Anda di halaman 1dari 2

Herpetofauna merupakan kelompok hewan melata, anggota dari kelompok ini adalah Amfibi

dan Reptil. Amfibi dan Reptil merupakan hewan yang sering disebut berdarah dingin. Istilah ini
kurang tepat karena suhu bagian dalam yang diatur menggunakan perilaku mereka seringkali lebih
panas daripada burung dan mamalia terutama pada saat mereka aktif. Amfibi maupun Reptil bersifat
ektoterm dan poikiloterm yang berarti mereka menggunakan sumber panas dari lingkungan untuk
memperoleh energi (Kusrini et al. 2008)
Herpetofauna memiliki manfaat secara ekologi maupun ekonomi. Secara ekologi, beberapa
jenis herpetofauna oleh masyarakat Indonesia telah lama dimanfaatkan kulit serta dagingnya sebagai
komoditas ekspor. Kadang-kadang jenis-jenis tertentu dikirim dan dijual hidup-hidup. Ratusan bahkan
ribuan ekor jenis herpetofauna setiap bulannya ditangkap untuk diekspor, baik dijadikan sebagai fauna
eksotis dan pakan maupun dijadikan bahan industri kulit dan makanan (Kusrini 2007). Herpetofauna
juga memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, karena sebagian besar
herpetofauna berperan sebagai predator pada tingkatan rantai makanan di suatu ekosistem. Amfibi
dan Reptil dapat dijumpai hampir di semua tipe habitat, dari hutan ke gurun sampai padang rumput
tetapi beberapa jenis Amfibi maupun Reptil yang hanya dijumpai pada tipe habitat spesifik tertentu
sehingga baik dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan lingkungan (NRCS 2006).
Amfibi adalah salah satu hewan bertulang belakang (vertebrata), memiliki ciri kulit licin dan
berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar Amfibi mempunyai anggota gerak seperti tungkai dan
jari-jari. telurnya tidak bercangkang, dan diletakkan dalam air atau tempat yang lembab untuk
menghindari kekeringan (Mistar 2008). Amfibi dewasa memiliki paru-paru tetapi proses respirasi dan
pertukaran udara terjadi melalui kulit tetapi berbeda pada saat masih muda (baru menetas) dikenal
dengan sebutan berudu, sebagian besar bernapas dengan insang. Perubahan ini disebabkan adanya
metamorfosis pada Amfibi dimana terjadi perubahan baik secara morfologis, anatomis maupun
fisiologis dari tahapan muda menjadi tahapan dewasa. Amfibi terbagi dalam 3 (tiga) ordo yaitu
Urodela (Salamander), Gymnophiona (Sesilia) dan Anura (katak dan kodok). Ordo Urodela
(Salamander) merupakan kelompok Amfibi yang berekor. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium. Urodela memiliki 3
sub ordo dan 9 famili dengan terdapat kurang lebih 400 jenis di seluruh dunia, tetapi tidak terdapat
anggota jenis yang ditemukan di indonesia. Daerah persebaran terdekat adalah Vietnam, Laos dan
Thailand (Iskandar 1998).
Ordo Anura (katak dan kodok), merupakan Amfibi yang terbesar dan sangat beragam, terdiri
lebih dari 4.100 jenis katak dan kodok. Katak dan kodok berbeda dari ciri katak yang memiliki kulit
tipis dan halus, tubuh ramping, kaki yang lebih kurus dan panjang. Kodok memiliki tubuh yang lebih
pendek dan gemuk dengan kulit kasar dan tertutup bintil-bintil. Warna katak bervariasi, dari hijau,
coklat, hitam, merah, oranye, kuning dan putih. Ukuran SVL (Snout Vent Length) Anura berkisar dari
1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm.
Morfologi katak berbeda tergantung pada habitatnya. Katak pohon seperti famili Rhacophoridae
(gambar 1D) memiliki piringan (discs) pada ujung jarinya untuk membantu dalam memanjat. Katak
akuatik atau semi-akuatik seperti famili Ranidae (gambar 1B) memiliki selaput diantara jari-jarinya
untuk membantu dalam berenang. Katak terestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi
cenderung memiliiki warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti pada
genus Bufonidae (gambar 1A) dan genus Megophrys (Kusrini et al. 2008).

Gambar 1 Kelompok Hewan Kelas Amfibi


(sumber : www.ryanphotographic.com)
Keterangan =

A : Bufo Melanostictus
B : Rana chalconota
C : Kaloula baleata
D : Polipedates leucomystax

Anda mungkin juga menyukai