Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ASAL USUL KEMUNCULAN


EUKARIOTIK ”

Dosen Pengampu:
Hartati, S. Si, M. Si, Ph. D

Disusun Oleh Kelompok :


1. Ade Utari Jasri (1714042016) 4. Christy Novri Yanti Thung
2. Andi Hastia D.M (1714042058)
(1714042025) 5. Nurhidayah Hasan
3. Andi Muhammad I.O.S (1714042022)
(1714042034) 6. Rahmawati (1714042031)
7. Rifka Annisa (1714042028)

PENDIDIKAN BIOLOGI A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Perkembangan Sel Prokariotik Menjadi Eukariotik..................................3

B. Teori Endosimbiosis................................................................................11

C. Keterbatasan Teori Endosimbiosis..........................................................14

BAB III PENUTUP................................................................................................16

A. Kesimpulan..............................................................................................16

B. Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asal Usul Kemunculan
Eukariotik” untuk tugas mata kuliah Evolusi. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Evolusi. Dalam penulisan makalah ini, kami
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami terbatas untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya kami
berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.

Makassar, Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan dimuka bumi ini tidak semata-mata muncul secara instan, namun dibentuk
melalui proses evolusi yang sangat panjang. Kita tahu bahwa sel adalah unit terkecil dari
makhluk hidup tempat aktivitas kehidupan seperti produksi energi dan perkembangbiakan
terjadi. Secara garis besar terdapat dua tipe sel yaitu prokariot dan eukariot. Organisme
prokariot dianggap organisme tertua di bumi ini karena strukturnya paling primitive,
sedangkan sel euariotik adalah sel yang lebih modern.
Menurut para ahli evolusi, berjuta-juta tahun yang lalu terdapat monomer-monomer
organik seperti air, gas hidrogen, gas amonia, gas metana yang bergabung menjadi polimer
organik atau protenoid. Protenoid akan menjadi protobion, dimana protobion ini merupakan
bahan dasar pembentuk sel purba atau disebut progenot. Semua makhluk hidup yang hidup
saat ini merupakan hasil perkembangan sel purba ini. Progenot atau sel purba akan
berkembang menjadi kelompok sel prokariotik purba seperti Archeabacteria. Archeabacteria
merupakan kelompok bakteri yang hidup pada kondisi ekstrim. Kelompok sel ini memiliki
dinding sel dengan berbagai jenis protein, pigmen fotosintesis berupa bakteriorodopsin, dan
mampu menghasilkan ATP sendiri.
Organisme eukariotik muncul dengan proses yang sangat panjang, dimulai dari molekul
tak hidup yang berpolimer membentuk gabungan molekul yang sangat kompleks. Hal itu
dapat terjadi, karena keadaan bumi pada saat itu berbeda dengan sekarang. Kadar gas oksigen
masih minim, banyak petir, kadar karbon dioksida yang tinggi, aktivitas vulkanik, hantaman
meteor, dan radiasi sinar UV yang sangat tinggi dibandingkan dengan keadaan bumi saat ini.
Organisme eukariotik juga memiliki struktur yang lebih kompleks dari pada organisme
prokariotik karena organisme eukariotik memiliki organel-organel yang tidak dimiliki oleh
organisme prokariotik. Organel-organel memiliki beberapa tugas yang mendukung
kehidupan sel eukariotik. Salah satu organel dari sel eukariotik adalah mitokondria yang
memiliki tugas untuk menghasilkan energi bagi sel. Keberadaan mitokondria dalam sel
eukariotik memberi kita petunjuk mengenai asal mula sel eukariotik. Oleh karena itu,
mengapa kita perlu tahu bagaimana asal usul munculnya sel eukariotik, karena lingkungan
pada kondisi dulu dapat memungkinkan terbentuknya kehidupan. Namun, masih banyak
perdebatan mengenai asal-usul kehidupan di bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan dari sel prokariotik menjadi sel eukariotik?
2. Apa yang dimaksud dengan teori endosimbisis (teori yang mendukung asal mula sel
eukariotik)?
3. Apa saja keterbatasan-keterbatasan dari teori endosimbiosis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan dari sel prokariotik menjadi sel eukariotik.
2. Untuk mengetahui teori endosimbisis (teori yang mendukung asal mula sel eukariotik)
3. Untuk mengetahui keterbatasan-keterbatasan dari teori endosimbiosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Sel Prokariotik Menjadi Eukariotik


Kita tahu bahwa sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup tempat aktivitas kehidupan
seperti produksi energi dan perkembangbiakan terjadi. Sel dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu sel prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik dapat ditemukan di bakteri, sedangkan
binatang-binatang modern dan manusia memiliki sel eukariotik.
Sel prokariotik sangatlah sederhana karena kromosom yang mengandung DNA tidak
dilindungi oleh membran inti. Sementara itu, sel eukariotik memiliki inti sel, atau kita sebut
sebagai nukleus yang mengandung kromosom. Sel eukariotik juga memiliki struktur yang
lebih kompleks daripada sel prokariotik karena sel eukariotik memiliki organel-organel yang
tidak dimiliki oleh sel prokariotik.
Organel-organel memiliki beberapa tugas yang mendukung kehidupan sel eukariotik.
Salah satu organel dari sel eukariotik adalah mitokondria yang memiliki tugas untuk
menghasilkan energi bagi sel. Keberadaan mitokondria dalam sel eukariotik memberi kita
petunjuk mengenai asal mula sel eukariotik.

Perbandingan sel prokariotik dan eukariotik. Gambar dari: evolution.berkeley.edu


Dari pembahasan di atas, kita tahu bahwa sel eukariotik lebih “modern” dibandingkan
dengan sel prokariotik. Berdasarkan teori evolusi, makhluk hidup yang pertama muncul di
bumi adalah dalam bentuk sel prokariotik atau bakteri. Sel sederhana ini kemudian
berevolusi menjadi sel yang lebih kompleks yaitu sel eukariotik dalam waktu satu miliar
tahun dan akhirnya berkembang menjadi makhluk hidup yang kita kenal sekarang, termasuk
kita manusia. Proses evolusi sel prokariotik menjadi eukariotik disebut dengan
endosimbiosis.
Simbiosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai beberapa organisme yang hidup
bersama. “Kehidupan bersama” ini dapat saling menguntungkan ataupun merugikan salah
satu pihak. Jika saling menguntungkan, simbiosis akan terus-menerus berlangsung hingga
organisme-organisme tersebut tidak dapat dipisahkan lagi setelah jangka waktu yang sangat
panjang (semisal miliaran tahun). Inilah yang terjadi dalam evolusi sel eukariotik.
Sekitar dua miliar tahun yang lalu, sebuah bakteri “memakan” bakteri lain tanpa
“mencerna” sehingga kedua bakteri tersebut hidup bersama (terjadi simbiosis). Proses ini
disebut dengan endosimbiosis. Simbiosis ini ternyata saling menguntungkan bagi kedua
bakteri karena bakteri yang dimakan dapat menghasilkan energi yang digunakan oleh bakteri
yang memakannya. Nantinya, bakteri yang dimakan ini menjadi organel yang kita kenal
sebagai mitokondria.
Di sisi lain, bakteri yang memakan memberikan perlindungan dan nutrisi bagi bakteri
yang termakan. Simbisos ini akan terus berlangsung dari generasi ke generasi hingga
menjadi sel eukariotik yang kita kenal sekarang. Organel-organel yang bisa muncul dalam
sel eukariotik modern berasal dari proses “memakan” dan simbiosis yang sudah dijelaskan
sebelumnya.

Ilustrasi endosimbiosis. Gambar dari: evolution.berkeley.edu


Menurut teori ini mitokondria dulunya adalah bakteri yang hidup bebas. Kesamaan
antara mitokondria dengan bakteri antara lain mereka sama-sama memiliki membran dan
juga mitokondria memiliki genom DNA sirkular seperti bakteri. DNA ini independen dari
DNA sel eukariotik yang terletak dalam inti sel. Proses membelah diri bakteri juga mirip
dengan mitokondria. Mitokondria membelah diri secara independen dari inti sel dan
mitokondria baru hanya berasal dari mitokondria sebelumnya. Jika mitokondria lepas dari
sel eukariotik, sel tersebut tidak dapat memproduksi mitokondria kembali.
Perbandingan bakteri dan mitokondria. Gambar dari: evolution.berkeley.edu
Contoh lain dari proses endosimbiosis ini adalah asal mulanya kloroplas, yaitu organel
dalam sel eukariotik tumbuhan yang dapat menghasilkan energi melalui fotosintesis.
Kloroplas berasal dari cyanobacteria yang “dimakan” oleh sel lain dan hidup bersama
setelah itu. Cyanobacteria termasuk bakteri bebas yang dapat menghasilkan energi melalui
fotosintesis.

Gambar dari: evolution.berkeley.edu


1. Pengertian Sel Eukariotik
Sel-sel eukariotik berukuran 10 kali lebih besar daripada sel prokariotik dan
volumenya dapat 1000 kali lipatnya. Perbedaan dasarnya dalah adanya kompartemen
dalam sel berlapis membran, aktivitas metabolisme terjadi. Hal yang paling penting
adalah adanya DNA di dalam nukleus. Berdasarkan struktur inilah nama eukariot yang
berarti inti sebenarnya diberikan (Santoso, 2016). Sel eukariot umumnya berdiameter 10-
100 µ. Selain itu, eukariotik bergerak dengan silia atau flagel yang kompleks, terkecuali
pada tumbuhan tingkat tinggi (Campbell, 2010
Sel eukariotik juga mempunyai organel – organel bermembran lain di dalam
sitoplasmanya (suatu daerah antara nucleus dan membrane plasma). Struktur – struktur
subseluler ini mempunyai struktur dan fungsi yang amat beragam. Sebagian besar  sel
eukariotik mempunyai mitokondria, yang mengandung enzim dan mekanisme untuk
resprasi aerob dan fosforilasi oksidatif. Dengan demikian, fungsi utama mitokondria
adalah menghasilkan adenosin trifosfat (ATP), satuan utama pertukaran energi yang
terjadi didalam sel. Organel ini dikelilingi oleh membrane ganda. Membrane dalamnya,
yang mengandung rantai transport elektron dan enzim yang dibutuhkan untuk
menghasilkan ATP, terdiri dari lipatan – lipatan yang disebut krista (cristae). Krista
tersebut menonjol ke dalam matriks atau rongga sentral. Mitokondria mempunyai DNA
dan ribosom sendiri, akan tetapi sebagian proteinnya diimpor dari sitoplasma. Menurut
Stansfield(2006: 2-3), sel eukariot meliputi sel hewan dan tumbuhan.
a. Sel Hewan

Sel-sel hewan sangat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, susunan organel dan
fungsi utama secara fisiologi. Oleh karena itu, tidak ada sel yang khas dapat menjadi
sebagai suatu contoh dari semua sel-sel hewan. Walaupun demikian dalam
organisasinya ada sejumlah struktur sel yang umum bagi sebagian besar sel-sel hewan.
Yang dimiliki sel hewan namun tidak dimiliki oleh sel tumbuhan yaitu lisosom dan
sentrosom.
b. Sel Tumbuhan
Semua organel yang diuraikan sebagai penyusun tetap dari sel hewan, juga
ditemukan pada banyak sel tumbuhan. Namun selain organel tersebut banyak lain
yang unik pada sel tumbuhan, meliputi dinding sel yang kaya karbohidrat,
plasmodesmata, kloroplas dan vakuola yang besar.. Organel yang dimiliki oleh sel
tumbuhan tetapi tidak dimiliki oleh sel hewan adalah kloroplas, vakuola yang besar,
dinding sel, dan plasmodesma.
c. Struktur dan Fungsi Sel Eukariotik
Sel eukariotik biasanya merupakan penyusun struktur makhluk hidup
multiseluler kecuali sel ragi. Sel eukariotik tersusun atas membran sel, sitoplasma,
nukleus, sentriol, retikulum endoplasma, ribosom, kompleks golgi, lisosom, badan
mikro, mitokondria, mikrotubulus, dan mikrofilamen. Organel-organel di dalam sel
memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup sel tersebut (Novel,
2012).
Menurut Stanfield (2006: 8), komponen-komponen sel eukariotik terbagi atas 13
jenis, yakni :
 Mikrofilamen (Filamen Aktin)
 Mikrotubulus(Polimer Tubulin)
 Mitokondria
 Ribosom
 Kloroplas
 Badan golgi
 Membran plasma
 Dinding sel
 Peroksisom
 Retikulum Endoplasma
 Nukleolus
 Vakuola
B. Teori Endosimbiosis
Teori endosimbion sebenarnya merupakan konsep yang sudah cukup lama dirumuskan,
yakni pertama kali pada tahun 1883 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Andreas
Schimper. Ia berhipotesis bahwa kloroplas sebenarnya merupakan sianobakteri yang hidup di
dalam sel. Hipotesis Schimper ini kemudian diselidiki lebih lanjut oleh ahli botani Rusia
Konstantin Mereschkowski yang juga mengemukakan bahwa kloroplas merupakan simbion
yang hidup di dalam sel tumbuhan. Hanya saja penelitiannya ini mengalami stagnasi dan
dilupakan selama hampir satu abad, hingga pada tahun 1967 barulah teori endosimbion
dikenal dan diterima oleh khalayak ilmuwan berkat tulisan-tulisan yang diterbitkan oleh ahli
biologi Amerika, Lynn Margulis.
Teori yang dikembangkan lebih lanjut oleh Lynn Margulis ini juga awalnya kurang
mendapat perhatian dan seringkali dicemooh oleh kalangan ilmuwan. Namun lambat laun
teori ini akhirnya diterima dan dipelajari lebih jauh oleh para ahli biologi untuk mencari tahu
bagaimana mekanisme evolusi tersebut terjadi sehingga bisa menghasilkan makhluk hidup
multiseluler seperti hewan, tumbuhan dan manusia.
Gagasan bahwa  pada dasarnya sel eukariotik sebenarnya merupakan koloni mikroba
pertama kali diusulkan pada tahun 1920 oleh ahli biologi Amerika Ivan Wallin (Fausto-
Sterling 1993). Pencetus versi modern SET adalah biologi Lynn Margulis. Pada tahun
1981,Margulius dengan edisi pertama yang berjudul simbiosis eolution, dimana awala
gagasanya menyatakan bahwa sel eukariotik berinterkasi,bergabung dalam urutan tertentu.
Nenek moyang dahulunya mendapatkan organel tersebut dari dalam sel inangnya baik yang
menjadi mangsanya maupun parasite internal,selanjutnya hubungan itu berkembang menjadi
hubungan saling menguntungkan bagi kedua organisme,saling bergantung dan akhirnya
berevolusi.
1. Mekanisme Endosimbiosis Dan Munculnya Makhluk Hidup Di Bumi
Sejarah evolusioner sel eukariotik yang dijelaskan melalui teori endosimbion
sebenarnya masih hangat diperdebatkan sampai saat ini. Dalam teori endosimbion,
bakteri yang berperan sebagai host (inang) merupakan archaea, bakteri yang juga hidup di
dalam saluran pencernaan kita dan berperan sebagai penghasil gas metan. Sedangkan
bakteri yang ‘dimakan’ oleh si archaea tadi (atau yang berperan sebagai symbiote) adalah
bakteri fotosintetik non-sulfur serta sianobakteri. Asal-usul organisme multiseluler yang
hidup di muka bumi saat ini bermula dari proses makan-dan-dimakan antara archaea dan
bakteri fotosintetik yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Ada dua peristiwa utama yang terjadi dalam proses endosimbiosis:

a) Terbentuknya mitokondria, cikal bakal sel hewan dan tumbuhan


Pada proses ini, archaea ‘memakan’ sel bakteri fotosintetik non-sulfur yang
bersifat anaerob. Karena kondisi bumi pada masa itu masih bersifat anoksigenik (tidak
ada oksigen), bakteri anaerob merupakan satu-satunya organisme yang dapat bertahan
hidup di bumi. Bakteri fotosintetik non-sulfur ini dapat mengubah cahaya matahari
untuk menghasilkan energi (ATP) yang kemudian dimanfaatkan oleh archaea. Ketika
oksigen akhirnya muncul, bakteri fotosintetik ini juga dapat mengubah dirinya sebagai
konsumer materi organik dan menggunakan energi dari sumber tersebut untuk hidup.
Proses pemanfaatan materi organik serta kemampuan untuk menghasilkan energi
yang dimiliki oleh bakteri fotosintetik inilah yang menjadi cikal bakal munculnya
mitokondria (organel penghasil energi utama dalam sel hewan dan tumbuhan). Seiring
dengan berjalannya waktu, archea dan bakteri fotosintetik non-sulfur terus melakukan
pertukaran gen hingga akhirnya bakteri fotosintetik tidak dapat lagi hidup di luar tubuh
archea dan menjadi satu kesatuan dengan sel inangnya.
b) Terbentuknya kloroplas
Pada fenomena endosimbiosis kedua, archaea yang telah bergabung dengan
bakteri fotosintetik non-sulfur (dapat juga disebut protomitokondrion) ‘memakan’ lagi
jenis bakteri fotosintetik lain, yakni sianobakteri yang dapat menghasilkan oksigen.
Sehingga pada fenomena ini terjadi proses simbiosis antara 3 organisme dalam satu
sel, yakni: archaea, bakteri fotosintetik non-sulfur dan sianobakteri. Agar proses
simbiosis antara ketiganya ini dapat bekerja, salah satu pihak harus melakukan
‘adaptasi’ agar dapat hidup rukun bersama-sama. Pada fenomena ini, bakteri
fotosintetik yang sebelumnya tidak dapat menggunakan oksigen, kemudian berevolusi
hingga akhirnya dapat memanfaatkan oksigen yang dihasilkan oleh sianobakteri.
Sianobakteri sendiri juga melakukan perubahan, yakni dengan mengeliminasi gen-gen
yang memungkinkannya untuk hidup di luar tubuh archaea. Sehingga sianobakteri
dapat menjadi satu kesatuan dengan archaea dan bakteri fotosintetik non-sulfur. Proses
transfer gen antara ketiga organisme ini selama miliaran tahun akhirnya menghasilkan
jenis sel fotosintetik baru yang disebut sebagai kloroplas, dan menjadi cikal bakal
evolusi berbagai jenis tumbuhan, mulai dari alga hingga pohon raksasa.
Setelah melalui kedua peristiwa tersebut, sel eukariotik yang hidup bebas dan
menyendiri akhirnya muncul dan membentuk sebuah kelompok (konsorsium) dengan
sel-sel eukariotik lain. Karena kondisi bumi yang masih minim sumber makanan, sel-
sel eukariotik ini bergabung dan membentuk koloni multiseluler dengan bantuan dua
jenis protein yakni kolagen dan integrin. Protein ini berperan sebagai ‘lem’ yang
mengikat sel-sel eukariotik agar dapat tumbuh bersama-sama. Sel-sel eukariotik ini
kemudian membelah dan berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis sel seperti sel
saraf, sel kulit, sel pencernaan, dan lain-lain. Itulah kenapa proses analisis gen yang
dilakukan oleh ahli forensik dapat menggunakan sel kulit, rambut, atau tulang karena
semua jaringan tersebut memiliki genom yang sama. Selama 1.5 miliar tahun sel-sel
eukariotik ini terus berevolusi hingga akhirnya membentuk organisme tingkat tinggi
seperti manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Alasan Diterimanya Teori Endosimbion
Setelah mengetahui seluk-beluk teori endosimbion, kalian pasti masih merasa sulit
untuk memahami dan menerima mengapa teori ini dipakai sebagai basis untuk
menjelaskan asal-usul makhluk hidup di bumi. Ketika saya mengetahui teori ini untuk
pertama kalinya, saya juga beranggapan kalau teori ini terkesan konyol dan kurang
masuk akal. Tetapi setelah mempelajarinya dan membaca cukup banyak referensi, saya
mulai bisa memahami mengapa teori ini akhirnya diterima oleh kalangan ilmuwan.
Ada beberapa bukti yang mendukung konsep endosimbiosis hingga diterima
menjadi sebuah teori, yakni:
 Hasil analisis sekuens RNA ribosom yang dilakukan oleh Woese dan Fox
mengungkapkan bahwa kloroplas dan mitokondria merupakan evolusi dari bakteri.
Ini disebabkan karena RNA ribosom kloroplas dan mitokondria sama dengan RNA
ribosom bakteri.
 Kloroplas dan mitokondria memiliki DNA-nya sendiri. DNA kedua organel ini tidak
sama dengan DNA sel nukleus hewan dan tumbuhan.
 Kloroplas dan mitokondria memiliki ribosomnya sendiri.
 Mitokondria dan kloroplas bereproduksi melalui proses pembelahan biner, seperti
halnya bakteri.
 DNA mitokondria dan kloroplas juga berbentuk sirkular seperti halnya bakteri.
Sementara DNA sel nukleus berbentuk linear.
C. Keterbatasan Teori Endosimbiosis
Meski telah menjadi sebuah teori, konsep endosimbiosis ini masih tetap kontroversial di
kalangan para ilmuwan. Pasalnya, pembuktian secara in-vitro maupun in-vivo masih belum
banyak dilakukan, sehingga beberapa ilmuwan cukup skeptis tentang kebenaran teori ini.
Teori endosimbiosis belum bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terdapat pada sel
prokariotik dan eukariotik. Hipotesis endosimbiosis masih banyak dipertanyakan
kebenarannya, karena memiliki keterbatasan-keterbatasan yang belum bisa dijelaskan,
seperti jika kloroplas dan mitokondria berasal dari sel prokariot yang bersimbiosis dengan
sel eukariot, maka baik kloroplas maupun mitokondria seharusnya dapat mencukupi sendiri
kebutuhan proteinnya. Namun, kloroplas dan mitokondria bersifat semiotonom. DNA yang
dimiliki hanya dapat mensintesis sebagian protein yang diperlukan karena sebagian protein
masih diambil dari sitoplasma yang sintesisnya dikendalikan DNA inti. Jadi, DNA yang
dimiliki tidak dapat mensintesis semua protein yang diperlukan.
Pada mitokondria, enzim DNA polymerase dan RNA polymerase masih diambil dari
sitoplasma. Apakah hal ini berarti sebagian nukleutida kloroplas atau mitokondria terbawa
oleh DNA inti atau bagaimana, hipotesis yang ada masih belum dapat dijelaskan. Menurut
yahya (2006), evolusionis terkenal Turki, Profesor Ali Demirsoy, mengakui ketiadaan dalil
bagi skenario bahwa sel-sel bakteri berevolusi menjadi sel-sel eukariotik, lalu menjadi
organisme rumit yang tersusun dari sel-sel ini. Pernyataan ini muncul setelah adanyabukti
perbedaan-perbedaan antara sel prokarotik dengan sel eukariotik.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah:
1. Dinding-dinding sel bakteri tersusun dari polisakarida dan protein, dinding-dinding sel
eukariotik(tumbuhan) tersusun dari selulosa.
2. Sel-sel bakteri tidak memiliki organel yang banyak dan struktur yang rumit, sel-sel
eukariotik berorganel banyak, berlapis membran dan berstruktur sangat rumit.
3. Struktur DNA pada sel eukariotik dan sel bakteri berbeda. Molekul DNA pada sel
eukariotik dilindungi oleh membran lapis rangkap, sementara DNA pada sel prokariotik
bebas di dalam sel.
4. Molekul DNA pada sel-sel bakteri berbentuk sirkuler, sedangkan pada eukariotik molekul
DNA berbentuk linier.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sel eukariotik lebih
“modern” dibandingkan dengan sel prokariotik. Berdasarkan teori evolusi, makhluk hidup
yang pertama muncul di bumi adalah dalam bentuk sel prokariotik atau bakteri. Sel
sederhana ini kemudian berevolusi menjadi sel yang lebih kompleks yaitu sel eukariotik
dalam waktu satu miliar tahun dan akhirnya berkembang menjadi makhluk hidup yang kita
kenal sekarang, termasuk kita manusia. Proses evolusi sel prokariotik menjadi eukariotik
disebut dengan endosimbiosis. Adapun hipotesis dari endosimbiosis masih banyak
dipertanyakan kebenarannya, karena memiliki keterbatasan-keterbatasan yang belum bisa
dijelaskan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah selanjutnya mengenai evolusi sel eukariotik disarankan untuk
lebih banyak referensi-referensi terbaru mengenai asal mula sel eukariotik dan bukti-bukti
ilmiah mengenai adanya evolusi sel eukariotik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36264316/TEORI_ENDOSYMBIOSIS
https://evolution.berkeley.edu/evolibrary/
Lukman, A., 2008. Evolusi Sel Sebagai Dasar Perkembangan Makhluk Hidup Saat ini.
Biospecies, 1 (2): 67-72.

Anda mungkin juga menyukai