PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.Hidup dalam kelompok tentulah
tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga.
Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia.Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi
disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir,
kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya
sendiri.Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik &
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Dari latar belakan masalah diatas saya tertarik untuk menciptakan sebuah rekayasa ide
bagaimana pemimpin dapat menjadi seorang pemimpina yang tidak cacad atau abnormal
dengan metode self leaderssip sejak dini,sehinnga diharapkan rekayasa ide ini dapat
diterapkan langsung dikehidupan sehari-hari sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dibawah ini adalah konsep dari selfleadership yang dapat diaplikasikan secara langsung :
Gaya kepemimpinan yang efektif terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1.Eksekutif.
Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan dan
hubungan kerja. Manajer seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau
menetapkan produktivitas yang tinggi.
2.Pencinta Pengembangan (Developer)
. Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja,
sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan adalah minim.
3.Otokratis yang baik.
Gaya kepemimpinan ini menekankan perhatian yang maksimum terhadap
pekerjaan (tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali, tetapi
tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannyaSedang Gaya-gaya kepemimpinan yang
perlu di hindari adalah : 1.Pencinta Kompromi (Compromiser). Gaya Kompromi ini
menitikberatkan perhatian kepada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang
kompromi2.Missionari Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan, dalam
arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja
tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.
4. Otokrat
Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan
sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.
4.Lari dari tugas (Deserter) Manajer yang memiliki gaya kepemipinan seperti ini sama
sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun hubung kerja.
3.3.Melatih Diri Sejak Dini Mampu Memimpin Dengan Metode Self Leadership
Sebutan pemimpin terlepas dari perbedaan definisi, perbedaan status formal
dan non-formal, perbedaan strata atau job title-nya, mengarah pada satu pemahaman
sebagai sumber solusi suatu urusan. Jadi pemimpin adalah orang yang isi pikirannya
berupa solusi bukan masalah yang ia rasakan. Maka syarat mutlak yang bersifat
fundamental adalah memiliki paket keahlian dan paket kekuatan. Paket keahlian
merujuk pada kualitas personal yang sifatnya internal mulai dari skill, knowledge,
attitude, atau lainnya sedangkan paket kekuatan merujuk pada power yang bisa
berbentuk kekayaan, networking, atau mungkin kekuatan fisik. Keahlian berguna
untuk memimpin kelompok ahli sementara kekuatan berguna untuk memimpin
khalayak umum. Kedua paket tersebut yang menjadikan pemimpin sebagai pemilik
suatu urusan bukan lagi menjadi bagiannya, mulai dari urusan pribadi, khalayak,
system, atau kiblat hidup orang banyak. Karena sebagai pemilik urusan, maka harga
seorang pemimpin senilai dengan harga jumlah orang – orang yang dipimpinnya. Satu
Mahatma Gandhi atau satu Soekarno nilainya sama dengan jutaan manusia yang
mengkuasakan urusan kehidupan kepadanya. Di dunia ini tidak ditemukan calon
pemimpin yang siap pakai. Tetapi bisa diselesaikan dengan cara belajar
mengembangkan diri. Pemimpin yang berhenti mengembangkan keahlian dan
kekuatannya maka akan muncul fenomena di mana tantangan kepemimpinan lebih
besar dari kapasitasnya sehingga akan cepat sampai pada titik di mana ia harus di-
disqualified-kan untuk segera diganti. Mengapa? Karena semua keputusan yang
dihasilkan dari kepemimpinannya ibarat bumbu ayam goreng yang hanya dipoleskan
pada permukaan sehingga rasanya tidak menyeluruh atau meresap hingga ke dalam
daging ayam tersebut. Setiap orang tua pernah menjadi anak-anak, setiap atasan
pernah menjadi bawahan tetapi tidak semua orang tua dan atasan mampu memimpin
ketika ia dinobatkan menjadi pemimpin. Banyak alasan mengapa hal itu terjadi yang
antara lain karena keputusan kepemimpinannya kehilangan konteks atau keahlian dan
kekuatan memimpin yang digunakan sudah tidak lagi berlaku pada zamannya alias
sudah kadaluwarsa. Ketika anda memimpin pahamilah isi pikiran anda ketika menjadi
bawahan; ketika anda menjadi atasan jangan lantas melupakan bagaimana anda
dahulu menjadi bawahan. Selain itu gunakan keahlian dan kekuatan yang masih
relevan untuk kondisi saat itu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun saran yang saya dapat berikan dalam pengplikasian rekayasa ide melatih jiwa
kepemimpinan dengan metode self leadership ini adalah pada bagian pendalaman aspek-
aspek yang berkaitan dengan bagaimana cara kita memimpin diri sendiri secara bertahap dan
selanjutnya bgaimana memimpin orang lain maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
DOSEN PENGAMPU:
Prof.Dr.Albinus Silalahi,MS
DISUSUN OLEH:
NIM : 4183131048