Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ALIRAN PERENIALISME DALAM FILSAFAT

1. Pengertian aliran perenialisme

Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang
selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan
sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang  telah ada sebelumnya
sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme Esensi aliran ini yaitu
menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu
seperti itu sepanjang sejarah manusia. Perenialisme sering dianggap sebagai suatu aliran
yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau (Khobir,
2013).

Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif
dan atas terjadinya keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam
kehidupan manusia modern. Untuk mengatasi hal tersebut aliran ini menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum tyang telah menjadi pandangan hidup yang
kuat, kukuh pada zaman kuno, dan abad pertengahan (Assegaf, 2011).

2. Latar belakang munculnya aliran perenialisme

Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-
20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.

Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan
mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan pertengahan. Peradaban- kuno (Yunani
purba) dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari masa ke
masa dari abad ke abad (Sa’dullah , 2009: 151 ).

Perenialisme memendang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman


kuno dan abad pertemngahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan
pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukankah nostalgias (rindu atas hal-hal yang sudah
lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-
kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa
lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme dimana pendidikan yang ada sekarang
ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu
berguna bagi abad sekarang ini.

3. Tokoh dalam aliran perenialisme


a) Robert Maynard Hutchins
Ia merupakan tokoh pendidikan yang berasal dari Amerika. Ia merupakan juru
bicara di Aliran Perenialisme. Robert beanggapan bahwa pendidikan harus
menumbuhkan kecerdasan dan pengembangan pada diri peserta didik. Tujuan
pendidikan menurutnya adalah harus mengembangkan kekuatan pikirannya. Karena,
pendidikan yang ideal itu adalah pendidikan yang selalu mengembangkan daya
intelektual dari dalam diri manusia itu sendiri. Ia mempercayai bahwa dengan belajar
membaca dan membahas buku pengetahuan itu bisa mengembangkan daya
kemampuan manusia. Ia menekankan bahwa pendidikan harus bersifat universal,
karena pada hakikatnya manusia itu bersifat menyeluruh. Ia juga mengungkapkan
bahwa pendidikan itu mengimplementasikan pengajaran dangan pengajaran itu
mengimplementasikan pengetahuan. Maksudnya, dimana guru sebagai pendidik yang
harus memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan berbagai ilmu yang
Ia miliki.
b) Mortimer Jeremy Adler
Ia lahir di Amerika Serikat. Menurutnya, pendidikan itu adalah proses dimana
manusia itu dipengaruhi oleh kebiasaan. Yang mana kebiasaan-kebiasaan itu nantinya
akan disempurnakan dengan kebiasaaan yang baik. Dan kemudian kebiasaan baik
tersebut itulah yang nantinya bisa membantu dirinya juga orang lain untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Pendidikan sebagai proses untuk mengoptimalkan
kemampuan juga bakat yang sudah dimiliki oleh manusia itu sendiri. Nah, untuk
mengoptimalkannya maka manusia itu harus melakukan pembiasaan, latihan, dan
praktek yang terus dilakukan secara berkesinambungan. Jadi, pada intinya pendidikan
menurut Ia adalah proses untuk mencetak kepribadian manusia menjadi lebih optimal
atau lebih baik lagi dengan mengembangkan bakat yang telah dimiliki sebelumnya.
4. Ciri-ciri aliran perenialisme
Aliran Perennialisme, memandang zaman sekarang sedang ditimpa krisis
kebudayaan karena kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran. Perennialisme
berpendapat untuk mengatasi gangguan kebudayaan diperlukan usaha untuk
menemukan dan mengamankan lingkungan sosiokultural, intelektual, dan moral.
Dalam hal ini menjadi tugas filsafat pendidikan agar kemnali pada prinsip yang ideal,
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, realitas, dan moral sebagai pemegang
kunci kebudayaan. (Anwar, 2015).
Filsafat Perennial cenderung di cirikan oleh pengaruh nuansa spiritual yang
kental. Hal ini disebabkan oleh tema yang diusungnya, yaitu “hikmah keabadian”
yang hanya bermakna dan mempunyai kekuatan ketika ia dibicarakan oleh agama.
Makanya tidak mengherankan baik di barat maupun Islam, bahwa lahirnya filsafat
perennial adalah hasil telaah kritis para filosof yang sufi (mistis) dan sufi (mistis)
yang filosof pada zamannya (Arfan, 2014).
Menurut Assegaf, (2011) dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam,
Perenialisme dapat dikenali dengan ciri kekhasan, diantaranya:
1) Perenialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar
yang menjiwai pendidikan pada masa Yunani Kuno dan Abad Pertengahan.
2) Perenialisme beranggapan bahwa realita itu mengandung tujuan.
3) Perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental.
4) Perenialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh
kedamaian, dan transcendental.
5. Pandangan Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi aliran perenialisme
1) Ontologi Perenialsime:
- Asas Teleologi, perenialisme dalam bidang ontologi berasas pada teleologi yakni
memandang bahwa realita sebagai subtansi selalu cenderung bergerak atau
berkembang dari potensialitas menuju aktualitas (teleologi). Bila dihubungkan
dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu adalah potensialitas yang sedang
berubah menjadi aktualitas. Di samping asas teleologi, juga asas supernatural bahwa
tujuan akhir bersifat supernatural, bahkan ia adalah Tuhan sendiri. Manusia tak
mungkin menyadari asas teleologis itu tanpa iman dan dogma. Segala yang ada di
alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan
substansi, bila dihubungan dengan manusia maka manusia itu adalah potensialitas
yang di dalam hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak
jarang pula dimilikinya akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi.
Maka dengan suasana ini manusia dapat bergerak untuk menuju tujuan (teleologis)
dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada supernatural (Tuhan) yang merupakan
pencipta manusia itu dan merupakan tujuan akhir.
- Individual thing, essence, accident and substance
Perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut
istilah diatas. Penganut ajaran Aristatoles biasanya mengerti dari sesuatu dari yang
kongkrit, yang khusus sebagai individual thing yang kita amati di mana-mana, seperti
baru, rumput, dan aktivitas tertentu. Tetapi eksistensi realita tersebut tetap
mengandung sifat asasi sebagai identitasnya, yakni essence (esensi) sebagai wujud
realita itu. Dalam suatu individual thing terdapat suatu accident (hal-hal kebetulan),
dan keseluruhan individual thing yang mempunyai esensi dan accident yang terbentuk
atas unsur-unsur jasmaniah dan rohaniah dengan segala kepribadiannya inilah sebagai
realita substance atau disebut juga hylomorphisme.
- Asas supernatul
Paham perenialisme memandang bahwa tujuan akhir atau supremend dari substansi
dunia adalah supernatul, bahkan ia Tuhan sendiri. Namun Tuhan sebagai sprit murni,
sebagai aktualisasi murni hanya dapat dipahami melalui iaman (faith). Seluruh realita
teleologis hanya dapat dipahami dengan iman dan biasanya bersifat dogmatis-
doktriner.
2) Epistemologi Perenialisme
Dalam bidang epistemologi, perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu
yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada
kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara pikir
dengan benda-benda. Benda-benda yang dimaksudkan ialah hal-hal yang adanya
bersendikan atas prinsip-prinsip keabadian. Menurut perenialisme, filsafat yang
tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab science sebagai ilmu pengetahuan
menggunakan metode induktif yang bersifat analisis empiris kebenarannya terbatas,
relativ atau kebenaran probabiliti. Tetapi filsafat dengan metode deduktif bersifat
anological analysis, kebenaran yang dihasilkannya bersifat self evidence universal,
hakiki dan berjalan dengan hukum-hukum berpikir sendiri yang berpangkal pada
hukum pertama, bahwa kesimpulannya bersifat mutlak asasi.
3) Aksiologi Perenialisme
Dalam bidang aksiologi, perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan
prinsipprisinsip supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam
tingkah laku manusia, maka manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi
kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping itu ada pula kecenderungan-
kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah yang tidak baik. Tindakan manusia
yang baik adalah persesuaian dengan sifat rasional (pikiran) manusia. Kebaikan yang
teringgi ialah mendekatkan diri pada Tuhan sesudah tingkatan ini baru kehidupan
berpikir rasional.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:
 Menghendaki pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai Abad
Pertengahan, karena jiwa pada Abad Pertengahan telah merupakan jiwa yang
menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah
dapat menemukan adanya prinsip-prinsip pertama yang mempunyai peranan
sebagai dasar pegangan intelektual manusia dan yang dapat menjadi sarana untuk
menemukan evidensi-evidensi diri sendiri.
 Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai
kebijakan dan kebajikan. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi.
Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai
dengan tujuan yang ditentukan.
 Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan yang kebenarannya pasti, dan
abadi. Kurikulum diorganisir dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa,
dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal. Yang
dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran general education yang
meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni dan 3 R’S (membaca,
menulis, berhitung).
6. Kelebihan dan kekurangan aliran perenialisme
Kelebihan aliran Perenialisme
1. Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi
pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam
pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatianya pada
kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
2. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains.
Untuk menjadi terpelajar menjadi kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-
bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang
diciptakan oleh manusia.
Kekurangan aliran Perenialisme
1. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-
hari.pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran
absolut,kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
2. Perenialisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka
perubahan-perubahan menurut mereka banyak menimbulkan kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual,
dan sosiokultural.
7. Pandangan perenialisme terhadap pendidikan

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad k
edua puluh. Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Keadaan
sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan,
kebingungan dan kesimpangsiuran.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud
“education as cultural regression”. Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip – prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan,
bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi
alasan obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme berharap agar manusia
kini dapat memahami ide dan cita falsafatnya yang menganggap filsafatnya sebagai suatu
asas yang komprehensif. Perenialisme sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan
pada sumber kebudayaan dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-
evident, kekal dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip itu
disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat
untuk abad kita sekarang dan masa depan.
Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam pembelajaran
secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
a. Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang
b. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran
c. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya – karya agung
d. Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan.
a. Menurut plato pendidikan adalah yang ideal harus didasarkan didasarkan paham, atas
nafsu, kemauan, dan akal.
b. Menurut Aritoteles pendidikan perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian
dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.
c. Menurut Thomas Aquina pendidikan adalah menuntut kemampuan-kemampuan yang
masih tidur agar menjadi aktif.

SUMBER :
Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Prenamedia Grup : Jakarta

Arfan, Muhammad Muammar. 2014. Perenialisme Pendidikan (Analisis Konsep Filsafat


Perenial dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam). Jurnal Nur El-Islam. Vol 1 (2)

Assegaf, Rachman. 2011. Filsafat pendidikan Islam, Cet. II. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Lottung, Raja Siregar. 2016. Teori Belajar Perenialisme. Jurnal Al-Hikmah. Vol.13 (2)

Anda mungkin juga menyukai