Abstract.
This study aims to examine empirically whether there is a negative correlation betweeen self
control and tendencies to juvenile delinquency behavior.The participants of this study were 265
teenagers within range 14-19 years old at SMK X Kediri. The scale which measure self control
variable consisted of 36 items and it was adapted from Self Control Scale by Tangney et.al (2004).
Juvenile delinquency intention scale consisted of 31 items compiled by the research. Data analysis
was done by using Product Moment correlation statistic, with the help of statistical program
SPSS version 16.0 for Windows.From the analysis of research data, can be obtained that
correlation between self control and to juvenile delinquency intention behavior was -0,318 with a
p of 0,000. This indicated that there was a significant correlation between self control and to
juvenile delinquency intention behavior.
Korespondensi: Iga Serpianing Aroma , Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: iga.aroma@yahoo.com
Hubungan antara Tingkat Kontrol Diri dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja
Hubungan antara Tingkat Kontrol Diri dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja
d a n p e n g awa s a n , s e r t a o ra n g t u a ya n g
menerapkan pola disiplin secara tidak efektif akan
tumbuh menjadi individu dengan kontrol diri
lemah dan memiliki kecenderungan untuk
terlibat dalamperilaku kenakalan remaja. Pola
pengasuhan seperti diatas biasanya nampak pada
keluarga dengan orangtua tunggal, orangtua yang
terlalu sibuk bekerja atau broken home.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 91%
subjek orangtua kandungnya masih dalam status
pernikahan, sehingga kenakalan remaja akibat
broken home bukan menjadi faktor utama
penyebab kenakalan remaja. Karena jumlah
subjek yang banyak dan keterbatasan penelitian,
faktor keluarga hanya dapat digambarkan sebatas
status pernikahan orangtua kandung.
Faktor eksternal penyebab kenakalan remaja
lainnya ialah status ekonomi keluarga. Kartono
(2010) menyebutkan bahwa masyarakat kelas
ekonomi rendah memiliki kecenderungan lebih
besar untuk melakukan tindak kriminal
dibandingkan dengan masyarakat kelas ekonomi
menengah keatas. Norma yang berlaku diantara
geng di kelas sosial rendah biasanya antisosial dan
berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat
luas (Santrock, 1996). Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa 69% subjek
memiliki orangtua yang berpenghasilan dibawah
Rp.1.000.000,-perbulannya. Nominal ini
tergolong kecil karena berada dibawah upah
minimum regional (UMR). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku
kenakalan remaja yang terjadi pada subjek SMK X
dapat dipengaruhi oleh status ekonomi rendah,
sesuai dengan Kartono (2010).
Berdasarkan pembahasan faktor eksternal
diatas, diketahui bahwa faktor pembentukan
kontrol diri pada remaja tidak lepas dari faktor
keluarga, yaitu pengaruh orangtua dan kondisi
sosial ekonomi. Faktor ekonomi subjek yang
mayoritas rendah dapat dikatakan sebagai salah
satu penyebab perilaku kenakalan remaja. Pada
penelitian ini, korelasi antara kontrol diri dengan
kecenderungan perilaku kenakalan remaja dapat
dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi
orangtua.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah
dilakukan dalam penelitian ini, penulis menarik
simpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara
tingkat kontrol diri dengan kecenderungan
perilaku kenakalan remaja. Semakin tinggi tingkat
kontrol diri maka semakin rendah pula
kecenderungan perilaku kenakalan remaja.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kontrol diri
subjek di SMK X, maka semakin tinggi
kecenderungan perilaku kenakalan remajanya.
perilaku kenakalan remaja.
Hubungan antara Tingkat Kontrol Diri dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja
PUSTAKA ACUAN
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim
Chapple.L.C., (2005). Self-control, Peer Relations, and Delinquency. Justice Quarterly. 22 (1), 89-96
Denson, T.F., DeWall, C.N., & Finkel, E.J. (2012). Self-control and Aggresion. Journals of Psychological
Science, 21 (1), 20-25
Gottfredson, M. R. & Hirschi, T. (1990). A General Theory of A Crime. Stanford: Stanford University Press
Gunarsa, S.D. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. Gunung Mulia.
Jumlah Anak dan Remaja Pelaku Kriminal Meningkat (2009, 22 November). Diakses pada tanggal 17 April
2011 dari http://www.nusantaraku.org/forum/archive/index.php/t-16476.html
Kartono, K. (2010). Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja.Jakarta: Rajawali Pers
Logue, A.W., & Forzano, L.B. (1995). Self Control and Impulsiveness in Children and Adults of Food
Preferences. Journal of The experimental Analysis of Behavior, 64 (1), 33-46
Monks, F., Knoers, A., & Hadito, S. R. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pallant, J. (2011). SPSS Survival Manual (4th Ed). Sydney : Midland Typesetter.
Pengguna Narkoba Belia Meningkat (2011, 29 Desember). Diakses pada tanggal 20 April 2012 dari
http://www.surya.co.id/2011/12/29/pengguna-narkoba-belia-meningkat
Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Schuster, C.S. and Ashburn S.S. (1980). The Process of Human Development : A Holistic Approach. Boston
Soerjono S., (1998). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Tangney, J.P., Baumiester, R.F., & Boone, A.L.(2004). High Self Control Predicts Good Adjusment, Less
Pathology, Better Grades, and Interpersonal Succes. Journal of Personality.72 (2). 271-322