Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua perusahaan pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usahausaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Tidak hanya pada
sektor swasta, sektor publik juga memerlukan manajemen yang baik agar dapat
memberikan pelayanan kepada publik atau masyarakat yang memerlukan dengan baik
pula. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung
oleh keberhasilannya dari pada individu organisasi itu sendiri dalam menjalankan
tugas mereka.
Pemimpinlah yang mampu mengarahkan pengikut untuk dapat mencapai tujuan,
meskipun menghadapi dunia bisnis global yang selalu berubah dan sulit diprediksi.
Dalam pengendalian perubahan yang terus bergerak, komitmen dan kontark informal
dari pimpinan sangat diperlukan. Perubahan selayaknya dilakanakan dengan
pendekatan proaktif yang dijiwai oleh kepemimpinan yang kharismatik, berwawasan
luas dan pandangan jauh ke depan, kemampuan untuk memotivasi para pengikutnya,
serta memberi visi tentang masa depan kepada para pengikutnya. Pemimpin yang
baik harus bersinergi dengan banyak pihak untuk menghasilkan sesuatu yang lebih
besar, selain itu pemimpin harus mempunyai visi untuk membangun perusahaan atau
organisasi belajar untuk selalu mengintropeksi dan mawas diri sehingga pengetahuan
baru tersebut mempunyai utilitas yang tinggi.
Bagi seorang pemimpin, kegagalan adalah hal yang biasa dan merupakan
konsekuensi dari proses belajar. Pemimpin selalu berfikir, berorientasi, dan
mengambil keputusan bersama pengikut untuk jangka panjang secara bertanggung
jawab. Pemimpin juga tidak memerintah dan mengendalikan pengikut, melainkan
memberikan arahan dan kebebasan kepada pengikutnya.
Berbagai macam hambatan pasti akan ditemui oleh para individu organisasi
untuk bisa bekerja dengan baik sehingga kinerja mereka dapat diterima dengan baik
oleh perusahaan dan masyarakat yang memerlukan. Menurut Parlinda dan Wahyudin
(2003), banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, antara lain: motivasi,
kepemimpinan, lingkungan kerja,insentif, budaya kerja, komunikasi, jabatan,
pemberian gizi karyawan, pelatihan, dan masih banyak yang lainnya.

Makalah ini akan membahas tentang bagaimana perilaku seorang pemimpin yang
bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawan dalam menjalankan tugasnya
masing-masing. Begitu juga dengan lingkungan kerja di suatu perusahaan yang
mempengaruhi kinerja yang dilaksanakan oleh karyawan.
Lingkungan kerja ini sendiri terdiri atas fisik dan nonfisik yang melekat
dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan kinerja
karyawan. Lingkungan kerja yang segar, nyaman, dan memenuhi standart kebutuhan
layak akan memberikan kontribusi terhadap kenyamanan karyawan dalam melakukan
tugasnya. Lingkungan kerja nonfisik yang meliputi keramahan sikap para karyawan,
sikap saling menghargai di waktu berbeda pendapat, dan lain sebagainya adalah
syarat wajib untuk terus membina kualitas pemikiran karyawan yang akhirnya bisa
membina kinerja mereka secara terus-menerus.
Seorang pemimpin adalah mempunyai jiwa kepemimpinan yang bisa
membawa orang-orang, individu-individu, dan kelompok kedalam tujuan yang akan
dicapai. Dan jadilah seorang pemimpin yang dapat mengayomi karyawan, memberi
motivasi, dan bisa mengajak karyawannya untuk bekerja keras. Lingkungan yang
nyaman akan membuat suatu pekerjaan yang aman.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rumusan Masalah
Jelaskan pengertian kepemimpinan?
Bagaimana gaya kepemimpinan?
Bagaiman tipe-tipe gaya kepemimpinan?
Jelaskan pengertian lingkungan kerja?
Jelaskan pengelompokkan lingkungan kerja?
Bagaimana pengaruh pengaruh kepemimpinan terhadap lingkungan kerja?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian kepemimpinan
2. Untuk memahami bagaimana gaya kepemimpinan yang baik dalam sebuah
perusahaan.
3. Mengetahui bagaimana tipe-tipe gaya kepemimpinan.
4. Dapat memahami pengertian lingkungan kerja.
5. Untuk dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja.
6. Agar dapat memahami bagaimana pengaruh kepemimpinan
terhadap
lingkungan kerja.

BAB II
2

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Yulk (1996) dan Nahavandi (2000) dalam buku Ariani (2003:97)
mengumpulkan beberapa definisi mengenai kepemimpinan menurut beberapa para
ahli antara lain:
1. Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang agar mau bekerja
sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan (Ted, 1935);
2. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektitas maksimum dan kerja
sama dari setiap individu (Freeman dan Tailor, 1950);
3. Kepemimpinan adalah tipe tertentu hubungan kekuasaan, yang ditandai
oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain
mempunyai hak untukmemberi perintah anggota lain untuk berpola
perilaku tertentu, sesuai dengan aktivitasnya sebagai anggota kelompok
(Janda, 1950);
4. Kepemimpinan sebagai perilaku individu, dimana ia mengarahkan
aktivitas kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Hemphill dan
Coons, 1957);
5. Kepemimpinan adalah proses pemberian petunjuk yang berarti untuk
mengumpulkan usaha dan mendorong kemauan berusaha serta untuk
mencurahkan waktunya untuk mencapai tujuan (Jacob dan Jaques, 1990).
Kata memimpin menurut Wahjosumidjo (2010: 104) mempunyai arti
memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan, dan berjalan di depan (precede).
Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal
dalam mencapai tujuan. Pemimpin tidak berdiri sendiri di samping, melainkan
mereka memberikan dorongan dan memacu (to prod), berdiri di depan yang
memberikan kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi
dalam mencapai tujuan.

Menurut Koontz dan Donnel dalam buku Sobri dkk. (2009:72) yang dimaksud
kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi
sekelompok orang, sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk
meraih tujuan kelompok. Sedangkan kepemimpinan menurut E. Mulyasa dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan untuk
pencapaian tujuan bersama atau organisasi.
Menurut Sutarto (2006: 8) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang

lain

untuk

melakukan

sesuatu

sesuai

tujuan

bersama.

(http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/18/pengertiankepemimpinan)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain dan memotivasi individu-individu
supaya bekerjasama dibawah pimpinannya. Sehingga membentuk jalinan kerja yang
harmonis agar tercapai efisiensi dan efektivitas dan juga menunjukkan adanya
kedekatan hubungan antara pemimpin dan karyawan guna mencapai tingkat
produktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pemimpinlah yang mampu
mengarahkan pengikut untuk dapat mencapai tujuan, meskipun menghadapi dunia
bisnis global yang selalu berubah dan sulit diprediksi. Dalam pengendalian perubahan
yang terus bergerak, komitmen dan kontrak informal dari pimpinan sangat
diperlukan. Perubahan selayaknya dilaksanakan dengan pendekatan proaktif yang
dijiwai oleh kepemimpinan yang kharismatik, berwawasan luas dan pandangan jauh
ke depan, serta memberi visi tentang masa depan kepada para pengikutnya. Pemimpin
yang baik harus bersinergi dengan banyak pihak untuk menghasilkan sesuatu yang
lebih besar, selain itu pemimpin harus mempunyai visi untuk membangun perusahaan
atau organisasi belajar untuk selalu mengintropeksi dan mawas diri sehingga
pengetahuan baru tersebut mempunyai utilitas yang tinggi.
4

B. Pengertian Gaya Kepemimpinan


Menurut Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi (2011: 42) Gaya kepemimpinan
merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi
bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
kepemimpianan adalah pola perilaku dan strategi yang dikuasai dan sering diterapkan
oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan merupakan sentral dalam kepengurusan organisasi,
tumbuh kembangnya organisasi, hidup matinya organisasi, senang tidaknya
kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi yang bersaing. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa pemimpin hanya menjalankan kepemimpinannya saja dimana
yang melakukan sebagian besar pekerjaan tersebut yaitu para bawahan (karyawan)
tetapi

yang

terkenal

adalah

pimpinanya

bukan

karyawannya.

(http://www.academia.edu/4646762/2bab_II_kajian_teori)
Menurut Thoha (2006: 49) Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang diinginkan oleh sesorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun
yang tidak tampak oleh karyawanya, seperti perilaku seorang pemimpin yang dapat
melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan
dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para karyawan
dalam pengambilan keputusan.

C. Tipe-tipe Gaya Kepemimpinan

Menurut

Thoha

(2006:

50),

menyatakan

bahwa

Ada

tiga

style

kepemimpinan, yakni: otokrasi, demokasi dan Laissez-Faire. Ketiga gaya


kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemimpin otokrasi, pemimpin yang bertindak sangat otoriter, selalu memberikan
perintah dan tidak memberikan kesempatan untuk timbulnya partisipasi.
Kepemimpinan seperti ini cenderung memberi perhatian individual ketika
memberikan pujian dan kritik, tetapi berusaha untuk lebih bersikap impersonal dan
berkawan dibandingkan dengan bermusuhan secara terbuka.
2) Pemimpin demokratis, mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan,
lebih bersikap objektif dari dalam pemberian pujian dan kritik, serta menjadi satu
dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.
3) Pemimpin yang bergaya laissez-faire (bebas), memberikan kebebasan yang mutlak
kepada kelompok. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin praktis tidak memimpin.
4) Menurut Bass dan Avolio (1996) dikutip dan diterjemahkan oleh Dewo (2008: 7)
Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memiliki karakteristik
yang menunjukkan perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional,
memberikan stimulasi intelektual dan memperlakukan kayawan dengan memberi
perhatian terhadap individu.
Dengan demikian perilaku kepemimpinan akan tercermin dari gaya
kepemimpinan

yang

muncul

pada

saat

memimpin

bawahannya.

Dalam

mempengaruhi kinerja bawahannya diperlukan gaya kepemimpinan yang efektif.


Adapun kriteria seorang pemimpin menurut Siagian (2003: 32), Kriteria dari
seorang pemimpin, adalah:
1) Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
2) Berpengetahuan luas.

3) Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah
ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya.
4) Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasme yang besar.
5) Objektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak mempergunakan
rasio.
6) Adil dalm memberlakukan bawahan.
7) Mengusai teknik-teknik berkomunikasi.
8) Mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya
tergantung

atas

situasi

dan

masalah

yang

dihadapi.

(http://www.academia.edu/4646762/2bab_II_kajian_teori)
Persyaratan yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu, memiliki kondisi
fisik yang berstamina dan sehat sesuai dengan tugasnya karena fisik yang sehat
merupakan modal utama seseorang untuk menjalankan rutinitasnya. Jika kondisi fisik
tidak mempuni untuk beraktivitas, maka akan berpengaruh terhadap aktivitas yang
dilakukan sehingga menimbulkan kekacauan dalam pelaksanaan tugas-tugas.
Kemudian seorang pemimpin harus mempunyai keyakinan dan berpengetahuan luas,
karena berkat memiliki kepemimpinan yang ideal di sebuah organisasi, maka
kemungkinan besar tujuan organisasi akan tercapai. Syarat yang terpenting lainnya
adalah keobjektifan seorang pemimpin, yaitu dapat menguasai emosi dengan lebih
banyak mempergunakan rasio dan bertindak adil dalam memberlakukan bawahanbawahannya. Tindakan ketidakadilan seorang pemimpin terhadap bawahan akan
menimbulkan kecemburuan sosial yang menghambat pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Setelah itu seorang pemimpin wajib mengusai teknik-teknik berkomunikasi
agar tidak terjadinya kesalahan berkomunikasi kepada setiap bawahannya and mampu
bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas
situasi dan masalah yang dihadapi.

D. Pengertian Lingkungan Kerja


Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan. Manusia dalam
bekerja juga berada dalam suatu lingkungan yang disebut dengan lingkungan kerja.
Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan yang
dilakukan oleh karyawan. Menurut Nitisemito (2001: 110) Lingkungan kerja
merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan dan dapat mempengaruhi
karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
Menurut Siagian (1992: 139) Lingkungan kerja adalah keadaan fisik dimana
seseorang melakukan tugas kewajibannya sehari-hari termasuk kondisi ruang yaitu
baik dari kantor maupun pabrik. Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana
pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat
berkerja optimal. (http://id.shvoong.com/pengertian-lingkungan-kerja)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja
yang kondusif akan dapat memberikan rasa aman dan memungkinkan para
karyawan/pegawai untuk dapat berkerja optimal. Dimana lingkungan kerja dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika karyawan/pegawai menyenangi lingkungan kerja
dimana dia bekerja, maka karyawan/pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya
untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja yang dipergunakan secara efektif
dan optimis akan menciptakan prestasi kerja karyawan atau pegawai yang tinggi.

E. Pengelompokkan lingkungan kerja


1. Lingkungan internal perusahaan
Menurut Solihin (2009:37) berbagai faktor yang terdapat dalam lingkungan
internal perusahaan mencakup resources dan capabilities. Resources (Barney dan
Hesterly, 2008) merupakan sekumpulan asset baik dalam bentuk asset berwujud
(produk yang dihasilkan oleh perusahan, persediaan bahan baku yang dimiliki oleh
perusahaan, dsb.) maupun dalam bentuk asset tidak berwujud (misalnya citra merek
perusahaan atau reputasi perusahaan) dan capabilities adalah kemampuan yang
dimiliki perusahaan untuk mengkoordinasikan sumber daya yang dimiliki dan
memberdayakan sumber daya tersebut secara produktif. Faktor penting lainnya yang
sangat berpengaruh terhadap kapabilitas perusahaan adalah keahlian dan pengetahuan
yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan (Hitt, Ireland, dan Hoskisson,
2005).
2. Lingkungan eksternal perusahaan
Lingkungan eksternal adalah berbagai faktor yang memiliki kekuatan (Forces)
dan dapat mempengaruhi perusahaan. Perusahaan perlu memperhitungkan bebagai
perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan karena lingkungan
eksternal perusahaan dapat memberikan ancaman (threats) yang akan menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Nitisemito (2001: 111-117), beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan eksternal perusahaan meliputi: (http://www.academia.edu/4646762/2)
a) Pewarnaan
Warna dapat berpengaruh terhadap jiwa manusia,sebenarnya bukanwarna saja
yang diperhatikan tetapi komposisi warna pun harus pula diperhatikan, hal ini
disebabkan karena komposisi warna yang salah dapat menggangu pemandangan
sehingga akan menimbulkan rasa tidak senang atau kurang mengenakkan bagi yang

memandang. Rasa tidak menyenangkan,ini dapat mempengaruhi semangat dan


kegairahan kerja karyawandisebuah perusahaan.
b) Kebersihan
Lingkungan kerja yang bersih dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan
kerja. Dalam masyarakat terkenal suatu ungkapan yaitu "kebersihan adalah pangkal
kesehatan" oleh karena itu setiap perubahan hendaknya harus selalu menjaga
kebersihan lingkungan, sebab hal ini akan mempengaruhi kesehatan, maka dengan
lingkungan kerja yang bersih akan dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Bagi
seseorang yang normal, lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa senang.
Dan rasa senang ini dapat mempengaruhi karyawan dalam bekerja lebih bergairah.
Namun setiap karyawan harus ikut sertanggung jawab untuk menjaga kebersihan
tempat mereka bekerja.
c) Pertukaran udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan. Pertukaran udara yang
cukup dalam ruang kerja sangat diperlukan apabila ruang tersebut penuh dengan
karyawan. Pertukaran udara yang cukup ini akan menyegarkan fisik karyawan,
sebaliknya pertukaran udara yang kurang akan menimbulkan rasa pengap, sehingga
mudah menimbulkan kelelahan bagi karyawan.
d) Penerangan
Penerangan yang cukup tetapi tidak menyilaukan akan membantu menciptakan
semangat dan kegairahan kerja. Penerangan disini bukan terbatas pada penerangan
listrik, tetapi termasuk juga penerangan sinar matahari. Dalam pelaksanaan tugasnya
sering kali karyawan membutuhkan penerangan yang cukup, apabila pekerjaan yang
dilakukan tersebut menuntut ketelitian. Meskipun demikian harus juga, dalam hal ini
sinar matahari yang masuk hendaknya jangan menimbulkan silau atau udara pengap.
Dan harus diingat bahwa penerangan yang terlalu besar akan menyebabkan rasa
panas, pada karyawan sehingga akan menimbulkan rasa gelisah. Tetapi sebaliknya

10

bagi penerangan yang kurang, maka karyawan akan lekas lelah, mengantuk dan
kemungkinan pekerjaan banyak keliru.
e) Musik
Musik sangat berpengaruh kepada kejiwaan seseorang, meskipun demikian, bila
musik yang didengarkan tidak menyenangkan, lebih baik tanpa musik sama sekali.
Sebaliknya, bila musik yang diperdengarkan menyenangkan, akan timbul suasana
gembira yang akan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Dalam hal musik, selain
dipilihkan yang menyenangkan, harus juga diperhatikan pengaruhnya terhadap
pekerjaan.
f) Keamanan
Jaminan terhadap keamanan akan menimbulkan ketenangan maka hal ini akan
didorong semangat kerja dan kegairahan kerja karyawan. Keamanan yang dimaksud
disini adalah keamanan yang dapat dimasukkan kedalam lingkungan kerja. Dalam hal
ini terutama keamanan milik pribadi bagi karyawan. Sebenarnya milik pribadi yang
paling berharga bukan harta benda tetapi justru keamanan dirinya sendiri. Untuk
keamanan terhadap keselamatan diri sendiri bagi setiap karyawan adalah hal yang
sangat penting.
g) Kebisingan
Kebisingan dapat menggangu konsentrasi. Siapapun tidak senang mendengarkan
suara yang bising, karena kebisingan merupakan gangguan terhadap seseorang.
Dengan adanya kebisingan itu maka pekerjaan akan terganggu. Dengan terganggunya
konsentrasi kerja ini, maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak kesalahan atau
kerusakan. Yang mana sudah barang tentu akan menimbulkan kerugian. Oleh karena
itu, maka perusahaan hendaknya dapat menghilangkan kebisingan tersebut.

11

F. Pengaruh kepemimpinan terhadap lingkungan kerja


Gaya kepemimpinan yang tepat diperlukan untuk mempengaruhi karyawan agar
berperan aktif dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, pemimpin harus mendorong
(memotivasi) dan membina setiap staf untuk berkembang secara optimal. Dengan
demikian, seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai penggerak dari keberhasilan
kerja organisasi atau perusahaan.
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan
dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
Lingkungan dimana karyawan bekerja adalah pabrik atau perusahaan. Dengan
demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, meliputi:
pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, musik, keamanan, dan
kebisingan. Lingkungan kerja yang kondusif dan representatif akan memberi
pengaruh terhadap kinerja karyawan.
Hubungan antara kedua topik ini tidak lain adalah Karyawan atau bawahan
akan merasa diperhatikan jika pemimpin mereka peka terhadap kebutuhan dan
keinginan mereka. Kinerja mereka akan positif jika pemimpin mampu menerapkan
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi perusahaan dan karyawan. Apalagi
dengan pemimpin yang mampu memberikan fasilitas atau menyediakan lingkungan
perusahaan yang nyaman, memiliki sarana untuk menyelesaikan tugas dalam kondisi
yang baik dan didukung dengan kelompok yang selalu bekerjasama dalam bekerja
serta saling menghormati sesama kelompok, maka ia akan merasa betah untuk
bekerja sehingga kinerjanya dapat optimal. Sebaliknya, bila karyawan di lingkungan
kerja yang kotor, tanpa adanya sarana yang memadai dan hubungan tidak harmonis
dengan kelompok kerja, maka karyawan tidak mendapat kenyamanan dalam bekerja
sehingga kinerja yang dihasilkannya tidak optimal.

12

BAB III
STUDI KASUS
Kasus Snoopy Net
Snoopy net adalah suatu perusaaan yang bergerak di jasa internet provider dan
beroperasi di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang. Dalam 5 tahun
operasionalnya, snoopy net berhasil meraih peringkat sebagai salah satu internet
provider yang terbesar di wilayahnya. Sampai suatu hari, Chieft Exsecutive officer
Snopy Net, Ageng yudha anggoro, MBA.M,Sc, Ph.D merasa bahwa perusahaan
tersebut sudah siap dilepas, didelegasikan ke orang lain untuk mengelola perusahaan
tersebut. Hal ini juga disebabkan karena sebagai CEO dan juga pemilik beberapa
perusahaan lain, dia sangat sibuk untuk terus berkonsentrasi di Snoopy Net. Untuk itu
dia merasa perlu mengangkat seorang General Meneger yang bertanggung jawab
penuh seluruh operasional, strategi, sertapengembangan perusahaan tersebut,
sehinnga sebagai CEO dia tiadak perlu lagi turun dalam hal-hal yang bersifat
operasional, strategi, maupun pengembangan dan beralih ke pengembangan bisnisnya
yang lain. Beberapa nominasi sempat terlintas dibenaknya, 2 kandidat yang
menurutnya terbaik adalah :
1. Arie Djatmiko, M.Sc,.Ph.D, adalah Chieft Information Officer, yang
mengepalai semua staf yang berkaitan dengan Teknologi Informasi,
merupakan otak dari semua inovasi produk perusahaan tersebut. Namun, Arie
juga memiiki kekurangan , yaitu buruknya kemampuan dalam bidang
manajemen dan public relation, serta komunikasi terhadap rekan sekerja,
membuatnya kurang disukai oleh kalangan non- IT di perusahaanya.
Sebaliknya, mengingat kepintarannya yang luar biasa, dirinya benar-benar
diskai di klangan IT perusahaan tersebut. Dan bukan rahasia umum, diantara
kalangan IT dan non- IT terdapat jurang pemisah, membuat mereka sering
13

berbeda pendapat. Namun selama ini berbagai jurang dapat di atasi pak Ageng
Yudha yang merupakan pendiri perusahaan tersebut.
2. Alex Hadidharma, MBA. Dia adalah tangan

kanan

pak

Ageng

kemampuannya dalam bidang manajemen tidak perlu diragukan lagi, dialah


yang berperan dalam marketing communication, public relation serta beragam
fungsi manajemen lainnya dalam perusahaan tersebut. Selain itu, sosoknya
yang supel dan menyenangkan membuat banyak orang bahkan customer
menyukainya. Satu satunya kekurangannya, dia bukan kalangan dari IT di
perusahaan tersebut, itu sebabnya kalangan IT di perusahaan tersebut tidak
menyukainya. Bahkan ekstremnya, mereka sempat melontarkan ultimatum,
jika Alex menjadi General Menager, maka mereka akan resign dari
perusahaan tersebut.
Pertanyaan untuk diskusi :
1. Apabila anda dalam posisi Ageng Yudha apa yang anda lakukan?
2. Apabila anda adalah seorang konsultan yang diminta menangani masalah
pergantian pimpinan tersebut, apa yang anda lakukan?
3. Sebagai seorang konsultan di bidan Human Resources Management, apa
pendapat anda terhadap fenomena tersebut? Menurut anda, mengapa terdapat
jurang pemisah terhadap kalanga IT dan non IT hingga sedemikian
extrimnya?
4. Sebagai seorang konsultan di bidan Human Resources Management, apa yang
anda lakukan untuk merubah kultur tersebut?

BAB IV

14

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari

beberapa

pendapat

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain dan


memotivasi individu-individu supaya bekerjasama dibawah pimpinannya.
Sehingga membentuk jalinan kerja yang harmonis agar tercapai efisiensi dan
efektivitas dan juga menunjukkan adanya kedekatan hubungan antara
pemimpin dan karyawan guna mencapai tingkat produktivitas sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang
pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh karyawanya,
seperti perilaku seorang pemimpin yang dapat melibatkan diri dalam
komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan
dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para karyawan dalam
pengambilan keputusan.
Lingkungan kerja yang kondusif akan dapat memberikan rasa aman
dan memungkinkan para karyawan/pegawai untuk dapat berkerja optimal.
Dimana lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika
karyawan/pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka
karyawan/pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan
aktivitas sehingga waktu kerja yang dipergunakan secara efektif dan optimis
akan menciptakan prestasi kerja karyawan atau pegawai yang tinggi.

15

Anda mungkin juga menyukai