Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP PENGELOLAAN KELAS DALAM KONTEKS FISIK DAN

PSIKOLOGIS

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dibina oleh Ibu Avia Riza Dwi Kurnia, S.Pd, M.Pd dan Bapak Deny Setiawan, M. Pd.

Disusun oleh
Kelompok 9 Offering C :
Livia Apriliani (160341606038)
Novela Memiasih (160341606093)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik dan Psikologis”.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelengkapan dan ketepatan isi makalah. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terhadap makalah kami.

Demikianlah makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan sebagai
acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Malang, 28 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru dituntut memiliki kemampuan mengelola komponen-komponen pembelajaran,
yang dapat membuat suasana proses belajar mengajar efektif. Ketertiban dalam proses
belajar mengajar didambakan oleh setiap para pendidik dan peserta didik, untuk itu guru
harus mampu merubah suasana kelas yang dapat membuat siswa dalam proses belajar
bersemangat, mempunyai tantangan dan berkeleluasaan.
Seorang guru idealnya menguasai teknik-teknik pengelolaan kelas. Guru yang dapat
menerapkan prinsip kehangatan dan keantusiasan dalam proses belajar mengajar akan lebih
disenangi oleh para peserta didik. Selain itu guru harus dapat menerapkan prinsip tantangan
dalam proses belajar sebagai bahan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat.
Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas
belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM
tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini
masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali muncul berbagai
keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan
PBM tersebut. Keluhan-keluhan itu sebenarnya tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya
dapat diminimalisasikan, apabila semua pihak dapat berperan, terutama guru sebagai
pengelola kelas dalam fungsi yang tepat.
Sementara ini pemahaman mengenai pengelolaan kelas nampaknya masih keliru.
Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai pengaturan ruangan kelas yang berkaitan
dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan
sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah
pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai
kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik.
Sejauh pengamatan penulis jarang sekali ada sekolah di Indonesia yang melaksanakan
pengelolaan kelas dengan tepat, meskipun Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
sudah memberikan dan mensosialisasikan pengelolaan kelas yang seharusnya dilakukan.
Depdiknas pernah melakukan pelatihan bagi guru dan kepala sekolah mengenai pengelolaan
kelas, namun hasilnya belum terlihat secara nyata dalam pengelolaan kelas.
Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang memegang peranan yaitu guru dan
siswa. Guru sebagai pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang lebih dominan
dari siswa. Motivasi kerja guru dan gaya kepemimpinan guru merupakan komponen yang
akan ikut menentukan sejauhmana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.
Namun pada kenyataannya tidak semua guru mempunyai keterampilan kelas yang
memadai dalam proses belajar mengajar. Banyak di antaranya yang melaksanakan proses
belajar mengajar apa adanya saja. Proses belajar mengajar hanya berupa penyampaian
informasi dari guru kepada perserta didik. Terkadang guru tidak memperhatikan hal-hal yang
menunjang terlaksanakanya proses belajar mengajar dengan baik dan efesien. Misalnya
dengan tidak pernah menciptakan keakraban dengan siswa, mengabaikan prinsip bervariasi
belajar dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?
2. Bagaimana pengelolaan kelas dalam konteks fisik?
3. Bagaimana pengelolan kelas dalam konteks psikologis?
4. Apa yang dimaksud keterampilan pengelolaan kelas?
5. Apa saja pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk mengelola kelas?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengelolaan kelas.
2. Untuk mengetahui pengelolaan kelas dalam konteks fisik.
3. Untuk mengetahui pengelolaan kelas dalam konteks psikologis.
4. Untuk mengetahui keterampilan pengelolaan kelas.
5. Untuk mengetahui pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengelola kelas.
BAB II
ISI
2. 1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai classroom management,
itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian pengelolaan atau
manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian. Menurut Arikunto (1995),
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan. Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan
dalam Ardiansyah (2011), pengelolaan kelas Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris
diistilahkan sebagai classroom management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan
manajemen. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan
penilaian. Menurut Arikunto (1995), pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.
Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan dalam Ardiansyah (2011), pengelolaan kelas.
Nurhadi dalam Ardiansyah (2011), mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan
upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana (kondisi) kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan
mempertahankan motivasi siswa untuk selalu terlibat dan berperan serta dalam proses
pendidikan di sekolah. Wilford A. Weber dalam Surjana (2002), mengemukakan bahwa
Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and
maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional
objectives efficiently – that will enable them to learn.
Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat
perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi
kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang di dalamnya
mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
2. 2 Pengelolaan Kelas dalam Konteks Fisik
Kelas yang atraktif, cerah, nyaman dan berwarna dapat menciptakan perilaku-perilaku
yang positif, yang menuntun pada peningkatan prestasi, sedangkan kelas yang suram dan
kusam dapat memiliki pengaruh sebaliknya. Faktor-faktor lain seperti materi-materi dan
persiapan-persiapan juga penting. Siswa merespon secara positif materimateri pembelajaran
atraktif dan guru seharusnya mempertimbangkan hal ini ketika mempersiapkan materi yang
akan disampaikan pada siswa (Jacobsen, 2009).
Everston dalam Jacobsen 2009, menyatakan bahwa dalam merancang desain fisik
kelas, setidaknya ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Visibilatas
Dapatkah siswa melihat papan tulis atau tampilan-tampilan visual lain? Apakah guru
memiliki pandangan yang jelas mengenai wilayah-wilayah pengajaran yang akan mereka
amati?
2. Aksesibilitas
Apakah wilayah-wilayah ber-traffic tinggi seperti pintu masuk sudah benar-benar
dipertimbangkan secara efisien dalam kelas?
3. Pengalihan (perhatian)
Apakah mungkin wilayah-wilayah yang gaduh dipisahkan dari wilayah-wilayah lainnya?
Apakah pintu atau jendela kelas mengundang siswa untuk turut hanyut di dalamnya?
Dengan pertimbangan-pertimbangan umum ini, ada beberapa cara yang berbeda dalam
menyusun meja di dalam kelas. Setting tradisional dengan deertan meja dan bangku guru
di depan sebagaimana Gambar 2.1, memusatkan perhatian pada guru dan cenderung
mengurangi intensitas komunikasi diantara siswa. Susunan kelas ini sangat efektif ketika
guru sedang menyajikan pelajaran pada semua siswa, tetapi susunan tersebut dapat
mempersulit kerja kelompok. Siswa yang berada di belakang ruangan cenderung untuk
“berpisah secara fisik” dengan guru dan mereka sering kali tampak sebagai siswa
yang menyebabkan masalah-masalah pengelolaan kelas.
Gambar 2.1 Susunan Tempat Duduk dengan Setting Tradisional

Meski demikian, ada beberapa kelas yang menggunakan meja untuk tempat duduk,
dengan meja guru yang di tempatkan di bagian pinggir, sebagaimana dalam Gambar 2.2.
sedangkan ada juga beberapa kelas yang menggunakan susunan dimana siswa memiliki
“jarak kerja” mereka masing-masing dengan niat mengurangi sedikit kemungkinan
pengalihan pandangan/perhatian. Susunan seperti ini sering digunakan untuk instruksi
individual sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Gambar 2.3


Dalam mempertimbangkan susunan tempat duduk, faktor-faktor seperti perasaan siswa
bahwa mereka sudah sesuai dengan susunan kelas adalah hal yang penting. Rasa kesesuaian
adalah kebutuhan dasar; susunan fisik yang mendorong rasa kesesuaian dapat meningkatkan
perasaan-perasaan menjadi menjadi lebih baik dan membantu mencegah masalah-masalah
pengelolaan kelas. Selain itu, ketika guru memikirkan susunan-susunan fisik kelas,
pertimbangkan sasaran-sasaran pengelolaan kelas dan akademik. Jenis pembelajaran apa
yang dibutuhkan? Apakah siswa perlu berinteraksi dengan siswa-siswa lain? Apakah
hubungan merupakan hal yang penting di antara guru dan siswa secara individu? Apakah
komunikasi antar siswa diinginkan? Apakah ruang-ruang kerja bagi individu dan kerja
kelompok dibuat penting? Menurut Wana (2008), pengelolaan kelas (lingkungan fisik) yang
tepat harus mengikuti rambu-rambu umum yang dapat dijadikan acuan baik pada konsep
pengajaran maupun pendidikan meliputi:
1. Kelas dikelola dengan pola ”semua keperluan”
2. Pencahayaan cukup dan Kebisingan yang mungkin terjadi dapat diredam
3. Papan Tulis
4. Lemari penyimpan dokumen, proyektor OHP, dan lain-lain.
5. Lemari Buku
6. Ruang Kelas
7. Guru harus memperhatikan bagaimana menata fasilitas dan perabot kelas sehingga akan
dapat aman, nyaman dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.
Ciri-ciri produktif dalam pengelolaan kelas antara lain:
a. Memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa serta
antara siswa sendiri
b. Tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
c. Sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat terjaga dengan baik
d. Memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa maupun dengan
gurunya
e. Kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
f. Dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam pengelolaan kelas
g. Dapat mencapai hasil yang optimal.
2. 3 Pengelolaan Kelas dalam Konteks Non Fisik (Psikologis)
Sebagai upaya menciptakan dan memelihara kondisi lingkungan belajar yang efektif,
guru harus mampu memilih cara yang tepat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Selain pengelolaan kelas secara fisik, guru juga perlu menguasai kelas secara non fisik
(psikologis). Pengelolaan lingkungan psikologis atau sosial meliputi interaksi siswa dengan
guru, siswa dengan siswa, dan interaksi antara siswa, guru, serta lingkungan di sekitarnya
(Sunhaji, 2014).
Cara pengejaran guru menjadi salah satu kunci penting keberhasilan kegiatan belajar di
dalam kelas. Sorang guru dituntut untuk mampu memilih cara yang tepat dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Menurut (Sunhaji, 2014), ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
guru dalam mengelola kelas:
1. Menyusun strategi pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kondisi kelas. Strategi
tersebut bisa berupa:
a. Metode ceramah
b. Kegiatan diskusi
c. Metode debat
d. Demonstrasi guru
e. Pemberian pengarahan tentang agenda pembelajaran
2. Strategi pembelajaran individu, dimana siswa akan diminta menyelesaikan tugas
secara mandiri. Siswa akan diberi kesempatan untuk mempelajari keterampilan atau
pengetahuan dan mempraktikkan tingkat pemahamannya secara independen.
3. Menyusun pembelajaran kelompok kecil yang meliputi:
a. Pembelajaran kooperatif, dimana setiap siswa dalam satu kelompok akan berbagi
pengetahuan tentang pemblajaran yang sama, bekerja secara independn, dan
memastikan seluruh anggota kelompoknya dapat meraih tujuan kelompok dengan
baik. Dalam kelompok ini diharapkan ada minimal satu “ahli” dalam kelompok.
b. Pembelajaran kolaboratif, dimana siswa dapat bekerja sama dan berbagi
pngetahuan namun hasil responsibilitas siswa akan lebih besar dibanding situasi
pembelajaran kooperatif.
4. Strategi pembelajaran dengan bekerja pasangan
a. Berpasangan secara acak dengan harapan siswa yang berpasangan dapat saling
bertukar ide dan memenuhi tuntutan tugas.
b. Mentor murid, dimana guru akan membentuk kelompok tertentu yang
beranggotakan siswa dengan keterampilan tak sama dengan harapan salah satu
murid yang dianggap mampu akan membimbing pasangannya.
Dalam praktiknya, walaupun seorang guru sudah mempersiapkan kegiatan pembelajaran
sebaik mungkin, sering kali muncul perilaku siswa yang mengganggu kondisi kelas. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, guru dapat menerapkan sistem reward dan punishment.
Reward akan diberikan pada siswa yang berprestasi atau berperilaku baik, sedangkan
punishment akan diberikan pada siswa yang melanggar peraturan. Adanya sistem ini
dimaksudkan agar siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar. Menurut (Zahroh,
2015), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi
belajar. yaitu:
a. Membangkitkan minat belajar.
Dalam poin ini, guru harus mampu memberikan kesan bahwa belajar sangat penting
bagi kehidupan siswa. Oleh sebab itu, guru juga perlu mengaitkan matri pembelajaran
dengan kegiatan sehari-hari sesuai dengan minat dan gaya belajar siswa.
b. Mendorong rasa ingin tahu
Guru dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti studi kasus,
diskoveri, inkuiri, diskusi, dan sejenisnya untuk mengajak siswa terlibat aktif dalam
kegiaatn belajar dan meningkatkan hasrat keingintahuan siswa.
c. Menggunakan variasi dalam menyajikan kegiatan belajar
Dalam poin ini guru dapat menggunakan media pembelajaran dan metode prmainan
sebagai variasi pembelajaran.
d. Membantu siswa merumuskan tujuan belajar
Prinsip yang mendasari motivasi belajar anak adalah tujuan apa yang ia rancang
untuk dpaat dicapai melalui kegiatan belajar.
2. 4 Keterampilan Pengelolaan Kelas
Kegiatan mengajar pada hakikatnya merupakan proses mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa. Keberhasilan guru dalam kegiatan belajar tidak hanya
tertuju pada pengetahuan mengenai kurikulum, mtode mengajar, media pembelajaran, dan
wawasan materi pembelajaran saja, akan tetapi guru juga dituntut untuk mampu mecipatkan
dan memelihara kondisi kelas yang kondusif dan efektif serta menyenangkan
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran
yang dibagi mnejadi dua golongan, yaitu fakotr intern dan faktor kstern. Faktor intern
berkaitan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku siswa. Sedangkan masalah ekstern
dapat berupa suaana lingkungan belajar yang kurang kondusif, penempatan siswa yang
kurang tepat, dan lain-lain (Zahroh, 2015). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua
keterampilan yang perlu dikuasai guru, yang meliputi:
a. Keterampilan preventif
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal. Guru dapat berinisiatif dalam melakukan aktivtas-
aktivitas berikut:
1. Sikap tanggap, artinya guru tanggap terhadap adanya perhatian, keterlibatan, atau
ketidakacuhan dari siwa dalam kegiatan belajar. sikap ini dapat dilakukan dengan
memandang dan mendekati siswa, memberikan pertanyaan, serta memeberikan
reaksi terhadap ganggunan dan ketidakacuhan siswa.
2. Membagi perhatian, guru dapat memberikan perhatian kepada sluruh siswa baik
secara visual maupun verbal. Perhatian secara visual dapat dialkukan dengan
memandang siswa secara bergantian, sedangkan perhatian secara verbal artinya
guru dapat mmbrikan komentar, pnjelasan, atau sejenisnya pada siswa.
3. Memusatkan perhatian kelompok
Guru dapat berinisiatif memusatkan perhatian sisa dengan cara menyiagakan
siswa, mnuntut tanggung jawab siswa, memberi petunjuk, atau menegur.
b. Keterampilan bersifat kuratif, dimana guru dapat menggunakan pendekatan untuk
tindakan perbaikan tingkah laku peserta didik yang terus menimbulkan gangguan dan
tidak terlibat aktif dalam tugas di kelas yaitu dengan jalan:
1. Memodifikasi tingkah laku
2. Pendekatan pemecahan masalah, misalnya dengan memperlancar tugas-tugas dan
mengusahakan terjadinya kerjasama.
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
2. 5 Pendekatan Pengelolaan Kelas
Interaksi antara guru dan siswa menjadi salah satu komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang dilakukan
oleh guru dalam upaya mengelola kelas agar pembelajaran menjadi efektif. Beberapa
pendekatan dalam pengelolaan kelas menurut Zahroh (2015), antara lain:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas sebagai upaya untuk mengontrol peserta didik tentu membutuhkan
peranan guru dalam menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin kelas.
Kedisiplinan menjadi fakotr utama yang menekankan pentingnya peserta didik untuk
mentaati peraturan. Dalam pendekatan ini, guru harus mampu membawa siswa taat pada
peraturan yang bertindak sebagai “penguasa” dan mengontrol aktivitas siswa di kelas.
2. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan menekankan pada asumsi bahwa:
1. Semua tingkah laku anak, baik yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil
dari adanya proses belajar.
2. Ada proses psikologis (penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan
negative) yang mendasari terjadinya proses belajar yang dimaksud.
Dalam pendekatan ini, guru dapat merespon siswa dengan memberikan pujian atau
hadiah pada siswa yang berkelakuan baik serta dapat memberikan hukuman yang bersifat
mendidik pada siswa yang berkelakuan menyimpang dari aturan.
3. Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio- Emosional
Guru merupakan kunci terbentuknya iklim sosio-emosional yang kondusif bagi
keefektifan kegiatan pembelajaran. Sikap dan kebiasaan guru untuk tampil tulus, jujur,
terbuka, semangat dan hangat tentu dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah.
4. Pendekatan Proses Kelompok
Unsur-unsur pendekatan ini mencakup:
a. Adanya timbal balik antara siswa dan guru
b. Kepemimpinan yang mengarahkan kegiatan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Pola dan ikatan persahabatan terbentuk yang mendukung kelompok semakin
produktif
d. Ada komuniksi efektif antaranggota kelompok
e. Ada derajat ketertarikan terhadap kelompok secara keseluruhan
f. Ada pemeliharaan norma
5. Pendekatan Ekletik
Pendekatan ini berdasarkan pada pemahaman kekuatan dan kelemahan dari semua
pendekatan. Pendekatan ekletik lebih menunjukan adanya kombinasi dari beberapa
pendekatan pengelolaan kelas yang ada. Syarat yang perlu dikuasai oleh guru untuk
menerapkan pendekatan ini adalah:
1. Menguasai pendekatan pengelolaan kelas yang lainnya
2. Dapat memilih pendekatan yang paling tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai
dengan masalah pengelolaan kelas yang dihadapi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan kelas mencakup tindakan-tindakan yang menciptakan dan memelihara
lingkungan pembelajaran yang tertib. Kelaskelas yang diatur dengan baik dapat
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dan meningkatkan motivasi siswa. Pengelolaan kelas
terbagi menjadi pengelolaan kelas secara fisik yang meliputi komponen fisik
proses pembelajaran dan pengelolaan secara non fisik (psikologis) yang meliputi pengelolaan
kelas yang bersumber dari kemampuan guru untuk mengelola kelas sehingga terjadi
pembelajaran yang efektif, efisien dan tepat sasaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun,
selaiin itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai
sumber belajar bagaimna mengelola kelas dengan baik sehingga menjadikan suasana belajar
terasa menjadi kondusif dan menyenangkan, baik bagi murid maupun guru.
DAFTAR RUJUKAN
Ardiansyah, Asyrori. 2011, Definisi Pengelolaan Kelas (online). Diakses tanggal 24 Maret
2019).
Arikunto, Suharsimi. (1995). Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Jacobsen, A. David. 2009. Methods for Teaching. Pearson Education, Inc, Publishing. New
Jersey, USA.
Surjana, andyarto. 2002. Efektifitas Pengelolaan Kelas. Jurnal Pendidikan Penabur.
Sunhaji. 2014. Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal
Kependidikan 2 (2): 30-46.
Wana, Dina. 2008. Gaya belajar (online). Diakses tanggal 24 Maret 2019.
Zahroh, Lailatul. 2015. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. Tasyri’ 22(2): 175-189.

Anda mungkin juga menyukai