Disusun Oleh :
Rijal Robbi Sulthoni 1910310124
Sisca Putri Pratiwi 1910310138
Nur Roihanatus Zahro 1910310155
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT, karena tanpa rahmat dan ridhonya kami tidak dapat menelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Abdul Rozaq, M. Pd.
Selaku dosen mata kuliah Bahasa Jawa. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman kami yang sennatiasa mendukung kami dan membantu kami
dalam proses penegrjaan makalah ini.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu siapapun yang
membaca. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh sebeb itu
dimohon saran dan kritik dari teman-teman yang membaca maupun dosen, untuk
kebaikan kami di masa mendatang dalam pembuatan makalah.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam struktur tatanan Bahasa Jawa terdapat tatanan kata, frasa, klausa,
kalimat, dan wacana. Struktur tatanan dalam Bahasa jawa tentunya penting
semua. Salah satunya adalah klausa dan kalimat. Klausa merupakan bagian
dari kalimat. Kalimat terdapat juga kalimat luasan yaitu kalimat yang terdiri
dari dua klausa atau lebih. Dalam kalimat luasan terdapat satu klausa inti dan
satu bukan klausa inti sebagai klausa subordinatif.
Sebagai mahasiswa tentunya perlu memahami betul tentang apa itu klausa
dan kalimat, agar dapat berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah Bahasa yang telah ditetapkan. Klausa dan kalimat dalam Bahasa jawa
memang sama dengan klausa dan kalimat dalam Bahasa Indonesia akan tetapi
dalam hal ini dibutuhkan pemahaman tersendiri. Dengan memahami klausa
dan kalimat dalam Bahasa Indonesia itu akan memudahkan kita dalam
mempelajarai kalsua dan kalimat dalam Bahasa jawa. Seperti yang sudah
dijelaskan diaaatas bahwasannya klausa dan kalimat dalam Bahasa Indonesia
maupun Bahasa jawa itu sama. Maka dalam makalah ini akan menjelaskan
tentang klausa dan kalimat dalam Bahasa jawa, yang maretinya sama dengan
klausa dan kalimat dalam Bahasa Indonesia akan tetapi kami paraphrase
sehingga menjadi sebuah makalah yang berjudul klausa dan kalimat dalam
Bahasa jawa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian klausa dan kalimat dalam Bahasa Jawa ?
2. Bagaimana ka rakteristik klausa dalam Bahasa Jawa?
3. Bagaimana karakteristik kalimat dalam Bahasa Jawa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian klausa dan kalimat dalam Bahasa Jawa.
2. Untuk mengetahui karakteristik klausa dalam Bahasa Jawa.
3. Untuk mengetahui karakteristik kalimat dalam Bahasa Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN
terdapat beberapa definisi klausa dari para pakar namun pada dasarnya
memiliki kesamaan tersendiri, sebuah klausa biasanya terdiri dari subjek
dan predikat. Tetap unsur wajib ada dalam predikat. Berikut beberapa
definisi dari klausa menurut para pakar bahasa :
Chaer (2003), klausa sebagai satuan sintaksis berupa runtunan kata-
kata berkonstruksi predikatif. Maksudnya di dalam konstruksi itu ada
komponen, berupa kata atau frasa, yang memiliki fungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan.
a. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa
klausa terikat. Dikarenakan terdiri dari satu klausa, kalimat tunggal hanya
memiliki satu proposisi dan karena itu predikatnya hanya satu.
b. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih,
kalimat itu dapat dipilah menjadi tiga jenis, yaitu (1) kalimat majemuk
setara, (2) kalimat majemuk bertingkat, dan (3) kalimat majemuk gabung.
c. Kalimat beruas adalah kalimat yang tersusun dari setidaknya dua ruas
(satuan gramatikal) dengan jeda wajib sebagai pemisah antar ruas.
1
Herwati, dkk Klausa Pemerlengkapan Dalam Bahasa Jawa, Jakarta;
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2000, hal 12-15
wong lanang kuwi cukur artinya dia sedang berhias dan orang
laki-laki iti bercukur.
Klausa pasif merupakan klausa transitif yang menunjukkan
bahwa subjek merupakan tujuan dari tindakan predikat
verbalnya. Contoh sikilku kesandung watu gede dan maling kwi
dikecrek pulisi, artinya kaki saya tersandung batu besar dan
pencuri itu diborgol polisi.
Kalusa resiprokal merupakan klausa alternatif yang
menunjukkan bahwa subjek pluralis melakukan tindakan
berbalasan seperti dinyatakan dalam predikat verbalnya, dan
subjek singgularis melakukan tindakan berbalasan dengan
objek. Contoh : bocah-bocah SMU padha antem-anteman dan
presiden nyalami pelajar teladhan kuwi artinya anak-anak
SMU saling melempar dan presiden bersalaman dengan pelajar
teladan itu.
Klausa alternative merupakan klausa yang tidak memiliki
kata-kata negatif yang secara gramatik mengaktifkan atau
mengingkarkan predikat. Contoh bapak lagi gerah artinya
bapak sedang sakit.
Klausa negatif merupakan klausa yang memiliki kata
negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat. Contoh
wong tuwa kuwi ora duwe anak artinya orang tua itu tidak
punya anak. Pada kata ora menegatifkan kata duwe.2
2. Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat lengkap, akan tetapi dengan intonasi final
mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Klausa terikat mengisi posisi subordinatif dalam kalimat
kompleks sehingga dinamakan klausa subordinatif. Proses
2
Bambang Yulianto, Perkembangan Fonologis Bahasa Anak. Surabaya;
Unesa University Press. Hal. 55
untuk menyubordinasikan suatu klausa dinamakan proses
penyematan, karena klausa tersebut disematkan atau
dimasukkan pada salah satu unsur atau konsitituen kalimat
yang lebih besar.
Klausa subordinatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
klausa modifikasi dan klausa peerlengkapan. Klausa
modifikasi merupakan klausa yang kehadirannya mewatasi,
mempertegas atau memperempit makna kata atau frasa yang
diikutinya, kehadiran klausa modifikasi ini bersifat tidak wajib.
Contoh klausa modifikasi Bu Karti maringi putrane dolanan
sing digawe saka plastik artinya Bu Karti memberi anaknya
mainan yang dibuat dari plastik. Klausa modifikasinya adalah
sing digawe saka plastik, apabila klausa modifikasinya
dihilangkan akan menjadi Bu Karti maringi putrane dolanan.
C. Karakteristik kalimat dalam Bahasa Jawa
Jenis-jenis Kalimat dalam Bahasa Jawa
Definisi kalimat dalam Paramasastra Gagrag Anyar Bahasa
Jawa(2001:140) adalah “Ukara iku mujudake rerangkening tembung kang
bisa ngundharake sawijining karep ganep sabab” atau yang merupakan
definisi umum yang biasa kita jumpai adalah “susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap” , selain itu kalimat dapat
didefinisikan dalam satuan bahasa yang relative dapat berdiri sendiri ,
terdiri dari rangkaian kata-kata yang ditandai dalam intonasi akhir dan
terdiri dari klausa ( Dr.Endang Nurhayati, M,Hum & Siti Mulyani,
M.Hum, 2006:122).sehingga kalimat didefinisikan dengan rangkaian kata
yang teratur serta berisi pikiran lengkap yang ditandai dengan satuan
bahasa, rerangkaian kata-kata yang relatif dapat berdiri sendiri.
Menurut Wedhawati (2006) kalimat yaitu satuan lingual yang
mengungkapkan pikiran ( cipta, rasa dan karsa) yang utuh. Secara
struktural kalimat tersusun dari klausa, klausa tersusun dari satu subjek
dan satu predikat. Selain klausa kalimat juga bisa tersusun oleh frasa.
Frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang tidak mengandung
unsur predikat. 3
Kalimat dijeniskan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat tunggal yaitu kalimat yang tersusun dari satu klausa sedangkan
kalimat majemuk yaitu kalimat yang tersusun dari dua klausa atau lebih..
Ciri-ciri kalimat dalam Bahasa Jawa
1. Dapat berdiri sendiri
2. Terdiri dalam satu klausa atau lebih yaitu jejer (subjek) dan wasesa
(predikat)
3. Dalam tulisan awal kalimat diawali dengan huruf kapital (Aksara
Murda) dan akhir kalimat diberi tanda titik, koma, titik, koma, tanda
seru dan tanya tanya.
4. Adanya intonasi (laguning pocapan)
Dilihat dari jumlah dan jenis klausa kalimat dibagi menjadi dua :
Contoh :
3
Wedhawati, Nurlina, W. E., Setiyanto, E., Suketi, R., Marsono, &
Baryadi, I. Tata Bahasa Jawa Mutakhir Edisi Revisi. Yogyakarta : Kanisius.
predikatnya kerja, sedangkan kalimat nominal adalah kalimat yang
berpredikat non kerja : benda, sifat dan keadaan.
Contoh :
Contoh :
Contoh :
PENUTUP
Kesimpulan
Wedhawati, Nurlina, W. E., Setiyanto, E., Suketi, R., Marsono, & Baryadi,
I. (2006). Tata Bahasa Jawa Mutakhir Edisi Revisi. Yogyakarta : Kanisius.