Anda di halaman 1dari 6

D.

Kepemimpinan Perempuan dalam Islam dengan Pendekatan Asbab Al Wurud

Kepemimpinan perempuan merupakan hal yang paling banyak diperbincangkan di berbagai


negara, tidak terkecuali di negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Dalam kehidupan sehari-
hari sudah banyak perempuan yang menduduki berbagai jabatan tertentu, baik di komunitas,
pemerintahan, organisasi kecil hingga skala nasional. Namun demikian pembahasan mengenai
kepemimpinan perempuan tidak sesederhana itu karena meskipun dalam kerangka demokrasi
seorang perempuan dapat diangkat menjadi pemimpin untuk menduduki jabatan pemerintahan
atau kedinasan, komunitas agama, sampai organisasi masyarakat namun nyatanya dalam
mengupayakan itu banyak sekali hambatan structural bahkan teologis yang menyulitkan
perempuan menjadi pemimpin. Banyak yang memposisikan perempuan sebagai kelas kedua
setelah laki-laki. Pemposisian ini tidak lepas dari dalil-dalil yang bersumber dari penafsiran Al
Quran dan hadis. Padahal dalam Islam kepemimpinan merupakan amanah yang melekat pada
diri setiap muslim sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW: “setiap kalian adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban dari kepemimpinannya itu”.1 Hal ini merupakan
justifikasi atas adanya amanah itu pada setiap muslim tanpa terkecuali.
Ini menjadi fenomena yang sangat menarik untuk dibahas karena masih menjadi kontroversi,
sebagian ulama melarang perempuan menjadi pemimpin. Namun di lain pihak, ada ulama
lainnya yang membolehkan perempuan menjadi pemimpin. Pembolehan dan larangan tersebut
didasarkan pada penafsiran Al Quran maupun Hadis. Salah satu hadis yang menjadi dasar
pembolehan maupun larangan tersebut adalah hadis tentang kepemimpinan perempuan yang
diriwayatkan oleh beberapa periwayat hadis, diantaranya; Imam al-Bukhari, Turmudzi, an-
Nasa’i dan Imam Ahmad bin Hanbal yang menyatakan bahwa tidak beruntung suatu kaum yang
menyerahkan urusannya kepada seorang wanita. Para ulama yang membolehkan perempuan
menjadi seorang pemimpin melihat latar belakang kejadian dari hadis ini, karena Nabi SAW
telah bersabda bahwa hadis-hadisnya memiliki latar belakang kejadian, atau disebut dengan
asbāb al-wurủd.2 Para ulama tersebut tidak hanya melihat hadis secara tekstual namun
meninjaunya juga dari segi historitas teks, sosio kultural dan lain sebagainya.

1
Haris Hidayatullah, “Tinjauan Hadis tentang Kepemimpinan Perempuan”, Ngabari Jurnal Studi Islam
dan social 13, no.1 (2020): 13-39
2
Ummi Kalsum Hasibuan dan Hafizullah, “Hadis tentang Perempuan Menjadi Pemimpin: Menelisik antara
Pemahaman Tekstual dan Konteksual Perspektif M. Syuhudi Ismail, Khasanah Theologia 3, no. 2 (2021): 81- 92
Hadits yang membicarakan tentang kepemimpinan perempuan terdapat di dalam kitab-kitab
hadits diantaranya yaitu:3
Hadits pertama diriwayatkan oleh Bukhari:

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Haitsam telah menceritakan kepada kami Auf
dari al Hasan dari Abu Bakrah dia berkata, Allah telah memberi manfaat kepadaku dengan sebab
satu kalimat yang aku dengar dari Rasulullah Saw. Pada hari- hari (perang) Jamal setelah aku
hampir-hampir bergabung dengan mereka yang turut dalam perang Jamal, dan berperang
bersama mereka. Dia berkata, ketika sampai berita kepada Rasulullah Saw bahwa penduduk
Persia telah mengangkat putri Kisra sebagai pemimpin (raja) mereka, maka belia bersabda, tidak
akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita.

Hadits kedua riwayat An-Nasai:

Dari Muhammad bin Mutsanna dari Khalid bin Harits dari Humaid dari Hasan dari Abi
Bakrah berkata: Allah menjagaku dengan sesuatu yang kudengar dari Rasulullah SAW ketika
kehancuran Kisra, beliau bersabda: Siapa yang menggantikannya, Mereka menjawab: Anak
perempuannya. Nabi SAW bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan
urusannnya kepada seorang wanita.

Hadits ketiga riwayat At-Turmudzi:

3
Haris Hidayatullah
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Musanna: telah menceritakan kepada kami
Khalid bin Kharits, telah menceritakan kepada kami Humaid at-Thawail dari Hasan dari Abi
Bakrah berkata: Allah menjagaku dengan sesuatu yang kudengar dari Rasulullah Saw. Ketika
kehancuran Kisra, beliau bersabda: Siapa yang menggantikannya, mereka menjawab: Anak
perempuannya. Nabi Saw. bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan
urusannnya kepada seorang wanita.

Hadits keempat riwayat Ahmad Ibn Hambal:

Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Uyainah telah menceritakan kepada saya dari
Abu Bakrah dari Nabi Muhammad Saw. bersabda tidak akan beruntung suatu kaum yang
menyerahkan urusannnya kepada seorang wanita.

Secara umum apabila ditinjau dari aspek kualitas hadis riwayat al-Bukhari, al-Turmuzi, dan
al-Nasa’i dan Imam Ahmad tentang wanita menjadi pemimpin kualitasnya adalah shahîh li
dzâtihi. Sanadnya memenuhi kaidah keshahihan sanad hadis, yaitu sanadnya bersambung,
periwayatnya bersifat tsiqah, dan terhindar dari syudzûdz dan ‘illah. Matannya juga memenuhi
kaidah keshahihan matan hadis, yakni terhindar dari syudzûdz dan ‘illah. 4 Banyak yang
menjadikan hadis ini sebagai dalil tidak dibenarkannya perempuan menjadi pemimpin bagi laki-
laki. Redaksinya berbentuk khabar atau berita, tetapi maknanya adalah larangan. Artinya Rasul
melarang perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki. Dalam hadis ini Rasulullah secara
eksplisit menafikan kemenangan dan keberuntungan bagi kaum yang menyerahkan
kepemimpinan kepada perempuan. Artinya, keberuntungan tidak menyentuh mereka, hanya
kemerosotan dan kelemahanlah yang akan ditemui apabila menyerahkan kepemimpinan mereka

4
Ummi Kalsum Hasibuan dan Hafizullah.
kepada perempuan. Di dalam hadis ini memang tidak menggunakan kalimat larangan. Tetapi
menggunakan kalimat pengingkaran atau peniadaan keuntungan atau keselamatan bagi suatu
kaum yang menjadikan perempuan sebagai pemimpinnya.
Namun jika ditinjau dari segi asbabul wurud atau sebab turunnya hadis ini berkaitan dengan
suatu kejadian ketika Rasulullah SAW mengutus ‘Abdullah bin Hudzafah as-Sami untuk
mengirimkan surat kepada pembesar Bahrain. Setelah itu pembesar Bahrain menyampaikan surat
tersebut kepada Kisra. Setelah membaca surat dari Rasulullah SAW, ia menolak dan bahkan
menyobek-nyobek surat Rasul. Lalu peristiwa ini didengar oleh Rasulullah SAW, kemudiam
beliau bersabda: “siapa saja yang telah merobek-robek surat saya, dirobek-robek (diri dan
kerajaan) orang itu”.5 Kemudian ketika Rasulullah mendapat sebuah kabar akan kejatuhan Kisra
raja Persia, lalu beliau menanyakan siapa yang menggantikannya dan dijawablah anak
perempuannya maka Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang
diperintah perempuan”.6 Kisra mempunyai nama lengkap Kisra bin Abrawaiz bin Hurmuz, raja
Persia. Beliau mempunyai seorang anak laki-laki bernama Syairawaihi. Lalu Syairawaihi
memiliki anak perempuan bernama Buwaran. Sebab diangkatnya Buwaran sebagai raja adalah
ketika terjadi pemberontakan terhadap Kisra yang dipimpin oleh putranya sendiri (Syairawaihi)
sampai ia bangkit untuk melawan ayahnya dan membunuhnya, serta merebut kekuasaannya.
Kemudian Syairawaihi pun meninggal dunia, sehingga tidak ada seorang pun saudara laki-
lakinya yang menggantikan kedudukannya sebagai raja, karena ia telah membunuh seluruh
saudara laki-lakinya tersebut yang dilandaskan pada ketamakan untuk menguasai tahta kerajaan
Persia. Oleh sebab itu tidak ada lah seorang laki-laki yang menjadi pewaris kerajaan serta
mereka juga tidak menginginkan kekuasaan kerajaan jatuh kepada pihak lainnya. Maka dari
itulah mereka mengangkat seorang wanita bernama Buwaran, yang merupakan anak dari
Syairawaihi dan cucu dari Kisra.7
Berdasarkan asbabul wurud hadis tersebut menurut beberapa ulama sangat kasuistik dan
kondisional karena objek pembicaraan Rasulullah SAW bukanlah kepada seluruh perempuan
melainkan tertuju kepada putri Syairawaihi yang kredibilitas kepemimpinannya sangat
diragukan. Selain itu tradisinya yang berlangsung di Persia sebelum itu, yang diangkat sebagai
kepala negara adalah seorang laki-laki terjadi pada tahun 9 H, lalu hal itu menyalahi tradisi

5
Ummi Kalsum Hasibuan dan Hafizullah.
6
Ummi Kalsum Hasibuan dan Hafizullah.
7
Ummi Kalsum Hasibuan dan Hafizullah.
tersebut. sehingga yang menjadi kepala negara bukanlah seorang laki-laki melainkan sseorang
wanita, adalah Buwaran. Ia diangkat sebagai ratu di Persia setelah terjadinya pembunuhan-
pembunuhan dalam rangka suksesi kepala negara. Kemudian pada saat itu derajat kaum wanita
dalam masyarakat tersebut berada di bawah derajatnya kaum laki-laki. Sehingga wanita sama
sekali tidak dipercaya dalam ikut serta mengurus kepentingan masyarakat umum, lebihnya lagi
dalam urusan kenegaraan. Dalam hal tersebut hanya laki-laki yang dianggap mampu mengurus
kepentingan masyarakat dan negara. Hal demikian tidak terjadi semata di Persia saja, melainkan
juga di Jazirah Arab. Islam muncul dalam rangka mengubah nasib kaum wanita dengan memberi
berbagai hak, kehormatan dan kewajiban terhadap Islam sesuai dengan martabat dan harkat
mereka sebagai makhluk yang bertanggung jawab di hadapan Allah, baik itu terhadap diri
sendiri, keluarga, masyarakat maupun negara. Dalam kondisi kerajaan Persia dan masyarakatnya
pada saat itu, maka Rasulullah SAW menyatakan bahwa bangsa yang menyerahkan urusan-
urusan mereka kepada wanita tidak akan sukses, apabila yang memimpin itu adalah makhluk
yang sama sekali tidak dihargai oleh masyarakat yang dipimpinnya karena sebagai syarat yang
harus dimiliki sebagai seorang pemimpin adalah kewibawaan. Namun pada saat itu wanita masih
belum mempunyai kewibawaan sama sekali untuk menjadi pemimpin masyarakat. Sebagian
ulama kontemporer meninjau bahwa kasus hadis tersebut bersifat khusus, hanya dalam konteks
cerita raja Kisra.8 Dengan demikian di lain masa perempuan tetap bisa menjadi pemimpin dengan
syarat ia mampu dan memiliki kecakapan.
Kepemimpinan seorang perempuan dibolehkan. Dibolehkan bagi perempuan yang
mempunyai kekuatan (kelebihan tersendiri) yang ahli dibidangnya. Sama saja dengan seorang
laki-laki. Kepemimpinan yang diemban seorang laki-laki sekalipun jika tidak memiliki
kemampuan dan kekuatan, maka akan hancur dan merugikan bagi yang dipimpin. Oleh karena
itu kepemimpinan perempuan yang memiliki ilmu pengetahuan serta keahlian dan kekuatan di
bidangnya boleh dijadikan pemimpin. Namun sebaliknya adalah ketika kondisi historis,
sosiologis, dan antropologis masyarakat pada saat itu telah berubah, yang mana wanita telah
memiliki sikap kewibawaan dan kemampuan memimpin yang baik, lalu masyarakat telah dapat
menghargai wanita dengan baik serta menerimanya sebagai pemimpin, maka boleh saja
perempuan diangkat menjadi seorang pemimpin. Dalam sejarah, penghargaan masyarakat
kepada kaum wanita semakin meningkat, yang pada akhirnya dalam banyak hal. Sehingga kaum

8
Humasuninus, “Kepemimpinan Perempuan dalam Kajiah Hadis”, Un Islam Nusantara, 2021
wanita diberi kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki. Al Quran sendiri memberi peluang
sama kepada kaum perempuan dan kaum laki-laki untuk melakukan berbagai amal kebajikan
sebagaimana yang tertera di dalam Al Quran surat At Taubah ayat 71: “Orang-orang yang
beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah perbuatan yang mungkar,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan
diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bujaksana”. 9 Islam datang ketika
kaum perempuan berada dalam posisi yang sangat rendah dan memprihatinkan, hak-hak mereka
diabaikan dan suara mereka pun tak pernah didengar. Kedatangan Islam merombak kondisi
tersebut, kedudukan perempuan diangkat dan diakui, ketidakadilan yang mereka rasakan
dihilangkan, hak-hak mereka diapresiasi, dibela, dan dijamin sepenuhnya. Semenjak itu, kaum
perempuan menemukan kembali jati diri kemanusiaan mereka yang dihilangkan. Mereka sadar
bahwa mereka adalah manusia sebagaimana halnya kaum lelaki. Ide kesetaraan ini teramini
dalam konsep dasar al-Quran yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan
yang terakomodir dari banyaknya ayat yang menunjukkan kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan.

9
Kementerian Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya.

Anda mungkin juga menyukai