Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMATAN AMFIBI

LAPORAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Zoologi Vertebrata, Jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi
Tasikmalaya

Disusun Oleh:
Annisa Nur Alviani 162154
Maya Cindiati 162154
Nanda Mulyadi Mustopa 162154
Nurul Hidayati 162154
Resy Anggraeni Agustin 162154
Rita Martasari 162154
KELAS 3D KELOMPOK 5

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Semesta Alam, Yang Maha
Besar dan Maha Bijaksana Allah swt., karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Pengaruh Penambahan Media Organik Ekstrak
Ubi Jalar Dan Ubi Kayu Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Sp. Secara In
Vitro”.
Proposal ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Biologi di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Siliwangi.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan
karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Purwati K. Suprapto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi;
2. Dr. Diana Hernawati, M.pd. selaku dosen mata kuliah Zoologi Vertebrata yang
telah membimbing dan memotivasi kami;
3. Vita Meylani, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Zoologi Vertebrata yang telah
membimbing dan memotivasi kami;
4. Diki Muhamad Chaidir, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Zoologi Vertebrata
yang telah membimbing dan memotivasi kami;
5. Teman-teman seperjuangan Biologi 2016 khususnya Biologi D dan adik-adik
tingkat yang tak pernah lelah memberikan semangat dan masukan untuk penulis;
Semoga segala amal dan kebaikan semuanya mendapat imbalan dari Allah swt. Aamiin.

Tasikamalaya, Maret 2019


Penulis
A. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk;
1. Mengetahui bentuk morfologi dari kelas amphibia,
2. Mengetahui karakter dan sifat-sifat untuk pengidentifikasian dan
pengklasifikasian kelas amphibia dan untuk;
3. Mengetahui jenis-jenis dari kelas amphibia.

B. Tinjauan Pustaka
Amphibi adalah definisi bagi sekelompok hewan yang semasa hidupnya di darat
dan di air. Amphibi yang hidup di dunia terdiri dari tiga Ordo yang pertama adalah
Caudata atau Salamander, Cecilia atau Gymnopiona dan Anura (Ario, 2010: 29).
Anura terdiri dari katak dan kodok yang memiliki jumlah ordo yang cukup banyak,
dengan jumlah spesies 5.208 spesies (Stuarte dkk., 2008: 2).
Katak dan kodok memiliki perbedaan, dimana katak mudah dikenal dari
tubuhnya yang khas dengang memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas, mata
cenderung besar, permukaan kulit licin dan berlendir. Sedangkan kodok tekstur kulit
kasar dan berbenjol yang diliputi bintil-bintil berduri, tangan dan kakik cenderung
lebih pendek dibandingkan dengan kaki katak lebih panjang. Katak seperti hewan
lainnya memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor lingkungan yang spesifik
setiap jenisnya. Keberadaan jenis-jenis katak yang umum dijumpai pada habitat
yang terganggu merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat mulai mengalami
gangguan (Ario, 2010: 31).
Amphibia merupakan hewan yang memiliki habitat hidup di dua alam yaitu air
dan darat. Selama siklus hidupnya, Amphibia berada dalam air dan bernapas dengan
insang sedangkan setelah dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru dan
kulit. Amphibia dibagi atas3 Ordo yaitu Caudata (Urodela), Sesilia(Gymnophiona)
dan Anura (Salienta) (Brotowidjoyo, 1994). Ketiga ordo Amphibiayang ditemukan
di dunia hanya 2 Ordo yang terdapat di Indonesia yaitu Anura danSesilia. Ordo
Anura merupakan Ordo Amphibia yang terbesar dan sangat beragam,terdiri dari
lebih 4.100 species. 30 familia Anura yang telah dikenal, sepuluh terdapatdi
Indonesia (450 species) (Iskandar, 1998). Sesilia terdiri dari 159 species,
yangterdapat di Indonesia hanya 30 species yang tersebar di Jawa,Kalimantan
danSumatera (Iskandar, 2008).
Habitat utama Amphibia adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan
rawa,sungai besar, sungai sedang, anaksungai, kolam dan danau (Mistar 2003).
Iskandar(1998) menyatakan bahwa Amphibia selalu hidup berasosiasi dengan air
sesuainamanya yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat). Selanjutnya
dijelaskanbahwa sebagian besar Amphibia didapatkan hidup di kawasan hutan
karenadisamping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup
tinggi (75-85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Amphibia juga
membutuhkan suhutertentu untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimum
berkisar 260C–330C(Berry (1975)dalamSardi, Erianto, dan Siahaan, 2013) dan suhu
air 200C–350C(Kanna (2005)dalamSardi, Erianto, dan Siahaan, 2013).

C. Metode Pratikum
1. Waktu dan tempat pratikum
Pratikum dilaksanakan pada tanggal 11 dan 18 Maret 2019 pukul 15.30
WIB sampai dengan selesai , tempat di laboratoium Zoologi Universitas
Siliwangi.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain pinset, penjepit, baki plastik, sarung
tangan, masker dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu awetan spesies dari
kelas amphibia.
3. Cara kerja
Siapkan alat dan bahan untuk pratikum, lalu amati spesimen yang akan
diteliti dan catat dari hasil pengamatan.
D. Hasil Praktikum

1. Kingdom: Animalia Rhacophorus Reinwardtii ( Gunung


Filum : Chordata Sawal )

Kelas : Amphibia Memiliki ciri – ciri :

Ordo : Anura  Kaki berselaput


 Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan (4)
Family : Rhcophoridae
 Memiliki panjang 7 cm
Genus : Rhacoporus
 Mulut memiliki moncong lancip
Spesies : R. reinwardtii
 Di bagian ujung jari kaki terdapat
bintilan kecil
 Habitatnya di pohon
2. Kerajaan: Animalia Huia Masonii ( Gunung Sawal)
Filum: Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas: Amphibia  Berselaput pada bagian kaki
Ordo: Anura  Di bagian ujung jari kaki terdapat
Famili: Ranida. bintilan kecil
Genus: Huia  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Spesies: Huia masonii (4)
 Mulut memiliki moncong lancip
 Pada bagian tangan tidak
berselaput
 Memiliki panjang 6,5 cm
3. Kerajaan: Animalia Kaloula Balaeta (Nyantong,
Filum: Chordata Tasikmalaya)
Kelas: Amphibia Memiliki ciri – ciri :
Ordo: Anura  Pada bagian tangan dan kaki tidak
Familia: Microhylidae berselaput
Subfamilia: Microhylinae  Pada bagian ujung jari kaki
Genus: Kaloula terdapat bintil kecil
Species: Kaloula baleata  Memiliki panjang 4 cm
 Mulut memiliki moncong tumpul
 Habitatnya di pohon
 Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
(4)
4. Kingdom : Animalia Fejervarya Cancrivora
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Ordo : Anura (4)
Family : Ranidae  Pada bagian kaki berselaput
Genus : Fejervarya  Pada bagian tangan tidak
Spesies : Fejervarya berselaput
cancrivora  Mulut memiliki moncong lancip
 Habitatnya darat
 Memiliki panjang 6 cm
5. Kingdom : Animalia Limnonectes Macrodon
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri
Kelas : Amphibia  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Ordo : Anura (4)
Family : Ranidae  Pada bagian kaki berselaput
Genus : Limnonectes  Pada bagian tangan tidak
Spesies : Limnonectes berselaput
macrodon  Mulut memiliki moncong lancip
 Memiliki garis berwarna putih dari
dekat mulut sampai tangan
 Panjang 7 cm
 Habitatnya di air
6. Kingdom : Animalia Limnonectes Kuhlii (Gunung sawal)
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Ordo : Anura (4
Family : Ranidae  Pada bagian kaki dan bagian
Genus : Limnonectes tangan berselaput
Spesies : Limnonectes kuhlii  Mulut memiliki moncong lancip
 Terdapat selaput dari dekat mata
sampai ke bawah tangan
 Memiliki garis punggung
 Memiliki panjang 8,5 cm
7. Kingdom : Animalia Pejervaria Limnocaris
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Pada bagian kaki berselaput sedikit
Ordo : Anura  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Family : Dicroglossidae (4)
Genus : Fejervarya  Habitatnya di darat (terestrial)
Spesies : Fejervarya limnocaris  Terdapat garis putih pada bagian
mulut sampai ekor
 Mulut memiliki moncong lancip
 Memiliki panjang 5,5 cm
8. Kingdom : Animalia Salamander ( Axolot)
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Pada bagian kaki dan tangan
Ordo : Urodela berselaput
Family : Ambystomatidae  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Genus : Ambystoma (4)
Spesies : Ambystoma  Mulut memiliki moncong lancip
mexicanum  Habitatnya di air
 Memiliki panjang 12 cm
 Memiliki garis putih pada bagian
insang sampang kaki
9. Kingdom : Animalia Bufo Molanotitus
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Pada bagian kaki dan tangan tidak
Ordo : Anura berselaput
Family : Bufonidae  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Genus : Bufo (4)
Spesies : Bufo melanotictus  Habitatnya di darat (terestrial)
 Memiliki panjang 10 cm
 Pada bagian mata terdapat garis
seperti kelenjar
 Mulut memiliki moncong tumpul
10. Kingdom : Animalia Mycrohyla Achatina
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Pada bagian kaki tidak berselaput
Ordo : Anura  Pada bagian ujung jari kaki
Family : Mcrohylidae terdapat bintil kecil
Genus : Microhyla  Habitatnya di darat (terestrial)
Spesies : Microhyla achatina  Mulut memiliki moncong lancip
 Memiliki panjang 2,5 cm
11. Kingdom : Animalia Megophyrus montana
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Habitatnya di darat (terestrial)
Ordo : Anura  Pada bagian kaki dan tangan tidak
Family : Megophryidae berselaput
Genus : Megophrys  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Spesies : Megophrys montana (4)
 Mulut memiliki moncong tumpul
 Tidak terdapat garis berwarna
putih
 Memiliki panjang 4 cm
12. Kingdom : Animalia Polypedates Leucomistax
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Habitatnya aboreal
Ordo : Anura  Pada bagian kaki terdapat selaput
Family : Rhacoporidae sedikit
Genus : Polypedates  Pada ujung jari tangan terdapat
Spesies : Polypedates bintil kecil
leucomystax  Terdapat garis putih dari bagian
mata sampai tangan
 Mulut memiliki moncong lancip
 Memiliki panjang 7 cm
Bufo Biforcatus
13. Kingdom : Animalia Memiliki ciri – ciri :
Filum : Chordata  Pada bagian kaki dan tangan tidak
Kelas : Amphibia berselaput
Ordo : Anura  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Family : Bufonidae (4)
Genus : Ingerophrynus  Habitatnya di darat (terestrial)
Spesies : Ingerophrynus  Terdapat kelenjar di dekat bagian
biporcatus mata
 Mulut memiliki moncong tumpul
 Memiliki panjang 5 cm
14. Kingdom : Animalia Rana Erythraea
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Pada bagian kaki dan tangan tidak
Ordo : Anura berselaput
Family : Ranidae  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Genus : Rana (4)
Spesies : Rana erythraea  Habitatnya di darat (terestrial)
 Mulut memiliki moncong tumpul
 Memiliki panjang 7 cm
 Terdapat garis putih pada bagian
mata sampai bagian kaki
15. Kingdom : Animalia Odornana Hosii (Gunung sawal)
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Pada bagian kaki dan tangan
Ordo : Anura berselaput
Familia: Ranidae  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Genus: Odorrana (4)
Species: Odorrana hosii  Mulut memiliki moncong lancip
 Terdapat garis putih pada bagian
mata sampai tangan
 Habitatnya di air
 Memiliki panjang 5 cm
16. Kingdom : Animalia Chalcorana Chalconata (Gunung
Filum : Chordata sawal)
Kelas : Amphibia Memiliki ciri – ciri :
Ordo : Anura  Pada bagian kaki terdapat selaput
Family : Ranidae  Pada bagian tangan tidak
Genus : Rana berselaput namun memiliki perekat
Spesies : Rana chalconota  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
(4)
 Mulut memiliki moncong lancip
 Habitatnya aboreal (pohon)
 Terdapat garis punggung dari
ujung hidung sampai ekor
 Memiliki panjang 6 cm
Bufo Asfer / phrynoides aspera ( gado
17. Kingdom : Animalia bangkong)
Filum : Chordata Memiliki ciri – ciri :
Kelas : Amphibia  Memiliki panjang 8 cm
Ordo : Anura  Mulut memiliki moncong tumpul
amilia: Bufonidae  Pada bagian kaki dan tangan
Genus: Phrynoidis berselaput
Species: Phrynoidis aspera  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
(4)
 Habitatnya di darat (terestrial)
18. Kingdom : Animalia Leptobrachium Hasseltii (gunung
Filum : Chordata sawal)
Kelas : Amphibia Memiliki ciri – ciri :
Ordo : Anura  Habiatnya di darat (terestrial)
Familia: Megophryidae  Pada bagian kaki berselaput sedikit
Genus: Leptobrachium  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
Species: Leptobrachium (4)
hasseltii  Mulut memiliki moncong tumpul
 Terdapat garis putih di bagian mata
sampai tangan
 Memiliki panjang 4 cm
19. Kingdom : Animalia Linnonectes Microdiscus (gunung
Filum : Chordata galunggung)
Kelas : Amphibia Memiliki ciri – ciri :
Ordo : Anura  Habitatnya di air
Familia: Dicroglossidae  Pada bagian kaki dan tangan
Genus: Limnonectes berselaput
Species: Limnonectes  Jumlah jari kaki (5) dan jari tangan
microdiscus (4)
 Mulut memiliki moncong lancip
 Terdapat garis putih pada bagian
mata sampai tangan
 Memiliki panjang 4 cm
E. Pembahasan
Tabel Perbedaan Spesies Amfibi
Bufonidae
Bufo asper Bufo melanotictus Bufo biporcatus
Panjang badan 8 cm 10 cm 5 cm
Jumlah kaki 4 4 4
depan
Jumlah kaki 5 5 5
belakang
Karkteristik  Mulut memiliki  Pada bagian  Pada bagian
moncong kaki dan tangan kaki depan dan
tumpul tidak berselaput belakang tidak
 Pada bagian  Pada bagian berselaput
kaki belakang mata terdapat  Terdapat
dan kaaki depan garis seperti kelenjar di dekat
berselaput kelenjar bagian mata
 Kulit berbintil  Mulut memiliki  Mulut memiliki
moncong moncong
tumpul tumpul
Habitat Teresterial (di Teresterial (di Teresterial (di
darat) darat) darat)

Limnonectes
L. kuhlii L.macrodon L.macrodiscus
Panjang badan 8,5 cm 7 cm 4 cm
Jumlah kaki 4 4 4
depan
Jumlah kaki 5 5 5
belakang
Karkteristik Memiliki ciri – ciri :  Pada bagian  Pada bagian
 Pada bagian kaki berselaput kaki belakang
kaki belakang  Pada bagian dan depan
dan depan kaki depan tidak berselaput
tangan berselaput  Mulut memiliki
berselaput  Mulut memiliki moncong lancip
 Mulut memiliki moncong lancip  Terdapat garis
moncong lancip  Memiliki garis putih pada
 Terdapat selaput berwarna putih bagian mata
dari dekat mata dari dekat mulut sampai tangan
sampai ke sampai tangan
bawah tangan
 Memiliki garis
punggung
Habitat air air air

F. cancrivora F.limnocaris L.macrodon


Panjang badan 6 cm 5,5 cm 4 cm
Jumlah kaki 4 4 4
depan
Jumlah kaki 5 5 5
belakang
Karkteristik  Pada bagian  Pada bagian  Pada bagian
kaki kaki berselaput kaki belakang
berselaput sedikit dan depan
 Pada kaki  Terdapat garis berselaput
depan tidak putih pada  Mulut memiliki
berselaput bagian mulut moncong lancip
 Mulut sampai ekor  Terdapat garis
memiliki  Mulut memiliki putih pada
moncong moncong lancip bagian mata
lancip sampai tangan
Habitat teresterial tersterial Air

P.leucomystax R.reindwardtii C.chalconota


Panjang badan 7 cm 7 cm 6 cm
Jumlah kaki 4 4 4
depan
Jumlah kaki 5 5 5
belakang
Karkteristik  Pada bagian  Kaki  Pada bagian
kaki berselaput kaki terdapat
terdapat  Mulut selaput
memiliki
selaput  Pada bagian
moncong
sedikit tangan tidak
lancip
 Pada ujung berselaput
 Di bagian
jari tangan namun memiliki
ujung jari
terdapat perekat
kaki terdapat
bintil kecil bintilan kecil  Mulut memiliki
 Terdapat moncong lancip
garis putih  Terdapat garis
dari bagian punggung dari
mata sampai ujung hidung
tangan sampai ekor
 Mulut
memiliki
moncong
lancip
Habitat Aboreal Aboreal/pohon Aboreal
M. montana Mycrohila achatina Leptobranchium
haseltii
Panjang badan 4 cm 2,5 cm 4 cm
Jumlah kaki 4 4 4
depan
Jumlah kaki 5 5 5
belakang
Karakteristik  Pada bagian  Pada bagian
kakidepan kaki tidak  Pada bagian
dan berselaput kaki berselaput
belakang  Pada bagian sedikit
tidak ujung jari  Mulut memiliki
berselaput kaki moncong
 Mulut terdapat tumpul
memiliki bintil kecil  Terdapat garis
moncong  Mulut putih di bagian
tumpul memiliki mata sampai
 Tidak moncong tangan
terdapat lancip
garis
berwarna
putih
Habitat teresterial teresterial Teresterial

1. Katak Pohon Hijau (Rhacophorus reinwardtii)


a. Nama Ilmiah : Rhacophorus reinwardtii Schlegel, 1840
b. Nama Inggris : Green Flying-Frog
c. Nama Lokal : Katak Pohon Hijau
d. Deskripsi : Katak berukuran kecil sampai sedang, berwarna hijau,
bagian samping, tangan dan kaki berwarna kuning atau oranye. Jari tangan dan
jari kaki berselaput sepenuhnya sampai ke piringan, berwarna hitam. Sebuah
lipatan kulit terdapat di atas tumit dan anus, dan lipatan serupa sepanjang lengan.
Tekstur kulit halus di bagian atas, perut dan samping tubuh, bagian bawah kaki
berbintil-bintil kecil kasar.
e. Habitat : Biasanya terdapat di hutan primer atau sekunder, dan
lebih umum pada ketinggian antara 250-1200 m dpl.
f. Penyebaran : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Cina selatan sampai
Malaysia.

2. Kongkang Jeram (Huia masonii) Katak Endemik Jawa


a. Nama ilmiah : Huia masonii
b. Nama Lokal : Kongkang Jeram
c. Deskripsi : Katak ini berukuran sedang dengan tubuh yang ramping.
Panjang tubuh dari moncong hingga anus berkisar antara 3-5 cm. Tubuh katak
jantan umumnya lebih kecil dibanding betina. Kongkang Jeram memiliki kaki
yang kurus namun panjang. Memiliki jari tangan dan kaki dengan piringan yang
sangat lebar. Tekstur kulit Kongkang Jeram halus, meskipun terdapat beberapa
bintil. Sisi punggung (dorsal) berwarna kecoklatan atau coklat hijau zaitun,
terkadang memiliki bercak-bercak berwarna gelap atau terang yang terlihat jelas.
Lipatan dorsolateral sempit, putus-putus, tidak jelas, dan berbintik-bintik hitam.
Sisi kepala hitam di sekeliling timpanum (gendang telinga). Sisi bagian perut
(ventral) berwarna putih.
d. Persebaran : Kongkang Jeram adalah amfibi endemik Jawa,
Indonesia. Diketahui tersebar di Jawa bagian barat dan tengah. Lokasi-lokasi
ditemukannya Kongkang Jeram antara lain di Taman Nasional Halimun, Ujung
Kulon, Gunung Gede Pangrango, Gunung Salak, Lembang (Bandung), Dieng,
Gunung Slamet, dan Gunung Ungaran
e. Habitat : Hewan endemik Jawa ini adalah daerah hutan atau pun
tepi hutan pada ketinggian antara 50-1.200 meter dpl. Terutama menyukai
sungai-sungai kecil yang dangkal, berair jernih, berbatu-batu, dan memiliki arus
deras. Aktif di malam hari (hewan nokturnal). Kongkang jantan kerap
menggunakan batu-batu besar atau kayu yang melintang di sungai sebagai
tempatnya bertengger dan bersuara memanggil betinanya.

3. Belantung (Kaloula baleata)


a. Nama Ilmiah : Kaloula baleata
b. Nama Daerah : Belentung
c. Deskripsi : Katak bertubuh gembung, kaki belakang sangat pendek,
ujung jari kaki seperti sendok. Tekstur berbintil-bintil dengan beberapa bintil
tersebar di seluruh punggung. Warna biasanya cokelat sampai mendekati hitam.
Lipatan paha biasanya berwarna merah bata, tetapi kadang juga berwarna
kuning. Bintil pada punggung berujung putih. ini bertubuh kecil sedang, bagian
dorsal bulat licin dengan kaki kaki yang pendek. Yang lebih spesifik dari jenis
ini ialah timpanum (gendang telinga) tersembunyi dibawah kulit dan jari tangan
panjang dan memipih datar di muka serupa spatula membentuk huruf T sempit.
Punggung dorsal berwarna cokelat, coklat keemasan, keabu abuan gelap
terkadang dengan pola pola simetris. Sisi tubuh ventral licin, coklat keunguan
dengan bercak bercak keputihan bisa juga sebaliknya namun kulit berbintil halus
namun lunak , tidak kasar bila diraba, sedikit berkerut merut dan kendur
makanya ketika kami mau menangkapnya sedikit susah karena licin tersebut dan
meninggalkan sekret berupa mukus (lendir).
d. Habitat : Hutan primer dan hutan sekunder, lahan bekas tebangan
bahkan ditemukan di pemukiman. termasuk hutan primer, hutan sekunder dan
lahan bekas tebangan. Di jawa, kodok belentung banyak ditemukan di sekitar
kebun pekarangan, terutama dekat parit dan belumbang, sampai ketinggian
sekitar 1.000 mdpl.
e. Penyebaran : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sumba, Sulawesi,
Semenanjung Malaysia, Filipina

4. Katak Sawah (Fejervarya cancrivora)


a. Nama Ilmiah : Fejervarya cancrivora Gravenhorst, 1829
b. Nama Inggris : Ricefield Frog
c. Nama Lokal : Katak Sawah
d. Deskripsi : Merupakan katak berukuran sedang sampai besar,
tekstur kulit memiliki lipatan-lipatan dan bintil-bintil memanjang searah dengan
sumbu tubuh. Warna kulit bervariasi, coklat lumpur kotor dengan bercak gelap.
Jari-jari kaki meruncing, selaput renang mencapai ujung kecuali 1 atau 2 ruas
jari kaki keempat (yang terpanjang). Punggung berwarna lumpur kecoklatan,
dengan bercak-bercak gelap tidak simetris. Terkadang terdapat warna hijau
lumut terang pada spesimen-spesimen yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha
dengan bercak-bercak hitam. Tangan dan kaki kerap bercoreng-coreng. Bibir
berbelang hitam. Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas
punggung, serupa jalur bintil atau pematang. Kaki dengan selaput renang yang
penuh sampai ke ujung jari, kecuali pada jari kaki
keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat di sisi dalam (pangkal jari pertama)
kaki, memanjang bentuknya
e. Habitat : Jenis ini sangat banyak dijumpai di sawah-
sawah. Terdapat dalam jumlah banyak di sekitar rawa dan bahkan di daerah
berair asin, seperti tambak atau hutan bakau.
f. Penyebaran : Indo-Cina, Hainan sampai ke Filipina, Jawa, Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Irian Jaya (Introduksi)

5. Katak Batu (Limnonectes macrodon)


a. Nama Ilmiah : Limnonectes macrodon
b. Nama Lokal : Katak Batu
c. Deskripsi : Kodok yang bertubuh besar, gempal, dengan kaki yang
kuat dan paha yang berotot besar. Kodok dewasa panjangnya sekitar 70 mm,
namun yang terbesar bisa sampai dengan 150 mm SVL (snout to vent length,
dari moncong ke anus). Punggung berwarna coklat terang hingga kemerahan
atau kehitaman, dengan bercak-bercak gelap kehitaman. Coret atau bercak
kehitaman terdapat di antara kedua mata, di pipi di depan mata, di atas
timpanum, di lengan, paha dan betis. Bibir berbelang-belang hitam dan putih.
Kulit punggung halus, dengan beberapa bintil atau tonjolan membujur. Terdapat
lipatan supratimpanik. Pada hewan muda, kadang-kadang ada lekukan bentuk V
terbalik di tengah pundak. Sisi ventral berwarna krem pucat keputihan, dengan
bintik-bintik hitam di dagu. Sisi bawah selaput renang berwarna hitam.
d. Habitat : Kodok yang sering dijumpai di tepi saluran air dan
aliran sungai yang jernih. Jarang jauh dari aliran air. Kodok batu biasanya kawin
pada saat bulan mati, yang betina meletakkan telurnya dalam sebuah gumpalan
lengket di kolam atau genangan dekat sungai.
e. Penyebaran : Pada masa lalu kodok ini dianggap menyebar luas mulai
dari India hingga ke Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara. Namun kini
banyak populasinya yang telah dideskripsi dengan lebih baik dan digolongkan
ke dalam spesies yang lain. Penyebaran L. macrodon sekarang kemungkinan
hanya meliputi Jawa dan Sumatra bagian selatan.

6. Bangkong Tuli (Limnonectes kuhlii)


a. Nama Ilmiah : Limnonectes kuhlii
b. Nama Lokal : Bangkong Tuli
c. Nama Inggris : Kuhl’s Creek Frog,
d. Deskripsi : Kodok yang gemuk berotot, panjang tubuh dari
moncong ke anus sampai dengan 80 mm pada kodok jantan, dan sekitar 70 mm
pada yang betina. Kepala lebar dengan pelipis berotot, tangan dan kaki pendek
berotot. Timpanum (gendang telinga) tidak jelas atau tidak tampak. Jari kaki
berselaput renang penuh hingga ke ujung, jari tangan tanpa selaput renang. Kulit
di punggung (dorsal) sangat berkerut-merut, sebagian membentuk pola serupa
bintang; paha, betis dan pantat sering dengan bintil-bintil yang agak besar.
Lipatan supratimpanik terlihat jelas. Warna punggung bervariasi dari polos
kecoklatan atau kehitaman, sampai berbercak-bercak kecoklatan atau kehitaman
dengan belang-belang pada kaki. Mata besar dan menonjol dengan pupil
berbentuk belah ketupat dengan garis pada setiap sudutnya. Jari ekstremitas
depan pendek dengan ujung jari yang membulat. Dagu kodok ini umumnya
berwarna kehitam-hitaman. Kaki belakang sangat panjang dan kuat. Jari
ekstremitas belakang penuh hingga piringan sendi. Jari-jari ekstremitas belakang
umumnya kurus
e. Habitat : Penghuni sungai-sungai kecil, bersembunyi di sela
bebatuan di dasar sungai Bangkong tuli menyukai hidup di aliran air yang
tenang, di anak-anak sungai dan saliran yang tidak seberapa airnya, terutama
pada genangan-genangan bercampur serasah daun-daunan. Juga di genangan di
antara batu-batu tepi sungai atau rawa-rawa dangkal.
f. Penyebaran : Cirombeng, Jabranti, Kuningan, Ciapus
leutik, Calobak, Bogor. Di Jawa, bangkong tuli terutama tercatat dari gunung-
gunung seperti G. Salak (Ciapus), G. Gede (Cibodas, Cibeureum), G.
Halimun (Nirmala, Citalahab), Bandung (Pengalengan), G.Tangkubanperahu, G.
Malabar, Peg. Ijen dan Peg. Tengger. Juga dari kawasan G. Tilu, Kuningan.
Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Semenenjung Malaya.

7. Katak Tegalan (Fejervarya limnocharis)


a. Nama Ilmiah : Fejervarya limnocharis
b. Nama Lokal : Katak Tegalan
c. Deskripsi : Tubuh kecil, pendek dan bentuk kepala yang meruncing,
selaput renang setengah, berwarna coklat dengan bintik-bintik gelap dan
memiliki kaki belakang kuat dan panjang. Panjang kodok jantan sekitar 30-50
mm, yang betina sampai dengan 60 mm. Kepala lebih panjang daripada lebar;
moncong membulat; timpanum (gendang telinga) jelas terlihat, sekitar 3/5 garis
tengah mata; dengan lipatan-lipatan kulit (bintil memanjang) tak beraturan di
punggung; satu lipatan supratimpanik melintas di atas timpanum, dari belakang
mata hingga ke bahu. Ujung jari-jari tangan tak melebar; jari I lebih panjang dari
jari II. Demikian pula, ujung jari-jari kaki meruncing, tak melebar; selaput
renang tereduksi, setidaknya satu ruas pada masing-masing jari bebas dari
selaput, jari V dengan 1½-2 ruas bebas dan jari IV dengan 3 ruas bebas; di
pangkal telapak terdapat sepasang bintil metatarsal, yang sebelah dalam oval dan
tinggi menonjol, sementara yang sebelah luar membulat dan rendah, kebanyakan
malah hanya serupa bintik kecil. Punggung berwarna cokelat lumpur, dengan
bercak-bercak gelap simetris, kadang-kadang membentuk huruf W (atau H) di
sekitar belikat
d. Habitat : Hidup pada daerah dataran rendah sampai dengan
ketinggian 2.000 meter dari permukaan laut. biasanya hidup disawah, hutan
sekunder, padang rumput dan dataran rendah sampai dataran tinggi
e. Penyebaran : Kodok ini menyebar luas mulai dari India di
barat, Jepang di utara, kepulauan Indonesia sebelah barat sampai ke Flores

8. Salamander (Ambystoma mexicanum)


a. Nama Ilmiah : Ambystoma mexicanum
b. Nama Lokal : Salamander Meksiko
c. Deskripsi : Memiliki alat pernapasan eksternal, yaitu 3 pasang
insang dibagian belakang kepala terletak pada sisi kanan dan kiri. Insang-insang
tersebut menyerupai tanduk-tanduk. Axolotl memiliki panjang tubuh 20-30 cm,
dengan berat 60-110 g. Salamander betina memiliki tubuh yang lebih besar dan
kloaka kecil dan bulat. Sedangkan salamander jantan lebih ramping, dengan
kloaka lebih menonjol. Salamander memiliki 4 tungkai yang mempunyai 5 jari-
jari kecil dan runcing. Ekor axolotl menyerupai bulu, berfungsi untuk berenang.
Warna tubuhnya bervariasi, hijau, agak kehitaman, cokelat, hingga merah muda.
f. Habitat : Habitat asli axolotl adalah perairan tawar, tepatnya di
danau daerah Mexico dengan ketinggian daratan 2.274 m.

9. Bufo melanotitus
a. Nama Ilmiah : Bufo melanotitus
b. Nama Lokal : Kodok Buduk
c. Deskripsi : Memiliki benjolan-benjolan hitam yang terbesar di
bagian atas tubuh dengan moncong yang runcing. Jari kaki dan jari tangan
hampir sama dalam keadaan tumpul. Pada jari kaki terdapat selaput yang
melebihi setengah jari.
d. Habitat : Jenis ini merupakan kodok paling umum ditemukan di
berbagai termasuk perkampungan dan kota yang luas, lahan olahan, tempat
terbuka, kebun, parit di pinggiran jalan serta biasa berada di tanah kering, di atas
rumput dan di atas serasah
e. Penyebaran : China, India, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Ambon dan Papua.

10. Mycrohyla achatina


a. Nama Ilmiah : Mycrohyla achatina
b. Nama Lokal : Percil Jawa
c. Nama Inggris : Java Rice Frog
d. Deskripsi : Katak dengan ukuran sangat kecil, kepala, dan mulut
sempit serta mata kecil. Sepasang garis gelap terdapat di punggung dengan
tekstur kulit halus tanpa bintil-bintil. Warna coklat kekuningan dengan garis
kehitaman, sisi gelap, kadang-kadang terdapat garis vertebral tipis dan kecil.
Jari-jari kaki berselaput renang pada dasarnya.
e. Habitat : Biasanya dijumpai di sekitar kolam atau danau yang
pinggirannya terdapat rumput dan agak lembab (agak becek), dapat pula ditemui
di hutan primer dan sekunder, kadang-kadang juga terdapat di dekat hunian
manusia.
f. Penyebaran : Endemik di Jawa.

11. Katak Bertanduk (Megophrys Montana)


a. Nama Ilmiah : Megophrys montana Kuhl & van Hasselt, 1822
b. Nama Inggris : Horned frog
c. Nama Lokal : Katak Bertanduk
d. Deskripsi : Katak yang bertubuh pendek agak gendut, kepala
besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong.
Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil, terdapat di ujung-ujung
rahang. Ukuran tubuh umumnya sedang sampai besar, 60-95 mm; katak jantan
lebih kecil daripada betinanya. Dorsal (bagian punggung) berkulit halus, coklat
pucat kemerahan sampai coklat tua, dengan sepasang lipatan kulit di punggung,
mulai dari bagian tengkuk hingga ke pinggang. Sering dengan sepasang bintil
hitam kecil di pundak. Kadang-kadang terdapat sepasang lipatan kulit yang lebih
samar dan lebih pendek di masing-masing sisi lateral tubuh, di belakang tangan
hingga ke pinggang. Kaki dan tangan lebih kekuningan, dengan lipatan-lipatan
kulit melintang bertepi hitam, membentuk coret-coret hitam. Warna hitam juga
terdapat di sekitar dan di belakang mata. Iris mata berwarna kemerahan. Ventral
(sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan, dengan bintil-bintil agak kasar. Bagian
depan kecoklatan kotor, dengan bercak-bercak dan bintik-bintik hitam yang
kurang lebih simetris di dagu, leher, tangan dan kaki. Selaput renang di kaki
sangat pendek.

12. Polypedates leucomystax


a. Nama Ilmiah : Polypedates leucomystax
b. Nama Lokal : Katak Pohon Bergaris
c. Deskripsi : Katak berukuran sedang, jari melebar dengan ujung rata.
Kulit kepala menyatu dengan tengkorak. Jari tangan setengahnya berselaput,
sedangkan jari kaki hampir sepenuhnya berselaput. Tekstur kulit halus tanpa
bintil dan lipatan. Bagian bawah berbintil granular yang jelas. Warna biasanya
coklat keabu-abuan, satu warna atau dengan bintik hitam atau dengan garis yang
jelas memanjang dari kepala sampai ujung tubuh.
d. Habitat : Katak ini hidup di antara tetumbuhan atau sekitar rawa
dan bekas tebangan hutan sekunder
e. Penyebaran : India, Cina Selatan, Indo-Cina, Filipina, Jawa, Sulawesi,
Nusa Tenggara dan Papua.

13. Bufo Biforcatus


a. Nama Ilmiah : Bufo Biforcatus
b. Nama Lokal : Kodok puru Hutan
c. Deskripsi : Ukuran tubuh sedang, tekstur kulit kasar dan tidak rata,
dengan bintil-bintil berwarna merah kegelapan. Kelenjar parotoid kecil,
berbentuk agak segitiga sampai lonjong dan terlihat jelas. Beberapa individu
jantan memiliki leher berwarna kemerahan sampai kehitaman. .
d. Habitat : Jenis ini lebih mudah ditemukan di dekat kolam,
genangan air atau daerah berair tenang. Jenis ini sering berpindah dan bergerak
lambat bila terganggu.
e. Penyebaran : Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, dan Sulawesi (Introduksi

14. Kongkang Gading (Rana erythraea)


a. Nama Ilmiah : Rana erythraea
b. Nama Inggris : golden-lined frog, green paddy frog, green lotus
frog atau common greenback.
c. Deskripsi : Kodok yang ramping dan berwarna hijau zaitun, hijau
lumut atau hijau muda di punggungnya. Sepasang lipatan dorsolateral yang jelas,
besar, berwarna kuning gading dan kadang-kadang disertai dengan garis hitam,
terdapat di kiri kanan punggung. Tangan dan kaki berwarna kuning coklat muda,
dengan coreng-coreng terutama pada paha. Sisi bawah tubuh berwarna putih.
Kulit licin dan halus. Kodok jantan sekitar 30-45 mm, dan yang betina 50-75
mm. Tangan dengan ujung jari melebar serupa piringan yang meruncing, yang
terbesar sekitar setengah diameter timpanum (gendang telinga). Piringan pada
jari kaki lebih kecil. Selaput renang mencapai pangkal piringan di jari-jari kaki,
kecuali pada jari keempat yang memiliki dua ruas bebas dari selaput. Terdapat
sekurangnya satu bintil metatarsal di kaki, yakni di sisi dalam.
d. Habitat : Kongkang gading biasa ditemukan di kolam-kolam
terbuka, tepi telaga, atau sawah; kadang-kadang didapati dalam kelompok agak
besar. Lebih sering berada di air, kodok ini pada siang hari bersembunyi di
antara vegetasi yang tumbuh di air yang dangkal atau di tepian. Dan malam
harinya turun ke daratan di tepi air.
e. Persebaran : Kodok ini menyebar luas mulai
dari Indochina, Jawa sampai ke Filipina, dan kemungkinan juga sampai

15. Kongkang Racun (Rana hosii)


a. Nama Ilmiah : Rana hosii
b. Nama Lokal : Kongkang racun
c. Nama Inggris : Poisonous rock-frog
d. Deskripsi : Kulitnya mengandung kelenjar racun yang mampu
membunuh hewan-hewan kecil. Sementara nama ilmiahnya diberikan untuk
mengenang Charles Hose, seorang naturalis dari Inggris (Iskandar, 1998).
Kodok yang cantik ini berukuran sedang sampai besar, bertubuh kekar. Panjang
tubuh umumnya antara 45-100 mm SVL (snout-to-vent, dari ujung moncong
hingga ke anus). Kodok jantan lebih kecil dari yang betinanya. Kulit dorsal
(bagian punggung) berbintil halus dan rapat, umumnya hijau terang, hijau lumut
sampai hijau tua; ada pula yang kebiruan. Sisi tubuh hijau kekuningan. Sebuah
garis gelap, coklat tembaga hingga kehitaman, dan putus-putus tidak beraturan
berjalan di sisi tubuh dari ujung moncong, pipi, sebelah atas timpanum (gendang
telinga), sebelah bawah lipatan dorsolateral, memanjang hingga ke pinggang. Di
sana-sini, garis gelap ini bercampur dengan bercak kehijauan, kekuningan atau
keemasan. Bibir atas berwarna keemasan, bibir bawah kecoklatan. Iris mata
keemasan. Selain di bibir dan moncong, warna dan bercak kuning atau
keemasan sering pula terdapat di tangan, lipatan dorsolateral bagian belakang
dan pangkal paha. Jari-jari tangan dan kaki dengan ujung yang melebar
membentuk piringan. Selaput renang penuh mencapai pangkal piringan pada jari
kaki, coklat gelap atau kehitaman warnanya. Sisi bawah tubuh (ventral) berkulit
halus, putih bersemu keemasan. Sisi bawah paha coklat merah daging, sisi
atasnya berbelang-belang coklat sampai gelap kehitaman.
e. Habitat : Kodok yang berasosiasi dengan sungai berbatu. Jarang
ditemui jauh dari sungai, R. hosii menyukai aliran air yang deras dan jernih,
terutama di hutan-hutan yang belum atau hanya sedikit terganggu. Di malam
hari, kodok ini kerap ditemui di tepian sungai berbatu atau di atas tetumbuhan
dekat aliran air. Pada musim kawin, belasan hingga puluhan katak jantan biasa
berkumpul berdekatan di atas batu di tepi air yang berarus deras. Selalu
berkaitan dengan hutan primer dan hutan sekunder, biasanya dijumpai di
pinggiran aliran sungai, jarang terdapat di lantai hutan dari dataran rendah
sampai ketinggian 1430 mdpl.
f. Persebaran : R. hosii diketahui tersebar cukup luas, mulai
dari Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa hingga Borneo. Sumatera,
Jawa, Kalimantan , Sulawesi, Malaysia, Thailand, Philipina

16. Kongkang Kolam (Chalcorana Chalconota)


a. Nama ilmiah : Hylarana chalconota Schlegel, 1837.
b. Nama Inggris : white-lipped frog atau copper-cheeked frog.
c. Nama Lokal : Kongkang Kolam
d. Deskripsi : Kodok yang berukuran kecil sampai agak besar, panjang
tubuhnya antara 30-70 mm SVL (snout-to-vent, dari ujung moncong hingga ke
anus). Kodok jantan lebih kecil dari yang betinanya. Moncong meruncing, mata
besar menonjol dan tubuh umumnya ramping. Kaki panjang dan ramping,
dengan selaput renang penuh hingga ke ujung, kecuali pada ujung jari keempat
(jari terpanjang). Jari-jari tangan dan kaki dengan ujung yang melebar serupa
cakram. Warna tubuh berubah-ubah. Dorsal (fase terang) sering berwarna krem
kekuningan, atau kehijauan. Sisi tubuh (lateral) keputihan, kekuningan atau hijau
kekuningan terang. Pada fase gelap, kebanyakan berwarna coklat atau coklat
gelap berbintik-bintik hitam bulat, lk. 1-2 mm diameter, dengan letak tak
beraturan. Terdapat sepasang lipatan dorsolateral yang agak samar di punggung.
Ventral (sisi bawah tubuh) putih telur berbintik atau bernoda
kecoklatan, terutama di sekitar dagu. Kulit ventral halus licin, sedangkan kulit
dorsal berbintil-bintil halus. Bibir atas perak kekuningan, dilanjutkan dengan
satu atau beberapa bintik perak hingga di atas lengan. Pipi dengan warna coklat
gelap, yang makin muda ke belakang; timpanum coklat muda. Kaki
sering dengan warna kemerahan pada sisi bawah, sekitar persendian, dan pada
selaput renang.
e. Habitat : kodok ini sering didapati di sekitar kolam, selokan,
saluran air atau sungai kecil. Kodok jantan kebanyakan bertengger di semak
belukar yang merimbuni tepi air, hingga 1.5 m di atas tanah, sambil berbunyi
sesekali untuk memikat betinanya.
f. Persebaran : H. chalconota menyebar di Sumatra
Selatan, Lampung, Jawa dan Bali (Iskandar, 1998)

17. Kodok Buduk Sungai (Bufo asper)


a. Nama Ilmiah : Bufo asper Gravenhorst, 1829
b. Nama Inggris : Asian Giant Toad
c. Nama Lokal : Kodok Buduk Sungai
d. Deskripsi : Kodok berukuran besar dan kuat, alur supraorbital
dihubungkan dengan kelenjar paratoid oleh alur supratimpanik. Tekstur kuli
sangat kasar dan berbenjol, diliputi bintil-bintil berduri. Warna coklat tua yang
kusam, keabu-abuan atau kehitaman, bagian bawah biasanya tedapat titik-titik
hitam, jantan biasanya memiliki kulit dagu kehitaman. Ukuran tubuh jantan 70-
100 mm dan betina 95-120 mm. Kelenjar parotoid nampak jelas, berbentuk bulat
sampai lonjong, bagian kepada tanpa alur/pergelangan parietal, selapun renang
antara jari kaki sampai ke ujung. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-
abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit
dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.
e. Habitat : Secara umum jenis ini dijumpai disepanjang sungai yang lebar
sampai anak sungai dengan lebar dua meter, bahkan dijumpai di sekitar air
terjun, hidup dari hutan sekunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah
sampai pegunungan, pada ketinggian 1.400 mdpl . Jenis ini sering ditemukan
sedang duduk di dekat aliran air, di tepi sungai atau berada diatas batu atau tanah
di dekat aliran air yang bersangkutan.
f. Penyebaran : Jenis ini menyebar mulai dari Indochina di utara hingga
ke Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Bangkong sungai menyebar mulai
dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Di Jawa
tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur.

18. Bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii )


a. Nama Ilmiah : Leptobrachium hasseltii
b. Nama Lokal : Bangkong serasah
c. Nama Inggris : Hasselt’s litter frog
d. Deskripsi : Bangkong yang bertubuh sedang, antara 50-70 mm.
Jantan umumnya lebih kecil daripada yang betina. Gendut pendek dengan kepala
bulat dan besar, lebih besar daripada tubuhnya; mata besar dan melotot. Dorsal
(bagian punggung) berwarna coklat abu-abu kebiruan atau keunguan (fase
gelap), atau keemasan (fase terang). Terdapat bercak-bercak bulat telur berwarna
gelap yang terletak simetris, tepi luar bercak berwarna keemasan. Coreng hitam
berjalan dari ujung moncong hingga mata, dan dilanjutkan di bawah lipatan
supratimpanik hingga ke pundak. Iris berwarna gelap kehitaman. Ventral (sisi
bawah tubuh) abu-abu hingga kehitaman di perut, berbintik-bintik putih. Tangan
dan kaki bercoret gelap. Memiliki kepala besar yang lebih besar daripada tubuh,
dan bulat ; mata cenderung besar dan meloto. Ujung jari bulat, ibu jari
berselaput pada dasarnya. kulitnya halus dengan jaringan alur-alur rendah,
lipatan supratimpanik sampai ke pangkal lengan. Jantan berukuran sampai 60
mm dan betinanya sampai 70 mm. Iris berwarna merah, punggung kehitaman
dengan bercak-bercak bulat telur atau bulay yang lebih gelap, permukaan perut
keputih-putihan dengan bercak hitam. Spesimen muda dilaporkan berwarna
kebiruan. Selaput renang hanya terdapat di kaki, pendek.
e. Habitat : Bangkong ini hanya didapati di hutan, kebanyakan di
pegunungan, terutama di tempat yang tidak jauh dari sungai. Aktif di malam hari
(nokturnal), bangkong serasah tidur di siang hari atau bersembunyi di
balik serasah hutan. Biasanya terbatas di daerah berhutan dan perkebunan kopi
yang berbatasan dengan hutan. Berudu umum ditemukan pada aliran sungai atau
anak sungai di sekitar hutan, jantan dan betina akan mendatangi sungai ketika
mau bertelur.
f. Persebaran : Sebelumnya, L. hasseltii diduga menyebar luas
di Dangkalan Sunda hingga ke Semenanjung Malaya, Sumatra dan Borneo.
Akan tetapi kini diketahui menyebar terbatas hanya
di Jawa, Madura, Bali hingga Kangean. Leptobrachium di ketiga wilayah yang
pertama dipastikan berjenis lain, seperti L. pullum dan L.
hendricksonii (Malaysia) dan L. abbotti, L. gunungensis dan L.
montanum (Borneo). Sementara populasi di Sumatra masih perlu ditetapkan.

19. Bangkong Kerdil (Limnonectes microdiscus)


a. Nama Ilmiah : Limnonectes microdiscus
b. Nama Lokal : Bangkong Kerdil
c. Deskripsi : Bangkong kerdil (L. microdiscus) merupakan
amfibi yang berukuran kecil (sampel yang ditemukan berukuran 3,37 cm
[SVL]). Tubuhnya ramping dengan kaki belakang yang panjang (Hind Limb
Length sampel yang ditemukan: 6,27 cm), dan moncong yang mengerucut.
Warna kulitnya coklat kemerahan, terlihat agak berbintil gelap, dengan corak
gelap berbentuk V terbalik diantara bahu. Bangkong kerdil (L.
microdiscus) tidak memiliki lipatan dorsolateral. Tympanum terlihat dan
terdapat lipatan supratimpanik. Jari kakinya berselaput namun tidak mencapai
ujung. Iskandar (1998) menyatakan bahwa corak gelap berbentuk V terbalik
diantara bahu merupakan ciri khusus spesies ini. Bangkong kerdil (L.
microdiscus) merupakan jenis katak yang kecil dengan anggota tubuh cenderung
panjang dan ramping. Jari kaki dengan dua ruas jari tidak berselaput, jari kaki
serta jari tangannya tidak melebar dan tidak membentuk piringan. Ukuran
jantan dapat mencapai 3.5 cm, dan ukuran betina sekitar dua kali ukuran jantan.
d. Habitat : katak ini terbatas pada daerah hutan dari dataran rendah
sampai ketinggian 1400 mdpl, namun dalam pengamatan kali ini, bangkong
kerdil (L. microdiscus) ditemukan pada ketinggian 1519 mdpl.
e. Persebaran : spesies ini meluas ke Lampung dan Sumatera selatan.

F. Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Dari pratikum Amphibia yang kami dilaksanakan pada tanggal 8 dan 15
Oktober maka dapat disimpulkan bahwa amphibia memiliki 3 ordo yaitu ordo
Caecilia, Urodela dan ordo Anura. Adapun yang kami pratikumkan disini hanya
dari ordo Anura saja yaitu spesies Bufo asper, Bufo melanostictus, Bufo
biforcatus, Limnonectos kuhlii, Limnonectus maurodon, Limnonectus
Mikrodiscus, Fejervarya limnocharis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya
macrodon, P. Leucomystax , C. Calconata, M. Mortana, M. Achatina, L,
haseltii.
Dari semua ordo anura tersebut memiliki beberapa spesies yang memiliki
ciri dan karakteristik yang berbeda antara spesies yang satu dengan yang
lainnya, sehingga dengan ciri khas yang dimiliki oleh spesies tersebut maka kita
dapat membedakannya dengan mudah.

2. Saran
Dalam pelaksanan praktikum selanjutnya praktikan hendaknya
melakukan pengamatan dan pengukuran dengan teliti sehingga data yang
didapatkan akurat dan sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Imansyah, M. J. 2010. Keanekargaman Hayati Harapan Rainforest 2009:

Keanekaragaman Jenis Amphibia dan Reptil di Kawasan Harapan Rainforest.

http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html?action=SpcHTMDetails.as

p &sid=1526&m=0.

Achmad A., Ambarwati M, Fajarani F, Tobias P, Gugum P, dan Dessy W. 2011.

Keanekaragaman jenis amfibi di berbagai tipe habitat di Taman Nasional

Gunung Halimun Salak. Jurnal LDMPL.

Diesmos, A., A, Alcala., R, Brown., L, Afuang., G, Gee., J, Sukumaran., N, Yaakob.,

L.T, Ming., Y, Chuanynkern, K, Thirakhupt., I, Das., D, Iskandar., Mumpuni.,

R, Inger., R, Stuebing., P, Yambun., dan M, Lakim 2004. Kaloula baleata. The

IUCN Red List of Threatened SpeciesmVersion 2014.3. www.iucnredlist.org. D

Anda mungkin juga menyukai