Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang


pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur
unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi
yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan
meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai
dalam mewujudkan tujuan organisasi. Kemampuan dan keterampilan dari seorang
pimpinan adalah faktor penting dalam memotivasi pegawainya agar lebih bekerja
dengan baik.

Dalam hal ini pengaruh seorang pimimpinan sangat menentukan arah tujuan
dari organisasi, karena untuk merealisasikan tujuan organisasi perlu menerapkan
peran dalam memimpin kerja yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi.
Selain itu seorang pemimpin didalam melaksanakan tugasnya harus berupaya
menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan bawahannya agar mereka
dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak langsung motivasi dari
pegawai semakin meningkat.

Pemimpin berfungsi untuk memandu, menuntun, membimbing,


membangunkan motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin komunikasi yang
baik, melakukan pengawasan secara teratur, dan mengarahkan pada bawahannya
kepada sasaran yang ingin dituju. Berhubungan dengan itu menjadi kewajiban dari
setiap pemimpin agar bawahannya termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Peran
kepemimpinan juga merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang untuk
mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya
upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik secara keseluruhan maupun sebagai
kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas
kepemimpinan untuk membangkitkan motivasi atau semangat kerja pegawai terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Kepemimpinan?

2. Jelaskan Pendekatan-pendekatan Studi Kepemimpinan?

3. Jelaskan Fungsi-fungsi Kepemimpinan?

4. Apa itu Gaya Kepemimpinan?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu Kepemimpinan

2. Untuk mengetahui dan memahami Pendekatan-pendekatan Studi Kepemimpinan

3. Untuk mengetahui dan memahami Fungsi-fungsi Kepemimpinan

4. Untuk Memahami apa itu Gaya Kepemimpinan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Secara umum Pengertian kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan


di dalam diri seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam hal
bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai target (goal)  yang telah ditentukan.
Sedangkan pengertian pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan sebagai
ketua (kepala) dalam sistem di sebuah organisasi/ perusahaan. Dengan begitu, maka
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memandu dan mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang. Seorang pemimpin (leader) memiliki aura karismatik
di dalam dirinya, memiliki visi misi yang jelas, mampu mengendalikan apa yang
dipimpin, dan tentunya pandai dalam berkomunikasi. Namun, pemimpin yang paling
efektif adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya memimpin dan beradaptasi
dengan berbagai situasi.

Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada gagasan yang
dikomunikasikan secara efektif kepada orang lain dengan cara melibatkan mereka untuk
bertindak sesuai keinginan pemimpin. Seorang pemimpin menginspirasi orang lain untuk
bertindak sekaligus mengarahkan cara mereka bertindak, Jadi kepemimpinan adalah seni
memotivasi sekelompok orang dalam bertindak untuk mencapai tujuan bersama.
kepemimpinan berarti mengarahkan pekerja dan kolega dengan strategi untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan organisasi
bergantung pada kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pemimpin mempunyai
tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja
dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap
orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

Beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli sebagai berikut :

1. Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74), dikutip
dari publikasi uny.ac.id, kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu group proses
yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik
manajemen.

2. George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa kepemimpinan adalah


aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

3. Sementara A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses


pengaruh sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari
bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang
dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan
dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat
berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Dalam ilmu manajemen pada umumnya, dikenal 3 (tiga) model kepemimpinan. Pada
umumnya ketiga model kepemimpinan ini sering kita lihat  pada diri para leader dalam
praktek sehari-hari dalam memanage kantor atau perusahaan. Masing-masing model
mempunyai warna tersendiri, ada yang timbulnya karena anugerah Tuhan YME, ada juga
timbulnya sangat erat hubungannya dengan sifat atau karakter dari seseorang itu sendiri,
bahkan ada yang timbul karena hasil dari proses pembelajaran. Ketiga model kepemimpinan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Karismatik adalah : Kepemimpinan yang berasal dari anugerah Tuhan,


yang mana pemimpin tersebut mempunyai kemampuan luar biasa, magnit yang kuat dan
adanya ketertarikan emosional yang kuat dari yang dipimpin kepada pemimpinnya.
Contohnya, Bung Karno, Anwar Sadat, Mahatma Gandhi.

2. Kepemimpinan Transaksional adalah : Kepemimpinan untuk mengendalikan bawahan


dengan cara menggunakan kekuasaan untuk mencapai hasil. Mengelola bawahan dengan
memberi reward dan punishment.

3. Kepemimpinan Transformasional adalah : Model kepemimpinan yang efektif dan telah


diterapkan di berbagai organisasi internasional yang mengelola hubungan antara
pemimpin dan pengikutnya dengan menekankan pada beberapa factor antara lain
perhatian (attention), komunikasi (communication), kepercayaan (trust), rasa hormat
(respect) dan resiko (risk).
 Jenis-jenis Kepemimpinan

Menurut Kadarusman (2012) dalam Jurnal Media Komunikasi FIS Undiksha,


kepemimpinan atau leadership dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Self Leadership (Kepemimpinan diri) adalah memimpin diri sendiri agar jangan
sampai gagal menjalani hidup. Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang
lain.

2. Team Leadership (kepemimpinan tim?/kelompok) yang memahami apa yang


menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya,
kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung
jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk membawa setiap
bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan prestasi
tertinggi.

3. Organizational Leadership (kepemimpinan organisasi) dilihat dalam konteks suatu


organisasi yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi) yang
mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan
misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan
konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk menjadikan
perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi komunitas baik di
tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun
cukup sulit menggeneralisir, pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan
dengan seseorang memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan
berarti bahwa setiap orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut
pemimpin.

2.2 PENDEKATAN – PENDEKATAN STUDI PEMIMPINAN

1. Pendekatan Sifat (trait approach)


Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi
sifat-sifat (traits) yang tampak pada seseorang. Keberhasilan atau kegagalan seseorang
pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh
pribadi seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan
keturunan, Jadi seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak
lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Banyak ahli yang telah berusaha meneliti dan
mengemukakan pendapatnya mengenai sifat-sifat baik manakah yang diperlukan bagi
seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya. Ghizeli dan Stogdil
misalnya mengemukakan adanya lima sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin,
yaitu: kecerdasan, kemampuan mengawasi, inisiatif, ketenangan diri, dan kepribadian.
Seain itu, dari hasil studi pada tahun 1920-1950, diperoleh kesimpulan adanya tiga
macam sifat pribadi seorang pemimpin meliputi ciri-ciri fisik, kepribadian, dan
kemampuan atau kecakapan. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan
pendekatan sifat, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-
sifat pribadi, melainkan ditentukan pula oleh kecakapan atau keterampilan (skills)
pribadi pemimpin.

2. Pendekatan Kekuasaan (power approach)

Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi seperti


manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan power) dalam konteks
mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada di
bawahnya. Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga
mampu menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas
dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak mampu memakai
kekuasaan dengan efektif, sehingga aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas
tidak dapat dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita bahas secara
terperinci tentang jenis-jenis kekuasaan yang sering digunakan dalam suatu
organisasi.
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi
antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction between two or
more individuals). Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi
tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran
kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :

a. Reward Power, Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan


untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan
orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang
memungkinkan orang lain menemukan kepuasan.

b. Coervice Power, Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan


pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif
ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’
untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai
kekuasaannya memotong gaji karyawan.

c. Referent Power, Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’
atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang
mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian
yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para
bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas
pekerjaan yang diberikan atasannya.

d. Expert Power, Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan


diripada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah
ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu
persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang
pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi
dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan
pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.

e. Legitimate Power, Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya


(actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi
hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi.
Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama
pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih
tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk
mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi
tersebut.

Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell
menawarkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu
berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan (insentif) atau
paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah
ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan,
mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara
alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela
dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi
mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding jika
karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang
mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah (legitimate authority).

3. Pendekatan Perilaku (behaviour approach)

Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa


keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan
yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan
sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan
wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara
memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara
menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan
sebagainya.

4. Pendekatan Situasi (situational approach)

Pendekatan situasional ini muncul karena para peneliti mengenai gaya


kepemimpinan tidak menemukan pendekatan yang paling efektif bagi semua situasi
(Fielder, dengan teori contingency, Tannembaum dan Schmidt, dengan teori rangkaian
kesatuan kepemimpinan Pendekatan situasional biasa disebut dengan
pendekatan kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan
kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi
oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri
khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenis pun akan menghadapi
masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat, watak dan situasi yang
berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan antara lain: sifat pribadi
pemimpin, sifat pribadi bawahan, sifat pribadi sesama pemimpin, struktur organisasi,
tujuan organisasi, motivasi kerja, harapan pemimpin maupun bawahan, pengalaman
pemimpin maupun bawahan, adat, kebiasaan, budaya lingkungan kerja dan lain
sebagainya. Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan
situasi. Teori ini bukan hanya penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan
fenomena kepemimpinan tetapi turut membantu para pemimpin yang potensial dengan
konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk
menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat berdasarkan situasi.

2.3 FUNGSI – FUNGSI KEPEMIMPINAN

 Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun,


memberi motivasi kerja, mengarahkan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang
baik, memberikan pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan target dan perencanaan. Dalam upaya
mewujudkan tujuan organisasi, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Tak hanya sebagai penentu kebijakan,
namun pemimpin juga dituntut untuk selalu memperhatikan kinerja individu dalam sebuah
organisasi. Adapun fungsi kepemimpinan yang paling umum di antaranya sebagai berikut:

a. Fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah yaitu


menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.

b. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial yaitu segala sesuatu yang dapat
membantu kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan kelompok lain,
penengahan perbedaan kelompok dan sebagainya.

c. Fungsi Instruktif, Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan semua


aspek di dalam ruang lingkup sebuah organisasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam fungsi instruktif seperti cara mengerjakan perintah, melaksanakan dan
melaporkan hasil, dan tempat mengerjakan perintah. Sehingga, setiap keputusan dapat
diwujudkan secara efektif.

d. Fungsi Konsultatif, Pemimpin bisa menggunakan fungsi konsultatif sebagai


komunikasi dua arah. Bentuk komunikasi ini dibutuhkan saat pemimpin dalam usaha
menetapkan kebijakan atau keputusan memerlukan bahan pertimbangan dari kelompok
yang dipimpinnya. Dengan begitu, seorang pemimpin dapat mengambil keputusan
secara efektif dan maksimal.

e. Fungsi Partisipasi, Fungsi kepemimpinan berikutnya melibatkan anggota untuk terut


serta dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal tersebut perlu dilakukan seorang
pemimpin agar orang yang dipimpinnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
dalam melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu, fungsi partisipasi harus
dijalankan supaya anggota dapat secara aktif mengikuti setiap proses yang sedang
dijalankan organisasi.

f. Fungsi Delegasi, Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin harus memberikan


kepercayaan kepada orang yang dipimpinnya, seperti pelimpahan wewenang dan turut
andil dalam penentuan keputusan. Hal ini perlu dilakukan karena tujuan organisasi
tidak dapat dicapai secara maksimal jika seorang pemimpin bekerja sendiri. Oleh
karena itu, kerja sama antara pemimpin dan anggota sangat diperlukan dalam sebuah
organisasi.

g. Fungsi Pengendalian, Salah satu fungsi kepemimpinan ialah mampu mengatur


aktivitas dari para anggota secara terarah. Pemimpin harus mampu memberi arahan,
bimbingan, serta contoh yang baik terhadap anggota. Dalam mewujudkan fungsi
pengendalian ini, seorang pemimpin perlu mengadakan kegiatan bimbingan,
koordinasi, dan pengawasan.

Contoh skill kepemimpinan dalam organisasi 10 skill utama yang wajib dimiliki oleh seorang
pemimpin, antara lain:

1. Menginspirasi dan Memotivasi, Pemimpin yang hebat menciptakan proyeksi masa


depan. Ia akan memberikan gambaran masa depan yang jelas dan menarik juga
memotivasi orang lain agar mampu meraihnya. jika Anda sedang memegang jabatan
sebagai manejer, memotivasi dan mendorong rekan tim menjadi tugas utama Anda
suapaya tujuan perusahaan tercapai. Ini juga termasuk bisnis yang baru berkembang.
2. Memiliki Integritas dan Kejujuran Tinggi, Pengertian kepemimpinan juga mencakup
integritas dan kejujuran yang tinggi. Lakukan apa yang pernah Anda katakan dan mereka
akan melakukan hal yang sama. Dalam beberapa kasus, bawahan atau tim akan
menanyakan beberapa pertanyaan krusial. Penting sekali untuk menjawabnya dengan
jujur. Meskipun mereka pada akhirnya tidak menyukai jawaban Anda, namun mereka
pasti bisa menerima dan melaluinya dengan baik asal Anda tetap bekerja bersama
mereka.
3. Mempelajari dan Menyelesaikan Masalah, Seorang pemimpin direkrut, dilatih, dan
dipilih untuk menyelesaikan masalah dan mencari peluang pasar. Tidak hanya
kecerdasan yang dibutuhkan, tapi juga kemampuan menganalisa yang baik dan skill lain
yang tidak dimiliki oleh rekanan lainnya.
4. Bekerja Agar Hasilnya Tercapai, Beberapa orang biasanya hanya menonon di
belakang dan melihat prosesnya. Namun seorang leader yang baik akan terjun bersama
timnya agar tujuan organisasi tercapai dengan baik. Seorang leader memiliki ketekunan,
patuh dan dorongan yang tinggi agar targetnya tercapai di waktu yang tepat.
5. Komunikasi yang Bagus, Ada banyak cara berkomunikasi seorang leader dengan timya.
Ada yang menggunakan skype, telepon, meeting, email, blog dan media lainnya. Nah,
dalam hal ini menjadi tidak penting sering-sering bertemu tapi tugas tidak segera
dijalankan. Hal yang paling penting bagi pemimpin adalah tugas selesai dengan baik dan
targetnya tercapai. Apa pun media komunikasinya. Tidak lupa ia memberikan detail job
yang jelas dan terus berkomunikasi dengan tim agar pekerjaan berjalan di jalan yang
benar.
6. Memiliki Hubungan Erat, Pengertian kepemimpinan juga harus mengikutsertan
hubungan yang erat antar anggota. Ia percaya pada bawahan dan begitu sebaliknya.
Seorang pemimpin memikul tanggung jawab yang besar atas pekerjaan timnya. Itu
artinya hubungan yang baik di lingkaran mereka harus tercipta dengan baik.
7. Bersikap Profesional, Seorang pemimpin juga harus memiliki keahlian yang khusus.
Tentu saja untuk membimbing timnya.
8. Memberikan Strategi, Pemimpin tentu saja memiliki visi jangka panjang. Ia tahu
bagaimana menghindari kesalahan fatal yang berakibat pada perkembangan bisnis.
Mereka kadang dituntut menjadi orang yang taktis dalam menghadapi persaingan pasar.
9. Bersifat Membangun, Pengertian kepemimpinan menurut temuan Jack Zenger dan
Joseph Folkman ini juga mengikutkan aspek pembangunan. Maksudnya, pemimpin yang
baik hendaknya terus belajar mengembangkan skill teknis dan profesionalitasnya.
Mereka mencari karyawan yang paling menjanjikan dan memberikan training yang baik
sehingga bisa menjadi generasi penerus perusahaan.
10. Melakukan Inovasi, Dalam bidang bisnis, inovasi bukan lagi barang baru. Bahkan
secara langsung pasar menggeret pelaku bisnis dan perusahaan untuk terus berinovasi
agar bisa bertahan di tengah kompetisi yang ketat.

 Tujuan kepemimpinan

Berikut tujuan-tujuan yang harus dipahami dalam kepemimpinan sebagai berikuat :

1. Mencapai Tujuan, Kepemimpinan merupakan sebuah hal yang dibutuhkan dalam


perusahaan/kelompok supaya tujuan dapat tercapai. Tanpa adanya satu pun pihak yang
berjiwa pemimpin, tujuan sulit untuk dicapai karena tidak ada sosok yang bisa
dijadikan pegangan.
2. Memotivasi Orang Lain, Tujuan lain dari kepemimpinan adalah untuk memotivasi
orang lain agar bisa melakukan sebuah hal dengan baik dan memaksimalkan
kemampuan. Bila tidak ada sosok pemimpin, banyak orang yang akan mengalami
demotivasi karena mereka tidak terpacu akan sesuatu atau tidak merasa memiliki
kewajiban untuk melakukan hal tertentu

 Sifat Pemimpin

Ada beberapa sifat yang mampu menjadikan seseorang sebagai pemimpin yang baik,
sebagai berikut :

1. Punya Pendirian

Sebagai seorang pemimpin, Anda wajib untuk punya pendirian yang teguh.
Pendirian kuat tidak akan membuat Anda mudah goyah dan juga membuat Anda
konsisten dalam menjalankan sesuatu. Bayangkan apabila pendirian Anda mudah
goyah. Sudah pasti Anda akan mudah untuk dipengaruhi orang lain dan tak dapat
mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan dengan baik.

2. Proaktif

Pemimpin harus proaktif. Pemimpin tidak boleh pasif, karena apabila seorang
pemimpin bersifat pasif, tujuan tidak akan kunjung tercapai, bahkan ini akan
membuat bawahan tidak memiliki rasa hormat kepadanya. Seorang pemimpin
yang baik punya inisiatif kuat akan berbagai hal sehingga bawahan pun dapat
mengandalkannya dalam berbagai macam situasi.

3. Jujur

Kejujuran mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sosok yang jujur adalah
sosok yang dapat diandalkan dalam berbagai hal dan tidak akan menggagalkan
suatu tujuan hanya untuk kepentingan pribadinya. Sosok pemimpin yang jujur
tidak hanya dapat dipercaya. Dia juga dapat menjerumuskan bawahannya dan
mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan.

4. Komunikatif

Komunikatif artinya pemimpin mampu menyampaikan berbagai hal dengan jelas


dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Untuk bisa memiliki sifat ini, pemimpin
harus tahu bagaimana metode komunikasi yang baik. Metode komunikasi yang
baik artinya adalah komunikasi yang persuasif, yang mampu menarik orang untuk
melakukan sesuatu tanpa paksaan. Selain itu, pemimpin yang baik juga
semestinya terhindar dari kesalahan penyampaian pesan.

5. Terbuka terhadap Pendapat


Seseorang boleh menjadi cerdas, tetapi percuma apabila mereka tidak terbuka
terhadap ilmu dan juga pendapat baru. Seorang pemimpin wajib terbuka terhadap
setiap pendapat yang ada dan tidak boleh menutup diri. Apabila seorang
pemimpin menutup diri dari pendapat dan wawasan, mereka tidak akan dapat
menjadi orang yang lebih baik dan juga membuat tujuan tak kunjung tercapai.
Pemimpin yang tertutup dengan pendapat atau wawasan juga tak akan mampu
untuk menganalisa kelebihan dan potensi bawahannya.

6. Tidak Mudah Iri


Pada dasarnya, pemimpin memang seseorang yang lebih unggul daripada bawahan.
Namun, bukan berarti pemimpin iri apabila bawahannya unggul dalam suatu hal
dan justru berusaha untuk terlihat lebih baik. Pemimpin yang baik harus bisa
mengarahkan bawahannya, tetapi juga tetap mampu mengapresiasi bawahannya
atas sesuatu yang sukses mereka lakukan.
7. Sabar
Akan ada banyak cob aan yang didapatkan oleh seorang pemimpin. Kunci dari hal
ini tentu adalah kesabaran yang besar. Tanpa adanya kesabaran, bagaimana
mungkin pemimpin bisa menyelesaikan suatu masalah dengan kepala dingin?
Pemimpin yang kurang sabar akan mudah menyerah bahkan sebelum ia mencapai
tujuannya.

2.4 GAYA KEPEMIMPINAN

 Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah. Cara yang dipergunakan pemimpin dalam


mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan
merupakan suatu pola perilaku seseorang pemimpin yang khas pada saat
mempengaruhi anak buahnya, apa yang di pilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara
pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya
kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji dari pendekatan utama yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan Otokratik, Kata otokratik diartikan sebagai tindakan


menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras kepala,
atau rasa aku yang keberterimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan.
Kepemimpinan otokratik disebut juga kepemimpinan otoriter.

2. Gaya Kepemimpinan Demokrati, Kepemimpinan demokratis bertolak dari


asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuantujuan yang bermutu
tercapai. Gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan
keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.

3. Gaya Kepemimpinan Permisif, Kepemimpinan permisif merupakan pemimpin


yang tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin
memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga bawahan tidak mempunyai
pegangan yang kuat terhadap suatu permasalahan. Pemimpin yang permisif
cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.

4. Kepemimpinan Birokrasi, Kepemimpinan birokrasi biasa diterapkan dalam


kantor pemerintahan atau perusahaan besar yang sudah memiliki budaya kuat
mengakar sejak lama. Gaya kepemimpinan birokrasi mengatur berbagai macam hal
secara sistematis. Ada aturan-aturan yang sudah ditetapkan untuk urusan-urusan
tertentu, sehingga dalam konteks ini, bawahan tidak punya ruang untuk
mendobraknya dan harus mengikuti regulasi yang ada.

5. Kepemimpinan Partisipatif, Gaya kepemimpinan yang satu ini memberikan


ruang bagi bawahan untuk berpartisipasi lebih dalam pembuatan sebuah keputusan.
Pendapat bawahan didengarkan tentu bila memberikan pandangan baru dan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Hubungan yang terjalin antara atasan dan juga
bawahan sangat bersahabat serta hangat dan tidak ada suasana otoriter. Gaya
kepemimpinan yang satu ini sangat cocok diterapkan di perusahaan-perusahaan
rintisan atau organisasi nirlaba.

6. Kepemimpinan Delegatif, Pada gaya kepemimpinan delegatif, para bawahan


diberikan kebebasan oleh para pemimpin. Maka dari itu, bawahan punya ruang
untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keyakinan mereka dan mampu mengambil
keputusan sendiri. Namun, kepemimpinan delegatif ini hanya bisa diterapkan
apabila para bawahan sudah cukup matang dalam mengambil keputusan, karena
jika tidak, para bawahan akan mengambil keputusan yang salah. Itulah berbagai
macam hal yang bisa Anda ketahui terkait kepemimpinan. Pada dasarnya,
kepemimpinan bukan sekadar bakat.

7. Gaya Afiliasi, Macam gaya kepemimpinan selanjutnya yaitu gaya afiliasi. Frasa
yang sering digunakan untuk mendeskripsikan jenis kepemimpinan ini adalah
"Orang yang diutamakan". Dari semua gaya kepemimpinan, pendekatan
kepemimpinan afiliatif adalah pendekatan pemimpin yang dekat dan pribadi
dengan orang-orang. Seorang pemimpin yang mempraktikkan gaya ini
memperhatikan dan mendukung kebutuhan emosional anggota tim. Pemimpin
berusaha untuk membuka jalur pipa yang menghubungkan dia dengan tim. Pada
akhirnya, gaya ini adalah tentang mendorong harmoni dan membentuk hubungan
kolaboratif dalam tim. Ini sangat berguna, misalnya, dalam meredakan konflik di
antara anggota tim atau meyakinkan orang selama masa stres.

8. Gaya Laissez-Faire, Macam gaya kepemimpinan laissez-faire berada di ujung


berlawanan dari gaya otokratis. Dari semua gaya kepemimpinan, yang satu ini
melibatkan paling sedikit pengawasan. Anda bisa mengatakan bahwa pemimpin
gaya otokratis berdiri teguh seperti batu dalam masalah, sementara pemimpin
laissez-faire membiarkan orang berenang mengikuti arus. Di permukaan, seorang
pemimpin laissez-faire mungkin tampak memercayai orang untuk mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi yang ekstrim, seorang pemimpin yang tidak terlibat
mungkin akan tampak menyendiri. Meskipun bermanfaat memberi orang
kesempatan untuk melebarkan sayapnya, dengan tidak adanya arah, orang tanpa
disadari mungkin tersesat ke arah yang salah, menjauh dari tujuan kritis organisasi.
Gaya ini dapat berhasil jika Anda memimpin karyawan yang sangat terampil dan
berpengalaman, yang dapat memulai sendiri dan termotivasi. Untuk menjadi yang
paling efektif dengan gaya ini, pantau kinerja tim dan berikan umpan balik rutin.

9. Kepemimpinan Transformasional, Macam gaya kepemimpinan


transformasional sering kali diidentifikasikan sebagai gaya tunggal yang paling
efektif. Gaya ini pertama kali dijelaskan pada akhir 1970-an dan kemudian
dikembangkan oleh peneliti Bernard M. Bass seperti yang dikutip dari Very Well
Mind. Pemimpin transformasional mampu memotivasi dan menginspirasi pengikut
serta mengarahkan perubahan positif dalam kelompok. Para pemimpin ini
cenderung cerdas secara emosional, energik, dan penuh gairah. Mereka tidak hanya
berkomitmen untuk membantu organisasi mencapai tujuannya, tetapi juga
membantu anggota kelompok memenuhi potensi mereka. Penelitian menunjukkan
bahwa gaya kepemimpinan ini menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dan
kepuasan kelompok yang lebih baik daripada gaya kepemimpinan lainnya. Satu
studi juga menemukan bahwa kepemimpinan transformasional menyebabkan
peningkatan kesejahteraan di antara anggota kelompok.

10. Kepemimpinan transaksional, Gaya kepemimpinan transaksional memandang


hubungan pemimpin-pengikut sebagai transaksi. Dengan menerima posisi sebagai
anggota kelompok, individu tersebut setuju untuk mematuhi pemimpin. Dalam
kebanyakan situasi, ini melibatkan hubungan majikan-karyawan, dan transaksi
berfokus pada pengikut yang menyelesaikan tugas yang diperlukan dengan imbalan
kompensasi uang. Salah satu keuntungan utama dari gaya kepemimpinan ini adalah
ia menciptakan peran yang jelas. Orang tahu apa yang harus mereka lakukan dan
apa yang akan mereka terima sebagai gantinya. Gaya ini memungkinkan pemimpin
untuk menawarkan banyak pengawasan dan arahan, jika diperlukan. Anggota
kelompok juga dapat termotivasi untuk bekerja dengan baik untuk menerima
penghargaan. Salah satu kelemahan terbesarnya adalah gaya transaksional
cenderung membekap kreativitas dan pemikiran yang tidak biasa.

11. Kepemimpinan Situasional, Teori kepemimpinan situasional menekankan


pengaruh signifikan dari lingkungan dan situasi terhadap kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan Hersey dan Blanchard adalah salah satu teori situasional yang
paling terkenal. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1969, model ini menjelaskan
empat gaya utama kepemimpinan, antara lain:

1. Telling : Memberi tahu orang apa yang harus dilakukan


2. Menjual : Meyakinkan pengikut untuk membeli ide dan pesan mereka
3. Berpartisipasi : Mengizinkan anggota kelompok untuk mengambil peran lebih
aktif dalam proses pengambilan keputusan
4. Mendelegasikan : Mengambil pendekatan lepas tangan untuk kepemimpinan
dan mengizinkan anggota kelompok untuk membuat sebagian besar keputusan
Belakangan, Blanchard mengembangkan model Hersey dan Blanchard asli
untuk menekankan bagaimana tingkat perkembangan dan keterampilan pelajar
memengaruhi gaya yang harus digunakan oleh para pemimpin. Model gaya
kepemimpinan SLII Blanchard juga menggambarkan empat gaya kepemimpinan
yang berbeda: 

1. Mengarahkan : Memberi perintah dan mengharapkan kepatuhan, tetapi


menawarkan sedikit bimbingan dan bantuan
2. Coaching : Memberikan banyak perintah, tetapi juga banyak dukungan
3. Pendukung : Menawarkan banyak bantuan, tetapi sangat sedikit arahan
4. Mendelegasikan : Menawarkan sedikit arahan atau dukungan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Yang
selanjutnya bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin
dalam melaksanakan aktivitasnya. Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ;
menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-
kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompok nya
mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang
sebenarnya merupakan khayalan. Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang
memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang
baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya
dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan di dalam dirinya, meskipun
beberapa orang memang lebih dominan. Dalam penerapannya, setiap orang memiliki gaya
kepemimpinan yang unik sesuai dengan karakter dan situasi tertentu. Seharusnya memahami
kepemimpinan tidak hanya sebagai wacana saja, tetapi dapat diterapkan di lingkungan kerja
demi membentuk budaya organisasi yang baik. Dan yang pasti, para anggota atau karyawan
akan mengikuti langkah seorang pemimpin yang menginspirasi.

3.2 Saran

kami sangat mengharapkan para pembaca dapat lebih memahami dan memaknai
pentingnya belajar manajemen, demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, penulis
berharap kepada pembaca agar dapat memberikan Kritikan dan saran yang dapat membangun
demi menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.merdeka.com/jatim/kepemimpinan-adalah-kemampuan-memengaruhi-orang-
lain-ini-selengkapnya-kln.html

https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-kepemimpinan.html

http://informatika-my.blogspot.com/2013/02/pendekatan-studi-kepemimpinan.html

https://erlisbudiarti.wordpress.com/2013/03/08/pendekatan-dalam-studi-kepemimpinan/

Anda mungkin juga menyukai