Anda di halaman 1dari 21

Asisten: Jumawita, S.

Si

Laporan Individu Genetika


“Gen Ganda”

Disusun Oleh:

Nama : Windri Ratna Sari


NIM : 2184205027
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : Resty 2184205039
Nindy 2184205042
Mahdalena 2184205031
Nuriman 2184205027

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk hidup memiliki karakteristik yang berbeda baik secara
morfologi maupun anatomi, seperti halnya karakteristik pada pola dermatoglifi
dan tipe cheiloscopy. Dermatoglifi adalah studi mengenai gambaran sulur-sulur
yang terdapat pada permukaan ujung jari tangan (ujung papiler) pola pada jari
(sidik jari) dan telapak tangan (Soni, Singh and Gupta, 2013; Offei et al., 2014;
Koneru et al., 2014).

Masing-masing orang memiliki gambaran sulur-sulur yang berbeda dan


unik pada ujung jari dan permukaan telapak tangan yang ditentukan secara
genetik. Sejak karakter dermatoglifi diakui sebagai sifat individu yang unik dan
mengikuti pola multifaktorial atau warisan poligenik, maka perlu untuk
memahami variasi yang terdapat pada pola dermatoglifi (Sally, Lucenario and
Yebes, 2012).

Dermatoglifi memiliki tiga kajian pokok yang menjadi landasan dalam


menentukan karakteristiknya, yaitu pola sidik jari, jumlah rigi atau sulur dan
jumlah triradius. Sufitni (2007) menyatakan secara umum pada manusia
terdapat tiga tipe pola sidik jari, yaitu pola arch, whorl dan loop (loop radial
dan loop ulna). Menurut Jalali dan Hajian (2002) proporsi arch pada tangan
manusia biasanya hanya ditemukan sebesar 5%. Sementara proporsi loop
berkisar antara 60-70% sedangkan untuk whorl ditemukan sebesar 25-35%.

Babler (1991), menyatakan bahwa lipatan digital dan bakal garis tangan
pada tangan janin dimulai dari pergerakan fleksi yang terjadi pada tangan yang
mulai berkembang pada minggu ke-7 dan minggu ke-14 kehamilan. William
(1976) menunjukkan awal dari pembentukan bakal garis tangan yaitu
proliferations yang akan membentuk lapisan superfisial dermis dan jumlah
lipatan garis tangan terus meningkat. Pada minggu ke-24 kehamilan garis
tangan sudah terbentuk seperti struktur, dermal papilla dan pola garis tangan
(Singh and Parvathi, 2015).
Pada tahun 1880 Fauld (seorang ahli anatomi manusia) menyatakan
bahwa pola yang ada dibagian bawah jari tangan, akan menjadi hal yang
penting dalam mengidentifikasi dan menyelidiki tindak kejahatan. Sejak itu,
pola sidik jari banyak digunakan dalam dunia dalam kepolisian (Aguswidodo,
2005: 2).

Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika masih di dalam
rahim. Untuk setiap manusia identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah
lapisan kulit atau dermal papilae, pola dasarnya tidak berubah, selama lapisan
papilae masih berada dikulit dan sidik jari akan selalu ada.

Dermatoglifi merupakan suatu manifestasi genetik yang dikendalikan


oleh polygenic, dimana pola dasarnya selama hayatnya. Tidak akan berubah
selama hayatnya. Perubahan hanya terjadi pada ukuran sulur, yang berlangsung
sejalan dengan perkembangan tangan dan kaki (Soekarto dalam Sikumbang,
1998). Variasi pola dermatoglifi satu spesies berbeda dengan spesies lain dan
menunjukkan kekhasan pada setiap spesies tersebut.

Untuk mengetahui pola sulur sidik jari dapat dilakukan dengan cara dan
alat-alat yang sederhana yaitu dengan selotip dan kaca pembesar atau aplikasi
magnifier pada Handphone.

1.2 Tujuan Praktikum


a) Mengetahui pola sulur jari tangan.
b) Mengetahui jumlah rigi pada setiap mahasiswa.
c) Menguji perbandingan genetik pola sulur dan jumlah rigi dari populasi
mahasiswa dalam satu kelas (dengan menggunakan chi square).

1.3 Manfaat Praktikum.

a) Mampu membedakan macam-macam pola sulur jari tangan.

b) Mampu menghitung jumlah rigi masing-masing mahasiswa maupun teman.

d) Mampu melakukan perbandingan genetik pola sulur dan jumlah rigi dari
populasi mahasiswa dalam satu kelas (dengan menggunakan chi square).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatoglifi
Dermatoglifik pertamakali dikenalkan oleh Nehemiah Grew pada tahun
1648. Masyarakat Cina diduga yang pertamakali menggunakan dermatoglifik
sebagai bagian dari acara ritual. Dermatoglifik sebagai alat identifikasi
diperkenalkan pertama kali di India pada tahun 1870-an oleh Sir William
Herschel. Pada tahun 1880 Herschel dan Henry Faulds memperkenalkan
dermatoglifik kepada masyarakat Inggris sebagai metoda yang sangat potensial
untuk mengidentifikasi kejahatan. Francis Galton kemudian berupaya keras
menggunakan dermatoglifik yang didasari kaidah ilmiah. Istilah dermatoglifik
diperkenalkan pertama kali oleh Cummin dan Midloo pada tahun 1926. Pada
awalnya dermatoglifik hanya diketahui keberadaannya pada manusia. Namun
kemudian dermatoglifik ditemukan pula pada semua jenis primata. Pada
primata yang menggunakan ekornya sebagai alat penggantung, dermatoglifik
juga ditemukan pada ekornya (Supriyo, 1989).

Dermatoglifi merupakan pengetahuan mengenai gambaran sulur-sulur


yang terdapat pada permukaan ujung jari tangan, telapak tangan, ujung jari
kaki, telapak kaki dan lipatan kulit (crease) telapak tangan semua primata
(Campbell, 1998).

Dermatoglifi digunakan sebagai alat bantu mendeteksi sejumlah penyakit


yang memiliki dasar pewarisan sifat yang kuat dan juga digunakan untuk
mendeteksi abnormalitas. Selain itu, dermatoglifi juga digunakan dalam
kedokteran forensik untuk mengidentifikasi individu (Cummins and Midlo,
1943 cit Bhat, Mukhdoomi, Shah dan Ittoo, 2014).

Pengamatan dermatoglifi dapat dilakukan dengan menganalisis pola


sidik jari, jumlah sulur dan jumlah triradius (Sufitni, 2007). Pola sidik jari
terdiri atas tiga bentuk pola dasar, yaitu arch, loop dan whorl. Arch adalah pola
yang terbentuk dari sulur-sulur yang melengkung dari satu sisi ke sisi lainnya.
Loop adalah pola yang terbentuk dari satu atau lebih sulur yang melengkung
dari salah satu sisi, berbalik arah, hingga menyentuh atau melewati batas
triradius. Loop terbagi menjadi dua yaitu loop ulnar dan loop radial. Pola loop
ulnar mengarah pada sisi ulnar (jari kelingking) dan pola loop radial mengarah
pada sisi radial (ibu jari). Whorl adalah pola yang terbentuk dari beberapa sulur
yang membentuk suatu putaran hingga melalui satu sirkuit. Triradius
merupakan delta yang terbentuk oleh pertemuan tiga sulur. Pola arch tidak
memiliki triradius, pola loop memiliki satu triradius, sedangkan pola whorl
memiliki dua triradius (FBI, 1984 cit Bhat et al., 2014).

Pola triradius juga dapat ditemukan pada telapak tangan yang terdiri atas
triradius a, b, c, d atau disebut dengan triradius digital ditemukan pada dasar
setiap jari tangan kecuali ibu jari. Triradius a sampai d diurut dimulai dari
bagian dasar jari telunjuk hingga jari kelingking. Triradius juga ditemukan pada
pangkal telapak tangan yang disebut triradius t. Pertemuan tiga triradius a, t
dan d akan membentuk suatu sudut yang disebut sudut atd. Pengamatan
dermatoglifi pada telapak tangan juga dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah sulur pada jarak antara triradius a dan b yang disebut dengan a-b ridge
count (Verbov, 1970).

Menurut Schaumann dan Alter, 1976, pola dermatoglifik berdasarkan


klasifikasi Galton dibedakan atas tiga pola dasar yaitu arch (busur) genotif II,
whorl (pusaran) genotif LL, dan loop (lengkung) genotif Ll. Disamping ketiga
pola dasar tersebut juga dikenal pola dasar open field yang berupa garis lurus
sejajar. Arch adalah pola dermatoglifik yang dibentuk oleh rigi epidermis yang
berupa garis-garis sejajar melengkung seperti busur. Ada dua macam pola arch
yaitu plain arch dan tented arch. Sekitar 10% sidik jari manusia berpola arch.
Pola arch pada dermatoglifik monyet (Macaques) kurang umum dikenal. Justru
sebaliknya pola open field lebih dikenal pada dermatoglifik monyet (Iwamoto
dan Sukarto, 1990).

Dermatoglifi merupakan gambaran tentang sulur dan alur pada ujung jari
dan telapak tangan serta ujung jari dan telapak kaki. Gambaran ini khusus
sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu identifikasi. Dermatoglifi diyakini
memiliki pautan dengan beberapa penyakit dan karakteristik lain yang
diturunkan (Triana dalam Beatrice, 2009).
Dermatoglifi diturunkan secara poligenik. Sekali suatu pola dermatoglifi
telah terbentuk, maka pola itu tetap selamanya, tidak dipengaruhi oleh umur,
pertumbuhan dan perubahan lingkungan. Pola dasar dermatoglifi manusia
semuanya berpola loop ulnar, tetapi ada tubuh gen lain yang turut berperan
sehingga terjadi variasi pola dermatoglifi. Dermatoglifi sangat kuat ditentukan
secara genetik tapi selama periode kritis, dermatoglifi dapat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan prenatal (Hall dan Kimura dalam Beatrice, 2009).

Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria


memiliki lebih banyak pola whorl dari pada wanita dan wanita memiliki pola
arch yang lebih sederhana dari pria (Jones dalam Sintaningtyas, 2010).

2.2 Sidik Jari


Setiap manusia memiliki pola ukiran pada telapak tangan dan juga pada
telapak kakinya yang dikenal dengan sidik jari. Setiap sidik jari manusia
memiliki pola yang berbeda dan tidak pernah berubah sehingga sering
digunakan untuk mengenali identitas. Sidik jari manusia bersifat genetik dan
diwariskan melalui pewarisan poligen (banyak gen) sehingga secara genetic
tidak pernah berubah seumur hidup, kecuali dipengaruhi oleh kerusakan
lingkungan (Gupta, 2019; Purbasari & Sumadji, 2017).

Sidik jari tampak pertama pada minggu ke-14 kehamilan dan


berkembang ketika bulan ketiga kehamilan. Lingkungan fetus terbukti
berpengaruh pada pola sidik jari (Okajima dalam Sintaningtyas, 2010).

Hal itu terbukti dengan adanya perbedaan pola sidik jari tangan kanan
dan tangan kiri dan pada orang kembar hanya ada sedikit perbedaan.
Modifikasi lingkungan fetal dapat diinduksi substansi-substansi teratogenik.
Walaupun ketika dilihat secara mendetail pola sidik jari manusia satu berbeda
dengan yang lain namun pola skala besamya memiliki beberapa persamaan dan
dapat diidentifikasi dengan mudah. Berdasarkan klasifikasi, pola sidik jari
dapat dinyatakan secara umum ke dalam bentuk arch (garis melengkung), loop
(garis melingkar), dan whorl (garis memutar).

Pola sidik jari (gambar 1) dapat diperiksa secara langsung dan cara untuk
mendapatkannya dengan mudah adalah dengan mencelupkan tangan ke dalam
genangan tinta kemudian ditempelkan di atas kertas. Pola sidik jari terdiri dari
baris-baris milimeter selebar setengah milimeter dari kelenjar keringat. Pola
yang kompleks ini terdiri atas dua pola utama yang disebut loop dan triradius.
Loop dibentuk saat arah alur paralel membelok 180 derajat ketika masuk dan
keluar pada sisi jari yang sama dan penamaannya sesuai dengan arahnya. Jika
mengarah ke tulang radius dinamakan tipe radial, jika mengarah ke tulang ulna
dinamakan tipe ulnar.

Untuk setiap manusia identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah


lapisan kulit atau dermal papilae, pola dasarnya tidak berubah, selama lapisan
papilae masih berada dikulit dan sidik jari akan selalu ada. Variasi pola
dermatoglifi satu spesies berbeda dengan spesies lain dan menunjukkan
kekhasan pada setiap spesies tersebut. Pola guratan-guratan sidik jari tidak
hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi juga bisa bermanfaat untuk
menemukan adanya abnormalitas dermatoglifi yang khas yang seringkali
berhubungan dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown dalam
Sintaningtyas, 2010).

Menurut Francis Galton (1822-1916) tidak ada sidik jari yang identik di
dunia ini sekalipun di antara dua saudara kembar. Jika ada 5 juta orang di bumi,
kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi
lagi 300 tahun kemudian. Sidik jari merupakan poligen, dimana sekali
terbentuk maka akan tetap untuk selamanya, tidak akan berubah oleh apapun
kecuali apabila terjadi kerusakan pada jari tangan seperti kebakaran (Kimura
dalam Beatrice, 2009).

Sidik jari tetap sama bahkan setelah luka kecil atau lecet yang
mempengaruhi permukaan kulit karena regenerasi kulit didasarkan pada pola
dermis asli. Hanya luka dalam yang merusak dermis yang akan menghasilkan
bekas luka permanen (Heng et al., 2018).

Pola ukiran pada sidik jari manusia juga biasa disebut dengan sulur-sulur
dermis. Pembentukkan sulur-sulur dermis ini dimulai dengan proliferasi sel
epitel basal pada minggu ke-10 sampai minggu ke-11 kehamilan dan sempurna
pada minggu ke-20 hingga ke-24 (Gupta, 2019). Sel-sel tersebut kemudian
akan membentuk lipatan-lipatan dan menjadi sulur epidermis. Perubahan sidik
jari dapat terjadi akibat trauma berat sehingga pola tidak dapat terbentuk
kembali (Purbasari & Sumadji, 2017). Pola sidik jari menjadi tetap ketika
seseorang berusia sekitar 14 tahun atau lebih (Karu & Jaint, 1996).

Sistem sidik jari yang dipakai sekarang berasal dari Sir Richard Edward
Henry, seorang asisten magistrate kolektor di Barat Daya India. Henry
dilahirkan pada 26 Juli 1850 di Shadwell, Wapping, London, Inggris. Sistem
Henry berasal dari pola ridge (sulur/ garis-garis paralel) yang terpusat pada
pola jari tangan, jari kaki, khususnya telunjuk. Pola ridge ini dibentuk selama
embrio dan tidak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan
akibat lukaluka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar (Saha
et al, dalam Sintaningtyas, 2010).

Sidik jari telah terbukti cukup akurat, aman, mudah dan nyaman untuk
dipakai sebagai identifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari antara lain:

a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada
kulit manusia seumur hidup.
b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius.
c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang
(Elvayandri, dalam Sintaningtyas 2010).

Menurut (Suryo dalam Beatrice, 2009), bentuk sidik jari terbagi atas tiga
bagian dasar:

a) Pola arch atau lengkung


Pola ini sering dinamakan pola A, initial dari Arch. Bentuknya
melengkung, melintang terhadap arah jari. Bentuk sidik jari ini merupakan
bentuk yang paling sederhana, tidak mempunyai triradius sehingga tidak
dapat dilakukan perhitungan rigi. Pola ini memiliki frekuensi kehadiran
hanya 5%, bahkan tidak semua individu memiliki pola ini. Menurut (Soma
dalam Beatrice, 2009), ada dua macam pola arch yaitu plain arch dan tented
arch.

b) Pola Loop atau Pola Sinus


Bentuknya seperti tali untuk menjerat, mulai dari pinggir menuju ke
tengah, balik lagi ke pinggir, terbuka ke arah kiri atau kanan jari. Ciri utama
pola ini adalah terdapat satu triple-as yakni satu titik dengan tiga sumbu
Menurut (Soma dalam Beatrice, 2009), pola loop dapat dibedakan atas 2
yaitu:

1) Loop radial, yaitu bagian yang terbuka dari bentuk sosok menuju ke
arah ujung jari.
2) Loop ulnar, yaitu bagian yang terbuka menuju ke pangkal jari. Bentuk
loop kira-kira 65%-70% terdapat pada setiap individu. Bentuk loop ini
sering ditemukan pada sidik jari. Frekuensi kehadiran yang sering
ditemukan membuat bentuk loop lebih banyak dikenal daripada bentuk
yang lainnya.

c) Pola Whorl atau Pusaran


Bentuk pola ini seperti pusaran air, terdapat pusat di tengah, melingkar,
makin lebar makin ke pinggir. Ciri utama adalah terdapat dua tripel-as yakni
dua buah titik yang masing-masing dengan tiga sumbu. Frekuensi kehadiran
pola ini 25%-30%.

Gambar 1. Pola Dermatoglifi Galton (Arrieta dalam Rosidah, 2010).

Menurut Ramani et. al (2011) sulur jari dapat digunakan secara luas
untuk alat identifikasi seseorang, aspek biologis, penurunannya serta
perbedaan diantara bangsa-bangsa. Sulur jari terbentuk sejak awal
perkembangan embrio yaitu pada umur embrio 13 minggu sampai embrio 24
minggu. Pola sulur jari ditentukan oleh banyak gen (poligen) sehingga secara
genetik tidak pernah berubah seumur hidup, kecuali dipengaruhi oleh
kerusakan lingkungan (Misbach, 2010).

Klasifikasi dari bentuk sidik jari didasarkan atas banyaknya triradius,


yaitu titik- titik darimana rigi-rigi menuju tiga arah dengan sudut kira-kira 120
derajat atau merupakan titik pusat dari bentuk segitiga yang menyebar
membentuk sulur-sulur di jari tangan dan kaki, serta di telapak tangan dan kaki.
Pancaran inilah yang mempunyai arti klinis karena spesifik untuk tiap-tiap
orang (Penrose dalam Sintaningtyas, 2010).

Triradius merupakan pusat titik dari bentuk segitiga dengan sudut kira-
kira 120° yang menyebar membentuk sulur- sulur dermis pada jari tangan
maupun jari kaki. Sulur-sulur dermis ini dapat dihitung dengan cara mengambil
garis dari triradius sampai ke pusat, lalu hitung jumlah garis yang dilewatinya.
Namun pada pola arch yang tidak memiliki triradius, maka tidak dapat dihitung
jumlah sulurnya. Pada laki-laki dan perempuan akan memiliki jumlah sulru
atau rigi-rigi yang berbeda dengan perempuan. Pada perempuan jumlah rigi
rata-rata 127 sedangkan pada laki-laki 144.

Triradius selalu ditemukan pada sisi radial dari ulnar loop dan sebaliknya.
Dua loop yang saling berlawanan dapat membentuk whorl (garis memutar)
yang variasinya dapat menjadi bentuk spiral, cincin konsentris (elips), loop
yang saling bersambungan maupun membentuk celah dalam loop. Ada dua
triradius yang berhubungan dengan whorl, satu di tiap-tiap sisi jari. Saat tidak
ada pola yang tampak, bidang dari garis paralelnya tersebut disebut bidang
terbuka. Jika ada garis yang menunjukkan kurvatura kecil, susunannya dapat
membentuk arch. Jika konfigurasinya membentuk arch (garis melengkung)
maka tidak ada pola triradius di sidik jarinya, tapi jika polanya tented arch maka
pola triradiusnya ditemukan di bawah tent yang dibentuk oleh garis melingkar
yang tegas (Naffah, dalam Sintaningtyas 2010).

Untuk mendapatkan jumlah perhitungan rigi, rigi dari kesepuluh jari


dijumlahkan. Pada wanita normal 144 (Suryo dalam Beatrice, 2009). Menurut
(Penrose dalam Rosida, 2006), jumlah sulur total pada jenis kelamin laki-laki
lebih banyak dari perempuan.

Analisis sidik jari tangan terhadap 571 orang Habbanit yang dilakukan
oleh Slatis, Katznelson dan Bonne-Tamir pada tahun 1976 menunjukkan
kesimpulan mengenai pola penurunan sidik jari. Sebuah teori genetik telah
dikembangkan. Teori ini menyatakan bahwa pola sidik jari dasar pada manusia
adalah ulnar loop dan variasi gen menyebabkan deviasi (penyimpangan) dari
pola sidik jari dasar ini menjadi pola-pola lain. Gen-gen yang berpengaruh
antara lain:
a) Gen semidominan untuk pola whorl pada ibu jari tangan (satu orang
homozigot mempunyai pola whorl pada kedua ibu jari, yang lainnya
mempunyai ulnar loop pada kedua ibu jari dan 288 orang heterozigot
biasanya mempunyai dua pola ulnar loop atau satu ulnar loop dan satu
whorl).
b) Gen semidominan untuk pola whorl pada jari manis yang bekerja seperti
gen untuk pola whorl pada ibu jari.
c) Gen dominan untuk pola arch pada ibu jari dan seringkali pada jari tangan
lain, d. Satu atau lebih gen dominan untuk pola arch pada jari tangan.
d) Gen dominan untuk pola whorl pada semua jari tangan kecuali untuk pola
ulnar loop pada jari tengah. Gen dominan untuk radial loop pada jari
telunjuk, seringkali berhubungan dengan pola arch pada jari tengah.
e) Gen resesif untuk pola radial loop pada jari manis dan kelingking. Gen-
gen ini dapat bekerja secara independen maupun epistasis (Slatis et al,
dalam Sintaningtyas 2010).

Frekuensi pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari dengan jari
lainnya. Hasil penelitian skripsi Sintaningtyas (2010) sesuai dengan penelitian
Suryo (1997) yang mengatakan bahwa pada umumnya kira-kira 5% bentuk
sidik jari pada ujung jari tangan adalah tipe archus, bentuk loop kira-kira 65-
70% dan tipe whorl kira-kira 25- 30%. Menurut (Penrose dalam Sintaningtyas,
2010), jumlah sulur total pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
perempuan.

Frekuensi kehadiran setiap pola sidik jari baik pola sidik jari loop, arch,
dan whorl tidak sama. Pada orang normal frekuensi kehadiran pola sidik jari
untuk pola loop lebih banyak dari pada frekuensi kehadiran pola sidik jari
whorl dan arch, inilah yang sering digunakan para ahli untuk mengidentifikasi
karakteristik sifat seseorang (Suryo, dalam Beatrice 2009).

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Panghiyangani et al. (2006),


membuktikan bahwa pola sidik jari pada Suku Dayak mempunyai gambaran
loop ulna 67.07%, whorl 25.54%, arch 4.62%, dan loop radial 2.77%.

Pada populasi orang kulit putih dan kulit hitam banyak dijumpai pada
populasi bangsa Mongoloid, populasi penduduk asli Australia dan populasi
bangsa Melasiana di Pasifik. Pada pola Arch dijumpai paling sedikit ditemukan
untuk semua populasi Bushman (Bangsa Negroid yang hidup di Afrika Selatan)
pola arch dijumpai lebih dari 10%. Dalam suatu populasi rata-rata pola Arch
5%, pola loop 65-70% sedangkan pola whorl 25-30%. (Widianti, 2014).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum


Praktikum Genetika dengan judul “Gen Ganda” dilakukan pada hari
Senin, 08 Mei 2023, praktikum dilakukan pada pukul 14.30-16.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Pendidikan dan Vokasi,
Universitas Lancang Kuning.

3.2 Alat Dan Bahan Praktikum


a) Tinta stempel.

b) Bantalan stempel

c) Senter/lampu (seharusnya loop)

d) 10 jari praktikan.

e) Buku praktikum.

f) Pena.

3.3 Cara Kerja


✓ Disiapkan semua bahan dan alat yang akan digunakan.

✓ Diambil tinta pada bantalan tinta dengan menekan sedikit bagian ujung jari
hingga mengenai pola sidik jari.

✓ Dicapkan pada table yang telah disiapkan pada buku praktikum masing-
masing anggota praktikan.

✓ Diamati bagaimana pola sulur pada setiap jari (ke sepuluh jari tangan).

✓ Dihitung berapa jumlah rigi-rigi pada kesepuluh jari tangan anggota


praktikan masing-masing.

✓ Dihitung serta berapa jumlah persentase rata-rata jumlah ringi pada


anggota praktikan masing-masing.
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
a) Table 1.1 Hasil pengamatan pola sulur jari tangan pada kelompok 3
Jumlah tiap jenis pola sulur
No Nama Mahasiswa jari
Arch Loop Whorl
Windri Ratna Sari

9
1 - 1

Resty

6
2 - 4

Nindy

6
3 - 4

Nuriman

4 - 2 8

Lena

8
5 - 2

Jumlah - 13 37
b) Table 1.2 Hasil pengamatan jumlah rigi pada jari tangan peranggota
praktikan.
Ibu jari Telunjuk Jr. tengah Jr. Manis Kelingking

Pola A L W A L W A L W A L W A L W
sulur 0 0 11 0 0 11 0 0 11 0 0 18 0 0 10

c) Table 1.3 Hasil pengamatan jumlah rigi pada seluruh anggota


kelompok 3:
Jumlah rigi
No. Mahasiswa
Laki-laki Perempuan

Windri Ratna Sari 61

Resty 70

Nindy 94

Nuriman 65

Lena 99

d) Frekuensi jumlah pola sulur seluruh jari praktikan yang ada di


kelompok 3 yaitu:
✓ Pola Loop ✓ Pola Whorl
13 37
x 100% = 26% x 100% = 74%
50 50

5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum gen
ganda yakni mengamati pola sulur pada ujung jari tangan, kelompok 3 ini yang
terdiri dari 5 praktikan, ditemukan adanya dua jenis pola sulur. Ditemukan
adanya tipe loop (loop ulnar dan loop radial) dan whorl. Sidik jari merupakan
sifat yang diwariskan dari gen ganda. Pola arch tidak memiliki triradius
sehingga tidak memiliki jumlah rigi. Pada tipe loop terdapat satu triradius dan
whorl terdapat 2 triradius, menurut beberapa sumber perhitungan jumlah rigi
diambil dari triradius hingga bagian sentral pola dengan menghitung yang
paling banyak. Namun, pada praktikum yang dilakukan asisten mengatakan
untuk menghitung jumlah rigi yang paling dikit dari triradius hingga bagian
tengahnya. Serta perhitungannya hanya pada salah satu tangan saja (5 jari saja).
Dari seluruh anggota kelompok 3 memiliki jumlah sulur dan tipe pola
yang berbeda-beda. Adapun pola sulur dari kesepuluh jari tangan saya tidak
sama, dan tiap pola pun memiliki jumlah rigi yang berbeda-beda. Dari
kesepuluh jari tangan saya ditemukan 1 pola loop (loop ulnar) dan 9 pola
Whorl, dengan jumlah rigi ke 5 jari bagian tangan kanan adalah 61 rigi. Adapun
pola sulur dari kesepuluh jari tangan Resty tidak sama, dan tiap pola pun
memiliki jumlah rigi yang berbeda-beda. Dari kesepuluh jari tangan Resty
ditemukan 4 pola loop dan 6 pola Whorl, dengan jumlah rigi ke 5 jarinya adalah
70 rigi. Adapun pola sulur dari kesepuluh jari tangan Nindy tidak sama, dan
tiap pola pun memiliki jumlah rigi yang berbeda-beda. Dari kesepuluh jari
tangan Nindy ditemukan 4 pola loop dan 6 pola Whorl, dengan jumlah rigi ke
5 jari bagian tangan kanan adalah 94 rigi. Adapun pola sulur dari kesepuluh jari
tangan Nuriman tidak sama, dan tiap pola pun memiliki jumlah rigi yang
berbeda-beda. Dari kesepuluh jari tangan Nuriman ditemukan 2 pola loop dan
8 pola Whorl, dengan jumlah rigi ke 5 jari adalah 65 rigi. Kemudian yang
terakhir, pola sulur dari kesepuluh jari tangan Lena tidak sama, dan tiap pola
pun memiliki jumlah rigi yang berbeda-beda. Dari kesepuluh jari tangan Lena
ditemukan 2 pola loop dan 8 pola Whorl, dengan jumlah rigi ke 5 jari adalah
99. Dari data kelompok yang paling banyak ditemukan adalah pola whorl yakni
ada 37, serta 13 pola loop dari 50 jari ke 5 praktikan. Frekuensi masing-masing
pola yakni Tipe Arch 0%, tipe Loop 26% dan tipe Whorl 74%. Pola data
tersebut menunjukan bahwa whorl memiliki jumlah yang terbanyak. Jumlah
yang didapat pada saat percobaan menunjukkan bahwa besar tipe jari yang
mereka miliki adalah whorl, kemudian baru loop dan yang tidak ada sama
sekali adalah arch.

Menurut Jalali dan Hajian (2002) proporsi arch pada tangan manusia
biasanya hanya ditemukan sebesar 5%. Sementara proporsi loop berkisar
antara 60-70% sedangkan untuk whorl ditemukan sebesar 25-35%. Berarti dari
data diatas yang didapatkan tidak sesuai dengan teori. Hal ini bisa terjadi
karena pengukuran atau perhitungan hanya dilakukan untuk masing-masing
kelompok saja (5 praktikan/kelompok). Teori ini bisa saja terbukti jika
perhitungannya dilakukan untuk semua anggota kelas.

Sealain itu, menurut (Penrose dalam Sintaningtyas, 2010), jumlah rigi


total pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dari jumlah
rigi pada perempuan. Kenyataanya pada hasil perhitungan pun tidak sesuai
dengan teori tersebut. Yakni Lena (perempuan) lah yang memiliki jumlah rigi
terbanyak yaitu 99 rigi, sedangkan Nuriman (laki-laki) hanya memiliki jumlah
rigi sebanyak 65 rigi saja. Hal ini bisa saja terjadi karena kekurang telitian
dalam perhitungan jumlah rigi tersebut. Karena pada saat perhitungan jumlah
rigi hanya digunakan lampu senter pada handphon masing-masing tanpa
dibantu dengan loop atau kaca pembesar.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan dari paraktikumGen ganda, yaitu sebagai berikut:
a) Dermatoglifi merupakan pengetahuan mengenai gambaran sulur-sulur
yang terdapat pada permukaan ujung jari tangan, telapak tangan, ujung jari
kaki, telapak kaki dan lipatan kulit (crease) telapak tangan semua primata
(Campbell, 1998).
b) Pengamatan dermatoglifi dapat dilakukan dengan menganalisis pola sidik
jari, jumlah rigi dan jumlah triradius (Sufitni, 2007).
c) Pola sulur atau sidik jari dbagi menjadi 3, yaitu pola arch, pola loop (loop
ulnar dan radial), dan pola whorl.
• Pola arch atau lengkung; bentuknya melengkung, melintang terhadap
arah jari merupakan yang paling sederhana, tidak mempunyai triradius
sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan rigi.
• Pola Loop atau Pola Sinus; bentuknya seperti tali untuk menjerat, ciri
utama pola ini adalah terdapat satu triple-as yakni satu titik dengan
tiga sumbu. Dibagi 2 yaitu; Loop radial, yaitu bagian yang terbuka
dari bentuk sosok menuju ke arah ujung jari. Loop ulnar, yaitu bagian
yang terbuka menuju ke pangkal jari.
• Pola Whorl atau Pusaran; bentuk pola ini seperti pusaran air, terdapat
pusat di tengah, melingkar, makin lebar makin ke pinggir, ciri utama
adalah terdapat dua tripel-as yakni dua buah titik yang masing-masing
dengan tiga sumbu.
d) Untuk masing-masing individu memiliki pola sulur dan jumlah rigi yang
berbeda-beda.

5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum maupun laporan ini adalah diharapkan
semua praktikan dalam praktikum Gen Ganda ini antara lain:
a) Praktikan menjadi lebih paham terkait praktikum ini melalui arahan asisten
dosen sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.

b) Diharapkan agar praktikan selalu mematuhi tata tertib laboratorium selalu


menggunakan perlengkapan dan bekerja secara steril karena kita bekerja
di dalam laboratorium bercampur dengan bahan kimia dan juga
mikroorganisme yang tak tampak.

c) Berharap sekali kepada rekan praktikum untuk memahami apa yang telah
kita lakukan di dalam praktikum agar memudahkan kita juga nantinya.

d) Dan juga laporan yang saya buat ini mungkin masih banyak kesalahan
maupun kekeliruan dalam penulisan, saya mohon bantuannya untuk kritik
dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Beatrice, Eva. (2009). Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di


Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dengan Pria Normal
Di luar Lembaga Pemasyarakatan. Skripsi Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Campbell, D. (1998). Fingerprints & Palmar Dermatoglyphics. Dari http://.
wwwFinferprint.co.id. Pada 19 Mei 2023, pukul 12.08.
Gupta, A. (2019). Evaluation of Correlation Between Dental Caries and
Fingerprints in Known Subjects. Journal of Advanced Medical and
Dental Sciences Research, 7(8), 236- 239. https://doi.org/10.21276/
jamdsr.
Heng, G. S., Ismail, N. A., Rahman, Z. A. A., & Anan, A. (2018). Distribution of
Fingerptint Patterns Among Young Adults and Siblings in Malaysia.
The International Journal of Medicine and Sciences, 3(1), 11-17.
Jones, Mary. 2007. BIOLOGY SECOND EDITION. New York: Cambridge
University Press.
Karu, K., & Jaint, A. K. (1996). Fingerprint Classification. Pattern Recognition,
29(3), 389-403.
Misbach, I. H. (2010). Dahsyatnya Sidik Jari: Menguak Bakat dan Potensi untuk
Merancang Masa Depan Melalui Fingerprint Anallisys. Jakarta: Visi
Media.
Rosida, Lena dan Panghiyangani, Roselina. (2006). Gambaran Dermatoglifi pada
Penderita Sindrom Down di Banjarmasin dan Martapura Kalimantan
Selatan. Jurnal Anatomi Indonesia. Vol.1. No.2: 71-78.
Sintaningtyas, Linda Jana. (2010). Pola Dermatoglifi Tangan Pada Pasien
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi UNS:
Surakarta.
Soekarto, A. 1978. Teknik dermatoglifik yang diterapkan dalam kedokteran. B Ilmu
Kedokteran. Jakarta: UI Press.
Suryo. (2009). Genetika Strata 1. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Widianti, T., Aini H.N. 2014. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang Jurusan
Biologi FMIPA Unnes.
Penrose, L. (1963). Finger-Prints, Palms and Chromosomes. https://doi.org/
10.1038 /197933a0
Purbasari, K., & Sumadji, An. R. (2017). Variasi pola sidik jari mahasiswa berbagai
suku bangsa di kota madiun. Jurnal FLorea, 4(2), 47-54.
Soma, I. G. (2002). Dermatoglifik sebagai Alat Diagnosa. Jurnal Veteriner. 3 (2):
25-28.

Anda mungkin juga menyukai