Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yuniar Dyah Anggraeni

NIM : 181810401057

LAPORAN GENETIKA PRAKTIKUM POLIGEN

I. JUDUL : Pemeriksaan Pola Sidik Jari Tangan


II. Tujuan : Mengetahui pola sidik jari dan cara menghitung jumlah sulur
III. Metode
3.1 Alat dan Bahan
• Kertas HVS putih
• Bantalan Tinta
• 10 jari tangan dari masing-masing anggota keluarga (2 orang)
3.2 Cara kerja
1. Dipersiapkan alat dan bahan
2. Dilakukan penempelan jari tangan anggota keluarga ke bantaln tinta dan
ditempelkan di kertas HVS
3. Gambar sidik jari diamati dan ditentukan pola sidik jarinya (loop, arch, dan whorl)
4. Setelah ditentukan pola sidik jari dilakukan perhitungan jumlah sulur, perhitungan
ini dilakukan dengan menentukan triradius ke pusat. Perhitungan jumlah sulur
dimulai pada garis setelah triradius sampai garis sebelum titik pusat.
5. Pola whorl yang mempunyai dua titik triradius dilakukan perhitungan pada kedua
sisi dan diambil pada sisi yang mempunyai sulur lebih banyak
6. sedangkan pada pola arch yang tidak mempunyai titik pusat maka jumlah sulurnya
adalah 0
7. Jumlah total sulur (Total Ridge Count) diperoleh dengan menjumlahkan
perhitungan sulur dari ke-10 jari tangan
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pola Sidik Jari
Loop Ulnar Loop Radial Whorl Arch
NO Nama L/P
kanan kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
1. Yuniar P 2 1 - - 3 4 - -
2. Diyono L 3 2 - 1 2 2 - -
Jumlah 8 1 11 -
Presentase 40% 5% 55% 0%
Rata-Rata 20% 2,5% 27,5% 0%

4.1.2 Tabel Jumlah Sulur Ujung Jari


Jenis
No Nama Kanan Kiri Total
kelamin
1 Yuniar P 54 49 103
2 Diyono L 56 53 109
Total 212
Rata- Rata 106

4.2 Pembahasan
Manusia memiliki ukiran di telapak tangan dan telapak kaki. Ukiran sidik jari
pertama kali diteliti oleh Cummins dan midlo (1926) dan menemukan istilah
dermatoglyphics, yang artinya derma adalah kulit dan glyph adalah ukiran. Menurut
penelitian Galton (1926) sidik jari tidak pernah sama pada manusia dan tidak pernah
berubah (Edy, 2010). Sudah hampir 150 tahun yang lalu, dermatoglifi digunakan
sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Biologi,
Kesehatan, genetic dan Evolusi. Selain itu, digunakan secara luas sebagai alat
identifikasi seseorang. Sidik jari terbentuk sejak awal perkembangan embrio yaitu pada
umur embrio 13 minggu sampai embrio 24 minggu. Pola sidik jari ditentukan oleh
banyak gen (poligen) sehingga secara genetik tidak pernah berubah seumur hidup,
kecuali dipengaruhi lingkungan seperti kerusakan oleh lingkungan. Pola sidik jari telah
dikelompokkan oleh Galton, secara garis besar menjadi tiga pola, yaitu tipe arch, tipe
loop dan tipe whorl. Tipe arch berupa garis yang melengkung ke arah distal dan pada
pola ini tidak terdapat triradius. Pola loop memiliki lengkung seperti kait dengan satu
triradius, dan pola whorl berbentuk pusaran dan memiliki dua triradius. Sidik jari telah
dimanfaatkan untuk berbagai bidang, diantaranya sebagai identitas diri dan alat forensik.
serta banyak diaplikasikan untuk pemanfaatannya untuk e-card seperti e-KTP. sidik jari
berhubungan dengan penyakit kelainan yang disebabkan oleh kromosom (Wati et.al.,
2015)
Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika masih di dalam rahim.
Untuk setiap manusia identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah lapisan kulit atau
dermal papilae, pola dasarnya tidak berubah, selama lapisan papilae masih berada
dikulit dan sidik jari akan selalu ada. Dermatoglifi merupakan suatu manifestasi genetik
yang dikendalikan oleh polygenic, dimana pola dasarnya tidak akan berubah selama
hayatnya. Perubahan hanya terjadi pada ukuran sulur, yang berlangsung sejalan dengan
perkembangan tangan dan kaki. Variasi pola dermatoglifi satu spesies berbeda dengan
spesies lain dan menunjukkan kekhasan pada setiap spesies tersebut (Siburian et.al.,
2010)

Perhitungan persentase masing-masing pola sidik jari dilakukan dengan rumus


berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑜𝑝
% loop = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑗𝑎𝑟𝑖 x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑟𝑐ℎ
% arch = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑗𝑎𝑟𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑤ℎ𝑜𝑟𝑙
% whorl = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑗𝑎𝑟𝑖 100%

Jumlah sulur masing-masing jari tiap individu dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah
total sulur (Total Ridge Count/ TRC). Kemudian dihitung rata-rata jumlah total sulur
pada tiap-tiap suku bangsa dan dilakukan analisis secara deskriptif. Apabila dipisahkan
berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa jumlah total sulur pada individu laki-
laki lebih tinggi dibanding jumlah sulur pada individu perempuan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sufitni (2007), jumlah sulur baik pada
kelompok normal maupun kelompok retardasi mental lebih tinggi pada individu laki-
laki daripada perempuan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Suryadi (1993) yang
melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia,
yang menunjukkan bahwa jumlah total sulur laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Pola sidik jari dan jumlah sulur pada sidik jari dipengaruhi oleh banyak hal, akan tetapi
yang diduga berperan utama dalam pembentukannya adalah sel saraf di lapisan
epidermis. Perkembangan sulur pada waktu kehamilan dibedakan atas dua tahap, yaitu
tahap pembentukan sulur primer dan tahap pembentukan sulur skunder. Tahap
pembentukan sulur primer terjadi sekitar minggu ke 10 sampai minggu ke 17 setelah
fertilisasi, sedangkan tahap pembentukan sulur skunder terjadi pada minggu ke 18
sampai minggu ke 25. Sulur atau guratan pada jari ini dapat meningkatkan gesekan,
memperbaiki sentuhan, membantu tangan untuk mengenali benda-benda di sekitar
dengan menghilangkan tekstur permukaan. Pada pewarisan pola sidik jari, alam telah
menetapkan pola pewarisannya faktor genetik mengatur kapan dan dimana pola sidik
jari akan terbentuk. Sedangkan untuk pembentukan sulur, banyaknya sulur yang
terbentuk langsung dipengaruhi oleh gen sehingga gen yang terlibat lebih banyak
dibandingkan pada saat pembentukan pola sidik jari. Meskipun pola sidik jari dan
jumlah sulur diwariskan secara genetik, akan tetapi jumlah sulur lebih dapat diwariskan
daripada pola sidik jari (Purbasari et.al., 2017)

Hasil Pengamatan yang didapatkan dari percobaan kali ini yaitu jumlah
presentase sebagai berikut 40% loop ulnar, 5% loop radial, dan 55% whorl. Rata-rata
jumlah sulur yang didapatkan adalah 106, menurut hasil sampel rata-rata jumlah sulur
anggota keluarga termasuk normal, hal ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Rosida dan Roselina (2006) yang menunjukkan bahwa jumlah rata-rata sulur
penderita down syndrome adalah 158 sulur.

V. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum kali ini adalah manusia memiliki
ukiran di telapak tangan dan telapak kaki yang disebut dengan sidik jari. Pola sidik jari
terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika masih di dalam rahim. Untuk setiap manusia
identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah lapisan kulit atau dermal papilae, pola
dasarnya tidak berubah, selama lapisan papilae masih berada dikulit dan sidik jari akan
selalu ada. Dermatoglifi merupakan suatu manifestasi genetik yang dikendalikan oleh
polygenic, dimana pola dasarnya tidak akan berubah selama hayatnya. Sidik jari secara
garis besar dibagi menjadi tiga pola, yaitu tipe arch, tipe loop dan tipe whorl. Sidik jari
telah dimanfaatkan untuk berbagai bidang, diantaranya sebagai identitas diri dan alat
forensik. serta banyak diaplikasikan untuk pemanfaatannya untuk e-card seperti e-KTP.
sidik jari berhubungan dengan penyakit kelainan yang disebabkan oleh kromosom.
Hasil Pengamatan yang didapatkan dari percobaan kali ini yaitu jumlah presentase
sebagai berikut 40% loop ulnar, 5% loop radial, dan 55% whorl. Rata-rata jumlah sulur
yang didapatkan adalah 106 yang dapat disimpulkan sebagai normal karena hasil sulur
yang didapatkan lebih sedikit dari rata-rata sulur penderita down synrome yang sebesar
158 sulur.
DAFTAR PUSTAKA

Purbasari, Karlina., Angga Rahabistrata Sumadji. 2017. Variasi Pola Sidik Jari Mahasiswa
Berbagai Suku Bangsa di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Prosiding Seminar
Nasional SIMBIOSIS II, Madiun : 410-421.
Rosida, Lena., dan Roselina Panghiyangani. 2006. Gambaran dermatoglifi pada penderita
sindrom down di Banjarmasin dan Martapura Kalimantan Selatan. Jurnal Anatomi
Indonesia. Vol 1 (2): 71-78.
Siburian, Jodion., Evita Anggreini, S.F. Hayati. Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah
Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah
Jambi. Jurnal Biospecies. Vol 2 (2) : 12-17.
Wati, Meliya., RRP. Megahati, Weni Novita Sari. 2015. POLA KHAS YANG DITEMUKAN
PADA SIDIK JARI DAN TELAPAK TANGAN PADA ANAK-ANAK TUNA NETRA
DI KOTA PADANG. Jurnal BioCONCETTA. Vol 1 (2) : 59-66.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai