Assessment Centre merupakan suatu metode penilaian yang berbasis perilaku dan
melibatkan berbagai teknik evaluasi, termasuk menggunakan berbagai macam alat ukur.
Assessment Centre dinilai sebagai suatu sistem yang memiliki akurasi yang cukup tinggi
dalam menilai kompetensi pegawai. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Assessment
Centre mampu memprediksi kinerja dalam jabatan atau profesi di masa yang akan datang
(Stephen Robbins, 2003 : 493). Dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 1997 oleh
Spychalski, diperoleh hasil, 74% organisasi di Amerika Serikat menerapkan Assessment
Centre untuk keperluan seleksi, promosi dan pengembangan pegawai.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dinamika organisasi berkaitan erat dengan sumber daya manusia (SDM) yang terlibat
aktif di dalamnya. Kinerja organisasi yang baik dipengaruhi oleh sistem manajemen SDM
yang terstruktur. Dalam era keterbukaan dan transparansi yang menjunjung tinggi prinsip-
prinsip akuntabilitas, dibutuhkan suatu pengelolaan manajemen SDM dengan metode yang
berkaitan dengan penilaian kompetensi yang objektif dan dapat diterima oleh organisasi,
pimpinan maupun SDM pendukungnya. Reformasi birokrasi menempatkan pengelolaan SDM
sebagai salah satu pilar dari ketiga pilar pokok penyusun pembaharuan sistem tata kelola
pemerintahan selain kelembagaan (organisasi), dan ketatalaksanaan (business process).
Dalam konteks tersebut guna mewujudkan PNS yang berkualitas dan profesional dibutuhkan
ketersediaan informasi mengenai profil kompetensi pegawai. Hal tersebut dapat diperoleh
dengan pelaksanaan Assessment Center. Sebagai salah satu unit organisasi eselon I di
Kementerian Keuangan, Ditjen Perbendaharaan secara tanggap melaksanakan amanah
pembangunan Assessment Center sebagai salah satu program reformasi birokrasi di bidang
manajemen SDM.
SDM merupakan aset utama dalam suatu organisasi. Pernyataan bahwa ”man behind
the gun” menunjukkan bahwa SDM adalah pelaku utama dalam suatu organisasi dan dengan
melakukan assessment dapat diartikan sebagai suatu investasi. Sebagai suatu metode
penilaian yang berbasis perilaku dan melibatkan beragam teknik evaluasi dan menggunakan
bermacam alat ukur, Assessment Center dinilai sebagai suatu sistem yang memiliki akurasi
yang cukup tinggi dalam menilai kompetensi pegawai. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa Assessment Center sangat mengesankan, yaitu mampu memprediksi
kinerja dalam jabatan atau profesi di masa yang akan datang (Stephen Robbins, 2003: 493).
Assessment Center telah digunakan oleh Klinik Psikologi Harvard (HPC) untuk menelaah
dampak karakter individu dan faktor lingkungan terhadap perilaku sejak tahun 1938. Pada
tahun 1948, sebuah perusahaan manufaktur Australia melaksanakan obervasi kelompok
untuk menyeleksi executive trainee. Selain itu, pada tahun 1964, AT&T, sebuah perusahaan
telekomunikasi Amerika, melaksanakan kajian longitudinal berskala besar dengan
menggunakan penilaian multi-prosedur untuk mengkaji karakter individu dan lingkungan
2
organisasi. Kajian ini menjadi tonggak yang memicu kesuksesan AT&T di masa-masa
selanjutnya.
Pada dua dekade terakhir ini, penggunaan konsep Assessment Center meningkat
dengan tajam. Survey yang dilakukan oleh Spychalski dkk pada tahun 1997 mencatat bahwa
74% organisasi di Amerika Serikat menerapkan konsep Assessment Center untuk keperluan
seleksi, promosi, dan pengembangan pegawai.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa Assessment
Center ini merupakan suatu proses sistematik untuk menilai kompetensi perilaku individu
dengan melibatkan multi tools, multi assessee dan multi assessor.
I.4 Karakteristik Assessment Center
Pemahaman terhadap proses Assessment Center dapat lebih mudah dijelaskan melalui
pemaparan karakteristiknya1, yaitu :
Pada dasarnya setiap organisasi mempunyai tujuan dan target strategis yang ingin
dicapai. Tujuan jangka panjang dari Assessment Center adalah untuk mendapatkan SDM
terbaik yang bisa memberikan kontribusi optimal bagi organisasi sesuai dengan perannya.
1
Management Assessment Center BPKP
4
Sementara tujuan jangka pendeknya adalah untuk memperoleh profil kompetensi setiap PNS
Kementerian Keuangan dalam rangka perencanaan karir, mutasi jabatan dan pengembangan
pegawai berbasis kompetensi.
Assessment Center dapat dijadikan sebagai sistem dan prosedur untuk mengidentifikasi,
menilai dan mengembangkan kompetensi SDM berdasarkan prinsip-prinsip the right people
in the the right places at the right times.
Sebagai unsur pendukung pengelolaan SDM, Assessment Center tidak hanya sebagai
alat ukur kompetensi saja melainkan juga mempunyai manfaat di berbagai bidang,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan karir dan mutasi jabatan, dengan
memperhatikan nilai JPM (Job Person Match).
5
Tabel 1.1
Proses Bisnis Assessment Center
A/C
Administrator
assessor tugas
, angga- yang
Disposisi ke diberikan
ran,brie-
Menyiapkan
6
BAB II
PERANAN ASSESSMENT CENTER DAN PENGEMBANGANNYA
Pengelolaan sumber daya manusia diperlukan dalam rangka untuk mencapai tujuan
organisasi melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Pengelolaan SDM tersebut di mulai dari proses pengadaan tenaga kerja, pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja. Pengelolaan SDM
dalam suatu organisasi diharapkan dapat mengantisipasi perubahan tuntutan/dinamika serta
permasalahan-permasalahan yang timbul.
Bagian Administrasi Kepegawaian sebagai salah satu Eselon III Ditjen Perbendaharan
memiliki tugas untuk dapat menjamin terlaksananya tugas pokok dan fungsi pengelolaan dan
pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi.
Assessment Center merupakan salah satu unsur program manajemen sumber daya
manusia (SDM) selain penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,
penyusunan pola mutasi, peningkatan disiplin dan pengintegrasian sistem informasi
2
Data statistik Bagian Administrasi Kepegawaian per Januari 2011
7
manajemen SDM guna melaksanakan reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan
sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
30/KMK.01/2007. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan dari reformasi
birokrasi yaitu: menciptakan pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif,
berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral,
sejahtera, berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
Penerapan metode Assessment Center dalam pengelolaan SDM dapat dilakukan pada
saat proses rekrutmen pegawai, penempatan dan promosi jabatan. Misalnya rekrutmen
pegawai untuk calon pelaksana KPPN Percontohan, promosi calon Pejabat Eselon IV dan III,
dilakukan melalui assessment soft competency dan hard competency.
Perkembangan ekonomi nasional berubah dengan sangat cepat. Perkembangan ini akan
menuntut organisasi-organisasi kementerian/lembaga dilingkungan pemerintah untuk bisa
secara dinamis menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan-perubahan tersebut.
Untuk mendapatkan SDM yang memiliki kriteria-kriteria tersebut tersebut, salah satu
metode yang bisa digunakan dalam perekrutan dan penempatan adalah melalui Assessment
Center. Bagian Administrasi Kepegawaian sebagai pengelola sumber daya manusia dan
penanggung jawab pelaksanaan Assessment Center di lingkungan DJPBN mempunyai
tugas, diantaranya sebagai berikut :
8
1. Merencanakan, mengevaluasi dan mengembangkan sistem Assessment Center di
lingkup Ditjen Perbendaharaan.
Pembangunan Assessment Center ini dapat terlihat pada penyusunan SKJ untuk
kompetensi khusus Jabatan Eselon III dan IV yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi dan penambahan metode seleksi assessment (hard competency dan
wawancara internal).
2. Menyelenggarakan Assessment Center bagi Pejabat/Calon Pejabat Eselon IV/Pejabat
Fungsional/setara Eselon IV maupun pelaksana di lingkungan Ditjen Perbendaharaan.
Assessment Center yang telah diselenggarakan oleh Ditjen Perbendaharaan meliputi
assessment calon pegawai KPPN Percontohan, assessment Calon Pejabat Eselon III,
open bidding Eselon III dan seleksi Calon Usulan Pejabat Eselon II.
9
BAB III
JENIS ASSESSMENT CENTER
Kompetensi merupakan persyaratan yang pokok dan mendasar bagi assessment serta
menjadi inti dari Assessment Center dalam rangka pengembangan SDM berbasis
10
kompetensi. Kompetensi merupakan suatu kombinasi dari pengetahuan, keterampilan,
perilaku dan sikap yang memberikan kontribusi terhadap efektifitas pribadi (Hellriegel dkk,
2002 : 4).
1. Kompetensi Umum, yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap PNS Kementerian
Keuangan;
2. Kompetensi Inti, yaitu kompetensi yang harus dimiliki setiap pejabat sesuai jenjang
eseloneringnya; dan
11
3. Kompetensi Khusus, yaitu kompetensi yang harus dimiliki masing-masing pejabat sesuai
dengan jabatan yang dipangkunya dan ditetapkan oleh masing-masing unit eselon I.
Kamus kompetensi ini dikelompokkan dalam tiga cluster, yaitu kelompok kompetensi
yang berhubungan dengan thinking, working dan relating.
3. In- Depth Problem Solving 11. Delivering Results 23. Managing Others
5. Championing Change 13. Continuous Improvement 25. Coaching and Developing Other
III.1.3 Standar Kompetensi Jabatan Eselon II, III dan IV Lingkup Ditjen
Perbendaharaan
Dari 35 (tiga puluh lima) kompetensi yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Keuangan, standar kompetensi untuk masing-masing jabatan eselon ditetapkan secara
variatif. Untuk jabatan eselon II, minimal 13 s.d. 16 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu 3
12
kompetensi umum, 5 kompetensi inti dan 5 s.d. 8 kompetensi khusus. Adapun untuk jabatan
eselon III, Kementerian Keuangan menetapkan 10 s.d. 12 kompetensi yang harus dimiliki,
yaitu 3 kompetensi umum, 4 kompetensi inti dan 3 s.d 5 kompetensi khusus. Sedangkan
kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat eselon IV adalah sebanyak 8 s.d 9 kompetensi,
yaitu 3 kompetensi umum, 3 kompetensi inti sesuai kebutuhan Unit Eselon I dan 2 s.d. 3
kompetensi khusus sesuai kebutuhan.
8. Relationship management
13
III.1.4 Proses Asessment Center
Proses assessment bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan peserta saat ini dengan
menggunakan berbagai teknik yang efektif untuk meghasilkan profil kompetensi. Dalam
pelaksanaan Assessment Center perlu memperhatikan tahap Pra-Assessment Center yaitu
sejumlah langkah-langkah persiapan pada saat sebelum pelaksanaan yang terdiri dari :
1. analisis pekerjaan,
2. penentuan target capaian kinerja,
3. penentuan dimensi atau persyaratan jabatan,
4. penetapan bentuk simulasi,
5. penyusunan materi simulasi.
6. Penetapan Metode Assessment
Dalam pelaksanaan analisis pekerjaan, job description dari jabatan yang akan diisi
harus disusun secara jelas dan rinci, sehingga memudahkan dalam menetapkan kompetensi
yang dibutuhkan untuk jabatan tersebut. Setelah uraian jabatannya ditetapkan dengan jelas,
tindakan selanjutnya adalah menentukan target capaian kinerja dari jabatan tersebut.
Selanjutnya, menentukan requirement atau persyaratan jabatan yang harus dimiliki oleh
seorang pejabat agar yang bersangkutan mampu mencapai target capaian kinerja yang telah
ditetapkan. Untuk itu seorang assessor yang akan melakukan assessment harus benar-benar
mempunyai kapabilitas, skills, pengalaman yang memadai dalam melakukan analisis,
komunikasi serta memahami perilaku assessee maupun bidang pekerjaan yang diamati.
14
III.1.5 Metode dan Simulasi Assessment Center .
Metode Assessment Center merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menggali dan
mengukur kompetensi dalam Assessment Center , sedangkan alat ukur Assessment Center
merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kompetensi.
a) Metode Inventory, yaitu metode yang digunakan untuk memahami potensi dan
kompetensi, metode ini menggunakan alat ukur dalam kegiatan Assessment Center
berupa :
2. Personnel Track Record & References, yaitu data-data otentik dari perjalanan karier
pegawai.
b) Metode Simulasi, yaitu suatu metode dimana assessee diminta untuk melakukan suatu
aktifitas yang berkaitan dengan situasi riil dalam pekerjaan. Perilaku/tindakan yang
muncul dalam proses simulasi ini merupakan bahan yang diobservasi/dipelajari dan
dinilai. Metode ini menggunakan alat ukur dalam kegiatan Assessment Center berupa :
Simulasi ini menginstruksikan peserta untuk berperan dalam suatu jabatan tertentu
dan disimulasikan menghadapi suatu pekerjaan selayaknya dalam dunia kerja.
Materi-materi permasalahan yang disajikan diantaranya adalah : memo, surat masuk,
pesan telepon, disposisi atasan langsung, permintaan dari berbagai pihak. Peserta
diminta untuk menganalisa permasalahan dan memberikan suatu solusi yang baik.
Tujuan simulasi ini adalah untuk mengukur kemampuan peserta dalam :
15
2. Leaderless Group Discussion
Diskusi kelompok yang terdiri 5-6 orang ini mempertemukan peserta satu dengan
yang lainnya, tanpa ada penetapan seorang pemimpin terlebih dahulu untuk
mendiskusikan suatu topik permaslahan yang berkaitan dengan situasi pekerjaan
yang aktual. Dalam diskusi ini diharapkan para peserta dapat bersama-sama
memecahkan masalah dalam suatu kesepakatan bersama. Diskusi ini diharapkan
dapat mengukur kemampuan peserta dalam :
Kemampuan memimpin,
Kemampuan memfasilitasi kelompok untuk mendapatkan hasil,
Kemampuan berinteraksi,
Kemampuan mendengar secara aktif,
Kemampuan mengelola konflik,
Kemampuan mempersuasi.
Pemahaman peserta atas permasalahan yang dihadapi
Kemampuan menganalisa dan mencari alternatif solusi
Kemampuan berbicara didepan publik
Pengetahuan umum yang dimilikinya.
Dalam kegiatan ini, peserta akan diberikan suatu peran tertentu hingga merespons
terhadap masalah yang dihadapi sesuai dengan tuntutan skenario yang dibuat. Dari
Role Play ini diharapkan setiap assessee dapat menampakkan perilaku yang dapat
diobservasi dan dicatat oleh assessor untuk kemudian diterjemahkan ke dalam
kompetensi yang sesuai.
c) Metode Assignment
Dalam kegiatan ini, para peserta diberikan materi permasalahan. Para peserta
diminta untuk menganalisa dan memecahkan masalah tersebut. Dalam pemecahan
masalah dapat digunakan metode :
16
Selanjutnya, peserta mempresentasikan hasil pemikirannya didepan
peserta lain untuk dibahas lebih lanjut. Kegiatan ini untuk melihat
kemampuan komunikasi.
2. Self Assessment yaitu teknik untuk mengevaluasi kompetensi yang dimiliki seseorang
sesuai dengan yang dibutuhkan dalam jabatan tertentu.
a. Tes Inteligensi Kemampuan Kognitif yaitu kemampuan berpikir secara konseptual dan
analitis yang bersifat bawaan yang bermanfaat dalam memecahkan masalah.
b. Tes Kepribadian yaitu serangkaian tes ini untuk melihat struktur dan dinamika
kepribadian. Kepribadian ini berkaitan dengan perilaku dan sikap kerja yang dimiliki. Tes
ini bertujuan untuk mendapat profil kepribadian peserta dalam hubungannya dengan
persyaratan setiap pekerjaan.
c. Tes Integritas yaitu serangkaian tes untuk melihat integritas yang dimiliki peserta, tes ini
digunakan untuk melihat loyalitas, komitmen, kejujuran dan moralitas.
17
III.1.6 Job Person Match
Dalam melakukan penetapan kesesuaian antara kompetensi dan jabatan (Job Person
Match/JPM) diperlukan adanya analisa yang tepat sehingga seorang pegawai yang akan
ditempatkan dalam posisi jabatan tertentu dapat meningkatkan produktivitas organisasi serta
motivasi pegawai tersebut. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-
109/MK.1/2010 tentang pemanfaatan Assessment Center di lingkungan Kementerian
Keuangan, Job Person Match merupakan indeks kesesuian antara kompetensi pejabat
dengan standar kompetensi jabatan. Indeks kesesuaian di lingkungan Kementerian
Keuangan ditetapkan minimal 70% pada jabatan eselon II, III dan IV dengan formula sebagai
berikut.
Level Capaian Pejabat
JPM : ∑ : ∑ SKJ X 100 %
Standar Kompetensi Jabatan
Selain tes soft competency yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, dalam
Assessment Center juga digunakan tes hard competency. Untuk hard competency ini, setiap
organisasi mempunyai tipe dan bentuk soal berbeda karena disesuaikan dengan tugas pokok
unit kerja masing-masing.
Pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan jenis tes hard competency yang digunakan
”Jangan pernah berhenti berusaha adalah tes Pengetahuan Perbendaharaan Negara,
ketika anda terjatuh dan gagal”
MASTER Wann Manajemen Kepegawaian, Teknologi Informasi dan
Wawancara. Tujuan tes hard competency ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
kualitas pengetahuan perbendaharaan secara keseluruhan baik dari segi konseptual maupun
teknis. Untuk jabatan calon eselon III dan IV test hard competency yang digunakan terdiri dari
Pengetahuan Perbendaharaan Negara, Manajemen Kepegawaian dan Wawanara Internal.
Sedangkan untuk jabatan calon pelaksana pada KPPN Percontohan test hard competency
yang digunakan adalah Pengetahuan Perbendaharaan Negara dan Teknologi Informasi.
18
Wawancara Internal diselenggarakan oleh Sekretariat Ditjen Perbendaharaan dalam
rangka assessment calon pejabat eselon III dengan melibatkan pewawancara para Pejabat
Eselon II dan Pejabat Eselon III yang ditunjuk berdasarkan kriteria tertentu. Metode
Wawancara internal ini digunakan dalam rangka menggali informasi langsung dari assessee
dengan teknik tanya jawab tertentu serta memanfaatkan data dan informasi yang diperoleh
dari rekomendasi kelayakan dari Direktur/Kepala Kanwil pejabat yang bersangkutan dan
biodata mengenai perjalanan karir pegawai yang bersangkutan.
19
BAB IV
HASIL PENILAIAN ASSESSMENT CENTER
a. Diagnostic Assessment yaitu membantu untuk menentukan jenis diklat yang dibutuhkan
oleh peserta agar dapat ditingkatkan kompetensinya sehingga dapat mengurangi gap
kompetensi. Misalnya seorang pegawai setelah mengikuti assessment dapat diikutkan
Bimtek Soft Competency tertentu untuk meningkatkan Soft Competency-nya.
20
b. Formative Assessment yaitu memberikan umpan balik tentang bagaimana seseorang
dapat mengalami kemajuan menuju pencapaian kompetensi
Tabel 4.1
Kuadran Penataan Pegawai Kementerian Keuangan
tinggi
III VII IX
/
Kompetensi
II VI VIII
Potensi
I IV V
Rendah
Rendah tinggi
Kinerja
21
Penjelasan Penggunaan Matriks Kuadran Penataan Pegawai:
Kotak Deskripsi :
VII, VIII, Pegawai pada yang terpetakan pada kotak ini teridentifikasi memiliki
IX kompetensi dengan kinerja tertentu dan dapat ditargetkan untuk menjadi kader
pimpinan di masa mendatang
VI Pegawai yang berada pada kotak ini memiliki kompetensi yang secara
keseluruhan hampir memenuhi standar persyaratan kompetensi yang
diinginkan
V Pegawai pada kotak ini dapat dikembangkan untuk ditinjau kembali potensinya
IV Pegawai ini adalah mereka yang kinerjanya memenuhi standar yang ditetapkan
namun potensi untuk dikembangkan pada saat ini masih terbatas
III Pegawai yang harus diamati kenapa berkinerja tidak baik, apakah berada pada
tempat yang salah, atau belum memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk
menjalankan tugasnya sehingga perlu diberi pelatihan dan bimbingan
22
Mengingat hal tersebut, kebutuhan penggunaan database Assessment Center yang
akurat, tepat dan cepat mutlak diperlukan guna pengelolaan SDM yang lebih profesional.
Selain itu, database tersebut diharapkan mampu mewujudkan tertib administrasi dalam
penatausahaan dokumen-dokumen hasil Assessment Center lingkup Ditjen Perbendaharaan
serta mampu menyediakan laporan dan informasi tentang Job Person Match hasil
pelaksanaan assessment pegawai.
1. Sistem Aplikasi yang dibuat harus dapat dioperasikan dalam sistem operasi Windows;
2. Sistem Aplikasi yang dibuat bersifat user friendly (mudah digunakan oleh pengguna)
3. Sistem Aplikasi yang dibuat menggunakan skema client – server
4. Sistem Aplikasi yang dibuat berbasis web
5. Sistem Aplikasi dilengkapi dengan user levelling access
6. Sistem Aplikasi dapat menampung data-data pokok pegawai (nama, nip, tanggal lahir,
unit kerja, jabatan, estimasi pensiun, dsb)
7. Sistem Aplikasi dapat menampung semua data pegawai lingkup Ditjen Perbendaharaan
(pelaksana, eselon IV s/d eselon I)
8. Sistem Aplikasi dapat menampung data bimtek soft competency yang pernah diikuti,
beserta tanggalnya, ikhtisar data dan hasil assessment yang pernah diikuti
9. Sistem Aplikasi harus menyediakan menu untuk R/U/H (rekam, ubah, dan hapus data)
10. Sistem Aplikasi harus dapat menyajikan tampilan report yang dapat dikonversikan ke
dalam format excel dan word
11. Sistem Aplikasi harus dapat menyajikan chart report sesuai kebutuhan
12. Sistem Aplikasi harus dilengkapi dengan auto backup database
13. Sistem Aplikasi harus disiapkan kedepannya untuk diintegrasikan dengan aplikasi SILK
(Sistem informasi laporan kepegawaian)
14. Sistem Aplikasi merupakan platform untuk Aplikasi Sistem Assessment Centre Tahap II,
yang sudah dilengkapi dengan sistem Job Person Match dan rekomendasi hasilnya.
Dengan dikembangkannya database assessment tersebut diharapkan dapat bermanfaat
bagi beberapa pihak, yaitu:
Sistem Aplikasi ini diharapkan dapat membantu tugas dan fungsi Subbag Mutasi
dalam menjalankan pembinaan karier pegawai dan mutasi jabatan.
23
b. Bagian Pengembangan Pegawai
Sistem Aplikasi ini diharapkan dapat membantu tugas dan fungsi Bagian
Pengembangan Pegawai dalam menjalankan pengembangan kompetensi pegawai
melalui bimbingan teknis soft competency dan hard competency.
Sistem Aplikasi ini diharapkan dalam jangka panjang dapat menyediakan informasi
kompetensi pegawai sebagai sarana untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut.
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa assessment center memeiliki
peran strategis dalam transformasi organisasi serta pengelolaan manajemen Sumber Daya
Manusia di Kementerian Keuangan khususnya di Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
a. Mewujudkan pengelolaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas handal, yang mampu
membangun SDM yang profesional, kredibel, capable dan amanah untuk menunjang visi
organisasi.
b. Meningkatkan fairness yaitu sistem pengelolaan pegawai yang adil, tidak berdasarkan like
and dislike (suka dan tidak suka) dan mengurangi unsur subjektifitas terhadap seorang
pegawai.
c. Menciptakan sumber daya manusia yang handal dan berpotensi untuk menjadi pemimpin
di masa mendatang (future leader).
25
REFERENSI
26