Anda di halaman 1dari 5

PERANAN DAN MANFAAT JAMUR BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Jamur merupakan organisme yang memiliki peran cukup banyak bagi kehidupan.
Peranan tersebut ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Peranan
jamur dalam kehidupan manusia diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jamur yang Merugikan


Jamur yang merugikan umumnya parasit dan menyebabkan penyakit (patogen)
pada organisme lain, contohnya penyakit kulit, infeksi pada alat kelamin, dan infeksi
paru-paru yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa jamur menyerang tanaman
pangan dan dapat menyebabkan racun bagi manusia yang mengonsumsinya.
Contohnya jamur Claviceps purpurea dari divisio Ascomycota yang dapat
menyebabkan penyakit pada perbungaan tanaman gandum. Penyakit yang disebabkan
jamur ini membentuk struktur berwarna ungu yang disebut ergot. Ergot mengandung
substansi yang beracun bagi manusia dan hewan ternak. Ergot ini apabila dikonsumsi
oleh manusia dapat menyebabkan kelemayuh (penyakit yang disebabkan oleh
matinya jaringan tubuh), kejang saraf, sensasi terbakar, halusinasi, dan gila sementara
atau gangguan jiwa sementara (Yardun, 2007).
Contoh jamur yang merugikan lainnya adalah jamur yang dapat mempercepat
pembusukan. Pada sebuah penelitian, ditemukan senyawa etilen pada jamur sebagai
salah satu hormon yang mempercepat pematangan buah. Hormon ini juga memicu
jamur yang ada di permukaan buah untuk germinasi atau tumbuh. Akibatnya, buah
mudah diserang dan nutrisi buah pun akan diabsorpsi oleh jamur. Selain itu, akibat
germinasi ini beberapa jenis jamur juga mampu membusukkan makanan dengan
menghasilkan racun, contohnya jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus.
Jamur ini mampu menyekresikan senyawa beracun yang disebut aflatoksin.
Aflatoksin ini bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker (Maren, 2007)
Berikut merupakan beberapa jenis jamur lain yang bersifat merugikan:
Penyebab penyakit pada manusia (Tyagi, 2016)
a. Candida albicans, penyebab sariawan dan keputihan (candidiasis)
b. Aspergillus fumigatus penyebab penyakit saluran pernapasan (aspergillosis)
c. Aspergillus nidulan penyebab s automikosis pada telinga
d. Aspergillus flavus penyebab kanker hati yang berasal dari kacang tanah tengik
e. Malassezia furfur penyebab ketombe
f. Microsporum penyebab kurap
g. Tinea versicolor penyebab panu
h. Tinea unguium jamur pada kuku
i. Pneumonia carinii penyebab pneumonia
Penyakit pada tumbuhan
a. Albugo parasit tumbuhan
b. Penicillium expansum apel busuk
c. Synchytrium endobioticum kutil kentang
d. Bipolaris oryzae bintik coklat pada padi
e. Puccinia graminis bercak karat pada rerumputan
f. Meliola mangiferae bintik hitam pada daun manga
2. Jamur yang Menguntungkan
Selain merugikan adapula jamur yang menguntungkan. Jamur yang
menguntungkan ini di antaranya ada yang berperan sebagai bahan makanan, bahan
obat-obatan, dan juga sebagai dekomposer di suatu ekosistem.
a. Sebagai Bahan Makanan
Jamur dikonsumsi sebagai bahan makanan oleh manusia. Jamur yang dapat
dimakan ini umumnya dari divisio Basidiomycota. Untuk mengetahui suatu jenis
jamur dapat dimakan atau tidak, hanya ahli Mikologi saja yang menguasainya,
terutama jamur-jamur liar yang belum teridentifikasi. Jenis jamur yang dapat
dikonsumsi sebagai bahan makanan, contohnya jamur shitake (Lentinulla edodes),
jamur kuping (Auricularia polytricha), dan jamur merang (Volvariella volvaceae).
Selain itu terdapat juga jenis jamur yang membantu dalam proses pembuatan suatu
jenis makanan atau minuman. Contohnya pembuatan oncom oleh jamur Neurospora
crassa dan pembuatan tuak oleh jamur Saccharomyces tuac melalui proses fermentasi
(Haryadi, 2013).
Jamur dari genus Saccharomyces dapat menghasilkan enzim yang mampu
memecah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Proses ini terus berlangsung dan akan
terhenti jika kadar etanol sudah meningkat sampai tidak dapat diterima lagi oleh sel-
sel khamir. Tingginya kandungan alkohol akan menghambat pertumbuhan khamir dan
hanya mikroba yang toleran terhadap alkohol yang dapat tumbuh. Saccharomyces
cerevisiae merupakan salah satu spesies khamir yang memiliki daya konversi gula
menjadi etanol sangat tinggi. Mikroba ini biasanya dikenal dengan baker’s yeast dan
metabolismenya telah dipelajari dengan baik. Produk metabolik utama adalah etanol,
CO2 dan air sedangkan beberapa produk lain dihasilkan dalam jumlah sangat sedikit
(Haryadi, 2013).
b. Sebagai Bahan Obat-obatan
Jamur yang digunakan sebagai bahan obata-obatan contohnya adalah Penicillium
chrysogenum. Penicillium chrysogenum merupakan kapang (jamur) yang sangat
penting dalam industri fermentasi untuk menghasilkan penisilin. Penisilin merupakan
kelompok antibiotik yang ditandai oleh adanya cicin β-laktam dan diproduksi oleh
berbagai jenis jamur (eukariot) yaitu dari jenis Penicillium, Aspergillus, serta oleh
beberapa prokariot tertentu (Madigan el al., 2000). Penisilin yang dihasilkan oleh
Penicillium chrysogenum merupakan hasil metabolit sekunder yang bersifat
ekstraseluler. Penisilin yang akan dikeluarkan dari sel dan terakumulasi di dalam
medium fermentasi, sehingga perlu dilakukan purifikasi. Menurut Waluyo (2004),
sifat-sifat yang dimiliki penisilin sebagai berikut:
a) Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host),
b) Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik,
c) Tidak menyebabkan resistensi pada kuman,
d) Berspektrum luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif,
e) Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila
dipergunakan dalam jangka waktu lama,
f) Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat,
g) Larut dalam air serta stabil.
c. Sebagai Dekomposer
Beberapa jamur mempunyai kemampuan menguraikan selulosa yang terdapat
dalam jaringan tumbuhan yang telah mati, misalnya limbah pertanian (jerami padi,
ampas tebu, pelepah pisang) menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat
dimanfaatkan oleh organisme lain. Selulosa tersebut merupakan polisakarida yang
apabila diproses lebih lanjut dapat menghasilkan etanol (Risdianto et al. 2009). Jamur
telah diketahui merupakan agen dekomposisi bahan organik khususnya selulosa.
Kadarmoidheen et al. (2012) menggunakan jamur Trichoderma viride, Aspergillus
niger dan Fusarium oxysporum untuk mendegradasi limbah selulosa. Dari hasil
degradasi limbah, jamur Trichoderma viride menunjukkan kemampuan paling tinggi
kemudian Aspergillus niger dan terakhir Fusarium oxysporum. Jamur
Helminthosporium sp mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam proses sakarifikasi
jerami dibandingkan Cladosporium sp. (Sivaramanan 2014). Beberapa jamur
selulolitik juga telah dikembangkan untuk menghasilkan enzim selulase yang banyak
dibutuhkan oleh industri. Enzim selulase memiliki beberapa aplikasi komersial
seperti malting, pengolahan kayu, persiapan pembuatan kain drill dari jaringan
tanaman dan proses penghilangan tinta dari kertas cetak (Oyeleke, 2012). Enzim
selulase dihasilkan oleh jamur Chaetomium, Aspergillus, Penicillium, Fusarium,
Myrothesium dan Trichoderma (Akinyele et al. 2013).

Akinyele JB, Olaniyi OO. 2013. Investigation of the cellulases production by


Aspergillus niger NSPR002 in different cultivation condition. Innov Romanian
Food Biotechnol 13: 71-79.
Haryadi, H. 2013. Analisa Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan dengan Metode
Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas Saccharomyces Cereviceae Secara
Mikroskopis. Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi
Kadarmoidheen M, Saranraj P, Stella D. 2012. Effect of cellulolytic fungi on the
degradation of cellulosic agricultural wastes. Intl J Appl Microbil Sci 1 (2): 13-
23.
Madigan, M.T., J.M.Martinko dan J. Parker. 2000. Biology of Microorganisms. 9th
edition. Prentice Hall International, Inc. New Jersey

Maren, A, K. 2007. Aspergillus flavus: the major producer of aflatoxin. Molecular


Plant Pathology (6) 8: 713-722

Oyeleke SB, Oyewole OA, Egwim EC, Dauda BEN, Ibeh EN. 2012. Cellulase and
pectinaseproduction potensials of Aspergillus niger isolated from corn cob.
Bajopas 5 (1): 78-83.
Risdianto H, Sofianti E, Suhardi SH, Setiadi T. 2009. Produksi lakase menggunakan
fermentasi padat (solid state fermentation) dari limbah hasil pertanian. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Bandung 19-20 Oktober 2009.
Sivaramanan S. 2014. Isolation of cellulolytic fungi and their degradation on
cellulosic agricultural wastes. J Acad Industr Res 2 (8): 458-463.
Soccol, C.R.; Vandenberghe, L.P.; Rodrígues, C.; Pandey, A., New Perspective for
Citric Acid Production and Application. Food Technology and Biotechnology,
2006, 44(2), 141-149.
Tyagi, Shagun. 2007. Fungal pathogenicity and diseases in human – A review. Department of
Biotechnology, Mahatma Jyoti Rao Phoole University, Jaipur, India. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry; 5(6): 192-193
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang. Hal. 252.
Yadun S, and Halpern, M. 2007. Ergot (Claviceps purpurea) – An aposematic fungus. Balaban,
Philadelphia/Rehovot , SYMBIOSIS (43): 105–108

Anda mungkin juga menyukai