Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik namun tetap sangat
menarik untuk dibahas dan dikupas karena sangat menentukan berlangsungnya suatu
organisasi. Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah
kepemimpinan masih tetap menarik untuk diungkap karena tiada habisnya untuk
dibahas sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada saat sekarang ini sedang
ramai persoalan menentukan pemimpin. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan dalam pengembangan dan kemamajuan dari sebuah
organisasi. Dengan adanya kepimimpinan yang cakap akan berdampak bagi
kemajuan organsasi. Sebab pemimpin yang cakap sangat diperlukan untuk
menentukan visi dan tujuan organisasi, mengalokasikan dan memotivasi sumber daya
agar lebih kompeten, mengkoordinasikan perubahan, serta membangun
pemberdayaan yang intens dengan pengikutnya untuk menetapkan arah yang benar
atau yang paling baik bagi organisasinya.
Persoalan pemimpin di sebuah lembaga organisasi seperti lembaga pendidikan
adalah persoalan yang kompleks dan unik. Untuk membantu organisiasi dapat
berjalan sesuai arah tujuannya, diperlukan esensi pemikiran yang teoretis, seperti
pemimpin harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk
menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil. Oleh sebab itu dikatakan
keberhasilan pendidikan juga sangat ditentukan oleh keberhasilan pemimpin
pendidikan dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di lembaganya.
Seperti contoh, kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan
tugas kepala sekolah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan
efisien.
Kemudian dalam kaitannya dengan kepemimpinan transformatif, bahwa seorang
pemimpin transformasional harus selalu menunjukkan sikap komitmen dan
pengabdiannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpim agar
dapat memberikan perubahan yang lebih baik terhadap suatu lembaga pendidikan
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada sehingga dapat tercapai tujuan
yang diinginkan. Seorang pemimpin harus mampu memberikan pencerahan, motivasi,
semangat kerja pada bawahan agar tercapai perubahan yang lebih baik.
Kepemimpinan transformasional di lingkungan lembaga pendidikan harus
memberikan spirit dan mendorong terwujudnya kelembagaan yang berkualitas dan
bermutu. Maju tidaknya lembaga pendidikan pada dasarnya tergantung kepada pola
kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin, karena masing-masing pemimpin
memiliki karakter yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, pemimpin transpormasional
setidaknya harus mampu memberdayaan dan mendorong bawahan untuk melakukan
tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam suatu organisasi
kelembagaan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat kepemimpinan transformatif?
2. Bagaimana implementasi kepemimpinan transformatif dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kepemimpinan Transformatif


Hakikat memiliki pengertian “makna yang sebenarnya” atau “makna yang paling
dasar dari sesuatu”.1 Sementara Kepemimpinan berasal dari kata "pimpin" yang
berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang
baik atau benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. 2
Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses
menggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan bimbingan, menunjukkan jalan,
memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain.
Adapun beberapa definisi mengenai kepemimpinan menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Stogdill kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok yang terorganisir dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan
kelompok.
2. Menurut Drs. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa kepemimpinan adalah
tindakan/perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik
orang seorang maupun kelompok maju ke arah tujuan-tujuan tertentu.
3. Menurut George R. Terry mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4. Menurut Koontz & O’donnel mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-
sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

1
Bambang Wiyono, “Hakikat Kepemimpinan Transformasional” (n.d.).
2
Junaidah Fakultas Tarbiyah et al., “Kepemimpinan Transformasional Dalam Pendidikan” (n.d.): 100–
118.
5. Menurut Wexley & Yuki, kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang
lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah
tingkah laku mereka.
6. Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-
kegiatan kelompok yang diorganisis menuju kepada penentuan dan pencapaian
tujuan.
7. Menurut Sondang P. Siagian, kepemimpinan merupakan motor atau daya
penggerak dari pada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu
organisasi
8. Menurut Mardjin Syam kepemimpinan sebagai keseluruhan tindakan guna
mempengaruhi serta mengingatkan orang, dalam usaha bersama untuk mencapai
tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa
kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah dari pada pekerjaan
orang lain yang terorganisir dalam organisasi guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.3
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka kepemimpinan secara umum
didefinisiksn sebagai kemampuan dalam kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan,
mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh tersebut dan selanjutnya dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-
kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian
tujuan. Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan-keputusan. Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok
yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasaian yang relevan dengan
kegiatan-kegiatan kelompok. Kepemimpinan adalah kemampuan seni mempengaruhi
tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing beberapa orang untuk
mengkordinasikan dan mengarahkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk dapat
3
Ibid.
menggerakkan beberapa orang pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki
kelebihan dibandingkan orang yang dipimpinnya misalnya kelebihan dalam
menggunakan pikirannya, rohaniah, dan badaniah. Agar dapat menggunakan
kelebihanya tersebut, seorang pemimpin suatu organisasi difasilitasi dengan apa yang
disebut dengan tugas dan wewenang. Wewenang seorang pemimpin adalah hak untuk
menggerakkan orang atau bawahannya supaya suka mengikutinya atau menjalankan
tugas yang diperintah kepadanya. Kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama
yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efektivitas kerja dalam organisasi
perusahaan. Apabila pemimpin tidak dapat menjalankan dan mengkoordinir semua
sumber daya yang ada di perusahaan maka akan menimbulkan masalah besar, karena
dapat mengakibatkan sasaran yang telah ada ditetapkan perusahaan sulit untuk
dicapai.
Adapun Istilah Transformatif barasal dari kata transformare dalam bahas latin,
berarti "mengubah sifat, fungsi, atau kondisi, untuk mengkonversi." Dan konsep
transformasi dapat diterapkan untuk berbagai entitas: hubungan, individu, kelompok,
tim, komunitas, atau politik sistem. Sedangkan Istilah lain, transformatif berasal dari
kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu
menjadi bentuk lain yang berbeda, misalkan mentranformasikan visi menjadi realita,
atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi actual. 4 Transformasional
mengandung makna sifat-sifat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain,
misalnya mengubah energy potensial menjadi energy actual atau motif berprestasi
menjadi prestasi riil.5
Pemimpin transformasional dapat dilihat dari cara pemimpin mengidentifikasikan
dirinya sebagai agen perubahan, mendorong keberanian dan pengambilan resiko,
percaya pada orang-orang, sebagai pembelajar seumur hidup, memiliki kemampuan
untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian, juga seorang
4
“MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF (KAJIAN KEPEMIMPINAN
TRANSFORMATIF DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM) M. Yusuf Aminuddin 1” 7, no.
September (2017).
5
Wiyono, “Hakikat Kepemimpinan Transformasional.”
pemimpin yang visioner.6 Kepemimpinan transformasional tidak saja didasarkan
pada kebutuhan akan penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran para
pemimpin untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan
manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan
organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh. Dengan demikian, bahwa
kepemimpinan tranformasional di titik beratkan pada kepentingan bawahan. Sehingga
dengan kepemimpinan tranformasional bawahan merasakan kepercayaan,
kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin dan mereka termotivasi
untuk melakukan lebih daripada yang diharapkan dari mereka.
Esensi kepemimpinan transformasional adalah sharing of power dengan
melibatkan bawahan secara bersama-sama untuk melakukan perubahan. Dalam
meumuskan perubahan biasanya digunakan pendekatan transformasional yang
manusiawi, dimana lingkungan kerja yang partisipatif dengan model manajemen
yang kolegial yang penuh keterbukan dan keputusan diambil bersama. Pemimpin
transformasional terfokus pada kinerja anggota kelompok, tapi juga ingin setiap orang
untuk memenuhi potensinya. Pemimpin transformasional biasanya memiliki etika
yang tinggi dan standart moral. Tingkat sejauhmana seorang pemimpin disebut
transformasional terutama diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin
tersebut terhadap para pengikut. Para pengikut seorang pemimpin transformasional
merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat kepada pemimpin
tersebut, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya
diharapkan terhadap mereka.
Kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses di mana para
pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang
lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran para
pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti
kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi seperti

6
“MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF (KAJIAN KEPEMIMPINAN
TRANSFORMATIF DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM) M. Yusuf Aminuddin 1.”
keserakahan, kecemburuan atau kebencian. Kepemimpinan transformasional
berkaitan dengan nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran (perubahan), seperti
kejujuran, keadilan dan tanggung jawab, yang justru nilai seperti ini hal yang sulit
ditemui di Indonesia.
Dengan demikian, bahwa hakikat kepemimpinan transformatif adalah
kemampuan seseorang dalam mentransformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang
telah ditentukan. Sumber daya dimaksud biasanya berupa sumber daya manusia
(SDM), fasilitas, dana, dan faktor eksternal organisasi. Di lembaga pendidikan Islam
(madrasah) SDM yang dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli,
guru, kepala madrasah dan siswa.

B. Implementasi Kepemimpinan Transformatif dalam Pendidikan


Dalam organisasi manapun termasuk lembaga pendidikan, pemimpin
memegang peranan yang sangat strategis. Berhasil tidaknya suatu lembaga
pendidikan sangat ditentukan kualitas pemimpinnya. Pada konteks lembaga
pendidikan kita yang sangat paternalistik, dimana para staf atau bawahan bekerja
selalu tergantung pimpinan. Apabila pemimpin pada lembaga pendidikan tidak
memiliki kemampuan manajerial yang baik maka kinerja lembaga pendidikan pun
cenderung menjadi tidak balik.
Tinggi rendahnya kinerja organisasi dalam hal ini lembaga pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam lingkungan tempat bekerja. Oleh karena itu
pemimpin harus dapat menciptakan suasana yang harmonis, yang dapat mendorong
dan menimbulkan motivasi kerja. Kepemimpinan Transformasional tidak dapat
dilepaskan dengan kinerja seorang pemimpin pada saat seseorang memimpin sebuah
organisasi, pemimpin transformasional dapat mengubah sebuah organisasi atau
institusi ke arah bentuk yang baru, berbeda dan pastinya lebih baik dengan kondisi
organisasi sebelumnya. Untuk mengubah kondisi organisasi seorang pemimpin
transformasional harus mulai dengan membangun bahan dasar organisasi para
individu, dengan cara:
1. Perhatian, para pemimpin transformasional harus mengkaji setiap individu yang
berjasa dalam organisasi dan menemukan bagaimana memotivasi mereka melalui
pintu kepentingan pribadi mereka.
2. Melihat melampaui saya, berkomunikasi dengan karyawan apa pengaruh
pekerjaan mereka terhadap seluruh organisasi.
3. Memotivasi kelompok, pemimpin tranformasional menyampaikan pada kelompok
mengenai visi organisasi dan mengapa perlu perubahan. Untuk memotivasi ini
pemimpin dapat menggunakan motivator: penghargaan, kegentingan dan
kegairahan.
4. elain bahan dasar tersebut di atas ada beberapa prinsip kepemimpinan
transformasional itu bersinergi satu dengan lain secara utuh, dapat digambarkan
sebagai berikut28 :
1. Simplikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang
akan menjadi cermin dan tujuan bersama.
2. Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang
terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita
lakukan.
3. Fasilitasi dalam artian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi
pembelajaran yang terjadi didalam organisasi secara kelembagaan, kelompok
ataupun individual.
4. Inovasi yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan
suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan
perubahan yang terjadi.
5. Mobilitas yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan
tujuan.
6. Siap siaga yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar diri tentang mereka sendiri
dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
7. Tekad yaitu tekad bulad untuk sampai pada akhir, tekad bulad untuk
menyeleseikan sesuatu dengan baik dan tuntas.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut kepemimpinan transformasional sangat


relevan diterapkan dalam lembaga pendidikan atau sekolah, karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Pemimpin mampu mengembangkan nilai-nilai organisasi yang meliputi kerja
keras, menghargai waktu, semangat, dan motivasi tinggi untuk berpertasi,disiplin,
dan sadar akan tanggung jawab.
2. Pemimpin mampu menyadarkan anggota akan rasa memiliki dan tanggung jawab
(sense of belonging and sense responsibility)
1. Pemimpin dalam proses pengambilan keputusan selalu menggunakan kemampuan
intelektualnya secara cerdas
2. Pemimpin selalu memperjuangkan nasib staf dan anggotanya dan peduli akan
kebutuhan-kebutuhannya
3. Pemimpin berani melakukan perubahan menuju tingkat produktivitas organisasi
yang lebih tinggi
4. Pemimpin mampu membangkitkan motivasi dan semanagat anggota untuk
mencapai produktivitas yang lebih tinggi
5. Pemimpin mampu menciptakan budaya organisasi yang positif

Dalam konteks ini, implementasi kepemimpinan di lembaga pendidikan tidak


semata-mata didasarkan pada teori-teori yang dimiliki oleh seorang pemimpin, akan
tetapi ada seni tersendiri yang harus dikembangkan oleh seorang pemimpin agar
dapat membawa anggota atau orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai visi
dan misi organisasi sekolah. Sebagaimana dikatakan oleh Moeljono bahwa dalam
rangka pemahaman dan kepraktisan, pada akhirnya kepemimpinan adalah sebuah seni
daripada ilmu. Oleh karena itu, kepiawaian dan kapabilitas serta fleksibilitas seorang
pemimpin sangat dibutuhkan, agar muncul seni kepemimpinan tersendiri yang luwes
dan relevan untuk diterapkan pada organisasi yang dipimpinnya.29
Di bawah ini penulis gambarkan pola kepemimpinan transformatif agar berjalan
efektif, sebagai berikut:
Menurut pendapat Cambell yang dikutip oleh Richard M. Steers dalam bukunya
“Efektivitas Organisasi” menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu:
30
Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi
Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan
Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam
hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik
Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya
untuk menghasilkan prestasi tersebut
Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya
dan kewajiban dipenuhi
Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan
masa lalunya
Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu
Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian
waktu
Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan,
yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki
Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk
mencapai tujuan
Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama
lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan
Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah
prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap
rangsangan lingkungan.
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran
efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan
yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi,
program atau kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Sehingga
seorang pemimpin lembaga pendidikan dikatakan menerapkan kaidah kepemimpinan
transformasional apabila dia mampu mentransformasikan atau mengubah sesuatu
menjadi sesuatu yang lain atau berbeda untuk mencapai tujuan. “Misalnya:
mentransformasikan visi menjadi realita, potensi menjadi aktual, dan sebagainya.”
Perubahan yang dilakukan oleh pimpinan bisa berupa kemampuan untuk mengubah
… “energy sumber daya, baik manusia, instrument, maupun situasi, untuk mencapai
tujuan reformasi lembaga Pendidikan. Seorang pimpinan yang menerapkan
kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mempunyai wawasan yang
luas dan berpikir jauh ke depan. Dia akan berusaha untuk melakukan suatu perbaikan
terhadap lembaga Pendidikan yang dikelolanya dengan tidak hanya bernuansa untuk
saat ini saja, akan tetapi sampai masa yang akan datang. Oleh karena itu, diharapkan
dalam suatu lembaga pendidikan misalnya seorang kepala sekolah dapat
mengimplementasikan model kepemimpinan transformasional dalam mengelola
lembaga sekolah yang dipimpinnya agar dapat melakukan perubahan. Ada beberapa
pedoman tentatif yang merupakan langkah-langkah kerja yang perlu
diimplementasikan oleh para pemimpin yang berusaha untuk menginspirasikan dan
memotivasi pengikut atau bawahannya. Pedoman untuk kepemimpinan
transformasional adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan visi yang jelas dan menarik. Para pemimpin transformasional harus
memperkuat visi yang ada atau membangun komitmen terhadap sebuah visi baru.
2. Menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat dicapai. Para pemimpin
transformasional tidak cukup hanya menyampaikan sebuah visi yang menarik,
akan tetapi harus mampu meyakinkan kepada bawahannya bahwa visi itu
memungkinkan dan membuat hubungan yang jelas dengan strategi yang dapat
dipercaya untuk
3.
mencapainya.
3. Bertindak secara rahasia dan optimistis. Para bawahan akan meyakini sebuah visi
apabila pemimpinnya memperlihatkan keyakinan diri dan pendirian serta optimis
bahwa kelompok itu akan berhasil dalam mencapai visinya
4. Memperlihatkan keyakinan terhadap pengikut. Pemimpin harus memberikan
motivasi dan keyakinan kepada bawahan bahwa mereka dapat mencapai visi yang
telah ditetapkan, sehingga bawahan sadar dan yakin bahwa mereka dapat memperoleh
keberhasilan untuk melakukan sesuatu yang sama sebagaimana dilakukan oleh para
pendahulu mereka, bahkan bisa lebih baik
5. Menggunakan tindakan dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai nilai
penting. Tindakan dramatis dan simbolis terkadang sangat diperlukan untuk
menekankan nilai-nilai penting kepada bawahan, sehingga bawahan mempunyai
kesan yang mendalam terhadap tindakan tersebut, yang pada akhirnya mereka akan
memahami, mengikuti, dan mengerjakan apa yang menjadi konsep dan idealisme
pemimpin.
6. Memimpin dengan memberikan contoh. Begitu pentingnya seorang pemimpin
menjadi model atau contoh bagi bawahannya manakala pemimpin tersebut
mengharapkan agar bawahannya melakukan apa yang menjadi konsep dan
harapannya. Sebuah peribahasa mengatakan bahwa “tindakan berbicara lebih keras
daripada perkataan“. Perilaku sehari-hari seorang pemimpin selalu disorot oleh
bawahannya dan cenderung untuk ditiru atau dijadikan barometer. Oleh karena itu,
pembelajaran yang efektif bagi bawahan agar segera dapat mencontoh dan melakukan
visi dan misi pimpinan adalah dengan melihat dan mencontoh perilaku sehari-hari
pemimpinnya.
7. Memberikan kewenangan kepada orang-orang untuk mencapai visi itu.
Memberikan kewenangan berarti mendelegasikan
kewenangan dan memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk melakukan suatu
tindakan dalam rangka mencapai visi organisasi, mulai dari tahap perencanaan
sampai pengambilan keputusan dan solusi terhadap suatu permasalahan. Dengan
demikian, seorang bawahan akan mampu mengembangkan dirinya dan menentukan
strategi-strategi tertentu untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, meskipun strategi
tersebut tidak harus sama dengan strategi yang mungkin diterapkan oleh seorang
pimpinan. Yang penting, bahwa apa yang dilakukan oleh bawahan tersebut semuanya
masih dibawah koridor untuk kepentingan organisasi atau lembaga yang
dipimpinnya, bukan untuk kepentingan pribadi bawahan tersebut.

Ketujuh poin pedoman yang sekaligus menjadi langkah-langkah strategis


implementasi kepemimpinan transformasional tersebut sekiranya diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari oleh seorang kepala sekolah dalam memimpin dan
mengelola lembaga pendidikan yang diampunya, maka dimungkinkan akan
mendorong peningkatan produktivitas dan efektifitas secara optimal. Mengingat
ketujuh pedoman kepemimpinan transformasional tersebut bersumber dari teori dan
temuan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai