Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISITIK PEREMPUAN

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hadts Tarbawi

Dosen Pengampu : Drs, Ahmad Zarnuji, M.Pd

Disusun Oleh:

Desti Anjarsari 221260072

Galih Misbahul Munir 221260074

Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Karakteristik perempuan dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah di progam studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Tarbiyah Universitas Ma’arif Lampung pada semester Tiga. Kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Drs, Ahmad Zarnuji, M.Pd selaku dosen pembimbing
Mata kuliah Hadits Tarbawi dan kepada segenap pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Metro, 09 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Hadits Etos Kerja Muslim.........................................................................3


B. Sumber Riwayat.........................................................................................3
C. Mukharrijul Hadis......................................................................................5
D. Takhrijul Hadis..........................................................................................7
E. Asbabul Wurud..........................................................................................8
F. Fiqhul Hadis...............................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A..Kesimpulan................................................................................................11
B..Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam datang adalah sebagai rahmatal lil “alamin ( sebagai rahmat bagi
alam semesta), dan diantara rahmat yang dibawa oleh Islam adalah
mengangkat harkat dan martabat kaum hawa, yang sebelumnya sangat
direndahkan dengan serendah-rendahnya. Bagaimana tidak?, kaum hawa pada
saat itu hanyalah dianggap sebagai pemuas nafsu para kaum adam saja, atau
sebagai pelengkap hidup, sehingga keberadaanya tidak jarang dianggap
sebagai beban hidup, oleh karenanya tidak sedikit para orang tua, utamanya
kaum laki – laki yang tidak menginginkan kehadiranya ditengah-tengah
kehidupanya, banyak riwayat di masa sebelum datangnya Islam (masa
jahiliyah) yang mengisahkan tentang seorang orang tua yang dengan keji
membunuh anak kandunnya sendiri dengan menguburnya hidup-hidup, hal ini
sebuah potret betapa kehadiran mereka sangat tidak diinginkan dan
keberadaanya dianggap tidaklah lebih mulia dari hewan serta mendukukan
harkat martabat mereka dengan serendah-rendahnya.
Kalaulah dewasa ini banyak orang mengangkat konsep tentang
persamaan gender maka Islam telah tampil sejak 14 abad lalu tentang hal
tersebut, bahkan Islam telah memberikan kedudukan yang sangat tinggi bagi
kaum hawa, bukankah Rosululloh SAW telah bersabda ;

‫الجنة تحت أقدام األمهات (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن معاوية بن جاهمة السلمي‬

Artinya : Sorga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad, Nasa’I, Ibnu
Majah, Hakim).
Tingginya kedudukan yang diberikan oleh Islam pada wanita adalah
sangat wajar, mengingat wanita mempunyai peranan yang penting dalam
menentukan baik dan tidaknya sebuah generasi bangsa, karena merekalah
yang paling dekat dan paling sering berinteraksi dengan anak-anak, serta

iv
tempat pertama kali seorang anak menerima pendidikan, sehingga mereka
lebih dominan dalam memberikan warna pada karakter seorang anak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Hadits Etos Kerja Muslim?
2. Bagaimana Sumber Riwayat?
3. Bagaimana Mukharrijul Hadis?
4. Bagaimana Takhrijul Hadis?
5. Bagaimana Asbabul Wurud?
6. Bagaimana Fiqhul Hadis?

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits Karakteristik Perempuan

‫َعْن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر َعْن َرُس وِل ِهَّللا ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّنُه َقاَل َيا َم ْعَش َر الِّنَس اِء‬
‫َتَص َّد ْقَن َو اْك َبْر َن االْسِتْغَفاَر َفَأِني َم ا َيُك َّن َأْك َثَر َأْه ِل الَّناِر َفَقاَلْت اْم َر َأَة ِم ْنُهَّن َج َز َلًة َو َم ا اَل َيا‬
‫َرُس وَل ِهَّللا َأْك َثَر َأْه ِل الَّناِر َقاَل َك ِثْر َن الَّلْعَن َو َتْك ُفْر َن اْلَعِش يَر اْلَعِش يَر َو َم ا َو َم ا َم اني َر َأْيُت‬
‫ِم ْن َناِقَص اِت َع ْقَل َو ِد يَن َرُس وَل هللا َو َم ا َنْقَص اُن ُن اْلَعْقِل َو الِّديِن َقاَل َأَّم ا َأْغ َلَب ِلِذ ي لب‬
‫ ْقَص اُن اْلَعْقِل َفَش َهاَد ُة اْم َر َأَتْيِن َتْعِد ُل َش َهاَد َة َرُج ٍل َفَهَذ ا‬. ‫من الذي ُلِّب ِم ْنُك َّن َقاَلْت َيا‬
‫ُنْقَص اُن اْلَعْقِل َو َتُك ُت الَّلَياِلي َم ا ُتَص ِلي َو ُتْفِط ُر ِفي َر َم َض اَن َفَهَذ ا ُنْقَص اُن الِّديِن‬

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Nabi Saw. bersabda: "Wahai para
perempuan, bersedekahlah dan perbanyaklah memohon ampunan, karena aku
melihat kalian menjadi sebagian besar penghuni neraka. Lalu salah seorang
perempuan di antara mereka yang cerdas dan kritis bertanya: "Wahai
Rasulullah, mengapa kami menjadi sebagian besar penghuni neraka?"
Rasulullah Saw. menjawab: "Kamu sekalian banyak melaknat (menceritakan
dan mendoakan buruk terhadap orang lain) tidak berterima kasih atas
kebaikan suami. Saya tidak melihat perempuan-perempuan yang kurang akal
dan agamanya bisa mengalahkan laki-laki yang berakal, selain kalian".
Perempuan yang kritis itu bertanya lagi: "Apa kekurangan akal dan agama
perempuan itu"? Rasulullah Saw. menjawab: "Adapun kekurangan akalnya
adalah kesaksian dua orang perempuan itu sama dengan kesaksian satu
orang laki-laki. Inilah kekurangan akal itu. Perempuan itu haid berhari-hari
tidak shalat dan tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Inilah kekurangan
agamanya". (HR. Muslim).
B. Sumber Riwayat
Hadis ini bersumber dari Ibnu Umar. Selain itu, juga dalam hadis lain
bersumber dari Abu Hurairah dan Abu Said al-Khudri. Ibnu Umar nama

vi
lengkapnya adalah Abdullah ibn Umar ibn Khattab. Keturunannya bertemu
dengan keturunan Nabi Saw. pada kakek Nabi Saw. yang bernama Ka'ab ibn
Luaiy ibn Ghalib ibn Fihr. Beliau termasuk salah seorang dari al-'abadalah
al-'arba'ah (empat Abdullah) yang populer, yaitu Abdullah ibn Umar,
Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Amr ibn Ash, dan Abdullah ibn Zubaer.
Sebetulnya, sahabat Nabi Saw. yang mempunyai nama Abdullah itu tidak
kurang dari 543 orang.
Abdullah ibn Umar lahir ketika Nabi Saw. tengah berkhalwat di Gua
Hira' di Jabal Nur satu tahun sebelum Muhammad dilantik menjadi Nabi atau
sekitar tahun 10 SH. Ia masuk Islam bersama-sama dengan ayahnya Umar ibn
Khattab pada tahun ke-6 dari keNabian Muhammad Saw. Usianya ketika itu
sekitar 7 tahun, sedangkan ayahnya Umar ibn Khattab berusia sekitar 27
tahun. Namun ada juga ahli sejarah yang mencatat bahwa Abdullah ibn Umar
masuk Islam lebih awal sedikit dari ayahnya, hanya karena faktor keamanan
yang tidak menjamin sehingga ia menyembunyikan keislamannya, nanti
secara formal dan transparan ketika bersama-sama dengan ayahnya
Abdullah ibn Umar termasuk urutan kedua dari 7 orang dalam
kelompok al-mukatstsirun min ar-Riwayah (sahabat yang terbanyak
meriwayatkan hadis), ia telah meriwayatkan 2. 630 hadis, 170 hadis yang
disepakati Bukhari dan Muslim. 81 hadis yang diriwayatkan sendiri oleh
Bukhari dan 31 oleh Muslim sendiri, selebihnya oleh para periwayat hadis
lainnya dalam berbagai kitab.
Ia sangat wara' dan takwa, terkenal sebagai sahabat yang paling getol
memperhatikan dan menirukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
sampai ia dikhawatirkan ada keidakberesan dalam otaknya. Bahkan ia
terhitung sebagai orang yang paling paham dan mengerti dalam masalah
ibadah dan manasik haji Rasulullah Saw. Ia telah menunaikan ibadah haji 60
kali seumur hidupnya dan 1000 kali ibadah umrah dan menyumbangkan 1000
ekor kuda untuk keperluan perang fi sabilillah.
Ibnu Umar wafat pada tahun 74 H dalam usia sekitar 84 tahun seusai
hajinya yang ke-60. Menurut riwayat, ia meninggal disebabkan oleh racun dari

vii
Hajjaj ibn Yusuf at- Tsaqafi Gubernur wilayah Mekah pada masa
pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan dari Daulah Umayyah. Hajjaj
tersinggung karena ditegur oleh Ibnu Umar secara langsung di muka umum
ketika sedang berpidato hingga shalat Ashar terlambat dilaksanakan. Ibnu
Umar mengingatkannya sampai tiga kali, lalu beliau berdiri, dan para hadirin
juga ikut berdiri. Al-Hajjaj pun lalu turun dari mimbar untuk melaksanakan
shalat Ashar. Setelah selesai, al-Hajjaj bertanya, kenapa sampai melakukan
demikian? Ibnu Umar menjawab: "Saya datang untuk shalat. Maka kalau
waktu shalat sudah tiba, shalatlah tepat pada waktunya, kemudian silahkan
berpidato semau Anda." Ada juga yang menyebutkan bahwa Ibnu Umar
menegur al-Hajjaj di muka umum dengan kata-kata: "Matahari tidak akan
menunggu Anda, shalat Ashar harus diutamakan." Mendengar teguran ini,
Hajjaj merasa tersinggung dan spontan menjawab dengan kasar: "Demi
sesungguhnya saya bermaksud me- mukul bagian yang ada dua mata tuan."
(maksudnya ingin memenggal kepala Ibnu Umar). Lalu dijawab lagi oleh Ibnu
Umar: "Jika tuan lakukan itu, berarti tuan adalah safih (orang yang fasik
zalim). Memang Ibnu Umar tidak mengenal basa-basi dalam masalah agama
yang prinsip, apalagi dalam membela kebenaran.
C. Mukharrijul Hadis
Adapun mukharrij hadis tersebut di atas adalah imam Muslim. Nama
lengkapnya adalah Abu al-Husain Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim ibn
Kusyadzal-Qusyairi an-Naisaburi. Lahir pada tahun 206 H atau bertepatan
dengan tahun 820 M di an-Naisaburi sebuah kota di Khurasan wilayah bekas
Uni Sovyet, ini menurut pendapat yang sahih sebagaimana dikemukakan oleh
al-Hakim dalam bukunya 'Ulama' al- Amshar. Ada juga yang menyebutkan
kelahirannya tahun 204 H.
Imam Muslim dalam aktivitasnya penuh diwarnai dengan kegiatan
pencarian keilmuan khususnya di bidang hadis sampai ia mengadakan lawatan
ke berbagai negara, seperti Hijaz, Irak, Syiria, Mesir dan negara-negara
lainnya untuk belajar, mencari dan mengumpulkan hadis. Ia belajar hadis
sejak usia dini, yaitu usia 12 tahun. Salah seorang di antara gurunya adalah

viii
imam Bukhari. Ketika Bukhari datang di Naisabur, Muslim sering datang
mengunjungi dan belajar hadis kepadanya. Oleh karena itu, dalam referensi
ilmu hadis, imam Muslim merupakan rujukan utama yang terpercaya dan
tersahih kedua setelah imam Bukhari. Para ulama sepakat bahwa kitab hadis
yang tersahih adalah dua kitab, yaitu Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.
Al-Khatib al-Baghdadi (392-463 H/1072 M) mengatakan, Muslim telah
mengikuti jejak langkah Bukhari, memperhatikan ilmunya dan menempuh
jalan yang dilaluinya. Imam ad- Daruquthni (323 H/935 M) mengatakan,
andaikata tidak ada Bukhari, niscaya tidak akan pernah ada imam Muslim.
Namun demikian, ada juga ulama seperti Abu 'Ali an- Naisaburi
mengunggulkan dan menomorsatukan Shahih Muslim dari pada kitab lain
termasuk Shahih Bukhari. Katanya, "Tidak ada di kolong langit ini kitab yang
lebih sahih dari pada kitab Shahih Muslim ibn al-Hajjaj." Paling sahih
maksudnya, lebih unggul dalam segi metodologi penulisan dan
penyusunannya dibandingkan dengan Shahih Bukhari.
Keahliannya di bidang hadis dibuktikan dengan karya- karyanya,
seperti Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir (isinya tentang nama-nama
periwayat hadis), kitab al- Asma'wa al-Kuna, al-'Ilal, al-Aqrân, Suâlatihi
Ahmad ibn Hambal, Intifa' bi Uhub as-Siba', al-Muhadhramin, Man Laisa
Lahu Illa Râwin Wahid, Aulad ash-Shahabah, Auhâm al-Muhadditsin.
Di antara karyanya tersebut, yang paling monumental dan sangat
bermanfaat luas serta masih tetap beredar hingga ke tangan kita sekarang ini
adalah Shahih Muslim. Imam Muslim telah mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan paraperiwayat,
menyaring hadis-hadis yang diriwayatkan, membandingkan riwayat- riwayat
itu dengan satu sama lain. Ia sangat teliti dan hati- hati dalam menggunakan
lafal-lafal. Ahmad ibn Salamah seorang murid dan ikut membantu dalam
penulisan naskah kitab Shahih Muslim mengatakan bahwa Kitab Shahih
Muslim memuat 12.000 hadis. Sedangkan, Ibnu ash-Shalah menyebutkan
yang bersumber dari Abu Quraisy al-Hafizh, bahwa hadis yang ada dalam
kitab Shahih Muslim jumlahnya 4000 hadis. Kedua pendapat tersebut, pada

ix
dasarnya tidak bertentangan, bahkan justru dapat dikompromikan, bahwa
perhitungan Ahmad ibn Salamah sampai 12.000 hadis itu karena ia
menghitung secara keseluruhan termasuk hadis- hadis yang diulang-ulang
penyebutannya. Sedangkan Ibnu ash-Shalah yang menyebutkan hanya 4000
hadis, karena ia hanya menghitung hadis-hadis yang disebutkan secara tidak
berulang. Namun yang jelas dalam kenyataannya Muhammad Fuad Abdul
Baqi telah men-tahqiq dan memberinya nomor hadis-hadis dalam Shahih
Muslim hanya sampai pada nomor 3.033 pada hadis terakhir. Nomor terakhir
ini tidak menunjukkan jumlah hadisnya secara pasti, sebab banyak hadis yang
teksnya berbeda-beda dalam Shahih Muslim, namun nomornya sama sampai 8
kali nomor itu disebutkan. Jumlah hadis tersebut merupakan hasil seleksi dan
saringan dari 300.000 hadis. Imam Muslim berkata: "Tidak setiap hadis yang
sahih menurutku, aku cantumkan di sini (dalam kitab Shahihnya). Aku hanya
mencantumkan hadis-hadis yang telah disepakati oleh para ulama hadis."
Muslim menulis kitab Shahihnya itu, baik ketika di suatu tempat,
dalam perjalanan pengembaraan, dalam situasi sempit maupun dalam situasi
lapang, serta melalui proses pengumpulan (materi), penghapalan, penulisan
dan penyaringan sehingga kitabnya itu merupakan kitab hadis sahih yang
sangat baik dan sistematis. Beliau dan sebagian muridnya dengan tekun
menulis dan mempersiapkannya dengan menghabiskan waktu sekitar 15 tahun
lamanya.
Muslim wafat pada hari Ahad sore dan dimakamkan pada hari Senin
25 Rajab 261 H atau 875 M dalam usia 55 tahun di Kampung Nashr Abad
salah satu daerah di luar daerah Naisabur.
D. Takhrijul Hadis
Hadis yang bersumber dari Abdullah ibn Umar diriwayatkan oleh
imam Muslim. Selain Muslim, juga diri- wayatkan Abu Daud, Ibnu Majah,
dan Ahmad ibn Hambal. Hadis yang bersumber dari Abu Hurairah
diriwayatkan Tirmidzi, dan hadis yang bersumber dari Abu Said al- Khudri
diriwayatkan oleh Bukhari.

x
E. Asbabul Wurud
Sejarah yang melatarbelakangi munculnya hadis tersebut dijelaskan
dalam hadis yang diriwayatkan Bukharibersumber dari Abu Said al-Khudri,
katanya: "Rasulullah Saw. pergi ke tempat shalat (lapangan) untuk
melaksanakan shalat hari raya 'Idul Fitri atau 'Idul Adha. Di jalan, beliau
melewati beberapa perempuan, lalu bersabda:, "Wahai para perempuan,
bersedekahlah, karena aku melihat kalian menjadi sebagian besar penghuni
neraka". Mereka bertanya: "Apa sebabnya, ya Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Kamu sekalian banyak melaknat (mendoakan buruk terhadap orang lain) dan
tidak berterima kasih atas kebaikan suami, Saya tidak melihat perempuan yang
kurang akal dan agamanya bisa mengalahkan laki-laki yang berakal, selain
kalian". Mereka bertanya lagi: "Apa kekurangan akal dan agama kami"?
Rasulullah Saw. menjawab: "Tidakkah kesaksian seorang perempuan itu sama
dengan kesaksian satu orang laki-laki? Mereka menjawab: "Ya". Beliau
bersabda: "Itulah kekurangan akalnya. Tidakkah, jika perempuan Perempuan
itu haid dia tidak shalat dan tidak berpuasa?. Mereka menjawab: "Ya". Beliau
bersabda: "Itulah kekurangan agamanya". (HR. Bukhari).
F. Fiqhul Hadis
Sebagian umat Islam, memahami hadis tersebut secara tekstual
sehingga berkesimpulan bahwa kodrat perempuan memang kurang akal dan
agamanya dibandingkan dengan laki-laki. Ada juga yang menilai daif dan
menolak hadis tersebut sebab dianggap bertentangan dengan ajaran Islam yang
sangat menghargai perempuan. Sedang hadis tersebut dianggap memojokkan
dan menilai negatifkaum perempuan. Sebetulnya, persoalannya, bukan pada
apakah hadis terse- but daif atau palsu sehingga harus menolak hadis yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim tersebut. Persoalannya adalah bagaimana
memahami maksud kandungan hadis tersebut. Memahami hadis tersebut harus
menggunakan kaedah dan metode hadis. Hadis tersebut tidak bermaksud
memojokkan kaum perempuan, seperti yang dituduhkan sebagian orang yang
boleh jadi pikiran dan wawasannya yang daif. Bukan hadisnya yang daif,
tetapi orang yang menolak hadis itu yang daif.

xi
Dilihat dari konteks historis sosial munculnya hadis tersebut diketahui
bahwa Nabi Saw. bersabda di jalan ketika beliau menuju ke lapangan untuk
shalat 'Idul Fitri atau 'Idul Adha. Kedua shalat sunnat ini disyariatkan setelah
Nabi Saw. hijrah. Hal ini menunjukkan bahwa dialog Nabi Saw. tersebut
berlangsung di Madinah. Tidk mungkin Rasulullah Saw. sebagai seorang yang
sangat mulia dan agung akhlaknya memejamkan mata terhadap persoalan
perempuan, menjatuhkan martabat mereka, atau merendahkan nilai
kepribadian mereka pada saat hari berbahagia, yaitu hari raya 'Idul Fitri. Sabda
Nabi Saw. tersebut sebagai nasehat kepada kaum perempuan yang
disampaikan di jalan kota Madinah. Salah satu kebiasaan masyarakat
Madinah, laki-laki dan perempuan ketika itu adalah senang berkumpul,
bercanda, atau ngobrol (ngerumpi) di jalan-jalan. Makanya, sabda beliau
sebagian bunyinya: "Kamu sekalian banyak melaknat (menceritakan,
mendoakan buruk, menggunjing, dan menyumpahi orang lain)". Nabi Saw.
pernah bermaksud melarang kebiasaan mereka itu, namun banyak yang
keberatan, sehingga beliau membolehkan dengan syarat mereka harus mau
memenuhi hak jalan. Hak-hak itu disebutkan Nabi Saw. di antaranya adalah
menundukkan pandangan mata, menahan diri dari menyakiti pihak lain,
menjawab salam, menganjurkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar.
(HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud dari Abu Said al-Khudri).
Nasehat Nabi Saw. tersebut lebih ditujukan kepada kaum perempuan
Madinah. Sebagian karakteristiknya di-gambarkan oleh Umar ibn Khattab
dalam pernyataannya: "Ketika kami tiba di Madinah, kami menemukan bahwa
yang lebih dominan adalah kaum perempuannya. Lalu perempuan-perempuan
kami meniru adab dan perilaku orang-orang Anshar (warga Madinah).
(riwayat Bukhari). Itulah sebabnya, dalam hadis tersebut, Nabi Saw. bersabda:
"Saya tidak melihat perempuan-perempuan yang kurang akal dan agamanya
bisa mengalahkan laki-laki yang berakal (tegas), selain kalian".
Hadis tersebut bisa juga dipahami sebagai ungkapan kekaguman Nabi
Saw. terhadap kontradiksi yang terjadi, yaitu lebih dominannya kaum
perempuan (padhal mereka adalah makhluk yang lemah) atas kaum laki-laki

xii
yang memiliki sifat kuat dan tegas. Artinya kekaguman Nabi Saw. terhadap
hikmah dan rahasia kebijaksanaan Allah meletakkan kekuatan di tempat yang
kita duga lemah dan Dia memperlihatkan kelemahan di tempat yang kita duga
kuat. Ungkapan beliau dalam hadis tersebut merupakan sindiran halus atau
sentuhan terhadap kaum perempuan. Hal ini merupakan permulaan yang baik
pada satu bagian nasehat Nabi Saw. seolah-olah beliau ingin mengatakan:
"Wahai kaum perempuan, kalau kalian diberi kekuatan oleh Allah untuk
melumpuhkan hati kaum laki-laki yang kuat dan tegas, meskipun kalian
lemah, maka takutlah kepada Allah dan janganlah kalian menggunakan
kekuatan kalian tersebut kecuali untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat".

xiii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perempuan yang "kurang akal dan
agama" beliau sampaikan hanya sekali, gunanya untuk menarik perhatian. Hal
itu pun merupakan pendahuluan yang baik dan halus dalam menyampaikan
nasehat, khusus- nya terhadap kaum perempuan.
Artinya, hal itu tidak pernah disampaikan secara tersendiri dalam
bentuk taqrir (ketetapan), baik di hadapan kaum perempuan maupun Adapun
"perempuan kurang agamanya", Nabi Saw. sendiri menjelaskannya, yaitu
kurang shalat dan puasa pada saat mereka sedang haid. Kekurangan tersebut
bersifat sementara dan masa waktu pendek serta bukanlah atas pilihannya,
melainkan atas ketetapan Allah. Seorang perempuan yang rela dan sabar
menerima dan menjalankan atas ketetapan Allah tersebut, ia akan diberi
ganjaran Allah atas kerelaan dan kesabaran tersebut.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta kritik yang
membangun dari para pembaca

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Sayadi Wajidi. 2009. Hadits Tarbawi. Jakarta : PT. Pustaka Firdaus

xv

Anda mungkin juga menyukai