Anda di halaman 1dari 11

Download file nya di sini : https://userscloud.

com/te7s9zwc0h3q

MAKALAH HADIS TARBAWI TENTANG


“HADIS ISLAM MENGHARGAI KERJA”

DI SUSUN OLEH
 RUDI KURNIAWAN
 UMI MUNFARIDA
 SITI MUNAWAROH

INSTITUT AGAMA ISLAM MAARIF NU METRO LAMPUNG


KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT, akhirnya kami bisa menyelesaiakan makalah dengan
tepat waktu yang diperintahkan oleh dosen pembimbing. Makalah ini membahas hadis
tentang islam menghargai kerja.

Tidak lupa kami ucapkan shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya yang telah bembawa umat
islam dari kebodohan hingga menjadi manusia yang berilmu pengetahuan seperti saat
sekarang.

Kami menyadari bahwasanya semua manusia tidak ada yang sempurna begitupun
dengan makalah yang kami buat masih banyak dengan kekurangan tetapi kami sudah
berusaha sebaik mungkin agar makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.

Akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah ini, kami mohon maaf apa bila dalam
makalah ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi setidaknya makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Penyusun,

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 4

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................. 5

HADIS ROSUL .............................................................................................. 5

SUMBER RIWAYAT .................................................................................... 5

TAKHRIJUL HADIS ..................................................................................... 6

LATAR BELAKANG HADIS ....................................................................... 7

FIQHUL HADIS ............................................................................................. 7

BAB III

PENUTUP ....................................................................................................... 10

KESIMPULAN ............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang memberikan rahmatan lil ‘alamin. Agama ini bersifat
universal. Artinya, agama ini bebas melakukan perbuatan, tetapi harus sesuai dengan koridor
atau peraturan yang diberikan oleh Allah dan menjauhi larangannya. Dengan adanya larangan
ini, diharapkan umat Islam bisa berhati-hati dalam beraktivitas dalam sehari-hari. Seperti
aktivitas dalam bekerja, mencari nafkah untuk keluarganya dan lain sebagainya. Yang semua
itu dilakukan untuk mencari ridho dari sang penciptanya (Allah SWT). Dari latar belakang
makalah diatas, maka disini penulis akan menjelaskan makalah yang berjudul tentang Islam
Menghargai Kerja Yang Profesional.

Rumusan Masalah
 Hadis Rosul
 Sumber Riwayat Hadis
 Takhrijul Hadis
 Latar Belakang Hadis
 Fiqhul Hadis

4
BAB II
PEMBAHASAN
ISLAM MENGHARGAI KERJA YANG PROFESIONAL

A. HADIST RASUL

Artinya: “Bersumber dari Aisyah RA., Ia berkata, bahwa Nabi SAW. bersabda: “Kalian
lebih tabu tentang urusan dunia kalian.
" (HR. Muslim).

B. SUMBER RIWAYAT
Hadis tersebut bersumber dari tiga orang sahabat, yaitu Aisyah, Anas ibn Malik, dan
Tsabit ibn Aslam. Aisyah binti Abu Bakar as-Shiddiq salah seorang isteri Nabi SAW. dan
Umm al- Mu’minin. Nama Aisyah berasal dari kata ‘aisy artinya hidup Nabi SAW. biasa
memanggilnya dengan nama ‘Uwaisy. Selain itu, biasa juga dipanggil Humaira (artinya
kemerah-merahan). Panggilan dengan menggunakan bentuk tasghir seperti ini sebagai bentuk
ungkapan rasa kasih sayang dan cinta serta ungkapan lebih akrab. Aisyah lahir 2 tahun
setelah Muhammad dilantik menjadi Rasul atau sekitar tahun 8 sebelum hijrah. Aisyah
dinikahi oleh Rasulullah SAW. ketika masih usia 6 tahun atau dua tahun sebelum hijrah ke
Madinah, dan tiga tahun setetah wafatnya Khadijah isteri pertama Nabi SAW. Dan
berkumpul bersama dengan Nabi Saw di Madinah dalam satu rumah tangga pada usia 9
tahun, yaitu pada bulan Syawal tahun 2 H setelah pulang dari perang Badar[2]. Ada juga
yang mengatakan tahun 2 H. Aisyah tinggal serumah dengan Nabi SAW. selama 8 tahun 5
bulan dan menjadi janda Nabi SAW. ketika sedang berusia 18 tahun. Nabi SAW. wafat pada
hari Senin 12 Rabiul Awal 11 HI 8 Juni 632 M ketika sedang dalam dekapan Aisyah, pada

5
saat itu memang adalah tepat hari giliran jatah Aisyah. Aisyah adalah tokoh sahabat
perempuan terkemuka, dengan kecerdasannya ia sebagai ahli fatwa, tafsir, fikih terutama
ilmu faraidh atau kewarisan, ilmu sastra, dan lain-lain. Menurut al- Zuhri (124 H/742 M),
kalau dibandingkan ilmu yang dimiliki Aisyah dengan ilmu yang dimiliki semua wanita dan
atau isteriisteri Rasul yang lain dan ilmu para sahabat, maka ilmu Aisyah masih tetap lebih
unggul. Bahkan terkadang ia menjadi rujukan dari antar para sahabat lainnya atau sebagai
tempat berkonsultasi oleh para sahabat senior, jika ter adi permasalahan yang belum ada
ketetapan hukumnya secara jelas dan tegas dari nas. Umar ibn Khattab pernah bertanya dan
belajar hadis kepada Aisyah walaupun Umar sendiri sangat dekat hubungannya dengan
Rasul. Ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Anas, Nabi
SAW. bersabda: “Keutamaan Aisyah atas seluruh perempuan, seperti keutamaan tsarid
(jenis makanan Arab yang terdiri dari daging dan roti) atas seluruh menu makanan” Tsarid
adalah sejenis makanan favorit dan terbaik dalam konteks zaman itu Aisyah termasuk urutan
keempat di antara para sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis. la meriwayatkan 2.210
hadis. 174 hadis yang disepakati Bukhari dan Muslim. 54 hadis yang diriwayatkan sendiri
oleh Bukhari Baja dan 68 hadis oleh Muslim sendiri. Aisyah wafat di Madinah pada masa
kekhalifahan Muawiyah pada malam selasa, 17 Ramadhan tahun 5714 dalam usia 66 tahun.
Shalat jenazahnya diimami oleh Abu Hurairah yang wafat pada tahun itu juga.

C. TAKHRIJUL HADIS
Hadis di atas diriwayatkan imam Muslim dalam Shahihnya pada hadis no. 2363. Dan
kualitas hadis tersebut adalah sahih. Dalam, riwayat lain yang semakna dengan hadis tersebut
diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya pada hadis no. 24399.

Artinya: ”Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka kalian lebih tahu. Adapun
jika urusan agama kalian, maka itu adalah urusanku." Ibnu Majjah dalam sunannya pada
hadist Nomor 2471 juga meriwayatkan dengan susunan redaksi sebagai berikut:

Artinya: “Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka itu adalah urusan kalian
sendiri. Dan jika sesuatu itu adalah urusan agama, maka itu adalah urusanku”.
Selain Ibnu Majah dalam Sunannya pada hadis no.
2471 juga meriwayatkan dengan susunan redaksi

6
D. LATAR BELAKANG HADIS
Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut di atas adalah
sebagaimana diriwayatkan Muslim yang bersumber dari Anas ibn Malik, bahwa Nabi SAW.
pernah lewat
di hadapan para petani yang tengah mengawinkan serbuk (kurma pejantan) ke putik (kurma
betina). Nabi SAW. berkomentar: ”Sekiranya kalian tidak melakukan hal ini, niscaya
kurmamu akan bagus dan baik.” [8] Mendengar komentar ini, para petani berhenti dan tidak
lagi mengawinkan kurmanya. Beberapa lama kemudian, Nabi SAW. lewat lagi di tempat itu
dan menegur para petani: ”Mengapa pohon kurmamu itu?” Para petani menyampaikan apa
yang telah dialami oleh kurma mereka, yakni banyak yang tidak jadi. Mendengar keterangan
mereka itu, maka Nabi SAW. bersabda:
”Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”.

E. FIQHUL HADIS
Hadis tersebut di atas, kalau dilihat secara tekstual saja tanpa melihat pada konteks
apa dan latar belakang historic apa yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut disabdakan,
maka dipahami secara ekstrim dan berlebihan bahwa Nabi SAW. Tidak tahu dan tidak
mengerti sama sekali serta tidak mau peduli terhadap persoalan keduniaan. Pemahaman
seperti ini tentu saja keliru, sebab Nabi SAW. bukan malaikat, dan beliau diangkat oleh Allah
menjadi Nabi dan Rasul, namun sifat kemanusiaannya tidak terhapus. Beliau lahir, besar, dan
tinggal menetap di lingkungan masyarakat yang berbudaya, sehingga dengan demikian beliau
tentu tahu, mengerti, merasakan, dan peduli terhadap masalah keduniaan. Sebagai bukti
bahwa Nabi SAW. sangat besar perhatiannya terhadap masalah lingkungan hidup sebagai
bagian dari masalah keduniaan. Bahkan dalam perjalanan kehidupannya dikenal sebagai
pedagang dan penggembala kambing sebelurn diangkat menjadi Nabi SAW. Perhatian beliau
terhadap persoalan keduniaan dapat dilihat dalam hadis-hadisnya. Di samping itu, Islam juga
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia memberikan berbagai hak kepada
pemerintah dan para pemimpin sekaligus membebankan pula berbagai kewajiban. Ia
mengajarkan dan membimbing bagaimana memimpin rakyat, bagaimana menegakkan
keadilan, bagaimana mewujudkan pemerataan, bagaimana berperang dan berdamai, serta
bagaimana pula berhubungan dengan megara atau masyarakat lain. Oleh karena itu, upaya
memahami pecan dan muatan hadis tersebut di atas adalah dengan memahami berdasarkan
pada konteks latar belakang historis sosial budaya ketika disabdakannya hadis tersebut. Hadis
tersebut disabdakan Nabi SAW. ketika melewati para petani kurrna yang tengah menyerbuk

7
kurmanya sebagaimana disebutkan pada latar belakang lahimya hadis tersebut di atas hingga
Nabi SAW. bersabda kepada para petani; “Bahwa kalian lebih tahu tentang urusan dunia
kalian”. Ini artinya, bahwa Nabi SAW. bersabda demikian sebagai respon dan bentuk
perhatian dan penghargaannya terhadap keahlian pada bidang pertanian kurma itu”. Jadi,
urusan dunia dalam hadis tersebut di atas dimaknai sebagai sebuah pengetahuan ilmiah
terapan, atau keahlian atau profesional pada suatu bidang tertentu. Nabi SAW. menyerahkan
urusan dunia kepada kita sebagai sebuah penghargaan terhadap keahlian atau profesionalitas
tertentu. Dan penghargaan Nabi SAW. tersebut tidak saja berlaku pada bidang pertanian
seperti dalam latar belakang hadis tersebut, karena yang ditekankan dalam hadis di atas bukan
pada kurmanya itu, akan tetapi lebih pada penguasaan pada bidang itu sendiri atau
profesionalitasnya itu. Sehingga hal ini bersifat universal, artinya seluruh bidang apa saja,
harus dikerjakan secara profesional. Dengan demikian, hadis tersebut di atas secara
kontekstual dapat dipahami sebagai sebuah ajaran yang mengedepankan persoalan
profesionalitas. Di era modern dan globalisasi sekarang ini persaingan sangat ketat, sehingga
persoalan kemampuan dikedepankan dan bukan lagi saatnya dan tidak lagi relevan
mengedepankan persoalan latar belakang kedaerahan, misalnya putera daerah dan nonputera
daerah, latar belakang etnis, keturunan, golongan, dan lain-lain. Dalam profesionalitas ini,
ada tiga hal yang terkandung di dalamnya yang antara satu dengan lainnya saling terkait
yaitu:
pertama, mempunyai keahlian dan penguasaan pada suatu bidang tertentu dengan dilandasi
oleh kapasitas kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, mempunyai etika dan
moral (akhlak). Ketiga, memberikan pelayanan dan maslahat kepada orang lain, masyarakat,
dan lingkungan. Dan ketigatiganya ini harus terpadu. dan keahlian atau profesionalitas
menjadi suatu tuntutan dan keharusan yang mesti menguasai dan ahli pada suatu bidang
tertentu, tapi tidak mempertimbangkan persoalan moral dan etika bahkan tidak bermoral,
maka itu tak dapat disebut sebagai profesional. Di Indonesia ini yang sudah dilanda
multikrisis yang sampai pada detik ini belum juga berakhir dan yang paling banyak
merasakan deritanya adalah rakyat kecil, itu karena disebabkan oleh banyak faktor, salahsatu
di antaranya adalah banyaknya orang Indonesia ahli dan menguasai suatu bidang tertentu,
misalnya ahli ekonomi tapi mereka tidak mempunyai moral. Buktinya mereka yang banyak
menyalahgunakan uang negara dengan cara korupsi sehingga negara rugi dan rakyat
menderita adalah bukan orang-orang bodoh, tapi justru orangorang ahli. Orang-orang seperti
ini tidak layak disebut profesional, karena hanya ahli tapi tidak bermoral. Di samping itu,
yang namanya profesional harus apa yang dimilikinya itu dapat memberikan manfaat tidak

8
saja pada dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain, masyarakat, dan linkungannya, baik pada
skala kecil maupun pada skala lebih luas dan besar seperti untuk kepentingan bangsa dan
negara. Peledakan bom yang sering terjadi di Jakarta dan tempat-tempat lainnya dilakukan
oleh orang-orang yang mempunyai keahlian tentang bom. Orang seperti ini sangat tidak patut
disebut sebagai profesional, karena dengan keahliannya merakit dan membuat bom justru
digunakan pada sesuatu yang meresahkan dan merusak orang lain dan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya. Ilmu dan keahliannya digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dan
keuntungan kelompoknya.Mereka hanya mungkin patutnya disebut sebagai orang brutal dan
bukan profesional. Dalarn ajaran Islam, kualitas kesalehan kemanusiaan sangat disorot dan
ditentukan pada sejauhmana, mampu memberikan manfaat dan nilai guna pada orang lain dan
lingkungannya. Dengan demikian, dalam ajaran Islam pada dasamya sangat menekankan dan
mengedepankan profesionalitas dalam rangka menghadapi dan merespon tantangan di era
globalisasi ke depan yang penuh dengan persaingan ketat.

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Hadis tersebut
bersumber dari tiga orang sahabat, yaitu Aisyah, Anas ibn Malik, dan Tsabit ibn Aslam.
Aisyah binti Abu Bakar as-Shiddiqah salah seorang isteri Nabi SAW. dan Umm al-
Mu’minin. Nama Aisyah berasal dari kata ‘aisy artinya hidup Nabi SAW. Biasa
memanggilnya dengan nama ‘Uwaisy. Selain itu, biasa juga dipanggil Humaira (artinya
kemerah-merahan). Hadis tersebut di atas, kalau dilihat secara tekstual saja tanpa melihat
pada konteks apa dan latar belakang historic apa yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut
disabdakan, maka dipahami secara ekstrim dan berlebihan bahwa Nabi SAW. tidak tahu dan
tidak mengerti sama sekali serta tidak mau peduli terhadap persoalan keduniaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu-soim.blogspot.com/2014/06/bab-i-islam-menghargai-kerja-yang.html
Deparemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: Al-Waah, 1989).
Andy Hacker, Islam Menghargai Kerja Yang Profesional, dikutip
melalui situs: http://ndyhacker90.blogspot.com/2008/09/islmanmenghargai- kerja-yang.html.
Wajidi Sayadi, Hadist Tarbawi: Pesan-pesan Nabi SAW. Tentang Pendidikan, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2009).
Wajidi Sayadi, Hadist Tarbawi: Pesan-pesan Nabi SAW. Tentang Pendidikan, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2009), hal. 141.

11

Anda mungkin juga menyukai