OLEH :
LISA NOVITA (1310422044)
KELOMPOK : I D GENAP
ASISTEN PENDAMPING :
1. MUHAMMAD ANUGRAH SAPUTRA
2. ROZA PUSPITA
4.1 Deskripsi
4.1.1 Famili Tryonichidae
4.1.1.1 Dogania subplana (Geoffroy,
1809)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Trionychidae
Genus : Dogania Gambar 1. Dogania subplana
Species : Dogania subplana (Geoffroy, 1809)
Sumber : Pough, 1998
Status : least concern
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, Dogania subplana memiliki total length
(TL) 210 mm, Snout-to-Vent Length (SVL) 140 mm, Tail Length (TAIL) 18 mm,
tympanum diameter (TD) 4 mm, eye diameter (ED) 3 mm, head width (HW) 25
mm, head length (HL) 50 mm, snout length (SL) 20 mm, fore foot length (FFL)
30 mm, limb front-foot length (LFL) 20 mm, upper front-foot length (UFL) 20
mm, UHL 60 mm, BL 140 mm, TVST 5, warna tubuh coklat kehitaman dan tidak
memiliki HFL, LHl, TSLS, TILS, TPST dan TMST.
Menurut Iskandar (2000), Dogania subplana memiliki cangkang yang
lunak dengan panjang tubuh 220 mm. Gigi hewan ini menyatu dan memiliki
hidung yang menyerupai belalai. Selain itu, Hewan yang di kenal dengan labi –
labi ini memiliki cakar dan memiliki tulang rawan. Dogania subplana ini hidup di
air yang berlumpur dan berarus tenang. Lehernya panjang dengan permukaan
atasnya mempunyai ruang dan garis longitudinal dan bagian bawahnya berwarna
orange. Kepalanya relatif besar dan hidung berbentuk tubular, sehingga
penampilannya yang menawan. Labi-labi yang berukuran sedang, jarang besar,
paling-paling hanya sekitar 250-400 mm. Perisai berbentuk jorong atau
memanjang, pipih datar. Warna punggungnya abu-abu kehitaman, kecoklatan atau
kemerahan dengan pola atau bintik-bintik halus. Sebuah garis lebar coklat tua
terdapat di wilayah vertebral, memanjang dari depan ke belakang. Kadang-kadang
terdapat empat bercak yang tersusun berpasangan di tengah punggung. Umumnya
ditemukan di sungai-sungai kecil dengan naungan, terutama di dalam hutan.
Hewan ini biasanya bersifat nokturnal, di siang hari lebih banyak bersembunyi
dalam lumpur. Labi-labi hutan menyebar luas mulai
dari Burma, Malaysia, Singapura, Filipina,dan Indonesia (Sumatra,Singkep, Natu
na, Kalimantan, dan Jawa).
Dari praktikum yang telah dilakukan, Boiga cynodon memiliki panjang standar
(SVL) 2170 mm, panjang ekor (Tal), 465 mm, panjang total (TL) 2635 mm,
diameter mata (ED) 9 mm, lebar kepala (HW) 20 mm, jarak intra nares (D-In) 10
mm, jarak antar mata (D-spoc) 17 mm, jumlah sisik lingkar badan (MSR) 25 buah,
jumlah sisik ventral (VEN) 299 buah, jumlah sisik ekor (SC) 286 buah, jumlah
sisik supra labial (SSL) 7 buah, jumlah sisik labial (IL) 6 buah, pajang kepala
(HL) 47 mm, panjang moncong (SNL) 4 mm, bentuk pupil oval, bentuk sisik
keeled, anal plate bivade, bentuk sisik ekor double raw, bentuk kepala broad head,
bentuk rostral tumpul, bentuk tubuh tipikal, sisik oreal tidak ada, loreal pit 1
pasang, bentuk sisik anal bivide, dan habitat arboreal.
Menurut Jurgen (1988), Boiga cynodon merupaka spesies yang agak
berbisa, memiliki tubuh coklat muda dengan palang-palang coklat atau hitam
yang gelap menjadi relatif lebih tebal ke arah ekor. Boiga cynodon ini dapat
ditemukan di daerah dataran rendah dan kebiasaan arboreal. Spesies ini ditemukan
beristirahat di cabang pohon, anak sungai menjorok ke Sungai Kinabatangan,
Sabah, Borneo. Perilaku Boiga ini hidup terutama di pohon-pohon hutan dataran
rendah, kita tidak akan pernah bertemu ular yang diolah di wilayah atau didekat
pemukiman manusia, pengecualian di tanah unggas. Boiga memakan sendiri
hampir secara ekslusif unggas dan telur ayam. Ini adalah spesies aktif pada senja
dan malam hari. Bahkan ketika menyerang ular ini biasanya tidak menggigit, jika
ia datang kegigitan keracunan pembengkakan dan rasa sakit akan terasa luka. Hal
ini dapat mengakibatkan masalah sirkulasi. Boiga cynodon disebut juga dengan
ular mangrove, ular pohon dari family colubridae. Dapat ditemui di hutan kering
dan hutan hujan tropic serta daerah mangrove. Bagian dorsal dari spesies ini
berwarna terang dan sisik saling berhimpitan. Beberapa jenis Boiga memiliki
perubahan warna yang mencolok sebagai tanda pertumbuhan dari kecil menuju
dewasa. Sebagian besar dari jenis ini memakan burung-burung kecil.
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dogania subplana memiliki cakar dan memiliki tulang rawan, warna
tubuh coklat kehitaman.
2. Cuora amboinensis memiliki ukuran tubuh spesies ini dapar mencapai 20
cm atau 200 mm. Karapaks berwarna zaitun gelap atau hitam, dan
karapaks rendah, warna plastron kuning sampai coklat muda dengan
bercak coklat gelap atau hitam besar terhadap luar setiap karapaks.
3. Heosemys spinosa memiliki panjang karapaks mencapai 22 cm. Plastron
ditandai dengan pola pada karapaks, warna coklat kehitaman yang
seragam dani bagian margin karapaks terdapat seperti duri.
4. Eutropis multifascata, memiliki panjangn hingga sekitar 22 cm, sisi atas
tubuh berwarna coklat tembaga keemasan, sisi lateral tubuh dengan warna
gelap kehitaman atau kecoklatan berbintik-bintik putih.
5. Bronchocella cristatella biasanya memiliki tubuh yang ramping dan kuat,
berwarna hijau dan bisa berubah warna menjadi hitam jika merasa dalam
keadaan terancam.
6. Gecko monarchus memiliki panjang total mencapai 340 mm, dorsal (sisi
punggung) kasar, dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan
sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai
jingga.
7. Hemidactylus frenatus memiliki panjang tubuh 75 mm, dimana ukuran
tubuh jantan lebih besar dibandingkan dengan betina. Warna tubuh abu-
abu atau coklat muda.
8. Gonochepalus grandis, meliki badan panjang dan ramping, memiliki surai,
dan memiliki warna kecoklatan dengan garis-garis belang kuning
kehijauan.
9. Draco volans, memiliki memiliki panjang tubuh sekitar 9 cm atau 90 mm
dengan ekor yang sedikit lebih panjang. Warna tubuh dari spesies ini
adalah abu-abu kehitaman atau coklat gelap.
10. Draco melanopogon berwarna abu-abu , permukaan dorsal dengan bintik-
bintik hitam, mempunyai sayap.
11. Hemidactylus platyrus memiliki tuberkel punggung kecil yang dibatasi
untuk baris dorso-lateral, dan sepasang kedua perisai dagu anterior kontak
dengan infralabials.
12. Trachemys scripta memiliki karapak berwarna olive coklat terhias tanda
berbentuk garis ataupun bintik noktah berwarna kuning pada pinggiran
plastron.
13. Eutropis rudis, memiliki penampang tubuh bersegi empat tumput, sisi atas
tubuh berwarna coklat tembaga emas dengan bercak-bercak kehitaman, di
tepi sisik membentuk pola garis memanjang yang kabur terputus-putus dan
sisi bawah tubuh berwarna abu-abu keputihan atau kekuningan.
14. Dendrelaphis pictus memiliki bentuk pupil round, bentuk sisik smoout,
anal plate bivade, bentuk sisik ekor double raw, bentuk kepala medium
headed, bentuk rostral tumpul, bentuk tubuh slender, sisik oreal tidak ada,
loreal pit 1 pasang.
15. Tropidolaemus wagleri memiliki bentuk pupil vertikal, bentuk sisik segi
lima, anal plate tak berbentuk, bentuk sisik ekor segi lima, bentuk kepala
segi tiga, bentuk rostral tumpul, bentuk tubuh silindris, sisik oreal 5 pasang,
loreal pit ada, bentuk sisik anal berbintik, habitat arboreal dan warna hijau
kebiruan.
16. Phyton curtus memiliki bentuk pupil vertikal, bentuk sisik smooth, anal
plate double, bentuk sisik ekor double raw, bentuk kepala medium, bentuk
rostral tumpul, bentuk tubuh snout, sisik oreal 3 pasang, dan habitat
teristerial.
17. Naja sumatrana, memiliki bentuk pupil bulat, bentuk sisik smooth, anal
plate takterbentuk, bentuk sisik ekor double raw, bentuk kepala rounded,
bentuk rostral tumpul, bentuk tubuh tipikal, sisik oreal -, loreal pit -,
bentuk sisik anal double, dan habitat teristerial.
18. Boiga cynodon, memiliki bentuk pupil oval, bentuk sisik keeled, anal plate
bivade, bentuk sisik ekor double raw, bentuk kepala broad head, bentuk
rostral tumpul, bentuk tubuh tipikal, loreal pit 1 pasang, bentuk sisik anal
bivide, dan habitat arboreal.
19. Pelamis planatus, memiliki bentuk pupil oval, bentuk sisik keeled, anal
plate tunggal, bentuk sisik ekor single, bentuk kepala meruncing, bentuk
rostral meruncing, bentuk tubuh tipikal, sisik oreal 3 pasang, loreal pit -,
bentuk sisik anal bdouble, habitat air dan warna bagian atas hitam dan
bagian bawah kuning kehijauan.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah praktikan mempelajari dulu
materi yang akan di praktikum kan, mencai data literatur yang benar, bertanya
kepada asisten pendamping jika tidak mengerti, dan membawa bahan praktikum
yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Barbour, R., C. Ernst. 1992. Turtles of the World. 280 pp: Smithsonian Institute
Press
Benton, Michael J. 2004. Vertebrate Paleontology 3rd ed. Oxford: Blackwell
Science Ltd.
Carr, A.1977. The Reptil he life. Time Books inc Alexandria.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Amico.
Bandung
Goin, C. J and O. B. Goin. 1971. Intoduction to Herpetology. Second edition. WH.
Freeman and Company. San fransisco.
Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura&Buaya Indonesia&Papua Nugini. PALMedia
Citra. Bandung.
Manthey, V & w. Grossman. 1997. Amphibius anda Reptile. Sudestation. NTV
Verlag : Munster
McGuire J, Heang KB. 2001. “Draco volans” http://www.inaturalist.org/
(Diakses pada 25 Maret 2015).
Pope, CH. 1956. The Reptile World. Routledge and Kegal Paul Ltd : London
Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey.
Rodrigues, Maurice. 2003. The Complete Chelonian Taxonomy List World
Chelonian Trust.http://www.chelonia.org/Turtle_Taxonomy.htm. Diakses tanggal
26 Maret 2015.
Zipcodezoo.2011.Klasifikasihttp://zipcodezoo.com/Animals/G/Gonocephalus_gra
ndis/Diakses tangal 26 Maret 2015
Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and
Reptiles. Academic Press. London.