Anda di halaman 1dari 19

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS

DALAM KONTEKS FISIK DAN PSIKOLOGI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Yang
dibimbing oleh Ibu Avia Riza Dwi Kurnia, S.Pd,M.Pd dan Bapak Deny Setiawan, M.Pd

Oleh
Kelompok 4/Offering C- CC
Destha Ramadanty Prasutri 160341606015
Nanda Choirun Nisa 160341606088

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
April 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Prinsip-Prinsip
Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik dan Psikologi”. Shalawat serta salam kami
haturkan kepada Rasulullah SAW yang menjadi suri teladan terbaik bagi umat manusia.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Avia Riza Dwi Kurnia, S.Pd,M.Pd dan Bapak
Deny Setiawan, M.Pd. selaku dosen pembimbing dalam penulisan tugas ini. Serta
kawan-kawan seperjuangan yang selalu mendukung kami.
Penyusunan makalah ini dalam rangka tugas matakuliah Strategi Belajar
Mengajar yang dibina oleh Ibu Avia Riza Dwi Kurnia, S.Pd,M.Pd dan Bapak Deny
Setiawan, M.Pd Makalah dengan judul “Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas dalam
Konteks Fisik dan Psikologi” diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
bagi peneliti lainnya khususnya dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran
yang inovatif bagi peserta didik, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan di kelas.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Malang, 1 April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya peserta didik dalam menguasai
materi pembelajaran, salah satunya adalah kualitas proses pembelajaran. Kualitas
proses pembelajaran akan semakin meningkat, jika antusiasme belajar peserta didik
juga meningkat, yang ditandai oleh peningkatanrasa keingintahuan (curiousity), dan
tingginya motivasi untuk bertanya, rajin menulis makalah, dan senantiasa sensitif
terhadap isu-isu pengetahuan mutakhir.
Guru dituntut memiliki kemampuan mengelola komponen-komponen
pembelajaran, yang dapat membuat suasana proses belajar mengajar efektif.
Ketertiban dalam proses belajar mengajar didambakan oleh setiap para pendidik
dan peserta didik, untuk itu guru harus mampu merubah suasana kelas yang dapat
membuat siswa dalam proses belajar bersemangat, mempunyai tantangan dan
berkeleluasaan. Seorang guru idealnya menguasai teknik-teknik pengelolaan kelas.
Guru yang dapat menerapkan prinsip kehangatan dan keantusiasan dalam proses
belajar mengajar akan lebih disenangi oleh para peserta didik. Selain itu guru harus
dapat menerapkan prinsip tantangan dalam proses belajar sebagai bahan motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih giat.
Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM).
Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan
peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan
PBM. Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa
ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut. Keluhan-keluhan itu
sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat diminimalisasikan,
apabila semua pihak dapat berperan, terutama guru sebagai pengelola kelas dalam
fungsi yang tepat.
Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih
keliru. Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas
yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat
mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian
kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru
merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik.
Sejauh pengamatan penulis jarang sekali ada sekolah di Indonesia yang
melaksanakan pengelolaan kelas dengan tepat, meskipun Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) sudah memberikan dan mensosialisasikan pengelolaan kelas
yang seharusnya dilakukan. Depdiknas pernah melakukan pelatihan bagi guru dan
kepala sekolah mengenai pengelolaan kelas, namun hasilnya belum terlihat secara
nyata dalam pengelolaan kelas. Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang
memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengelola, sebagai
pemimpin mempunyai peranan yang lebih dominan dari siswa. Motivasi kerja guru
dan gaya kepemimpinan guru merupakan komponen yang akan ikut menentukan
sejauhmana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.
Namun pada kenyataannya tidak semua guru mempunyai keterampilan kelas
yang memadai dalam proses belajar mengajar. Banyak di antaranya yang
melaksanakan proses belajar mengajar apa adanya saja. Proses belajar mengajar
hanya berupa penyampaian informasi dari guru kepada perserta didik. Terkadang
guru tidak memperhatikan hal-hal yang menunjang terlaksanakanya proses belajar
mengajar dengan baik dan efesien. Misalnya dengan tidak pernah menciptakan
keakraban dengan siswa, mengabaikan prinsip bervariasi belajar dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Apa pengertian pengelolaan kelas?
2. Bagaimana prinsip-prinsip mengelola kelas?
3. Bagaimana pengelolaan kelas dalam konteks fisik?
4. Bagaimana pengelolaan kelas dalam konteks psikologis?
5. Bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip mengelola kelas?
6. Bagaimana tugas guru dalam mengelola kelas?
7. Apa saja pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengelola kelas?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah di atas, dapat diambil beberapa tujuan sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas.


2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip mengelola kelas
3. Untuk mengetahui pengelolaan kelas dalam konteks fisik.
4. Untuk mengetahui pengelolaan kelas dalam konteks psikologis.
5. Untuk mengetahui cara menerapkan prinsip-prinsip mengelola kelas.
6. Untuk mengetahui tugas guru dalam mengelola kelas.
7. Untuk mengetahui pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengelola kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan
pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan
pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu,
penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang
(peserta didik) dan fasilitas (Ivor .K. Davies, 1985),
Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru
dengan tujuan meciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagai terjadinya
proses belajar mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang
dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-
tujuan khusus pengajaran. Pengelolaan kelas (classroom management). Berdasarkan
pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan
pendekatan otoriter dan pendekatan permisif (Abbudin Nata, 2003)
Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk
mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan danmemelihara aturan
kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (Weber). Bagi sekolah atau guru yang
menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut
menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus
ditaati oleh warga sekolah/ kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai
aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari
pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini
penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu
untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kedua
pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh
guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas sesuai dengan
zang mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak belakang dengan
pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana
menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas,
tanpa harus merasa takut dan tertekan (Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, 2001)
Dengan demikian, pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengejar secara sistematis. Usaha sadar itu
mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar
dan pengaturan waktu sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kulikuler dapat tercapai (Udin S. Winataputra, 2001: 165). Kemampuan dan
keterampilan dalam mengelola kelas seharusnya di miliki oleh guru, karena
gurulah yang bertugas mengelola kelas. Guru harus mengetahui kondisi dan
kekhususan kelasnya, baik yang menyangkut siswa maupun lingkungan fisik kelas.
2.2 Prinsip-Prinsip Mengelola Kelas.
Penguasaan terhadap prinsip mengelola kelas merupakan keterampilan yang
harus dikuasai oleh bagian seorang guru yang profesional, selain harus menguasai
pengetahuan atau ilmu yang akan diajarkannya secara prima, juga harus menguasai
cara menyampaikan materi dan penguasaan ruang belajar sehingga akan tercapai proses
belajar mengajar yang efektif. Bila hal tersebut tidak tercapai, maka besar
kemungkinan proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan tidak memberikan hasil
yang memuaskan (Nasution, 1982)
Penguasaan terhadap prinsip pengelolaan kelas dan pengajaran menghendaki
agar guru menghiasi dirinya dengan prilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik,
baik itu dalam pergaulan di sekolah maupun ketika berinteraksi di luar sekolah.
Tauladan yang diberikan oleh guru mungkin akan lebih memberikan bekas kepada
kehidupan siswa ke depan daripada sekedar memberikan ceramah di depan kelas. Sikap
dan tindak laku seorang guru akan senantiasa diingat dan dikenang oleh para siswanya.
Tugas guru sebagaimana dikemukakan Crow and Crow hendaknya memiliki
sifat kepribadian yang disepakati sebagai syarat seorang pendidik, yaitu:
1. Perhatian dan kesenangan pada subyek didik.
Memberikan perhatian kepada subyek didik merupakan hal terpenting dalam proses
pendidikan. Siswa sebagai subyek didik tentunya memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan yang merupakan tugas pokok gurulah untuk mengisinya. Apabila guru
memberikan perhatian kepada siswa, maka siswa akan merasa bahwa dia tidak belajar
sendiri, siswa akan lebih termotivasi dan akan lebih belajar dengan baik lagi.
2. Kecakapan pengelolaan sarana pendidikan.
Sarana pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat menunjang proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik, seperti media, kursi, meja dan alat-alat lannya. Bagi
guru yang memiliki kecakapan dalam mengelola sarana dan prasarana, maka proses
belajar mengajar akan berlangsung dengan mudah dan berjalan dengan baik meski
sarana yang tersedia kurang memadi. Namun sebaliknya, meski sarana pembelajaran
yang tersedia memadai akan tetapi tidak didukung oleh kemampauan guru dalam
mengelola sarana, maka ketersediaan sarana tersebut hanya akan menjadi sia-sia.
Dari uraian di atas, dapatlah kita pahami bahwa pengelolaan kelas dimaksudkan
agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif. Dengan kata lain pengelolaan
ini tujukan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan. Jika tujuan tersebut dapat dicapai
barulah pengelolaan dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan efektif.
2.3 Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik
Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah lingkungan .Guru harus
menciptakan lingkungan kelas yang membatu perkembangan pendidikan subjek
didiknya (siswa). Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat. Kelas sedapat mungkin
harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan.Selain itu, pegaturan
tempat duduk di kelas juga harus disesuaikan dengan kondisi kelas, sehingga kelas
menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar.
Everston dalam Jacobsen 2009, menyatakan bahwa dalam merancang desain fisik
kelas, setidaknya ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Visibilatas
Dapatkah siswa melihat papan tulis atau tampilan-tampilan visual lain? Apakah
guru memiliki pandangan yang jelas mengenai wilayah-wilayah pengajaran yang
akan mereka amati?
2. Aksesibilitas
Apakah wilayah-wilayah ber-traffic tinggi seperti pintu masuk sudah benar-
benar dipertimbangkan secara efisien dalam kelas?
3. Pengalihan (perhatian)
Apakah mungkin wilayah-wilayah yang gaduh dipisahkan dari wilayah-wilayah
lainnya? Apakah pintu atau jendela kelas mengundang siswa untuk turut hanyut di
dalamnya?
Dengan pertimbangan-pertimbangan umum ini, ada beberapa cara yang berbeda
dalam menyusun meja di dalam kelas.
Gambar : letak susunan meja tradisional
Setting tradisional dengan deertan meja dan bangku guru di depan memusatkan
perhatian pada guru dan cenderung mengurangi intensitas komunikasi diantara siswa.
Susunan kelas ini sangat efektif ketika guru sedang menyajikan pelajaran pada semua
siswa, tetapi susunan tersebut dapat mempersulit kerja kelompok.

Gambar : letak susunan meja alternatif dan tersendiri


Ada beberapa kelas yang menggunakan meja untuk tempat duduk, dengan meja
guru yang di tempatkan di bagian pinggir, sedangkan ada juga beberapa kelas yang
menggunakan susunan dimana siswa memiliki “jarak kerja” mereka masing-masing
dengan niat mengurangi sedikit kemungkinan pengalihan pandangan/perhatian.
Guru harus memperhatikan bagaimana menata fasilitas dan perabot kelas sehingga
akan dapat aman, nyaman dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung. Ciri-ciri
produktif dalam pengelolaan kelas antara lain:
a. Memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa serta
antara siswa sendiri
b. Tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
c. Sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat terjaga dengan baik
d. Memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa maupun dengan
gurunya
e. Kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
f. Dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam pengelolaan kelas
g. Dapat mencapai hasil yang optimal.
Menurut Radno Harsanto pengelolaan kelas yang dinamis ditunjukkan dengan
pengelolaan:
1) Berbagai jenis kelas
2) Belajar bersama dalam kelompok
3) Mengadakan analisis sosial
4) Mengefektifkan papan tulis di kelas
5) Mengefektifkan posisi tempat duduk siswa
6) Mengembangkan pemetaan bahan
7) Memanfaatkan perpustakaan sekolah
8) Mengembangkan kemampuan bertanya
9) Mengatasi masalah disiplin kelas
2.4 Pengelolaan Kelas dalam Konteks Psikologis
Sebagai upaya menciptakan dan memelihara kondisi lingkungan belajar yang
efektif, guru harus mampu memilih cara yang tepat dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Selain pengelolaan kelas secara fisik, guru juga perlu menguasai kelas
secara non fisik (psikologis). Pengelolaan lingkungan psikologis atau sosial meliputi
interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan interaksi antara siswa, guru, serta
lingkungan di sekitarnya (Sunhaji, 2014).
Cara pengejaran guru menjadi salah satu kunci penting keberhasilan kegiatan
belajar di dalam kelas. Sorang guru dituntut untuk mampu memilih cara yang tepat
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Menurut (Sunhaji, 2014), ada beberapa
upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengelola kelas:
1. Menyusun strategi pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kondisi kelas. Strategi
tersebut bisa berupa:
a. Metode ceramah
b. Kegiatan diskusi
c. Metode debat
d. Demonstrasi guru
e. Pemberian pengarahan tentang agenda pembelajaran
2. Strategi pembelajaran individu, dimana siswa akan diminta menyelesaikan tugas
secara mandiri. Siswa akan diberi kesempatan untuk mempelajari keterampilan atau
pengetahuan dan mempraktikkan tingkat pemahamannya secara independen.
3. Menyusun pembelajaran kelompok kecil yang meliputi:
a. Pembelajaran kooperatif, dimana setiap siswa dalam satu kelompok akan berbagi
pengetahuan tentang pemblajaran yang sama, bekerja secara independn, dan
memastikan seluruh anggota kelompoknya dapat meraih tujuan kelompok dengan baik.
Dalam kelompok ini diharapkan ada minimal satu “ahli” dalam kelompok.
b. Pembelajaran kolaboratif, dimana siswa dapat bekerja sama dan berbagi pngetahuan
namun hasil responsibilitas siswa akan lebih besar dibanding situasi pembelajaran
kooperatif.
4. Strategi pembelajaran dengan bekerja pasangan
a. Berpasangan secara acak dengan harapan siswa yang berpasangan dapat saling
bertukar ide dan memenuhi tuntutan tugas.
b. Mentor murid, dimana guru akan membentuk kelompok tertentu yang beranggotakan
siswa dengan keterampilan tak sama dengan harapan salah satu murid yang dianggap
mampu akan membimbing pasangannya.
Dalam praktiknya, walaupun seorang guru sudah mempersiapkan kegiatan
pembelajaran sebaik mungkin, sering kali muncul perilaku siswa yang mengganggu
kondisi kelas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dapat menerapkan sistem
reward dan punishment. Reward akan diberikan pada siswa yang berprestasi atau
berperilaku baik, sedangkan punishment akan diberikan pada siswa yang melanggar
peraturan. Adanya sistem ini dimaksudkan agar siswa termotivasi dalam mengikuti
kegiatan belajar. Menurut (Zahroh, 2015), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
guru dalam meningkatkan motivasi belajar. yaitu:
a. Membangkitkan minat belajar.
Dalam poin ini, guru harus mampu memberikan kesan bahwa belajar sangat penting
bagi kehidupan siswa. Oleh sebab itu, guru juga perlu mengaitkan matri pembelajaran
dengan kegiatan sehari-hari sesuai dengan minat dan gaya belajar siswa.
b. Mendorong rasa ingin tahu
Guru dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti studi kasus, diskoveri,
inkuiri, diskusi, dan sejenisnya untuk mengajak siswa terlibat aktif dalam kegiaatn
belajar dan meningkatkan hasrat keingintahuan siswa.
c. Menggunakan variasi dalam menyajikan kegiatan belajar
Dalam poin ini guru dapat menggunakan media pembelajaran dan metode prmainan
sebagai variasi pembelajaran.
d. Membantu siswa merumuskan tujuan belajar
Prinsip yang mendasari motivasi belajar anak adalah tujuan apa yang ia rancang untuk
dpaat dicapai melalui kegiatan belajar.

2.5 Cara Menerapkan Prinsip-Prinsip Mengelola Kelas


Pada dasarnya ada dua macam kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap guru
atau pelatih mereka mengelola sumber belajar dan melaksanakan dirinya sebagai
sumber belajar.
Menurut Udin.(2002) apabila seorang guru atau instuktur dengan sengaja
menciptakan suatu lingkungan belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk
mewujudkan tujuan yang sudah dirumuskan sebelumnya, maka ia bertindak sebagai
“guru-manager”. Apabila guru atau instruktur yang sama secara fisik mengajar di kelas
tersebut, maka ia menjadi salah-satu dari sumber belajar yang di kelolanya, dan dengan
demikian ia berperanan sebagai “guru pelaksana” (“teacher-operator”). Ia mengatakan
bahwa ia adalah sumber belajar yang paling sesuai, lebih sesuai untuk mewujudkan
tujuan belajar dari pada setiap buku teks, buku kerja, film, pita suara atau piring hitam,
yang bisa diperoleh.
Dalam banyak kesempatan, hal ini mungkin benar sekali, tetapi seringkali guru
memutuskan untuk secara aktif berbicara dan menulis dengan kapur di papan tulis
hanya karena dia senang dan menikmati pekerjaan mengajar. Dengan kata lain,
keputusan untuk menjadi “guru pelaksana” diambil atas dasar kesenangan atau pilihan
pribadi, dan bukan atas dasar analisis kebutuhan situasi belajar yang sesungguhnya
Guru yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas memiliki kemampuan
untuk menempatkan dirinya sebagai guru manager dan guru pelaksana. Dia juga
mengetahui waktu yang tepat untuk memposisikan dirinya sebagai guru manager atau
guru pelaksana. Sehingga dalam setiap proses pembelajaran guru akan senantiasa
berganti peran sesuai dengan keperluan dalam proses pengelolaan kelas (Usman, 1996)
2.6 Tugas Guru dalam Mengelola Kelas
Menurut Sotjipto (1999) berhubungan karena waktu yang tersedia dan
kemampuan guru sebagai pengelola selalu terbatas, maka mereka harus sedapat
mungkin mengkosentrasikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan meniadakan
peranannya yang unik dalam organisasi sebagai pengelola sumber belajar. Dengan
demikian di mungkinkan untuk mengisolasikan dan mengidentifikasi 4 fungsi umum
yang merupakan ciri pekerjaan seorang guru sebagai manager:
a. Merencanakan, ini adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar.
b.Mengorganisasikan, ini dalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan
menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar
dengan cara yang paling efektif, efisien dan ekonomis mungkin.
c. Memimpin, ini adalah pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong dan
menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan
tujuan belajar.
d. Mengawasi, ini adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya
dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan
tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus
menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukannya mengubah tujuannya.
Walaupun keempat fungsi pengelolaan ini merupakan kegiatan terpisah satu
sama lain, namun mereka harus dipandang sebagai suatu lingkaran atau siklus kegiatan
yang berhubungan secara bersama-sama, hal itu merumuskan kawasan khusus dari
kemampuan dan keahlian professional seorang guru, secara bersama-sama, hal itu
merupakan proses pengelolaan pendidikkan dan latihan. Akan tetapi, ada sisi lain dari
peranan pengelola, karena untuk proses pengelolaan tugas untuk “menentukan” sama
pentingnya dengan tugas untuk “melaksanakan” (Surya, 1990).
Peran guru sangat besar dalam pengelolaan kelas, karena guru sebagai
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral serta
sumber kegiatan belajar mengajar. Guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam
mengelola kelas, karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas
terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya. Dalam kaitannya dengan
tugas pengelolaan kelas ada beberapa tugas guru yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Tugas sebagai pengajar atau instruksional
Tugas ini mewajibkan guru menyampaikan sejumlah materi pelajaran sesuai dengan
GBPP pengajaran, yang berupa informasi, fakta serta tugas dan keterampilan yang harus
dikuasai oleh siswa. Untuk itu guru harus menguasai materi pelajaran, metode mengajar
dan teknik-teknik evalauasi. Dalam tugas ini guru dianggap sumber informasi dan
sumber belajar utama. Oleh karena itu guru harus selalu menambah dan memperluas
wawasannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar hal-hal yang perlu dilakukan guru
adalah:
a. Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara berkelanjutan.
b. Membut persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap bahan
kajian yang akan di ajarkan berkaitan dengan penggunaan metode tertentu.
c. Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar
mengajar yang efektif.
d. Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar.
e. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang merupakan program
sekolah. Misalnya, program pengajaran perbaikan dan pengajaran pengayaan serta
ekstra kurikuler.
f. Mengatur ruangan kelas.
g. Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik serta daya
tangkap siswa terhadap pelajaran.
2. Tugas sebagai pendidik atau educational
Tugas guru bukan saja mengajar, tetapi lebih dari itu mengantar siswa menjadi
manusia dewasa yang cerdas dan berbudi luhur. Dalam hal ini tugas guru dalam
pembentukan sikap, mental dan watak yang sangat dominant. Dengan demikian system
”guru” sangatlah sesuai, karena secara psikologis siswa memerlukan “guru” di sekolah,
sebagai pengganti orang tuanya. Oleh sebab itu guru harus memperhatikan siswa
terutama sikap, tingkah laku, ketertiban dan kedisiplinannya. Disamping itu guru harus
memperhatikan kebiasaan-kebiasaan, kelainan-kelainan, kekhususan, kelebihan dan
kekurangan masing-masing siswa (Winkel, W.S, 1987)
3. Tugas sebagai pemimpin atau managerial
Tugas ini bukan saja pada saat pelajaran berlangsung tetapi juga sebelum dan
sesudah pelajaran berlangsung. Guru adalah pemimpin dan penanggung jawab utama di
kelasnya. Oleh karena itu yang terjadi di kelas dan yang berkaitan dengan siswa secara
langsung atau tidak langsung menjadi tanggung jawab guru. Sehubungan dengan itu
guru harus banyak tahu latar belakang siswa-siswinya, baik segi sosial, ekonomi,
maupun budaya.
Sebagai pemimpin kelas, guru harus mengadakan hubungan dengan sekolah lain,
masyarakat sekitar sekolah, termasuk dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di
lingkungannya. Oleh kerena itu hal-hal yang menyangkut tata usaha, dan administrasi
kelas termasuk juga dalam lingkup tugas guru sebagai managerial guru. Menurut
Sunhaji (2014) Dalam menjalankan tugasnya seorang guru setidaknya harus memiliki
kemampuan dan sikap sebagai berikut:
a. Menguasai kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, mempunyai kedudukan yang
cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran. Oleh sebab itu
guru harus menguasai benar kurikulum/GBPP yang merupakan pedoman yang dapat
mengarahkan dalam merencanakan program dan belajar mengajar di kelas. Tanpa
pengusaan yang baik terhadap kurikulum yang berlaku guru akan mengalami kesulitan
dan kurang terarah dalam penyampaian materi kepada siswa.
Guru harus tahu batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar
mengajar, baik keluasan materi, konsep maupun tingkat kesulitannya sesuai yang
digariskan dalam kurikulum. Guru yang baik adalah guru berhasil dalam pengajaran,
dan mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
Untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan- tujuan itu, maka setiap guru
harus memiliki berbagai kemampuan atau kualifikasi professional.Tugas professional
ini meliputi tugas-tugas mendidik (untuk mengembangkan kepribadian siswa),
mengajar (untuk mengembangkan kemampuan berfikir) dan melatih (untuk
mengembangkan keterampilan siswa).
b. Menguasai materi mata pelajaran
Guru mata pelajaran adalah guru yang dapat mengajarkan mata pelajaran yang
dikuasainya. Guru dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan,
tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam materi yang akan
diajarkan. Oleh karena itu dalam memberikan materi pelajaran guru mempunyai
peranan dan tugas sebagai pengelola proses belajar mengajar di kelas yang di tuntut
banyak inisiatif dan penuh kreatifitas. Jadi penguasaan terhadap semua materi pelajaran
mutlak dimiliki oleh seorang guru.
c. Menguasai metode dan evaluasi belajar
Salah satu kelemahan mendasar yang biasanya terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar justrun terletak pada inti aktifitas itu sendiri, yaitu pelaksanan kegitan
mengajar yang melibatkan guru dan siswa serta interaksinya satu sama lainnya.
Dalam rangka kegiatan belajar mengajar guru harus menguasai berbagai metode
mengajar. Selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mamapu memilih
metode yang tepat sesuai materi pelajaran, tingkat kecerdasan siswa serta lingkumgan
dan kondisi setempat, kemudian merancang menjadi satu program pengajaran yang
baik dan terus diperbaiki dan disempurnakan.
Selanjutnya guru harus mampu mengukur dan menilai hasil pekerjaan siswa,
terutama sekali yang menyangkut kegiatan belajar mengajar, baik proses maupun hasil
belajarnya.
Dengan demikian guru harus menguasai teknik-teknik evaluasi yang diperlukan.
Namun, bukanlah sampai di situ saja guru seharusnyalah meneliti dan menelaah hasil
evaluasi para siswa, kemudian menentukan langkah selanjutnya untuk memperbaiki
dan menyempurnakan program belajar mengajar.
d. Setia terhadap tugas
Profesi guru sangatlah berlainan dengan propesi lainnya Karena pekerjaan guru
menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik dan intelektual seorang anak manusia.
Segala kegiatan belajar mengajar harus disiapkan secara matang untuk itu guru harus
benar-benar menyatu, menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya. Guru-guru
yang berhasil pada dasarnya adalah guru yang mencintai tugasnya, dan guru yang setia
terhadap tugasnya.
e. Disiplin dalam arti luas
Pendidikan adalah suatu proses, bersama prose situ anak bertumbuh dan
berkembang dalam belajar. Pendidik dengan sengaja mempengaruhi arah proses itu
sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan diterima serta berlaku dalam
masyarakat. Kuat lemahnya pengaruh itu sangat bergantung pada tata disiplin yang
ditetapkan dan dicontohkan oleh guru.
Di kelas guru adalah “pemimpin” yang menjadi teladan dan panutan siswa-siswinya.
Oleh sebab itu disiplin bagi seorang guru merupakan bagian penting dari tugas-tugas
kependidikan. Dalam hal ini tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin pada anak
didiknya tetapi juga penting adalah mendisiplinkan diri sendiri sebagai ciri khas figur
seorang.
2.7 Pendekatan yang dapat Dilakukan untuk Mengelola Kelas
Interaksi antara guru dan siswa menjadi salah satu komponen penting dalam
kegiatan pembelajaran. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan
yang dilakukan oleh guru dalam upaya mengelola kelas agar pembelajaran menjadi
efektif. Beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas menurut Zahroh (2015), antara
lain:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas sebagai upaya untuk mengontrol peserta didik tentu
membutuhkan peranan guru dalam menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
kelas. Kedisiplinan menjadi fakotr utama yang menekankan pentingnya peserta didik
untuk mentaati peraturan. Dalam pendekatan ini, guru harus mampu membawa siswa
taat pada peraturan yang bertindak sebagai “penguasa” dan mengontrol aktivitas siswa
di kelas.
2. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan menekankan pada asumsi bahwa:
1. Semua tingkah laku anak, baik yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil
dari adanya proses belajar.
2. Ada proses psikologis (penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan
negative) yang mendasari terjadinya proses belajar yang dimaksud. Dalam pendekatan
ini, guru dapat merespon siswa dengan memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang
berkelakuan baik serta dapat memberikan hukuman yang bersifat mendidik pada siswa
yang berkelakuan menyimpang dari aturan.
3. Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio- Emosional
Guru merupakan kunci terbentuknya iklim sosio-emosional yang kondusif bagi
keefektifan kegiatan pembelajaran. Sikap dan kebiasaan guru untuk tampil tulus, jujur,
terbuka, semangat dan hangat tentu dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran di sekolah.

4. Pendekatan Proses Kelompok


Unsur-unsur pendekatan ini mencakup:
a. Adanya timbal balik antara siswa dan guru
b. Kepemimpinan yang mengarahkan kegiatan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Pola dan ikatan persahabatan terbentuk yang mendukung kelompok semakin
produktif
d. Ada komuniksi efektif antaranggota kelompok
e. Ada derajat ketertarikan terhadap kelompok secara keseluruhan
f. Ada pemeliharaan norma
5. Pendekatan Ekletik
Pendekatan ini berdasarkan pada pemahaman kekuatan dan kelemahan dari semua
pendekatan. Pendekatan ekletik lebih menunjukan adanya kombinasi dari beberapa
pendekatan pengelolaan kelas yang ada. Syarat yang perlu dikuasai oleh guru untuk
menerapkan pendekatan ini adalah:
1. Menguasai pendekatan pengelolaan kelas yang lainnya
2. Dapat memilih pendekatan yang paling tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai
dengan masalah pengelolaan kelas yang dihadapi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru
dengan tujuan meciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagai
terjadinya proses belajar mengajar. Kelas kelas yang diatur dengan baik dapat
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dan meningkatkan motivasi siswa.
Pengelolaan kelas terbagi menjadi pengelolaan kelas secara fisik dan pengelolaan
secara non fisik (psikologis).

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun, selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
untuk digunakan sebagai sumber belajar bagaimna mengelola kelas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abbudin Nata, (2003), Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana.


Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, (2001), Ilmu Pendidikan, :Jakarta: Rineka Cipta
Jacobsen, A. David. 2009. Methods for Teaching. Pearson Education, Inc, Publishing.
New Jersey, USA.
Ivor .K. Davies, (1985), Pengelolaan Belajar, Jakarta: CV Rajawali.
Nasution, (1982), Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung: Jemmare.
Sunhaji. 2014. Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal
Kependidikan 2 (2): 30-46.
Surya Subrata, (1990), Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sotjipto Rapli Kosasi, (1999), Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.
Udin. S. Winata Putra, (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Usman, Moh. Uzer. (1996). Menjadi guru profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya
Winkel, W.S. (1987). Psikologi pengajaran. Jakarta : P.T. Gramedia.
Zahroh, Lailatul. 2015. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. Tasyri’ 22(2): 175-189.

Anda mungkin juga menyukai