Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang
selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan
sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang telah ada sebelumnya
sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme Esensi aliran ini yaitu
menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu
seperti itu sepanjang sejarah manusia. Perenialisme sering dianggap sebagai suatu aliran
yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau (Khobir,
2013).
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif
dan atas terjadinya keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam
kehidupan manusia modern. Untuk mengatasi hal tersebut aliran ini menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum tyang telah menjadi pandangan hidup yang
kuat, kukuh pada zaman kuno, dan abad pertengahan (Assegaf, 2011).
Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-
20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.
Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan
mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan pertengahan. Peradaban- kuno (Yunani
purba) dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari masa ke
masa dari abad ke abad (Sa’dullah , 2009: 151 ).
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad k
edua puluh. Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Keadaan
sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan,
kebingungan dan kesimpangsiuran.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud
“education as cultural regression”. Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip – prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan,
bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi
alasan obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme berharap agar manusia
kini dapat memahami ide dan cita falsafatnya yang menganggap filsafatnya sebagai suatu
asas yang komprehensif. Perenialisme sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan
pada sumber kebudayaan dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-
evident, kekal dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip itu
disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat
untuk abad kita sekarang dan masa depan.
Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam pembelajaran
secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
a. Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang
b. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran
c. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya – karya agung
d. Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan.
a. Menurut plato pendidikan adalah yang ideal harus didasarkan didasarkan paham, atas
nafsu, kemauan, dan akal.
b. Menurut Aritoteles pendidikan perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian
dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.
c. Menurut Thomas Aquina pendidikan adalah menuntut kemampuan-kemampuan yang
masih tidur agar menjadi aktif.
SUMBER :
Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Prenamedia Grup : Jakarta
Assegaf, Rachman. 2011. Filsafat pendidikan Islam, Cet. II. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Lottung, Raja Siregar. 2016. Teori Belajar Perenialisme. Jurnal Al-Hikmah. Vol.13 (2)