Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus
memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dari hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pemimpin dalam lembaga pendidikan dituntut untuk selalu meningkatkan
mutu sekolah. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada
masukan, proses, keluaran dan dampaknya. Kepemimpinan dan manajemen yang
efektif semakin dianggap penting jika sekolah dan perguruan tnggi ingin
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terutama pemerintah yang menyediakan
sebagian besar dana untuk intitusi pendidikan public.
.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Kepemimpinan
2. Apa saja Dimensi-Dimensi Kepemimpinan
3. Bagaimana Gaya Kepemipinan
4. Bagaimana Karakteristik Pemimpin Masa Depan

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Dimensi-Dimensi Kepemimpinan
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemipinan
4. Untuk mengetahui Karakteristik Pemimpin Masa Depan
BAB II
PEMBAHASAN

Kata pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat sering disebut penghulu,


pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua,
kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah
pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan
keputusan suatu organisasi. Setiap pemimpin melakukan berbagai peran dalam
hidup dan kehidupan ini, baik sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga,
maupun sebagai bagian dari masyarakat. Dalam berbagai peran tersebut setiap
pemimpin ingin sukses atau memberikan makna yang berarti bagi dirinya maupun
orang lain. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Pemimpin adalah inti dari manajeman.1
Dengan demikian kepemimpinan mencangkup distribusi kekuasaan yang
tidak sama diantara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata
lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan
perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi
antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya terjadi suatu hubungan timbal
balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam
menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk
memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara
maksimal.2

A. Pengertian Kepemimpinan
1
Muhammad Rifa’I, Manajemen Organisasi Pendidikan, (Medan: CV Humanis, 2019),
h.153
2
Harbani Pasolog, Kepemimpinan Biroksa, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.25-26

2
Kata pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat sering disebut penghulu,
pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua,
kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah
pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan
keputusan suatu organisasi. Setiap pemimpin melakukan berbagai peran dalam
hidup dan kehidupan ini, baik sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga,
maupun sebagai bagian dari masyarakat. Dalam berbagai peran tersebut setiap
pemimpin ingin sukses atau memberikan makna yang berarti bagi dirinya maupun
orang lain. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Pemimpin adalah inti dari manajeman.3
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus
memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dari hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencangkup distribusi kekuasaan yang
tidak sama diantara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata
lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan
perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi
antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya terjadi suatu hubungan timbal
balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam
menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk
memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara
maksimal.4
3
Muhammad Rifa’I, Manajemen Organisasi Pendidikan, (Medan: CV Humanis, 2019),
h.153
4
Harbani Pasolog, Kepemimpinan Biroksa, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.25-26

3
Kepemimpinan diartikan sebagai sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap
orang lain, pola interaksi, hubungan kerjasama antar personalia, dan kedudukan
antar jabatan. Seorang pemimpin harus memiliki bakat kepemimpinan, dalam arti
kapasitas kepemimpinan tersebut diperlukan oleh tiap pemimpin agar berhasil
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
suatu organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu
organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Kepemimpinan menurut Hornby dalam bahasa Inggris disebut leadership yang
berarti being a leader power of leading; the qualities of leader, yang berarti
kekuatan atau kualitas seseorang dalam memimpin dan mengarahkan apa yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan.5
Kepemimpinan merupakan esensi dalam berbagai organisasi dan cara
seseorang mempengaruhi orang lain. Dalam konteks ini dikemukakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi suatu kelompok yang
terorganisir untuk mencapai tujuan-tujuan mereka.
Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi antara anggota kelompok,
karena itu pemimpin adalah agen perubahan, yaitu orang yang tindakannya
mempengaruhi orang lain lebih daripada tindakan orang lain mempengaruhinya.
Dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
sebagai suatu proses atau usaha dan keterampilan mempengaruhinya
orang/kelompok orang agar dapat bergerak dan bekerja sama dengan maksimal
dan sepenuh hati sesuai situasi dan kondisi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan dalam kepemimpinan ada
beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu: (1) Gaya
atau seni dalam mempengaruhi orang lainm (2) motivasi, (3) Kewibawaan atau
karismatik pemimpin, dan (5) Tujuan yang ingin dicapai.6
Menurut Shared Goal, kepemimpinan adalah sikap pribadi yang
memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Secara
lebih luas Yukl mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses-proses, yang
5
Amiruddin Siahaan, Kepemimpinan Pendidikan, (Medan: CV.Widya Puspita, 2018), h.18-
19
6
Syafaruddin, Administrasi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.55-56

4
interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi
kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas kerja untuk mencapai
sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran,
pemeliharaan hubungan kerjasama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan
kerjasama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.7
Menurut Hemhill dan Coons mendefinisikan kepemimpinan sebagai
perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok
ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal). Sementara menurut
Herold Koontz kepemimpinan adalah seni/kemampuan untuk mengkoordinasikan
dan menggerakkan seseorang individu atau kelompok kea rah pencapaian tujuan
yang diharapkan.8
Menurut Field Manual, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
adalah seni untuk
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
diartikan sebagai suatu proses kegiatan seseorang untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengkoordinasikan individu atau kelompok agar terwujud
hubungan kerjasama dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Dimensi-Dimensi Kepemimpinan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dimensi berarti ukuran9.


Dimensi kepemimpinan berarti ukuran dari suatu kepemimpinan.Teori dan

7
Inom Nasution dan Sri Nurabdiah Pratiwi, Profesi Kependidikan, (Depok: Pranadamedia
Group, 2017), h.100-101
8
Abd Haris, Kepemimpinan Pendidikan, (Surabaya: Government of Indonesia, 2017), h.14

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta:


9

Gramedia Pustaka Utama,2012), cet ke-3, hlm. 325.

5
penelitian penuh dengan.berbagai kerangkaacuan untuk menguji aspek-aspek
penting dari tingkah laku kepemimpinan.
Salah satu rancangan kepemimpinan yang lebih komprehensif
dikemukakan oleh Ralph M. Stogdill dan kawan-kawannya yang mengemukakan
dua belas dimensi kepemimpinan, yang dijabarkan dari komponen“Orientasi
sistem”, dan“Orientasi person”.

Berorientasi Sistem Berorientasi Persona


Mengutamakan produksi – Toleransi kebebasan – mengizinkan
melakukan desakan untuk anggota-anggota staf
hasil yang produktif mengambil inisiatif, keputusan,
dan tindakan
Pemberitahuan struktur – secara Toleransi ketidakpastian – dapat
jelas menetapkan perananya mentoleransi ketidakpastian dan
sendiri dan mengajak para penangguhan tanpa merasa
pengikut mengetahui apa cemas atau bimbang
yang diharapkan
Perwakilan – membicarakan dan Konsiderasi/perhatian–
bertindak sebagai wakil memperhatikan kesenangan,
klompok kesehatan, kedudukan, dan
kontribusi pengikut.
Asumsi peranan – secara aktif Tuntutan ketentraman –
melatih peranan mendamaikan pertentangan-
kepemimpinan daripada pertentangan dan mengurangi
menyerahkan kepemimpinan kekacauan atau kebingungan
kepada yang lain terhadap sistem
Persuasi – menggunakan Ketepatan prakiraan –
keyakinan dan bukti secara memperlihatkan pengertian dan
efektif, menunjukkan kemampuan memprakirakan
keyakinan yang kuat hasil-hasil secara tepat

Orientasi ke atas – memelihara Integrasi – memelihara


hubungan yang ramah kekompakan organisasi dan

6
dengan yang yang lebih menyelesaikan pertentangan-
tinggi, mempunyai pengaruh pertentangan antaranggota
terhadap mereka, dan
memperjuangkan status yang
lebih tinggi

David G.Bowers dan Stanly E. Seahore mengusulkan empat dimensi


pokok dari struktur fundamental kepemimpinan, yaitu:
1. Bantuan (support) – tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga
seseorang dan merasa dianggap penting.
2. Kemudahan interaksi – tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota
kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling
menyenangkan.
3. Pengutamaan tujuan – tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi
penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4. Kemudahan bekerja – tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan dengan
kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengoordinasian, perencanaan, dan
penyediaan sumber-sumber seperti alat-alat, bahan-bahan, dan pengetahuan
teknis.

Menurut Etzioni, keempat dimensi itu diperas menjadi dua, yaitu dimensi


bantuan dan kemudahan interaksi diringkas menjadi fungsi-fungsi pemeliharaan
kelompok atau kegiatan-kegiatan ekspresif; dimensi pengutamaan tujuan dan
kemudahan berkerja diringkas menjadi fungsi pencapaian tujuan atau kegiatan-
kegiatan instrumental.
Menurut Donni Juni Priansa dkk, mereka membagi kepemimpinan
menjadi dua dimensi kepemimpinan, yaitu:
1. Kepemimpinan Berorientasi Tugas
Kepemimpinan berorientasi tugas ialah suatu kepemimpinan yang hanya
menekankan penyelesaian tugas-tugas kepada para bawahannya dengan tidak
memperdulikan perkembangan bakat, kompetensi, motivasi, minat komunikasi,
dan kesejahteraan bawahan. Para personalia akan bekerja secara rutin, rajin taat
dan tunduk dalam penampilannya. Pemimpin ini tidak mengikuti perkembangan

7
dan kemajuan lingkungannya sehingga organisasi menjadi usang dan ketinggalan
zaman.
2. Kepemimpinan Berorientasi Hubungan antar Manusia
Kepemimpinan ini hanya perkembangan para personalianya, kepuasan
mereka, motivasi, kerja sama, pergaulan dan kesejahteraan mereka. Pemimpin ini
berasumsi bila personalia diperlakukan dengan baik, maka tujuan organisasi akan
tercapai. Tetapi pada kenyataannya manusia tidak selalu beritikad baik.hal ini
dapat menyebabkan kemunduran suatu organisasi. Oleh sebab itu,
kepemimpinannya yang baik adalah kepemimpinan yang mengintegrasikan
orientasi tugas dengan orientasi antar hubungan manusia.10

Menurut Hill Caroll dalam Endin Nasrudin, bahwa kepemimpinan


memiliki dua dimensi sebagai berikut:
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-
orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (supporter) atau
keterlibatan orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok atau organisasi yang dijabarkan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.11

C. Gaya Kepemimpinan
Pada dasarnya gaya kepemimpinan atau style benyak berpengaruh
terhadap seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilakunya pengikut-
pengikutnya. Istilah gaya pada dasarnya sama dengan cara yang digunakan oleh
pemimpin dalam proses mempengaruhi pengikutnya. Gaya kepemimpinan
merupakan cara atau norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang diamati.
Gaya pada dasarnya berasal dari bahasa inggris “style” yang berarti mode
seseorang yang selalu nampak yang mejadi ciri khas orang tersebut. Gaya
Donni Juni Priansa, et.all., Manajemen Perkantoran (Efektif, Efesien, dan Profesional),
10

(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 142-143.


11
Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 60-61.

8
merupakan kebiasaan yang melekat pada diri seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya.12
Gaya kepemimpinan pada setiap pemimpin berbeda-beda. Gaya
kepemimpinan akan mempengaruhi seseorang anggota atau bawahannya dalam
bertindak. Gaya kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang ditampilkan
seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahannya.
Gaya kepemimpinan dapat dikembangkan dari pembelajaran, peniruan / imitasi,
pendidikan dan pelatihan, dan pengalaman.
Menurut Haibuan, menjelaskan kepemimpinan adalah suatu cara
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola tingkah
laku tertentu yang digunakan oleh pemimpin atau seseorang untuk mempengaruhi
perilaku orang lain dalam mencapai suatu tujuan. Pemimpin yang efektif dalam
menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus
memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan
bawahannya, dan mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan bawahan
untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki.13
Stoner, mengatakan bahwa gaya kepemimpinan (leadership style) adalah
berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses
mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Stoner membagi dua gaya
kepemimpinan yaitu:
1. Gaya yang berorientasi dalam mengawasi tugas pegawai secara ketat untuk
memastikan tugas dilaksanakan dengan memuaskan. Pelaksanaan tugas lebih
ditekankan pada pertumbuhan pegawai dan kepuasan pribadi.
2. Gaya berorientasi pada pegawai lain, menekankan pada memotivasi
ketimbang mengendalikan bawahan. Gaya ini menjalin hubungan
persahabatan, saling percaya, dan saling menghargai dengan pegawai yang

12
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Mutiara Sumber-Sumber Benih
Kecerdasan, 1981), h.38
13
Amiruddin Siahaan, Kepemimpinan Pendidikan, (Medan: CV.Widya Puspita, 2018),
h.39-40

9
sering kali diizinkan untuk berpertisipasi dalam membuat keputusan untuk
melaksanakan sesuatu.14

Daryanto mengemukakan bahwa, gaya kepemimpinan merupakan suatu


pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak
buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin
bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepe
mimpinannya.15
Menurut Thoha, gaya kepemimpinan adalah merupakan norma perilaku
yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain. Ermaya menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan
bagaimana cara mengendalikan bawahan untuk melaksanakan sesuatu.
Menurut Hersey & Blanchard, gaya kepemimpinan adalah pola-pola
perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam rangka bekerja dengan dan
melalui orang lain seperti yang dipersepsikan orang-orang itu. Pola-pola itu
timbul pada diri orang-orang pada waktu mereka memulai memberikan tanggapan
dengan cara yang sama dalam kondisi serupa, pola itu membentuk suatu
kebiasaan tindakan yang setidaknya dapatdiperkirakan bagi mereka yang lagi
bekerja dengan pemimpin itu.16
Dari beberapa pendapat para ahli diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa
gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin
dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong, dan mengendalikan
bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Seorang pemimpin tentu memiliki gaya atau cara tersendiri yang
dipergunakan dalam mempengaruhi anggota agar dapat mengikuti keinginannya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara teoritis dapat dibedakan

14
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Mutiara Sumber-Sumber Benih
Kecerdasan, 1981), h.39
15
Syafaruddin, Administrasi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.61

16
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Sumber-Sumber Benih
Kecerdasan, 1981), h.40

10
menjadi 3 (tiga) bentuk kepemimpinan yaitu: otoriter, laissez-faire, dan
demokratis.
1. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan seseorang atau
sekelompok kecil orang-orang yang disebut atasan sebagai penguasa atau penentu
yang tidak dapat diganggu gugat, dan orang lain (bawahan) harus tunduk pada
kekuasaannya dibawah ancaman dan hukuman sebagai alat dalam menjalankan
kepemimpinannya (monokrasi, oligokrasi).

2. Tipe Kepemimpinan Laissez-faire


Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari otoriter. Dalam realitas
kepemimpinannya tipe kepemimpinan ini memberikan kebebasan sepenuhnya
kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk mengambil keputusan secara
perseorangan, pemimpin hanya berfungsi sebagai penasihat. Akibatnya sasaran
kerja jadi simpang siur.

3. Tipe Kepemimpinan Demokratis


Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin didasari prinsip saling
menghargai dan saling menghormati. Kegiatan kepemimpinan dilaksanakan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kemampuan pemimpin pada setiap
anggota kelompok suatu peranan dan posisinya. Kepemimpinan demokratis
adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah, yang berusaha
memanfaatkan setiap anggota untuk kepentingan dan kemajuan organisasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tipe atau gaya
kepemimpinan pendidikan juga dibentuk dengan lingkungan pergaulan di sekolah,
madrasah atau pesantren. Dalam konteks ini, kepemimpinan pendidikan dapat
memberikan kontribusi bagi perubahan lembaga pendidikan, terutama melalui
pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah, madrasah atau pesantren dalam

11
menghasilkan sumber daya manusia dengan kekuatan iman, taqwa, akhlak mulia
dan penguasaan sains serta teknologi untuk mencapai kemajuan bangsa.17

D. KARAKTERISTIK PEMIMPIN MASA DEPAN


1. Kriteria Pemimpin Masa Depan
a. Seorang pemimpin harus mempunyai pengikut, kemudian dia bisa
muncul sebagai pemikir besar atau seorang nabi;
b. Seorang pemimpin yang efektif bukanlah orang yang dicintai atau
dikagumi, tetapi adalah orang yang mampu menggugah pengikutnya
melakukan hal-hal besar, karena tujuan seorang pemimpin adalah bukan
mencapai popularitas melainkan mencapai atau menghasilkan sesuatu;
c. Seorang pemimpin harus melakukan tindakan yang nyata dalam artian
memberi keteladanan;
d. Seorang pemimpin tidak akan menjadikan kepemimpinannya menjadi
sesuatu yang berorientasi pada jabatan, hak istimewa, gelar, atau pun uang,
karena pemimpin dan kepemimpinan adalah tanggung jawab.

Maka dari itu, masih kata Peter F. Drucker, seorang pemimpin


yang efektif, tanpa memperhatikan kepribadian, gaya, kemampuan, maupun
minatnya, seorang pemimpin yang efektif mempunyai cara kerja yang kurang
lebih sama, yang jika dikristalisasikan dapat dituliskan seperti berikut:
1. Seorang pemimpin tidak memulai dengan pertanyaan "Apa yang saya
inginkan?" tetapi selalu akan mulai dengan pertanyaan "Apa yang perlu
dikerjakan?";
2. Berikutnya seorang pemimpin akan bertanya "Apa yang dapat dan harus
saya lakukan untuk membuat adanya perbedaan?" untuk menunjukkan bahwa
pada titik inilah dia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang dapat
diandalkan;
3. Seorang pemimpin akan senantiasa bertanya "Apa misi dan sasaran
organisasi?" dalam bingkai pemikiran apa saja yang menentukan kinerja dan
hasil suatu organisasi;

17
Syafaruddin, Administrasi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.61-64

12
4. Seorang pemimpin mempunyai tenggang rasa yang tinggi terhadap
perbedaan pada setiap orang dan dia tidak mencari orang yang mirip dengan
dirinya semata untuk diajak bekerja sama, atau dengan kata lain mereka
jarang bertanya "Apakah saya suka atau tidak suka kepada seseorang?",
tetapi ketika menyangkut masalah prestasi, standar, dan nilai seseorang,
pemimpin yang efektif biasanya sangat tidak toleran;
5. Seorang pemimpin yang efektif tidak takut pada kelebihan yang dimiliki
rekan-rekan sekerja mereka, bahkan mereka menyukai kelebihan tersebut;
6. Seorang pemimpin yang efektif selalu berhasil bertahan terhadap godaan dan
rayuan untuk mengerjakan hal-hal yang populer dan bukannya hal-hal yang
tepat, serta biasanya lebih suka memilih menyelesaikan pekerjaan yang kecil,
sedang-sedang, atau sederhana, dari pada berusaha menyelesaikan pekerjaan
besar yang seringkali hanya merupakan angan-angan kosong berbingkai
popularitas.

2. Karakter Pemimpin Masa Depan


Berikut ini adalah 10 (sepuluh) karakter yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin masa depan, yang acapkali diungkapkan oleh para pakar terkemuka
dalam bidang kepemimpinan, yakni:
1. Jujur: Menampilkan ketulusan dan integritas dalam semua tindakannya.
Dalam hal ini perilaku manipulatif tidak akan menumbuhkan kepercayaan;
2. Kompeten: Merupakan tindakan para pemimpin yang berbasis pada
akalfikiran, sikap dan prinsip prinsip moral. Atau tidak membuat keputusan
berdasarkan keinginan, perasaan, atau faktor emosional lainnya yang bersifat
terlalu subyektif;
3. Berpandangan ke depan: Memiliki tujuan dan visi masa depan. Pemimpin
yang efektif membayangkan (memiliki obsesi dan imajinasi) apa yang mereka
inginkan dan bagaimana mendapatkannya. Mereka biasanya memilih prioritas

13
yang berasal dari nilai-nilai dasar mereka. Suatu visi harus dimiliki oleh
totalitas organisasi;
4. Menginspirasi: Mampu menunjukkan kredibilitas dan orijinalitas dalam segala
hal yang ia lakukan. Menunjukkan keteladanan dan ketahanan dalam mental,
fisik, dan stamina spiritual, yang dengan bekal kredibilitas ini seorang
pemimpin akan mudah menginspirasi orang lain untuk meraih puncakprestasi
baru, dan akan mempertaruhkan reputasinya bila diperlukan;
5. Cerdas: Gemar dan rakus membaca, haus belajar, dan senantiasa mencari
tugas yang menantang;
6. Adil (fairness): mampu menunjukkan perlakuan yang adil bagi semua orang.
Menyadari bahwa prasangka adalah musuh keadilan.Bersikap empatidan peka
terhadap perasaan, nilai-nilai, kepentingan, dan kesejahteraan orang lain;
7. Berwawasan luas: Menyukai keragaman, kaya perspektif dan memiliki
pandangan jauh kedepan;
8. Berani: Memiliki ketekunan untuk mencapai tujuan, meski menghadapi risiko
atau rintangan yang berat. Selalu menampilkan ketenangan dan kepercayaan
diri meski dalam kondisi stres;
9. Lugas: Memiliki penilaian yang baik tentang berbagai persoalan, dan
menggunakannya untuk membuat keputusan yang terbaik pada waktu yang
tepat; dan
10. Imajinatif: Mampu melakukan perubahan pada waktu yang tepat, dengan
menggunakan pemikiran, rencana, dan metode yang tepat pula. Juga mampu
menampilkan kreativitas dengan menciptakan tujuan baru yang lebih baik,
sekaligus menemukan ide inovatif dan solusi atau resolusi baru untuk
memecahkan masalah.18

M.Suyanto. Smart In Leadership Belajar dari Kesuksesan Pemimpin Top Dunia.


18

(Yogyakarta: Penerbit ANDI,2005)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
kepemimpinan adalah sebagai suatu proses atau usaha dan keterampilan
mempengaruhinya orang/kelompok orang agar dapat bergerak dan bekerja sama
dengan maksimal dan sepenuh hati sesuai situasi dan kondisi untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan dalam
kepemimpinan ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan
diantaranya yaitu: (1) Gaya atau seni dalam mempengaruhi orang lainm (2)
motivasi, (3) Kewibawaan atau karismatik pemimpin, dan (5) Tujuan yang ingin
dicapai.
Dimensi kepemimpinan berarti ukuran dari suatu kepemimpinan.Teori dan
penelitian penuh dengan.berbagai kerangkaacuan untuk menguji aspek-aspek
penting dari tingkah laku kepemimpinan. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara
yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan,

15
mendorong, dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi secara efisien dan efektif.

B. Saran
Dalam makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan baik dari isi maupun
tulisan. Oleh karena itu kami sebagai pemakalah sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari dosen pengampuh dan teman-teman sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’I, Muhammad Rifa’I. 2019. Manajemen Organisasi Pendidikan. Medan: CV


Humanis.

Pasolog, Harbani. 2010. Kepemimpinan Biroksa. Bandung: Alfabeta

Siahaan, Amiruddin. 2018. Kepemimpinan Pendidikan. Medan: CV. Widya


Puspita.

Syafaruddin. 2016. Administrasi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing

Nasution, Inom Nasution dan Sri. 2017. Profesi Kependidikan. Depok:


Pranadamedia Group.

Haris, Abd. 2017. Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Government of


Indonesia.

16
Pusat Bahasa. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Priansa, Donni Juni, et.all. 2015. Manajemen Perkantoran (Efektif, Efesien, dan


Profesional). Bandung: Alfabeta

Endin Nasrudin. , 2010. Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia.

Purwanto, M. Ngalim. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber-


Sumber Benih Kecerdasan.

Suyanto, M.Suyanto. 2005. Smart In Leadership Belajar dari Kesuksesan


Pemimpin Top  Dunia. Yogyakarta: Penerbit ANDI

17

Anda mungkin juga menyukai