pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.

Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,

dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja

yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan

atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya

antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta

memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

Ada empat sifat umum yang tampak mempunyai pengaruh terhadap

keberhasilan kepemimpinan. Mifta (2007:33-34) yaitu:

1. Kecerdasan

Bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang dipimpin.

2. Kedewasaan dan Keleluasaan Hubungan Sosial

Kepemimpinan cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil

serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial.

3. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi


30

Para pemimpin secara relative mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk

berprestasi.

4. Sikap-Sikap Hubungan Kemanusiaan.

Seorang pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan

para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.

G. Kinerja Guru

Dalam organisasi pendidikan guru merupakan individu yang menjalankan

proses pengajaran,sehingga propesionalisme guru merupakan kunci keberhasilan

sebuah lembaga pendidikan,oleh sebab itu,penilaian kinerja guru sangat bermamfaat

untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan guru tersebut ,Wibowo (2011: 7)

menyatakan: “Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai

dari pekerjaan tersebut”. Dalam pandangan ini kinerja mempunyai makna bukan

hanya sebagai hasil kerja, melainkan juga termasuk bagaiman proses pekerjaan

tersebut dilaksanakan/ dikerjakan. Suwatno dan Priansa (2015:196) menyatakan:

“Kinerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku,

dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan

tindakannya”.

Lebih lanjut Suwatno dan Donni Juni Priansa menjelaskan bahwa

karyawan yang memiliki level kinerja yang tinggi merupakan karyawan yang

produktifitas kerjanya tinggi dan begitupun sebaliknya. Sehingga menurut pendapat

ini kinerja seseorang dapat dilihat dari produktifitasnya sebagai gambaran dari hasil

kerja yang telah dilakukan. Wirawan (2009: 5) menyatakan: “Kinerja adalah


31

keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan

atau suatu profesi dalam waktu tertentu”.

Nawawi (2006: 66) menyatakan: “Kinerja dapat diartikan sebagai apa yang

dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas-

tugas pokoknya”. Uno dan Lamatenggo (2012: 63): “Kinerja merupakan perilaku

sesorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah

persyaratan”. Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan pelaksanaan dari tugas dan tanggung jawab seseorang di dalam

menjalankan sebuah pekerjaan.

Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan oleh karenanya guru

dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Untuk dapat memberikan kinerja yang

baik maka seorang guru harus menunjukkan keprofesionalan dalam menjalankan

bidang pekerjaannya. Seorang guru yang profesional harus memenuhi beberapa

persyaratan diantaranya memilki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional (Undang-Undang Nomer 14 Tahun 2005 tentang Guru

Dosen pasal 8).

Kesemua persyaratan tersebut menjadi dasar bagi guru untuk menjalankan

tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Sebagai seorang yang dianggap

menjadi sosok yang penting dalam pendidikan, guru memiliki tugas dan tanggung

jawab yang begitu besar baik di lingkup sekolah maupun dalam masyarakat. Ada

enam tugas dan tanggung jawab seorang guru yakni bertugas sebagai pengajar,

pembimbing, administrator kelas, pengembang kurikulum, mengembangkan

profesi, membina hubungan dengan masyarakat “Buchari Alma. (2010:132).


32

Walaupun demikian, secara lebih spesifik guru juga memiliki tugas profesional/

tugas pokok yang harus dikerjakan. “

Berdasarkan dari penjelasan diatas bahwa seorang guru memiliki tugas

utama yang mengarah pada lingkup kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

meliputi kegiatan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan

mengevaluasi pembelajaran. Pelaksanaan dari ketiga hal tersebut menjadi kunci

keberhasilan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan juga dapat

dijadikan sebagai tolok ukur kinerja guru dalam hal menjalankan tugasnya selama

berada disekolah.

Uno dan Nina (2012: 63) menyatakan: “Dalam kaitan dengan kinerja guru

sekolah dasar, kinerja mereka dapat terefleksi dalam tugasnya sebagai pengajar dan

sebagai seorang pelaksana administrator kegiatan mengajarnya”. Dengan kata lain,

kinerja guru sekolah dasar dapat terlihat pada kegiatan merencanakan,

melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi

etos kerja dan disiplin profesional guru.

Soedijarto (2008:178): “Kinerja guru meliputi merencanakan, mengelola

pelaksanaan, menilai proses dan hasil, mendiaknosis kesulitan belajar, dan merevisi

program pembelajaran”.

H. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Manajemen Guru

Kepala sekolah dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala

sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan manajemen guru-

guru disekolah yang dipimpin. Mulyasa (2013: 29) menyatakan: “Menciptakan

iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah,

memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan


33

model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan

mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas diatas

normal”.

Manajemen tenaga kependidikan di sekolah bertujuan untuk

mendayagunakan tenaga-tenaga guru-guru secara efektif dan efesien untuk

mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

Sehubungan dengan itu fungsi manajemen guru sebagai tenaga kependidikan

disekolah yang harus dileksanakan kepala sekolah adalah menarik,

mengembangkan, mengkaji, dan memotivasi tenaga kependidikan dalam hal ini

guru-guru sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan secara optimal, membantu

tenaga kependidikan mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalakan

perkembangan karir serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok, dan organisasi.

Peran kepala sekolah dalam meningkatkan manajemen tenaga

kependidikan, Mulyasa (2013: 45) menjelaskan: “Manajemen kependidikan di

Indonesia dalam hal ini guru setidaknya memiliki 7 kegiatan utama yang diberikan

oleh kepala sekolah kepada guru, yaitu perencanaan tenaga kependidikan,

pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga

kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian tenaga kependidikan,

kompensasi, dan penilaian tenaga kependidikan”.

Susanto (2016: 21) menyatakan: “Sebagai seorang pemimpin dalam

organisasi sekolah, maka kepala sekolah memegang peran penting dalam

memimpin, mengatur, mengarahkan, dan membina segala kativitas yang

berhubungan dengan organisasi sekolah”. Sudah jelas suatu kemajuan dan

kemunduran suatu proses pengajaran merupakan tanggung jawab kepala sekolah


34

sebagai educator, manajer, administrator, supervisior, dan leader. Jelas bahwa dari

fungsi kepala sekolah tersebut sangat menentukan membawa sekolah yang dipimpi

untuk mewujudkan proses pembelajaran yang bermutu dan tentu juga terlebih

dahulu mutu gurunya harus ditingkatkan.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi

akademis dan non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat

mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang diinginkan oleh masyarakat dan

orang tua murid yaitu tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah dapat

terwujud.

Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan

seseorang ketika melakukan sesuatu. Kepala sekolah harus memiliki kompetensi

yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan

benar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah terdiri dari 5 kompetensi di antaranya: kompetensi manajerial,

kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial.

Menurut Karwati dan Priansa, (2013: 244), Berikut unsur-unsur

selengkapnya tentang 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah

ataupun kepala sekolah :

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian kepala sekolah dapat dilihat dari kepribadian

kepala sekolah menyangkut akhlaknya yang mulia, mengembangkan budaya dan

tradisi akhlak mulia, menjadi teladan bagi komunitas di sekolah, memiliki integritas
35

kepribadian sebagai pemimpin, memiliki keinginan yang kuat dalam

mengembangkan diri sebagai kepala sekolah, bersikap terbuka dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsi, mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam

pekerjaan sebagai kepala sekolah serta memiliki bakat dan minat jabatan sebagai

pemimpin pendidikan.

Beberapa kompetensi kepribadian kepala sekolah menurut Sagala (Karwati

dan Priansa. 2014: 117) yaitu:

Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin, Memiliki


keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah,
Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Mampu
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai
kepala sekolah, Memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan

Berdasarkan pendapat diatas Kompetensi kepribadian kepala sekolah

harus selalu konsisten dan memiliki komitmen, loyalitas dan etos kerja yang tinggi

dalam dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di sekolah.

b. Kompetensi Manajerial

Kompetensi manajerial kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan

dalam menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan,

pengembangan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, kepemimpinan sekolah

dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal, mengelola

perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang

efektif, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik, mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan

sumber daya manusia secara optimal, mengelola sarana dan prasarana sekolah

dalam rangka pendayagunaan secara optimal, mengelola hubungan sekolah dan


36

masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan

sekolah, mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru.

penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, mengelola

pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan

pendidikan nasional, mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip

pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien, mengelola ketatausahaan

sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah, mengelola unit layanan

khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik

di sekolah, mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan, memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah, melakukan monitoring,

evaluasi dan pelapor pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang

tepat serta merencanakan tindak lanjutnya.

Marzuwan (2016: 83) menyatakan: “Sebagai manajer kepala sekolah harus

mewujudkan sikap dan gaya kepemimpinan yang fleksibel, demokratis, mampu

memberikan teladan bagi bawahannya, sehingga menumbuhkan kreatifitas bagi

guru dalam memunculkan ide/gagasan serta mampu menghasilkan pembelajaran

yang efektif.”

Kepala sekolah perlu memiliki kompetensi manajerial. Kompetensi

manajerial menurut Sagala (Karwati dan Priansa, 2013: 119), bahwa:

1) Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan


perencanaan;
2) Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan;
3) Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal;
37

4) Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber


daya manusia secara optimal;
5) Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal;
6) Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka
pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah;
7) Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa
baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa;
8) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional;
9) Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan, dan efisien;
10) Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-
kegiatan sekolah;
11) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah;
12) Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan
inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, m.Mampu
menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran
siswa;
13) Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan;
14) Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah;
15) Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber
pembiayaan sekolah dan sebagai sumber belajar sisiwa;
16) Mampu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku.

c. Kompetensi Kewirausahaan

Kewirausahaan atau sering disebut wiraswasta, merupakan terjemahan dari

istilah entrepreneuship. Istilah tesebut pertama kali dikemukakan oleh Ricard

Cartillon, pada tahun 1755. Dengan demikian dapat disimpukan Kompetensi

Kewirausahaan merupakan kepala sekolah dalam meuwujudkan aspirasi kehidupan

mandiri yang dicirikan dengan kepribadiaan yang kuat, bermental wirausahaan.

Menurut Karwati dan Priansa (2013: 123) bahwa: “Untuk mengembangkan

program kewiausahaan di seklolah, maka kepala sekolah, tenaga kependidikan baik


38

guru maupun non guru dan peserta didik harus memahami dan mengembangkan

sikap kewirausahaaan sesuai dengan tugas masing-masing.

Manfaat kompetensi kewirausahaan bagi kepala sekolah adalah:

1. Mampu menciptakan inovasi yang berguna bagi penembangan sekolah;

2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah bagi pembelajaran

yang efektif;

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin sekolah;

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi

kendala sekolah;

5. Memiliki naluri kewirausahan sebagi sumber belajar peserta didik;

6. Mejadi teladan bagi para guru khususnya mengenai kewirausahaan.

d. Kompetensi Supervisi

Kompetensi supervisi kepala sekolah dapat dilihat dari merencanakan

program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru,

melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan

dan teknik supervisi yang tepat dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik

terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Sagala (Karwati dan

Priansa, 2013: 126) menyatakan bahwa: “Kepala sekolah harus mempunyai

kemampuan mensupervisi dan mengaudit kinerja guru, staf, dan pegawai lainnya

yang ada di lingkungan sekolah”. Kemampuan supervisi meliputi:

1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang


tepat;
2. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program
pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat;
39

e. Kompetensi Sosial

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial, dari

sejak lahir hingga meninggal manusa perlu dibantu atau kerjasama dengan manusia

lain, segala kebahagiaan yang dirasakan manusia pada dasarnya adalah berkat

bantuan dan kerjasama dengan manusia lain. Kompetensi sosial adalah kemampuan

seseorang dalam berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan memberi kepada orang

lain. Sejalan dengan pemikiran ini, Komara (Karwati dan Priansa, 2013: 127)

mendenifisikan kompetensi sosial sebagai:

1. Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan


teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional;
2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap
lembaga kemasyarakatan;
3. Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun
kelompok.

Menurut Wahjosumido, (2013: 394) bahwa: kepala sekolah dituntut

memiliki kompetensi sosial dalam menjalankan tugasnya, Kompetensi sosial

meliputi:

1. Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling
menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah
2. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain

Menurut Wahjosumido, (2013: 394) bahwa di samping persyaratan yang

bersifat maksimal, terdapat sederetan persyaratan kemampuan administrasi dan

kepengawasan yang harus dimilki pula oleh seorang kepala sekolah, sebagai

kompetensi kepala sekolah yaitu:

1. Kemampuan menganalisis persoalan (ploblem analysis);


2. Kemampuan memberikan pertimbangan, pendapat dan keputusan;
40

3. Kemampuan mengatur sumber daya dan berbagai macam kegiatan


4. Kemampun mengambil keputusan;
5. Kemampuan memimpin;
6. Memiliki kepekaan (sensitivity);
7. Bersifat lapang dada dan sabar (stress tolerance);
8. Kemampuan berkomunikasi secara lisan;
9. Kemampuan berkomunikasi secara tertulis
10. Aktif berpartisi dan mendiskusikan berbagai macam subjek;
11. Memiliki motivasi pribadi yang tinggi.

Kompetensi kepala sekolah yang telah dijelaskan diatas tentunya akan

sangat menunjang dalam pelaksanaan tugas kepala sekolah. Dengan demikian,

kepala sekolah harus mampu memberdayakan dan mengelola sumber daya yang

dimiliki sekolah secara optimal yang utamanya yaitu tenaga pendidik/guru. Kepala

sekolah harus mampu menggerakkan guru agar guru tersebut secara sukarela tanpa

ada paksaan sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Menurut Ali (2015: 117) bahwa “Kepala sekolah memiliki peranan yang

sangat penting dalam menggerakkan, dan menyelesaikan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia di sekolah dan mempergunakan sesuai kebutuhan. Artinya

kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mewujudkan visi

sekolah”.

Sesuai dengan kutipan di atas, maka dapat diketahui bahwa kepala sekolah

dapat melaksanakan tugas dengan baik jika kompetensi dasar telah dimiliki oleh

kepala sekolah. Hal ini dikarenakan, sekolah merupakan sebuah lembaga yang besar

dan memiliki banyak permasalahan yang harus dapat diselesaikan dengan langkah-

langkah yang tepat, dan juga menjadi kepala sekolah harus memiliki potensi lebih
41

dari bawahannya agar mudah mempengaruhi bawahannya maka banyak peranan

kepala sekolah terutama berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru.

Muzakar (2015: 20) menyatakan: “Dalam menjalakan tugas di sekolah,

maka kepala sekolah harus dapat menjalankan perannya sebagai Pembina guru

(supervisor), pemimpin para guru (leader)”. Menurut pendapat diatas jelas bahwa

kepala sekolah sebagai topmanager di sekolah yang dipimpin sangat berperan

sebagai pembina bagi guru-guru artinya adalah memberikan binaan secara

berkelanjutan di dalam hal meningkatkan mutu baik dari segi pengajaran maupun

dari segi pengawasan, dan juga kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap guru-

guru artinya disini kepala sekolah sebagai pembawa kemana arah guru-guru akan

diarahakan oleh karena itu erat sekali hubungannya seorang kepala sekolah harus

mampu menjadi kepala sekolah yang profesional terlebih dahulu.

Wahyudi (2015: 77) menyatakan: “Keberhasilan pendidikan yang

dilakukan oleh tenaga pendidik dalam artian guru-guru tidaklah terlepas dari

peranan supervisor di bidang pendidikan yang berupaya menemukan masalah-

masalah pendidikan dan selalu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi”.

Dengan demikian, supervisi pendidikan bermaksud meningkatkan kemapuan

profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah, dan personel sekolah lainnya agar

proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas. Yang terutama sekali, supervisi

pendidikan dilakukan atas kerja sama, partisipasi, dan kolaborasi, bukan

berdasarkan paksaan dan kepatuhan, pada akhirnya dapat menimbulkan kesadaran,

inisiatif, dan kreativitas personel sekolah.


42

kepala sekolah sebagai seorang top manager di sekolahnya memiliki

manajemen yang sangat strategi seklai dalam menciptakan guru yang profesional,

karena guru profesional sangat membutuhkan pemimpin dan kepemimpinan kepala

sekolah yang profesional juga. Karwati & Pariansa (2013: 88) ada empat peran

kepala sekolah sebagai supervisor terhadap penciptaan profesionalisme guru adalah:

1. menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif


dimana kepala sekolah harus mampu mendekatkan diri dan keterbukaan
antara guru dan kepala sekolah, perasaan aman dan nyaman, terciptanya
lingkungan belajar yang kondusif, serta mengoptimalkan kesejahteraan
guru.
2. memberikan peluang dan kesempatan bagi bagi optimalisasi potensi guru
memberikan peluang dan kesempatan terhadap peningkatan potensi guru.
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai top manager harus melibatkan guru,
tanpa adanya tekanan. Kepala sekolah akan memberikan kesempatan
erhadap guru guru-guru yang berkreasi dan berinovasi sehingga guru
tersebut dapat mengoptimalkan kemampuannya.
3. optimalisasi manajemen kepemimpinan
manajemen kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap proses profesional
guru, dimana disini kepala sekolah adalah sebagai konduktor, motivator dan
koordinator.
4. pelaksanaan supervisi klinis
adapun tujuan dari pada supervisi klinis ini sendiri adalah untuk
meningkatkan kemampuan dasar guru yang berkaitan dengan kompetensi
mengajarnya.
Jadi manajemen kepala sekolah yang harus dimiliki kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru terlebih dahulu kepala sekolah harus terbilang

dalam katagori profesional karena banyak sekali pada saat ini kepala sekolah tidak

sesuai dengan yang diharapkan bisa saja karena disebabkan faktor poliik, pamili,

kedekatan. Namun kepala sekolah harus memberikan motivasi, arahan, dorongan,

dan bimbingan terhadap semua guru yang membutuhkan tanpa ada kasta-kasta

diantara mereka.

I. Profesionalisme Kinerja Guru


43

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang sangat memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi. Guru yang dikatan sebagai tenaga profesional

mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang

mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan sesuai

denga persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Irawati (2016: 55) menyatakan: “Guru sebagai pendidik profesional

mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada

masyarakat bahwa dia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat

sekelilingnya”. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan

guru itu sehari-hari, apakah ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana

seorang guru dapat meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya,

memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru

berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, temantemannya

serta anggota masyarakat, dan guru juga sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Guru profesional bukanlah hanya untuk satu kompetensi profesional, tetapi

guru profesional semestinya harus memiliki semua kompetensi. Terlepas setuju atau

tidak setuju terhadap empat kompetensi guru tersebut, karena secara resmi mereka

telah menjadi legilasi dan regulasi yang harus ditaati. Sebagaimana yang telah

diamanatkan Undang-Uundang 14/2005 dan PP 19/2005 agar Guru dan Dosen

memahami, menguasai, dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru dan

menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepripadian, kompetensi profesional


44

dan kompetensi sosial sebagai bagian dari kemampuan profesional guru. Oleh

karena itu salah satu indikator guru yang profesional bisa kita lihat dari guru yang

sudah disertifikasi.

Profesionalisme guru sering sekali dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup

penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga

faktor tersebut disinyalir berkaitan erat dengan maju-mundurnya kualitas

pendidikan di Indonesia. Terkait dengan beberapa permasalahan dalam profesi

pendidikan, Anwar (Sagala, 2013: 46) menyatakan: “Terdapat empat hal yang harus

di pahami; (1) profesionalisme profesi keguruan; (2) otoritas profesional guru; (3)

kebebasan akademik; dan (4) tanggung jawab moral serta pertanggung jawaban

jabatan”. Untuk menjadikan guru itu profesional haruslah dengan pelatihan-

pelatihan dan tentunya didukung dengan kebijakkan dari pada kepala sekolah.

Priansa (2015: 2) menyatakan: “Profesionalisme profesi keguruan pada

dasarnya adalah pengajaran yang merupakan bagian profesi yang memiliki ilmu

maupun teoritikal, keterampilan, dan mengharapkan ideologi profesional

tersendiri”. Oleh karena itu seseorang yang bekerja di institusi pendidikan dengan

tugas mengajar jika diukur dari teori dan praktik tentang suatu pengetahuan yang

mendasarinya, maka guru juga merupakan profesi sebagai profesi lain.

Priansa (2015: 3) menyatakan: “Otoritas profesional guru yaitu disiplin

profesi guru yang memiliki hubungan baik dengan peserta didik, para guru

melaksanakan tugasnya dengan penuh gairah, keriangan, kecekatan, dan metode

yang bervariasi dalam mendidik anak-anak”. Dari penjelasan di atas jelas bahwa

sesungguhnya pendidik yang profesional harus memberi bantuan sampai tuntas


45

kepada peserta didik. Jadi guru yang profesional tidak hanya terkosentrasi pada

materi pelajaran, tetapi mereka juga harus memperhatikan pada situasi-situasi

tertentu.

Priansa (2015: 3) menyatakan: “Kebebasan akademik adalah kebebasan

yang memberikan kebebasan berkreasi dalam suatu forum dalam lingkup

kebenaran”. Pada permasalahan ini secara positif guru memiliki tanggung jawab

keilmuan. Guru bekerja bukan atas tekanan dari pada kebutuhan belajar muridnya,

tetapi atas tuntunan profesional, dan ini adalah batas kebebasan yang dimaksud.

Tetapi guru tidak mengabaikan kebutuhan belajar muridnya. Dalam arti yang lain

dapat dikatakan juga, kebebasan akademik bukan berarti bebas otonomi, bebas dari

aturan disiplin, namun perlu melegitimasi permintaan sejawat, murit, dan

profesionalismenya sendiri.

Priansa (2015: 4) menyatakan: “Tanggung jawab moral adalah tanggung

jawab yang memiliki otoritas untuk mampu membuat suatu keputusan tanpa

supervisi”. Dari penjelasan diatas bertujuan bahwa bagaimana cara guru

mempertanggungjawabkan keputusannya tentang apa saja yang telah diajarkan

terhadap siswa, kapan diajarkannya, dan bagaiamana mengajarkannya berdasarkan

otoritas profesionanya sendiri sebagaimana perpaduan dari kompetensi disiplin,

metode dan pengajaran keilmuannya.

Seorang guru yang dikatakan profesional wajim memiliki empat

kompetensi guru yang sudah ditetapkan pada undang-undang. Adapun empat

kompetensi guru seperti sebagaimana yang dimaksud dalam defenisi guru

profesional, seorang guru harus memiliki kemampuan yang lebih dan sangat
46

menguasai dalam menguasai materi pembelajaran secara luas. Penguasaan yang

dimksud mencakup konsep dan struktur, dan metode keilmuan atau teknologi atau

seni yang sesuai dengan materi ajar. Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 14 Tahun 2005 ditetapkan bahwa profesi guru dan profesi dosen

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan aturan sebagai

berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;


b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidan tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepajang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Dalam hal-hal meningkatkan profesional guru tidak dapat dipisahkan dari

peran dan campur tangan dari pada kepala sekolah memiliki peran yang sangat

strategis dalam menciptakan guru yang yang profesional, karena guru profesional

memerlukan pemimpin dan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional. Kepala

sekolah sebagai seorang supervisor diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan

guru secara individu dalam rangka membangun kualitas sekolah yang bermutu.

Seperti yang dinyataan oleh Karwanti dan Priansa (2013: 88) bahwa, peran kepala

sekolah sebagai seorang supervisor terhadap penciptaan profesionalisme guru

adalah:

1. Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif


47

Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif dan efektif bagi pencapaian


tujuan, dimana terdapat adanya kedekatan dan keterbukaan antara guru dan
kepala sekolah, pereasaan aman dan nyaman, terciptanya lingkungan belajar
yang kondusif, serta mengoptimalkan keseahteraan guru.
2. Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif.
Pemberian peluang dan kesempatan bagi optimalisasi potensi guru. Dalam
hal ini, kepala sekolah harus melibatkan guru,tanpa diskriminatif, untuk
melibat dalam kegiatan yang akan menunjang profsional guru. Kepala
sekolah memberikan peluang dan kesempatan kepada guru untuk berkreaksi
dan berinovasi sehingga guru tersebut dapat mengaktualisasikan diri nya.
Hal tersebut dapat menciptakan budaya yang kreatif di lingkungan sekolah,
yang berdampak pada kematangan guru dalam menjalankan tugas secara
profesional.
3. Optimalisasi peran kepemimpinan.
Seorang supervisor harus mampu mengoptimalkan peran kepemimpinan
yang tersebar didalam hierarkis organisasi sekolah.peran kepemimpinan
sangat berpengaruh terhadap kematangan profesional guru, dimana
koordinator, perlu memiliki peran kepemimpinan yang jelas.
4. Pelaksaan supervisi klinis.
Pelaksanaan supervisi klinis merupakan salah satu upaya kepala sekolah
dalam mematangkan profesionalisme guru, dimana supervisi klinis bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dasar guru yang berkaitan dengan
kompetensi mengajarinya. Dalam hal ini, seorang supervisor haruslah
individu yang mengetahui betul aspek-aspek didaktik metodik, yang
notabene-nya merupakan pra syarat utama tugas guru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik

profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa. Penguasaan

kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu

upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang

bisa dipercaya dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin

dengan apa yang sedang diajarakan oleh gurunya.

Anda mungkin juga menyukai