Anda di halaman 1dari 5

COVID-19 VARIAN OMICRON

Kurang lebih sudah 2 tahun kita menjalani hari-hari dengan menggunakan masker,
mengurangi mobilitas, dan berbagai hal yang membuat kita bosan dengan
aktivitas-aktivitas yang terbatas. Bahkan mungkin beberapa dari kita merupakan
penyintas covid baik secara sadar maupun tidak sadar. Boleh dikatakan kita sudah
mulai lelah dengan kondisi naik turunnya kasus hingga adanya mutasi virus yang
seolah mengekalkan pandemi ini.

Belakangan ini, kita kembali dikhawatirkan dengan adanya varian omicron


menjadi chapter baru pandemi, yang mulai terdeteksi keberadaannya di Indonesia.
Berdasarkan data Kemenkes, saat ini (27/12) sudah tercatat 46 kasus omicron yang
sebagian besar merupakan imported cases yang ditularkan melalui perjalanan ke
luar negeri. Peningkatan kasus terjadi seiring dengan pulangnya pekerja migran ke
Indonesia.
"Berdasarkan bukti yang disajikan, mengindikasikan perubahan yang merugikan
dalam epidemiologi Covid-19, TAG-VE telah menyarankan kepada WHO bahwa
varian ini harus ditetapkan sebagai VOC, dan WHO telah menetapkan B.1.1.529
ke dalam VOC, dengan nama Omicron," tulis keterangan WHO. Omicron adalah
huruf ke-15 dalam alfabet Yunani.
VOC merupakan kategori tertinggi bagi varian virus Covid-19 terkait dengan
penularan, gejala penyakit, risiko menginfeksi ulang, dan mempengaruhi kinerja
vaksin. Sebelumnya, varian virus yang dikenal cepat menyebar yaitu Alpha, Beta,
Gamma dan Delta masuk ke dalam kategori ini.

COVID-19 varian Omicron pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan. Varian ini
telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) ke dalam varian yang perlu
diwaspadai (variant of concern) karena tingkat penularan yang cepat. Berdasarkan
bukti yang ada hingga sejauh ini, varian Omicron memiliki tingkat mutasi yang tinggi
sehingga bisa berdampak terhadap karakteristik virus, termasuk tingkat penularan virus
dan keparahan penyakit yang ditimbulkan.

Total Kasus Covid-19 akibat Omicron di Indonesia saat ini 5.227, 1.879 adalah pelaku
perjalanan Luar Negeri (PPLN) dan 3.348 adalah non-PPLN atau transmisi lokal
(22/02). Namun Sejauh laporan awal yang ada, varian ini cenderung menyebabkan
gejala yang ringan. Selain itu berdasarkan data klinis lainnya, jumlah rawat inap
diperkirakan lebih tinggi pada COVID-19 varian Delta. Di sisi lain, varian Omicron
turut diduga meningkatkan kejadian infeksi berulang. Artinya, orang yang sebelumnya
pernah terinfeksi virus Corona varian apa pun, lebih berisiko terinfeksi ulang dengan
varian Omicron.
Namun, berbagai laporan kasus yang sudah terkumpul menunjukkan bahwa
kebanyakan kasus infeksi virus Corona varian Omicron menimbulkan gejala COVID-
19 ringan atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali.

gejala Covid-19 varian Omicron tidak jauh berbeda dengan gejala Covid-19 pada
umumnya diantaranya : Demam, batuk, Sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot,
mudah lelah, diare dan ada beberapa gejala khusus lain seperti Kehilangan indra
penciuman (anosmia) atau perasa (ageusia).

Vaksin Covid-19 dosis lengkap juga dinilai memiliki efikasi yang cukup baik dalam
mengurangi risiko seseorang terkena COVID-19 gejala berat atau bahkan kematian
akibat COVID-19. Selain itu, pemberian vaksin booster COVID-19 juga
direkomendasikan untuk memperkuat reaksi kekebalan tubuh terhadap COVID-19
varian Omicron. Namun, pemberian vaksin booster ini lebih diprioritaskan untuk
kelompok berisiko tinggi, seperti para tenaga kesehatan, orang berusia lanjut, penderita
penyakit , atau orang dengan kondisi imunodefisiensi.

Namun tidak perlu terlalu cemas terhadap kedatangan COVID-19 varian Omicron,
sebab ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan dan
penyebarannya, yaitu : Melakukan vaksinasi covid-19, berolahraga secara rutin,
mencukupi waktu istirahat, mengkonsumsi makanan bernutrisi, mengkonsumsi buah
tinggi vitamin C.

Selain memperkuat daya tahan tubuh dengan beragam cara di atas, juga harus disiplin
menerapkan protokol kesehatan, mulai dari memakai masker saat berada di luar rumah,
mencuci tangan secara teratur, hingga menjaga jarak fisik dengan orang lain dan
menghindari kerumunan.
Langkah yang paling efektif yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi infeksi
dan mencegah Covid-19, termasuk varian Omicron adalah:

1. Menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain.

2. Memakai masker dengan benar.

3. Membuka jendela untuk meningkatkan sirkulasi udara di dalam ruangan.

4. Menghindari ruangan yang ramai dan bervintilasi buruk.

5. Mencuci tangan dengan sabun dan air.

6. Menerapkan etika bersin dan batuk. Mendapatkan vaksin Covid-19 hingga dosis
penuh.

Terus menerapkan aturan tersebut menjadi langkah preventif utama yang paling
mudah dilakukan oleh semua orang. Jika dirasa memiliki berbagai tanda atau
kontak erat untuk secepatnya melakukan pemeriksaan PCR agar memungkinkan
isolasi tepat waktu dan pengobatan yang tepat agar transmisi varian omicron
terhambat.
Vaksin juga masih dianggap penting sebagai tindakan preventif, walaupun dapat
dikatakan hampir mayoritas masyarakat sudah melakukan vaksin. Namun menurut
Saciuk dan Kertes (2021) dalam penelitiannya menyatakan bahwa setelah 6 bulan
seseorang mendapatkan vaksin dosis keduanya maka proteksi antibodinya
menurun secara dramatis. Sehingga penambahan dosis vaksin perlu dilakukan
untuk memaksimalkan kembali antibodi yang mulai menurun.

Mengingat saat ini varian omicron sudah mulai terdeteksi di Indonesia,


mengisolasi pekerja migran dan warga dari luar negeri atau yang kontak erat secara
langsung ketika terdeteksi, menjadi langkah utama menghindari penyebaran virus.
Dilanjutkan untuk masyarakat yang selalu waspada dan mematuhi protokol
kesehatan karena virus masih terus terdeteksi bermutasi.

Anda mungkin juga menyukai