PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika pengelolaan organisasi saat ini sangat dipengaruhi oleh tekad untuk
membangun perusahaan yang bersih, transparan dan profesional. Hal ini sejalan pula
dengan semangat untuk mewujudkan Good Corporate Governance. Pada tataran yang
luas kita lihat upaya pemerintah yang sungguh-sungguh untuk memberantas korupsi,
kolusi dan nepotisme. Hal ini menjadi dasar yang cukup kuat bagi segenap pengelola
organisasi untuk menjalankan organisasi secara lebih bertanggungjawab.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Untuk itulah maka simulasi dibuat sesuai dengan tugas-tugas yang berhubungan
dengan suatu jabatan yang menjadi sasaran, dan digunakan untuk menyeleksi dan
mengembangkan individu-individu yang mempunyai potensi dan kemampuan untuk
ditempatkan pada jabatan tertentu dimasa mendatang. Metode assessment center
diharapkan secara optimal dapat di gunakan untuk menelusuran potensi dan minat.
Misalnya pegawai negeri sipil (PNS) yang akan ditempatkan dalam suatu jabatan dan
sesuai dengan kehendak undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian, pasal 17 ayat 2 yang dilaksanakan berdasarkan prinsip propesionalisme
sesuai dengan kopetensi, prestasi, dan jenjang pangkat yang ditetapkan dalam jabatan itu
serta sarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau
golongan. “selanjutnya pfeffer, et al. (2007: 72) mengemukakan sebagai berikut: “tujuan
assessment center adalah untuk mendapatkan indikasi terbaik dari kemampuan aktual
atau potensi untuk melakukan tugas yang ditergetkan pada level tetentu.”
Berikut dikemukakan bahwa untuk mencapai tujuan ini serta akan melakukan
simulasi sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Performance dalam simulasi inilah
yang nantinya akan diukur. Logika hal ini sangat jelas, kalau kita bertujuan untuk melihat
kemampuan seorang dalam melakukan pekerjaan, cara simulasi. Performance orang
dalam simulasi tersebut yang akan dibedakan sebagai alat untuk memprediksi perilaku
mereka di dalam pekerjaan. Dengan demikian, pokus dari assessment center adalah
bahavior (perilaku) yang didapatkan melalui serangkaian pelatih yang menstimulasikan
aspek-aspek utama dari pekerjaan. Contoh, suatu pekerjaan yang melibatkan aktifitas di
belakang meja, serta di kursi dengan individu dan kelompok. Assessment center untuk
pekerjaan tersebut meliputi latihan in tray dan analisis masalah, sebuah meeting dengan
pelanggan atau bawahan dan sebuah negosiasi kelompok atau problem solving meeting.
Dengan demikian, sebenarnya ada dua indikator exercise, yaitu latihan yang tertulis dan
interaktif, dan pariasi dari latihan simulasi ini sangat penting.
Dalam bahasan tenteng assessment center dalam era kompetisi dan terkait dengan
subbahasan berupa karakteristik assessmen center tersebut, Pradiansyah dalam
pfeffer, mengemukakan sebagai berikut. “ untuk dapat disebut sebagai assessment
center ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama Dimensi atau
kompensasi sebelum kita melakukan assessment center, terlebih dahulu harus
melakukan job analisis pekerjaan. Dengan melakukan job analisis kita akan
mendapatkan profil dari suatu pekerjaan yang meliputi dimensi-dimensi apa saja yang
dibutuhkan supaya seseorang dapat sukses dalam pekerjaan tersebut. Dimensi
meliputi tiga hal , yaitu pengetahuan dan keahlian, perilaku, dan motivasi
(motivation) jadi dengan melakukan job analisis kita akan mengetahui apa apa saja
ayang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dimensi.”
Inilah yang kemudian kita nilai assess. Setelah kita melakukan analis pekerjaan,
maka langkah kedua adalah menentukan tehnik Pradiansyah (2007) dalam pfeffer, at
al. (2007: 72) sebagi berikut. “ yang dimaksud dengan metode untuk mengumpulkan
data tenteng kemampuan peserta. Tehnik ini berupa latihan yang didesain untuk
menjanjikan informasi mengenai dimensi-dimensi yang di syaratkan oleh suatu
pekerjaan.ada berbagai macam tehnik yang dapat digunakan seperti tes, interview,
kuesioner, sosiometris maupun simulasi. Bentuk simulasinyapun bermacam-macam
seperti in basket, diskusi kelompok, simulasi interaksi dan latihan menemukan
fakta(fax finding axercises).
Atas uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya terdapat sekitar
enam orang mengikuti assessment center pada waktu yang bersamaan. Dengan
jumlah tersebut akan memudahkan mereka untuk melakukan group exercise bersama-
sama. Selain itu, biayanya pun dapat lebih ditekan.
a. Analisis jabatan
Salah satu metode assessment center yang paling popular adalah metode
tes situasional. Dalam tes situasional akan menggambarkan aspek-aspek dari
pekerjaan lowong, yang ditampilkan dalam suatu pemberian tugas, pemecahan
masalah sesuai dengan kondisi pekerjaan yang sebenarnya. Tes situasional ini
merupakan tes kinerja yang membutuhkan perilaku yang kompleks dalam
suatu simulasi yang dibuat. Contohnya, dalam simulasi tes ini setiap kandidat
dalam suatu kelompok diskusi, harus menawarkan saran-saran terkait dengan
kasus yang diberikan dengan cara menganalisis, memberikan rekomendasi,
membuat proposal, atau usulan kerja, dan lain-lain.
b. Planning and organizing, hal ini menunjukan pada kemampuan peserta tes
dalam menyusun rencana kegiatan, yang ditujukan baik untuk dirinya
maupun oranglain untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik.
g. Tolerance for stress, hal ini menunjukkan pada kemampuan peserta tes
untuk memelihara kinerja yang stabil baik dalam situasi kerja yang
menekan maupun yang normal.
h. Adaptability, hal ini menunjukkan pada kemampuan peserta tes dalam
memelihara secara efektif terhadap lingkungan kerja, tugass,
tanggungjawaab, maupun berhadapan dengan orang yang beragam.
Dalam proses ini assessment , assessor atau si penilai memegang peran yang
penting dan dominan karena ia harus mengikuti dan mengamati seluruh proses
dengan seksama untuk mengevalusi setiap dimensi yang telah di tetapkan dan
memberikan nilai dalam bentuk angka yang di tulis dalam formulir yang telah di
sediakan. Oleh karena itu assessor seharusnya seseorang yag benar-benar terlatih
dalam bidangnya, baik dalam bidang pemahaman perilaku manusia maupun
pemahaman dalam bidang pekrjaaan yang diamati. Jumlah assessor yang di sarankan
adalah 3-4 orang dengan jumlah assesses 6-8 orang. Pelaksana bisanya 2-3 hari,
dengan menggunakan beragam betuk simulasi yang ada. Untuk menyiapkan hasilnya,
assesors memerlukan waktu 2 hari lagi untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan
penilaian masing-masinig assessors, membuat laporanya dan memberikan umpan
balik tas kesimpulan yang di dapat dari hasil penilaian tersebut.
Dalam pemilihan kriteria ini hal-hal yang perlu di lakukan adalah ( Thornton,
1992:57 ) :
Buat catatan penting terkait tetang perilaku yang efektif dan tidak efektif
dari atasan langsung pegawai.
Memiliki semangat dan tekad yang tnggi dalam mencapai misi organisasi.
Dalam bahasan tentang assessment center dalam era kompetisi dan terkait dengan
subbahasan berupa mekanisme assessment center, berikut ini adalah suatu contoh
rangkaian teknis kegiatan assessment center (Heneman, 2005: 525) sebagai berikut :
“ Hari pertama, minggu (sore), peserta tiba untuk interaksi sosial, orientasi,
pertemuan, dan diskusi. Senin : diskusi kelompok. Peserta dibagi dalam dua
kelompok masing-masinglima orang untuk mendiskusikan kelayakan investasi bisnis.
Masing-masing kelompok diamati oleh tiga assessor dengan cara mencatat
keseluruhan kegiatan dan partisipasi secara individual. Selanjutnya (sore harinya)
diadakan wawancara dengan psikologklinis dan psikotes. Hari kedua, Selasa :
kegiatan individual ( in-basket), wawancara berkenaan dengan kinerja, in-basket, tes
tambahan, dan kegiatan kelompok. Hari ketiga, Rabu : Analisis kasus.”
Dalam penilian potensi dan kompetensi yang di perlukan bagi kndidat pejabat
stuktural ebgaimna dalam program assessment center dapat di gunakan beberapa
metode. Namun demikian metode yang paling banyk di gunkn adlah in bsket
exercise, diskusi kelompok ( tanpa ketua kelompok ), analisis kasus.
Metode/instrument tersebut adalah sebagi berikut :
In basket exercise
Case Analysis
Dalam permainan tersebut, dibiarkan bersifat ilmiah yaitu setiap kandidat dapat
berinteraksi secara bebas baik antara anggota dalam kelompok dan lain-lain. Dalam
metode ini beberapa dimensi dapat dilihat seperti kemampuan dalam membuat
perencanaan strategik, kerja tim, dan kepemimpinan.
1. Role-play
Kandidat ditempatkan dalam simulasi situasi, yaitu peserta tes (kandidat) harus
berinteraksi dengan peserta lainnya, yang berperan sebagai atasan, bawahan, atau
pelanggan. Setiap kandidat akan dilihat bagaimana sikap yang bersangkutan
dalam menanggapi/menghadapi bawahan sulit atau pelanggan yang kritis, dan
lain-lain.
2. Fact Finding
Dalam tes menggunakan teknik ini, kandidat pegawai diberikan dengan kasus
atau masalah dengan informasi yang tidak lengkap. Kandiidat diminta untuk
membaca sejumlah informasi yang terbatas terkait denga suatu permasalahan, dan
kandidat diberi kesempatan untuk mendapatkan tambahan informasi dengan cara
dengan cara menanyakan langsung kepada orang yang memiliki informasi dalam
hal ini orang tersebut bisa berarti orang yang terlatih untuk memberikan
informasi atau assessor sendiri. Selanjutanya kandidat akan dilihat dari cara
mengambil informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah.
3. Oral Presentations
Dalam penggunaan metode/tes ini, kandidat diberi bahan bacaan terkait dengan
permasalahan yang dihadapi organisasi baik menyangkut aspek finansial, sistem,
atau proses kerja dan lain-lain untuk dianalisis maslahnya oleh masing-masing
kandidat dan memberikan rekomendasi seperlunya kepada manajemen (Henemen,
2000: 527). Selanjutnya dalam kegiatan penilaian, peran assessordemikian
penting. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pelatihan dan persyaratan yang
perlu dikuasai oleh masing-masing assessor tentang aspek-aspek yang dinilai.
Berikut ini ruang lingkup materi yang perlu dipahami setiap assessor:
Assessor dalam pelatihan ini akan diperkenalkan tentang perbedaan antara teknik
merekam dengan teknik melakukan penilaian dengan contohnya masing-masing.
Assessor diminta untuk mengidentifikasi pernyataan mana yang merefleksikan aspek
perilaku atau aspek penilaian. Contoh penilaian untuk dimensi Tolerance for Status,
dilakukan dengan cara mengidentifikasi masing-masing pernyataan dalam tabel
dibawah ini apakah termasuk yang terkait dengan perilaku peserta atas bagian
penilaian assessor. Setelah memahami perilaku dengan jelas, selanjutnya pelatihan
difokuskan untuk merekam perilaku, baik yang langsung dan tampak tentang kejadian
ataupun melalui rekaman video, tugas assessor dapat mencatat dan berhenti pada
spesifikasi kejadian tertentu untuk didiskusikan diantara tim assessor tersebut.
Menilai perilaku peserta: dalam tahap ini, assessor dilatih dalam hal konsistensi
penggunaan skala rating dalam mengevaluasi dimensi perilaku. Umumnya skala
penilaian assessmemnt center menggunakan skala: enam poin/butir skala, yaitu:
Assessment center secara umum dapat diidentifikasikan melalui tiga aspek, yaitu
kecerdasan, kepribadian, serta keterampilan manajerial. Metode yang digunakan
dalam assessment center adalah berupa:
a) Psychological-test, terdiri atas serangkaian tes untuk mengidentifikasikan taraf
kecerdasan melalui jenis-jenis achievment-test yang mengukur kemampuan
numerikal, verbal, daya tangkap, daya nalar, serta tes kepribadian melalui tes-
tes proyektif dan minat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku
Internet
http://edratna.wordpress.com/2008/01/22/penggunaan-assessment-center-untuk-pengembangan-
sdm/ Diunduh: tgl.06/04/2014 pkl.13.47
http://www.reform.kemenkeu.go.id/mainmenu.php?module=news&id=96/Diunduh:
tgl.06/04/2014 pkl.13.47
[2]http://www.reform.kemenkeu.go.id/mainmenu.php?module=news&id=96
[4] http://edratna.wordpress.com/2008/01/22/penggunaan-assessment-center-untuk-
pengembangan-sdm/ Diunduh: tgl.06/04/2014 pkl.13.47