Anda di halaman 1dari 18

KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

By: Surachmindari.,S.ST.,M.Pd

1. Latar Belakang  
Manajemen asuhan kebidanan pada dasarnya berfokus pada perilaku
manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan
kebidanan, pasien membutuhkan manajer/bidan yang terdidik dalam
pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola menjadi
bidan profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk
Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan
itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak
hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun
perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan
sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap
individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk
memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek
persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses
pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu.
Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan
pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau
pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen
pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam

1
kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah
saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup
yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan
yang harmonis adalah tugas manusia.
Dalam suatu organisasi atau instansi, kepemimpinan berkaitan dengan
pengarahan kepada pegawai untuk melakukan pekerjaan. Ini menjadi bagian
penting dalam memahami perilaku kerja. Beberapa penelitian telah
memperlihatkan bahwa tidak ada “satu cara terbaik untuk memimpin bawahan.
Ini tergantung pada pemimpinnya, bawahan, dan situasi yang ada. Pemimpin
yang baik pasti akan mendapatkan hasil pekerjaan lebih banyak dari
bawahannya dengan sikap sebagai pemimpin yang baik.
Efektifitas kepemimpinan dalam menjalankan fungsi-
f u n g s i tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal. Beberapa
diantaranya adalah kepribadian, nilai, dan sikap yang dimiliki oleh
pemimpin. Komponen internal tersebut akan mempengaruhi segala
pemikiran serta keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin
Goldon Allport memberikan definisi kepribadian sebagai
organisasi dinamis dalam sisitem psikofisiologis individu yang
menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari
perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang
tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk
diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua
belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk
melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar - benar
ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.

2
Atasan/pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan
kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima
oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan. Untuk
dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya
akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

2. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan, antara lain :
a Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya (Ordway Tead).
b Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan (Stogdill).
c Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara
sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Georgy R. Terry).
d Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam
suatu situasi tertentu (Paul Hersay, Ken Blanchard).
e Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu kelompok
sehingga pemimpin merupakan agen pembaharu, agen perubahan, orang yang
perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain
yang mempengaruhi mereka dan kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu
anggota kelompok mengubah motivasi kepentingan anggota lainnya dalam
kelompok. (Bass, 1999).
f Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan
memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. (Dubrin, 2001)
3
g Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau teknik untuk membuat sebuah
kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya untuk
mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan semangat
(Endin Nasrudin, 2010)

Dapat dipahami dari beberapa pengertian di atas bahwa kepemimpinan


akan muncul apabila ada seseorang yang karena sifat-sifat dan perilakunya
mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan
ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi
pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan.
Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi,
yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa akan terjadi kepemimpinan
apabila di dalam situasi tertentu seseorang lebih menonjol dapat mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara perorangan atau kelompok sehingga dengan
penuh kesadaran orang-orang dapat mengikuti apa yang diinginkan pemimpin
dalam mencapai tujuan.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan.  Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas
pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar
bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
               Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang
tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh,
dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa
yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan
4
melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu
hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapkan memiliki
kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak
akan dapat tercapai secara maksimal.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan


Menurut Davis ada empat sifat utama yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pemimpin yaitu: (1) kecerdasan, (2) kedewasaan dan keluasan
hubungan sosial, (3) motivasi diri dan dorongan berprestasi, (4) sika-sikap
hubungan manusiawi.
Sedangkan Ordway Tead berpendapat bahwa peranan pemimpin akan
berhasil apabila memiliki 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut:
a) Energi jasmaniah dan mental. Ia memiliki kekuatan fisik yang tangguh dan
mentalitas baja yang tidak pernah menyerah dalam menjalankan
kepemimpinan.
b) Kesadaran akan tujuan dan arah, ia menyadari betul memeliharan tujuan
dan mengupayakan keberhasilan.
c) Antusiasme. Ia memiliki keyakinan dalam usahanya sehingga bekerja
dengan optimism yang tinggi.
d) Keterampilan dan kecintaan. Sikap ramah yang menguntungkan pemimpin
adalah keramahan yang tulus diikuti dengan penuh kasih sayang kepada
sesama.
e) Integritas. Pemimpin yang memiliki integritas adalah seseorang yang
memiliki kepribadian utuh yang dapat dijadikan teladan.
f) Penguasaan teknis. Penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian
dalam bidangnya membuat bawahan percaya dan ini menimbulkan
kewibawaan.
g) Ketegasan dalam mengambil keputusan. Saat mengambil keputusan
pemimpin tidak diombang-ambing oleh situasi, tidak juga dapat
dipermainkan dan diperalat bawahan. Ia harus tegas dalam memutuskan
5
persoalan dengan didasari prosedur yang benar dan pelaksanaan yang
konsisten.
h) Kecerdasan. Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang mampu berfikir
rasional dan menggunakan hati dalam melaksanakan kepemimpinannya.
i) Keterampilan mengajar. Ia harus mampu mendidik, melatih dan
mebimbing anggota secara empati
j) Kepercayaan (Faith). Pemimpin yang dipercaya akan disenangi dan
dengan penuh kerelaan anggota akan mengikuti semua perintah.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka ada beberapa kiat-kiat yang


dapat digunakan agar menjadi pemimpin yang berhasil, antara lain :
a) Pemimpin mampu memimpin dirinya sendiri.
Memberi instruksi adalah sama mudahnya seperti membagikan kartu nama.
Tapi seorang pemimpin sejati harus mengetahui bagaimana caranya
memimpin dirinya sendiri. Tidak hanya memberikan contoh baik kepada
karyawannya, tetapi ikut berperan serta, bekerja, atau terlibat dalam seluruh
pekerjaan. Adalah penting bagi seorang pemimpin memiliki kemampuan
memfokuskan dan memotivasi dirinya sendiri seperti dia menganjurkan pada
seluruh bawahannya untuk memiliki motivasi.
b) Jangan jadikan kerajaan
Pemimpin yang bijaksana berarti (seakan-akan) Anda telah mempunyai bakat
untuk menduduki posisi tersebut. Tapi ingat, jangan ciptakan sebuah
kerajaan. Pemimpin yang secara kebetulan jadi bos, sering juga secara
kebetulan membentuk suatu sistem aturan yang tidak perlu dan terlalu
mengekang. Aturan bagi karyawan memang perlu, tapi tak perlu berlebihan.
Buatlah yang perlu-perlu saja. Memang penting untuk memengaruhi orang-
orang dengan siapa Anda bekerja. Tapi ingat, jangan memandang kedudukan
Anda sebagai suatu hierarki.
c) Selalu terbuka mencari bentuk baru.
Salah satu kunci keberhasilan dari menjalankan bisnis adalah mengulang-
ulang sesuatu yang terbukti berhasil. Masalahnya, seorang pemimpin yang
secara kebetulan jadi pemimpin, cenderung terus saja mengulang metode
6
tadi dan tak berani melakukan terobosan baru. Sebaliknya, pemimpin sejati
mengakui keberhasilannya tetapi juga menyadari bahwa selalu ada jalan lain
untuk membuat sesuatu lebih baik lagi.
d) Belajar Mendengarkan Bawahan
Menjadi pemimpin bukan berarti bisa memutuskan segala hal secara sepihak.
Ada kalanya bawahan lebih mengetahui keadaan yang terjadi dalam suatu
proyek. Tak ada salahnya untuk mendengarkan masukan dari mereka.
Sehingga pemimpin bisa membuat keputusan yang paling bijak.
e) Membumi
Menjadi atasan bukan berarti harus bersikap angkuh dan sombong. Semakin
banyak pemimpin mengenal bawahan, akan semakin baik. Pemimpin lebih
mengenal bawahan secara personal sehingga lebih mudah dalam hal
komunikasi. Ketika seorang pemimpin dianggap sebagai atasan yang baik,
maka anak buah pun tak segan untuk bersikap loyal.
f) Kenali Kelebihan dan Kekurangan Sendiri
Pemimpin yang baik adalah yang bisa mengakui kekurangannya, namun
menonjolkan kelebihannya. Tak ada orang yang sempurna dan sepenuhnya
benar walaupun ia telah menjadi seorang pemimpin. Jika pemimpin terlalu
angkuh untuk mengakui kesalahan, bahkan menunjuk kambing hitam untuk
itu, tak akan ada bawahan yang menghormati sikap pemimpin tersebut.
g) Mengenali Kelebihan dan Kekurangan Bawahan
Sebagai pemimpin, juga harus mengenali potensi dan kekurangan bawahan.
Hal itu bertujuan agar bisa menyusun jadwal pelatihan bagi tiap-tiap bawahan
untuk mendongkrak potensinya. Ini juga bisa membantu untuk membentuk
sebuah tim kerja menurut potensi tiap-tiap karyawan.
h) Mempunyai arah.
Seorang pemimpin harus mempunyai arah. Kemana rencana kita berjalan
setiap waktu, karena kalau seorang pemimpin tidak memperhatikan arah
rencananya ia akan mendapatkan kesulitan dalam menyusun rencana
rencananya yang lain.
i) Memiliki Kepribadian kuat & tanggung jawab.

7
Memang benar pemimpin yang memegang kekuasaan. Tapi itu tak berarti
boleh melakukan apa saja tanpa memikirkan tanggung jawabnya. Jangan
hanya menuntut bawahan untuk menyelesaikan tugas dengan baik, tapi
pemimpin harus memberi contoh yang baik.
j) Menuntaskan pekerjaan.
Banyak pemimpin berkata, “permainannya” telah selesai. Padahal, seorang
pemimpin sejati, tidak akan pernah merasa selesai bekerja. Tiap hari pasti
ada masalah baru yang harus segera dituntaskan. Entah komplain dari klien
atau bawahan yang membuat ulah. Jadi, jangan pernah bosan membuat
suatu tujuan yang pragmatik dengan ukuran yang dapat dihitung kapan harus
dimulai dan berakhir. Kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu merupakan
tantangan.
k) Memberi penghargaan selayaknya
Pemimpin sejati harus mempunyai tangan yang kuat sepertisi Popeye setiap
kali habis makan bayam. Prestasi yang baik menuntut timbal baik yang riil.
Pemimpin yang mempunyai mata jauh ke depan sangat dikagumi dan
dihargai, tetapi haruslah dengan sesuatu tindakan yang nyata pula, misalnya
memberi promosi, bonus, dan bentuk penghargaan yang nyata atas prestasi
karyawan. Hal ini akan membuat karyawan terus termotivasi bekerja dengan
baik dan bersikap loyal terhadap perusahaan.
l) Tak berhenti belajar
Jauh sebelum para eksekutif ber-pendapat bahwa keahlian memimpin berasal
dari semacam anugerah yang menakjubkan, tetap saja seorang pemimpin
yang dapat dipercaya juga berarti harus terus dan banyak belajar. Bacalah
buku-buku mengenai menjadi pemimpin yang efektif, ikutilah seminar-
seminar, dan ambil contoh-contoh dari teman-teman yang telah berhasil. Hal
ini bisa merupakan suatu pelajaran yang panjang, tetapi yang didapat akan
berlipat ganda, dan tidak ternilai harganya.
m) Memiliki Kecerdasan, kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengolah
informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Ini merupakan faktor penting dalam menuju keberhasilan.

8
4. Fungsi kepribadian dalam kepemimpinan
a. Fungsi Kepemimpinan
Seorang pemimpin harus melakukan berbagai fungsi kepemimpinan. Mampu
menentukan tujuan, menjelaskan, melaksanakan, memilih cara yang tepat,
memberikan serta merangsang para anggota untuk bekerja. Fungsi-fungsi
tersebut meliputi :
 Fungsi Instruktif
Fungsi pemimpin dalam menunjukkan kepemimpinannya agar semua anggota
kelompok yg dipimpinnya melakukan atau tidak melakukan sesuatu , yang
datang dari arah sang pemimpin, guna mencapai tujuan yg sudah ditetapkan
dan dikomunikasikan.
 Fungsi Konsultatif
Fungsi pimpinan dalam menunjukkan kepemimpinannya dengan memberikan
jawaban atau solusi atas kebutuhan yang dimintakan/ditanyakan/diajukan
bawahan kepadanya.
 Fungsi Partisipatif
Kemampuan pimpinan memberikan kesempatan kepada semua anggota
organisasi untuk mengambil peran dan memberikan kontribusi positip dalam
aktivitas organisasi. Fungsi ini ditandai dengan tumbuh suburnya sumbang
saran/suggestion dan inovasi.
 Fungsi Delegatif
Fungsi mendewasakan subordinates untuk berotonomi dalam melakukan
tugas-tugas tertentu yg telah ditetapkan dan biasanya merupakan hal
rutinitas
 Fungsi Supervisi dan Pengendalian
Fungsi kontrol pimpinan dalam mengevaluasi setiap tahap/tingkatan aktivitas
untuk mengendalikan agar semuanya tetap pada track yang tepat dan benar

Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kepemim-


pinan sebagai suatu proses dapat berlangsung di dalam dan di luar suatu organisasi.
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung di

9
lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk
mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis pula.
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena
dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam proses seperti itu kepemimpinan
akan berlangsung efektif, apabila fungsi-fungsi kepemimpinan diwujudkan sesuai
dengan type kepemimpinan yang mampu memberikan peluang bagi orang yang
dipimpin, untuk ikut berperan serta dalam menetapkan dan melaksanakan
keputusan-keputusan. Dengan demikian berarti setiap kreativitas dan inisiatif dalam
kepemimpinan yang efektif harus disalurkan dan dimanfaatkan.
Kepemimpinan merupakan masalah manusia, karena yang memimpin dan
yang dipimpin adalah manusia, yang memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan
tersebut tidak dapat dilampaui manusia, yang mengharuskan kepemimpinan
dilaksanakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan yang
dipimpin. Prosesnya dapat dimanifestasikan dalam kegiatan kaderisasi, yang dapat
menjadi sarana untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas kepemimpinan,
karena kepemimpinan tidak dapat dilaksanakan sekedar sebagai kegiatan rutin.
Kepemimpinan yang efektif seperti tersebut di atas, hanya terwujud jika
mampu menghormati hak-hak asasi manusia, meskipun akan selalu menghadapkan
kepemimpinan pada berbagai konflik. Untuk itu kepemimpinan yang efektif harus
mampu menyelesaikan setiap konflik, sebagai bagian dari prosesnya yang dinamis

Pada dasarnya terdapat beberapa teori kepemimpinan (leadership), antara lain ;


 a. Teori Kepemimpinan Menurut Teori Sifat
Menurut Rivai (2007 : 11) teori ini berusaha untuk mengidentifikasikan
karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan
kepemimpinan. Teori ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para
pemimpin. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan
pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dipunyai orang lain
seperti energi yang tiada habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan
masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasif yang tidak tertahankan. Teori

10
kepemimpinan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena
memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
Menurut Davis yang dikutip Thoha (2006 : 33-34), mengatakan ada empat
sifat utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan dalam suatu
Page organisasi, yaitu: kecerdasan, kedewasaan dan keluasan hubungan sosial,
motivasi diri dan dorongan berprestasi serta sikap-sikap hubungan kemanusiaan,
empat sifat tersebut adalah:
1. Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai tingkat lecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah
pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
2. Kedewasaan dan keluasaan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi
matang dan mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian
yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan
menghargai dan dihargai.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relative
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja
berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang
ekstrinsik.
4. Sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak
kepadanya. Walaupun sifat yang disampaikan peneliti merupakan sifat ideal
yang diinginkan dalam diri seorang pemimpin, kenyataannya tidak
seorangpun pemimpin memiliki seluruh sifat ideal secara sempurna. Hal ini
tampak terutama pada adanya perbedaan-perbedaan dalam sifat-sifat
kepemimpinan yang dimiliki setiap yang diteliti

b.Teori Kepemimpinan Menurut Teori Kelompok.


Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan yang
berakar pada psikologi sosial. Teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai
suatu dasar yang penting bagi pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini
beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuan, harus
11
terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-
pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses
pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep
sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan peranan. Penelitian
psikologi social dapat digunakan untuk mendukung konsep-konsep peranan dan
pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan. Suatu hasil penelitian ulang
yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan
membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap
sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja

c.Teori Kepemimpinan Menurut Teori Situasional.


Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa
pemimpin memahami perilaku, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan
pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia (Rivai,
2007, p. 14). Dua pengukuran yang digunakan untuk saling bergantian dan ada
hubungannya dengan gaya kepemimpinan tersebut dapat diterangkan (Thoha,
2006 : 36-37) sebagai berikut.
1. Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak (lenient) dihubungkan
pemimpin yang tidak melihat perbedaan yang besar di antara teman kerja
yang paling banyak dan paling sedikit disukai  atau memberikan suatu
gambaran yang relatif menyenangkan kepada teman kerja yang paling sedikit
disenangi.
2. Gaya yang berorientasi tugas atau “hard nosed” dihubungkan dengan
pemimpin yang melihat suatu perbedaan besar di antara teman kerja yang
paling banyak dan paling sedikit disenangi dan memberikan suatu gambaran
yang paling tidak menyenangkan pada teman kerja yang paling sedikit
diskusi.

Pengertian Kepemimpinan dari psikologi sosial merupakan sebuah deskripsi


tentang kegiatan seseorang yang dinilai sebagai pemimpin, dan pemimpin itu sendiri
mempunyai aspek-aspek, yaitu:
12
1. posisi sebagai pusat,
2. peranannya sebagai pemberi arah,
3. sebagai penggerak atau stimulus dari aktivitas atau kegiatan,
4. memberikan bentuk dalam kegiatan secara terarah dan jelas.
Pengertian tentang kepemimpinan lebih dititik beratkan pada segi fungsi dari
pada segi struktur. Berkaitan dengan hal tersebut,maka maka pengertian tentang
kepemimpinan ada beberapa makna, diantaranya:
1. Kepemimpinan merupakan ciri-ciri aktivitas yang dapat mempengaruhi
pengikutnya.
2. Kepemimpinan merupakan suatu instrument untuk dapat melancarkan suatu
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Steven R. Covey dalam The 8th Habit secara sederhana – pada
tingkatan yang paling mendasar dan praktis–kepemimpinan adalah
mengkomunikasikan kepada orang lain nilai dan potensi mereka secara amat jelas
sehingga mereka bisa melihat hal itu dalam diri mereka.
Aspek psikologis dalam kepemimpinan (Leadership) lebih mengarah pada
bagaimana seorang pemimpin mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga
apa yang dia inginkan (dalam konteks organisasi) diikuti, segala yang diperintahkan
dilakukan sebaik mungkin, dan apa-apa yang dia larang dipatuhi untuk dijauhi.
Keteladanan terwujud karena ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang jarang
(bahkan tidak) dimiliki oleh bawahannya. Dan tambahan lagi bahwa kelebihan
tersebut menduduki posisi dominan dalam kelompoknya.
Diantara kelebihan yang dapat mengantarkan seorang pemimpin menjadi
teladan bagi bawahannya adalah keunggulannya dalam hal integritas pribadi,
penguasaan IPTEK, aspiratif, apresiasif, cepat mengambil keputusan dan melakukan
tindakan, dan sejenisnya. Gambaran aspek psikologis demikian berlaku umum pada
organisasi yang solid.
Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai modal dasar sehingga mampu
melaksanakan fungsi-fungsi manajerial. Kaitannya dengan leadership, fungsi
manajerial yang terutama dan mendasar harus dimiliki oleh seorang pemimpin
adalah: Actuating, yaitu kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok pada suatu organisasi dalam upaya
13
memanfaatkan sumberdaya manusia, material, teknologi dan finansial untuk
mencapai tujuan secara efektif. Fungsi actuating ini menduduki posisi tertinggi
diantara fungsi-fungsi manajerial yang ada. Bila fungsi ini terabaikan, maka seorang
pemimpin tidak lebih berfungsi daripada “Boneka”, yang sepenuhnya dikendalikan
oleh bawahannya.
Empat peran kepemimpinan(empat karakteristik kepemimpinan pribadi)
1. Panutan (hati nurani): menjadi contoh yang baik.
2. Perintis (visi): Bersama-sama menentukan arah yang dituju.
3. Penyelaras (disiplin): Menyusun dan mengelola system agar tetap pada arah
yang telah ditetapkan.
4. Pemberdaya (gairah): memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode,
lalu menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta.

Model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Locke (1997;10) yang


idenya hampir selaras dengan kita-kiat untuk menjadi pemimpin yang berhasil,
seperti terlihat dalam gambar berikut ini:
Motif dan bakat PKK
Motif Pengetahuan
 
Tekad (prestasi, ambisi, energy, Keahlian teknologi
ketekunan, inisiatif) Pengetahuan tentang organisasi dan
Motivasi kepemimpinan (social VS industry yang diperoleh dari pengalaman
personal)
Keahlian
Bakat Keahlian hubungan antar manusia
Kejujuran/ integritas (mendengarkan, berkomunikasi lisan,
Rasa percaya diri membangun jaringan, manajemen konflik,
Termasuk stabilitas emosional penafsiran kemampuan orang lain)
Orisinalitas/ kreativitas Keahlian manajemen (memecahkan
Fleksibilitas/ adaptabilitas persoalan, membuat kepastian, penetapan
Karisma sasaran, perencanaan)

Kemampuan
Kemampuan kogniif/ intelegensia

14
Visi
Pernyataan visi
Merumuskan visi
Mendorong komitmen
Mengembangkan visi strategis

Penerapan visi
Memotivasi (otoritas, peran keteladanan, membangun rasa percaya diri,
mendelegikan, menetapkan sasaran, memberikan imbalan dan hukuman)
Mengelola informasi (menghimpun dan menyebarkan informasi)
Membangun tim
Mendorong perubahan, inovasi dan pengambilan risiko

Gambar Model Kepemimpinan Yang Berhasil

C.   Keterampilan Kepemimpinan
Davis, 1981 mengidentifikasi tiga keterampilan pemimpin yaitu:
1 Technical Skill; diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan menilai
pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. Contohnya pemimpin
pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun renstra, membuat silabus,
memahami PBM, menguasai teknik penilaian dan sebagainya.
2 Human Skill; kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerja sama
dengan orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang pemimpin
baik dalam situasi formal maupun informal. Untuk membangun relasi yang
lebih baik harus dikembangkan sikap respek dan saling menghargai satu
sama lain.
3 Conceptual Skill; pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang mampu
memberi solusi yang tepat yang timbul dari pemikirannya yang cerdas
tentang sutau persoalan.

15
D.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam
Manajemen Kepemimpinan
               Dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinan itu efektif bukan
hanya karena keberadaan pemimpinya itu sendiri tetapi ada faktor lain yang
turut menentukan. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H.
Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1.  Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal
ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.  Harapan dan perilaku atasan.
3.  Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa
gaya kepemimpinan.
4.  Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
5.  Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.  Harapan dan perilaku rekan.

Harapan
Kepribadian,
dan Tuntutan
pengalaman
perilaku tugas
masa lampau
atasan yang
dan harapan
diberikan

EFEKTIVITAS
PEMIMPIN

Kultur dan Harapan


kebijakan dan
organisasi perilaku
Karakteristik, rekan
harapan, dan
perilaku
bawahan

16
Gambar: faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan efektif

            
   Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menunjang
untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai
apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik
antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang
yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan
keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.  
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap
pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu
kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang
pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang
pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan
gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

E. PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN/


KEPERAWATAN
Menurut Kron (), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam pelayanan
kebidanan/keperawatan meliputi :
1.      Perencanaan dan pengorganisasian
2.      Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3.      Pemberian bimbingan
4.      Mendorong kerjasama dan partisipatif

17
5.      Kegiatan koordinasi
6.      Evaluasi hasil kerja

DAFTAR PUSTAKA
 
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
tahun 2010).
  
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber
Benih Kecerdasan, 2015).
 
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2017.
 
Engkoswara, Administrasi Pendidikan , (Bandung : Alfabeta, 2010).
 

18

Anda mungkin juga menyukai